Mahakarya Sang Pemenang

Rencana Kecil Tony



Rencana Kecil Tony

0Ibisevic sudah sepenuhnya terintegrasi ke dalam tim. Dia tidak punya kendala bahasa. Sekarang setelah dia berhasil mencetak gol, kepercayaan dirinya mulai pulih. Dia sering bercanda dengan rekan-rekan setimnya selama latihan rutin dan di ruang ganti, atau dia akan menceritakan kembali hidupnya yang 'tunawisma dan sengsara' kepada semua orang... Dia begitu populer.      

Sebenarnya, salah satu alasan mengapa Twain membelinya --- Ibisevic jelas bukan pemain yang akan merusak suasana di ruang ganti. Justru sebaliknya, dia memiliki peranan yang signifikan dalam menyatukan seluruh tim. Saat Ibisevic berada di Hoffenheim, dia tidak bermain sebagai pemain utama. Tapi dia memberikan bantuan yang besar bagi dua orang rivalnya, Obasi dan Demba Ba, dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan mereka di Jerman. Sosoknya yang suka membantu tanpa pamrih membuatnya tetap berada di tim meski dia hanya bisa mencetak lima gol dalam tiga puluh lima penampilannya di musim pertamanya bersama Hoffenheim.      

Sekarang keunggulannya itu semakin berkembang di Nottingham Forest, dimana suasananya lebih baik. Twain juga berharap jumlah orang-orang yang menghibur di timnya akan bertambah. Setelah menyelesaikan masalah Ibisevic, kini Twain harus memikirkan tentang bagaimana dia bisa menyelesaikan masalah Matias Fernandez... ini jauh lebih sulit daripada masalah Ibisevic.      

Pertama-tama, bahasa Inggris Fernandez mengalami kemajuan yang lambat. Sebagai sosok yang pendiam, dia seolah tak terlihat di ruang ganti pemain. Sebenarnya, dia tidak punya kepribadian yang tertutup. Dia jadi seperti ini karena dia tidak memahami dan tidak berbicara bahasa Inggris, jadi dia memilih untuk tetap diam dan tidak pernah berpartisiapsi dalam percakapan dengan rekan-rekan setimnya. Hal ini memberikan kesan bahwa dia adalah orang yang "sangat tidak ramah" dan "tidak mudah diajak bergaul". Rekan-rekan setimnya juga menjauhkan diri mereka darinya, sengaja ataupun tidak sengaja. Hal ini mengarah pada anggota tim yang mengasingkannya di lapangan.      

Twain merasa kalau dia tidak bisa menyelesaikan masalah ini, Fernandez mungkin akan mulai meragukan kepindahannya ke Inggris. Mungkin dia akan berpikir lagi dan menyadari bahwa Inggris tidak memiliki masakan Spanyol yang lezat, ataupun langit biru, awan putih dan sinar matahari seperti di Spanyol, dan memutuskan bahwa seharusnya dia tidak pindah ke Nottingham karena dorongan sesaat. Karena itu, dia mungkin akan sibuk mencari cara untuk melarikan diri dari negara yang selalu mendung dan hujan ini... Itu tidak boleh terjadi. Twain tidak membelinya hanya untuk menjualnya lagi.      

Tapi bahkan percakapan sederhana harus dilakukan melalui juru bahasa karena adanya kendala bahasa. Hasil percakapan semacam ini mungkin tidak akan sebagus seperti saat bercakap-cakap dengan Ibisevic. Alasan yang lebih penting lagi adalah dia tidak seharusnya selalu mengandalkan percakapan pribadi untuk menyelesaikan masalah. Bagaimanapun, tidak semua masalah bisa dipecahkan dengan hanya saling bicara. Jadi, dia harus memikirkan cara lain...      

※※※     

Setelah melakukan latihan tambahan menembakkan bola yang ditemani Twain, George Wood berjalan kembali ke ruang ganti. Saat ini dia bersimbah peluh dan hanya ingin mandi, ganti pakaian, dan pulang untuk menemani ibunya. Saat dia berjalan kembali ke ruang ganti, dia menemukan manajer tim, Tony Twain, berdiri disana sambil tersenyum dan melambaikan tangan. "Hey, George! Aku senang melihatmu!"     

"Kau melihatku setiap hari." Segera setelah Wood melihat Twain tersenyum cerah, dia tahu itu bukan hal yang bagus dan karenanya mulai waspada.      

"Haha!" Twain menyentuh hidungnya dan pura-pura tertawa. "Kalau begitu... Kapan ulang tahunmu?"     

"Tanggal 1 April. Kau tidak tahu?"     

"Err..." Twain sudah tahu itu. Bagaimana mungkin dia tidak tahu hari ulang tahun pemain favoritnya? Belum lagi tanggal itu mudah diingat – April Mop! Tapi dia punya permintaan... "Apa aku bisa memintamu untuk berulang tahun sekarang?"     

Wood membelalakkan matanya karena dia mendengar sesuatu yang aneh. "Ulang tahunku sudah lewat. Ibuku memberiku..."     

"Aku tahu, aku tahu." Twain menganggukkan kepalanya berulang kali. "Sebenarnya, aku hanya ingin kau mengumpulkan semua orang dan mengundang mereka ke rumahmu untuk makan malam sederhana..." Dia menggosokkan kedua tangannya bersama-sama dan tersenyum lebih cerah. "Kalian bisa makan daging dan minum alkohol, tapi jangan mencari wanita panggilan. Kalian juga bisa membawa istri dan pacar kalian... Aku akan mengijinkan kalian berpesta sampai paling lambat jam setengah satu dini hari. Aku akan memberikan ijin bagi kalian untuk datang terlambat satu jam di latihan rutin esok hari. Bagaimana menurutmu?"     

Wood tidak lagi memandang Twain sebagai manusia. Dia menatap boss-nya itu seolah-olah Twain adalah makhluk luar angkasa. "Jangan melihatku dengan ekspresi seperti itu..." Twain menggelengkan kepalanya. "Baiklah, aku akan mengatakan yang sebenarnya. Tidakkah menurutmu kondisi Matias agak sedikit berbeda?"     

"Pria Chile itu?" Wood berpikir sejenak dan kemudian menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya ada yang salah dengan Fernandez. "Itu karena kau tidak tahu bagaimana dirinya yang sesungguhnya," Twain berusaha menjelaskan. "Dia bukan jenis orang yang selalu tampak suram. Dia juga bisa sangat ramah dan ceria, tapi kita harus menciptakan situasi itu untuknya. Kurasa akan jadi ide yang bagus untuk membuat semua orang berkumpul bersama dan nongkrong. Kau adalah kapten tim. Pekerjaan kapten tim tidak hanya memimpin rekan setimmu dalam pertandingan, George."     

Wood memikirkannya dengan serius dan kemudian mengerutkan kening sambil berkata, "Tapi ulang tahunku sudah lewat dan mereka semua tahu itu. Alasan itu tidak akan bisa membodohi siapapun." Apa yang dikatakannya memang benar. Tujuan pesta itu akan harus diketahui oleh sejumlah orang. Akan sulit untuk menjelaskan kenapa ulang tahun kapten tim dipindah ke tanggal 19 September sementara masalah Matias Fernandez sudah diketahui semua orang.      

Twain tidak bisa membiarkan Matias tahu apa yang sedang dilakukannya. Dia tidak ingin memberikan lebih banyak tekanan kepada pria Chile itu. Dia ingin Fernandez mengira kalau itu adalah sebuah pesta, dan perlahan mulai mengambil langkah pertama dalam menikmati waktunya dengan rekan-rekan setimnya yang masih asing. Semua orang akan menerimanya dengan antusias. Setelah itu, dia akan sadar bahwa tim ini sangat menyenangkan sehingga cuaca buruk dan makanan yang mengerikan di Inggris tidak lagi jadi masalah! Dia akan mencintai Nottingham Forest, dia akan menyukai rumput dan pepohonan disini dan dia akan memutuskan untuk bersikap setia pada tim...      

Tapi, menggunakan kedok ulang tahun George Wood tidak lagi memungkinkan. Jadi, alasan apa yang bisa digunakan olehnya? Kedua pria itu sedang merenung di pintu masuk ruang ganti.      

"Apa yang kalian lakukan?" Saat Dunn tidak menemukan Twain di kantornya, dia pergi ke tempat parkir dan menemukan mobilnya masih disana. Dunn pergi mencarinya ke semua tempat hingga ruang ganti pemain, hanya untuk menemukan pria yang dicarinya, berdiri diluar ruang ganti dengan George Wood. "Ah, jadi begini..." Twain memberitahu Dunn tentang rencananya saat dia melihat asistennya itu.      

Dunn merasa itu aneh dan berkata, "Apa yang perlu kalian khawatirkan? Bukankah George baru saja memperbarui kontraknya dengan klub?" Setelah mendengar itu, Twain langsung paham. "Ha, itu ide yang bagus!" Dia menggosok tangannya dan tertawa, "George, gunakan alasan ini dan kumpulkan semua orang untuk pesta yang meriah!"     

Wood tidak keberatan. Meski dia merasa bahwa hanya karena dia baru saja memperbarui kontraknya, mengadakan pesta besar untuk merayakannya sedikit ... terlalu berlebihan, tapi itu masih lebih masuk akal daripada menunda perayaan ulang tahunnya yang ke-24 pada tanggal 22 September atau mengadakan perayaan ulang tahunnya yang ke-25 lebih awal dari yang seharusnya.      

※※※     

Tanggal 22 September adalah tanggal yang sengaja dipilih oleh Twain. Itu adalah hari pertengahan pekan, tanpa adanya pertandingan penyisihan grup Liga Champions ataupun turnamen liga yang perlu dikhawatirkan. Itu adalah waktu yang tepat untuk bersantai. Dan untungnya, hari itu cerah dari mulai pagi hingga petang. "Prakiraan cuaca mengatakan kalau malam ini tidak akan hujan." Saat Twain mengatakan ini pada Dunn yang duduk disampingnya di dalam mobil, dia merasa lega.      

Dunn mengerutkan kening dan berkata, "Kenapa kita pergi ke pesta mereka? Kau bilang kalau kau takkan datang ke pesta itu, supaya semua orang bisa bersantai dan bersenang-senang..."     

George Wood mengumumkan bahwa dia akan mengadakan pesta di halaman belakang rumahnya kemarin, dan dia berharap semua orang akan datang. Eastwood tadinya mendengar kalau itu adalah pesta pribadi Wood dan menolak untuk datang. Tapi Bale dan Lennon sama-sama membujuknya untuk datang, dan karenanya dia memutuskan bahwa meski dia bisa menolak undangan Wood, akan sulit untuk mengabaikan seluruh timnya – hampir semua orang ikut datang.      

Kali ini, sesuai dengan 'naskah' yang disepakati, Wood juga berpura-pura mengundang Twain, Dunn dan Kerslake untuk ikut bergabung. Kerslake yang sangat jujur merasa senang dan baru saja akan mengatakan ya. Dunn tiba-tiba saja terbatuk di dekatnya dan menyela ucapannya. Lalu Twain tidak memberikan kesempatan bagi Kerslake untuk menjawab dan "dengan bijaksana" menolak undangan Wood. Dia berkata bahwa sebagai pelatih, ikut hadir dalam acara seperti itu akan membuat semua orang merasa tidak nyaman, jadi mereka tidak akan pergi! Semua orang boleh bersantai, nongkrong dan bersenang-senang sepuas hati! Semua orang akan diijinkan untuk datang terlambat satu jam ke latihan rutin esok hari!     

Para pemain bersorak saat mereka mendengar bahwa Twain memberi mereka ijin untuk datang terlambat satu jam di latihan rutin esok hari. Masalah itu selesai dan semua orang tampak senang. Hanya Kerslake yang mengerucutkan bibirnya, terlihat sedikit kesal – dia sebenarnya ingin ikut pergi, tapi tidak ada yang peduli dengan perasaannya. Jadi, dengan begini, seluruh tim Nottingham Forest akan pulang untuk berganti pakaian setelah latihan sore dan kemudian pergi ke rumah George Wood untuk berpesta.      

Jip putih Twain terparkir di sebuah sudut gelap dimana lampu jalan tidak menyinarinya sehingga tidak menarik perhatian semua orang. Pelatih nomer satu dan dua di Nottingham Forest duduk di dalam mobil yang gelap saat ini. "Idiot, aku bilang begitu karena takkan terlihat bagus kalau aku bilang kita akan ikut datang. Kalau aku tidak ikut datang, kenapa aku harus bersusah payah mengorganisir acara semacam ini untuk mereka?" Twain membantah ucapan Dunn.      

"Kau bisa mendengar tentang reaksi Wood dan para pemain lainnya besok." Dunn menolak pernyataan Twain.      

"Seperti kata pepatah, anggap saja apa yang kaudengar itu palsu, kau harus melihatnya sendiri untuk bisa mempercayainya." Twain menggoyangkan jarinya, lalu dia membuka pintu mobil, mengambil ransel hitam dari kursi belakang dan mendesak Dunn untuk mengikutinya. Tak bisa membantah, Dunn ikut turun dari dalam mobil dan mengikutinya. Hal yang paling tidak dipahaminya adalah kenapa dia harus ikut berada disini?     

"Aku menemukan sebuah band Amerika Selatan untuk mereka dan meminta mereka menyanyikan sebuah lagu yang berjudul 'El Condor Pasa'! Yang orisinal, bukan adaptasi bahasa Inggris dari Paul Simon! Itu pasti akan bisa menggerakkan emosi Matias dan memastikan dia bisa menemukan suara negaranya di Inggris yang jauh!" Dalam perjalanannya ke rumah Wood, Twain memberitahu Dunn dengan penuh semangat tentang "pengaturan cerdiknya".      

"Tapi itu lagu rakyat Peru, bukan Chile." Dunn memadamkan antusiasmenya.      

"Peru?" Twain sedikit terkejut. Dia tidak menyadarinya, tapi... "Tidak masalah! Bukankah Peru dan Chile bersebelahan? Itu sama saja! Orang-orang Amerika Selatan pandai menyanyi dan menari. Aku yakin dengan anggur dan musik, mood Matias bisa diubah. Orang-orang Cina menganggap banyak hal akan lebih mudah ditangani dengan minum alkohol. Itu adalah kebenaran universal! Ha!" Twain tertawa bangga. Dunn tidak begitu tertarik dengan kata-katanya yang mencerahkan itu, jadi dia tetap menunduk dan berjalan tanpa mengatakan apa-apa.      

※※※     

Karena mereka sudah mengatakan bahwa para pelatih tidak akan menghadiri pesta, Twain dan Dunn jelas tidak bisa menekan bel pintu dan melangkah masuk begitu saja. Jelasnya, Twain dan Dunn berada disini untuk mengintip diam-diam. Bisa dipahami kenapa Dunn merasa jijik dengan ini... dia merasa seperti tukang intip.      

Twain dan Dunn sudah familiar dengan lingkungan rumah Wood. Mereka datang kemari setidaknya sekali setahun. Tadinya, ibu dan anak itu tinggal di apartemen yang disewakan oleh klub. Wood kemudian pindah lagi, tidak terlalu jauh dari Wilford, tapi lingkungannya lebih baik – sebuah rumah terpisah dengan halamannya sendiri dan tak terganggu oleh tetangga. Lokasinya dekat dengan sungai Trent : udaranya segar, dan rumah itu dikelilingi pepohonan hijau, sempurna bagi Sophia untuk memulihkan kesehatannya.      

Ada banyak pohon besar di sekeliling rumah Wood, beberapa diantaranya berada diluar halaman belakang rumahnya. Cabang-cabang pohon yang rimbun mencapai ke halaman belakang, memberikan naungan yang membuat orang-orang bisa berteduh di bawahnya pada musim panas. Tujuan perjalanan Twain adalah salah satu pohon yang kokoh itu.      

Twain memimpin Dunn yang tak lagi membantahnya untuk mengitari halaman luar sebelum akhirnya menemukan targetnya. Tapi saat dia mendongak ke atas, dia menemukan seseorang yang merunduk di tengah kegelapan! Temuannya itu membuatnya terkejut. Setelah dia bisa melihat siapa orang itu, dia menegurnya dengan suara rendah, "Apa kau pikir kau benar-benar James Bond, Tn. Brosnan?"     

Pierce Brosnan sangat terkejut sampai-sampai dia hampir terjatuh dari pohon. Dia menoleh untuk memandang ke bawah tepat pada waktunya dan bertatapan dengan Twain, "Turun!" Twain menunjuk ke arah kakinya dengan tegas. "Kalau tidak aku akan memanggil polisi, Tn. Reporter!"     

Brosnan hanya bisa mengakui kesialannya karena harus bertemu dengan Tony Twain. Dia cemberut saat dia turun dari pohon sambil berusaha membela diri. "Aku baru saja naik. Aku tidak bisa melihat apa-apa..."     

"Kenapa kau ada disini?" Twain tidak mendengarkan alasan Brosnan. "Kudengar tim Forest mengadakan pesta privat, tapi tidak ada media yang tahu. Kukira akan ada bahan berita yang potensial..." kata Brosnan dengan kepala tertunduk, merasa sedikit kecewa.      

"Benar-benar reporter yang bagus dan profesional." Twain tertawa dan berkata, "Tapi kau mendengarnya dari siapa?" Brosnan tetap tutup mulut dan menggelengkan kepalanya.      

"Kau benar-benar setia!" Kalau Twain tahu siapa orang yang membocorkan informasi ini pada Brosnan, Twain mungkin tidak akan memecat pria itu, tapi sebuah teguran pasti akan diterimanya. Demi keselamatan dirinya dan 'informan'-nya, Brosnan memilih untuk tutup mulut.      

Twain tidak lagi peduli tentang Brosnan atau siapa yang membocorkan informasi itu pada Brosnan. Bagaimanapun juga, semua orang tahu bahwa Brosnan adalah 'reporter yang ditunjuk' tim. Jadi, tidaklah berbahaya jika beberapa "informasi orang dalam" diungkapkan kepadanya. Twain mulai memakai ransel di punggungnya dan melakukan pemanasan.      

"Tapi Tn. Twain.. dan Tn. Dunn, kenapa kalian ada disini?" Pada saat ini, Brosnan baru menyadari ada sesuatu yang salah --- dia bertemu dengan dua orang pelatih teratas diluar rumah Wood. Twain meludah ke telapak tangannya yang terbuka sebelum menjawab, "Bukan urusanmu!" Setelah mengatakan itu, dia berlari untuk memanjat pohon...      

Brosnan hanya bisa menatap dengan tercengang saat dia melihat Twain memanjat pohon dengan lincah menggunakan tangan dan kakinya sebelum mencapai cabang pohon yang barusan digunakan olehnya. Setelah dia mengatur posisinya, dia melambai ke arah Dunn di bawah dan berkata, "Ini tempat yang bagus, Dunn. Pemandangannya bagus."     

Dunn melipat tangannya di depan dada dan berdiri di tempatnya untuk menolak undangan Twain yang antusias. "Aku tidak mau." Twain hanya mengangkat bahu dari atas pohon dan tidak lagi mendesaknya. Sebagai gantinya, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan meletakkanny di depan wajahnya. Dibawah naungan rimbun dedaunan pada malam hari, Brosnan tidak bisa melihat dengan jelas, tapi melihat posisi tubuh Twain dan dimana benda itu diletakkan, sepertinya itu adalah sebuah teropong...      

"Mereka tidak mengundang wanita panggilan. Semua wanita disana adalah pacar atau istri mereka..." Brosnan merasa perlu angkat bicara demi membela para pemain di tim. Melihat situasinya, Twain sepertinya berniat untuk mengikuti contoh Ferguson dan mencoba menangkap basah mereka semua. Saat ini dia sedang mengumpulkan bukti. "Diam! Naik saja kemari kalau kau mau ikut melihat!" mata Twain tidak meninggalkan teropong itu.      

Dibawah sinar cahaya bintang di langit malam dan halaman belakang yang luas mengelilingi sebuah kolam renang terbuka, sebuah pesta yang meriah tampak mulai memanas. Para tamu kelihatannya bersenang-senang dengan bercakap-cakap dan makan. Sebuah panggung kayu rendah didirikan di salah satu sudut dekat rumah dimana sekelompok musisi yang berpakaian ala Amerika Selatan bernyanyi untuk menambah keseruan. Twain mengamati kerumunan disana dan menemukan targetnya.      

Matias Fernandez tampak tertarik dengan band ala Amerika Selatan itu, berdiri terpaku sambil membawa gelas anggur. Karena jarak yang jauh dan suara dari banyak orang, Twain tidak bisa mendengar apa yang mereka nyanyikan, tapi dia merasa puas karena Fernandez memperhatikan band itu dengan penuh minat.      

Liu Bang menggunakan lagu-lagu Chu dimana-mana untuk menurunkan semangat tentara Xiang Yu sang Penakluk, sementara Twain menggunakan strategi yang sama untuk membantu Fernandez menemukan suara-suara familiar di Inggris yang jauh dari rumahnya. Tapi Fernandez tidak menghargai lagu-lagu rakyat Peru itu untuk waktu yang lama. Twain melihat George Wood menghampiri Fernandez untuk berbicara dengannya.      

Mereka berkomunikasi dengan kata-kata? Twain cukup terkejut. Sepertinya mereka nyaris tidak bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Spanyol dan Portugis... melalui teropong diatas pohon, Twain mengamati dengan penuh minat saat George Wood, seorang pria yang tidak pandai bicara, mengobrol dengan Fernandez – keduanya memakai banyak bahasa tubuh, dan mungkin separuhnya dihabiskan dengan menebak-nebak. Mereka bisa berbicara selama beberapa menit, yang mana Twain harus memberi ucapan selamat pada George.      

Setelah mengobrol selama beberapa waktu, Fernandez berbalik dan berjalan bersama Wood ke dalam kerumunan. Twain tahu misinya sudah mencapai sukses. Tapi dia tidak buru-buru turun dari atas pohon. Dia masih terus memperhatikan.      

Dikelilingi oleh rekan-rekan setimnya, Fernandez sibuk menyapa para wanita, dan dia lebih sering tersenyum seiring dengan minuman anggur yang semakin berkurang di gelasnya. Pada akhirnya, berwajah merah dan penuh senyum, dia melompat ke atas panggung, mengambil mikrofon dari vokalis utama band itu dan bernyanyi!     

Twain melihat adegan itu dan tertawa dari atas pohon, yang membuatnya hampir jatuh dari atas. Melihat semua ini, dia akhirnya merasa tenang. Dia bergerak turun dari atas pohon.      

Dunn masih berdiri di bawah pohon dan menunggunya, sementara Brosnan, yang merunduk di dahan yang lain, ikut turun setelah dia melihat Twain turun. Sebenarnya, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi --- kelihatannya pesta George ini biasa-biasa saja. Mereka tidak menghabiskan puluhan ribu pounds untuk mengundang banyak wanita penghibur agar datang kemari untuk melakukan threesome dan orgy. Suasana pesta itu memang meriah tapi tidak kacau. Semua orang memainkan sejumlah permainan untuk memeriahkan suasana, tapi semuanya berkaitan dengan sepakbola, seperti misalnya siapa yang bisa menendang bola untuk mengenai sebuah target. Mereka bertaruh, tapi hanya kecil-kecilan. Twain tidak akan keberatan dengan itu. Yang membuatnya heran, saat Fernandez naik ke atas panggung untuk bernyanyi, Twain tiba-tiba tertawa.      

Brosnan sama sekali tidak paham dengan apa yang dipikirkan oleh pria itu... Saat dia masih bingung, Twain sudah berjalan menghampiri dan menepuk bahunya. "Tn. Bond, kau datang kemari tepat waktu. Kau cukup beruntung untuk mendapatkan informasi eksklusif yang tidak diperoleh media lain --- aku akan mengijinkanmu menulis apa yang kaulihat malam ini dan mempublikasikannya di koran, tapi tentu saja, jangan menulis tentang apa yang aku dan Dunn lakukan disini."     

Brosnan sama sekali tidak menduga kalau dia akan mendapatkan hadiah yang jatuh dari langit. Dia langsung mengangguk. "Aku tahu apa yang boleh dan tidak boleh kutulis, Tony. Tapi bisakah kau memberitahuku kenapa..."     

"Kurasa takkan butuh waktu lama bagimu untuk tahu, Tn. Reporter. Kalau kau cukup percaya diri dengan IQ-mu, kau akan bisa menebaknya dengan benar, haha!" Dia menepuk bahu Brosnan dan memanggil Dunn supaya mereka bisa pergi. Pierce Brosnan hanya menggaruk kepalanya dan kemudian melirik sambil mengerutkan kening ke arah halaman belakang rumah George Wood, dimana lampu-lampu tampak terang benderang dan pesta itu berlangsung meriah.     

※※※     

"Hey, Dunn. Aku sama sekali tidak mengira kalau pemain Chile itu bisa bernyanyi. Kau rugi besar karena tidak ikut naik dan melihatnya sendiri!" Dalam perjalanan kembali ke tempat mobilnya diparkir, Twain menceritakan kembali semua hal menarik yang dilihatnya kepada Dunn. "Dia memegang mikrofonnya seperti seorang pecandu mic di KTV! Aku tidak tahu kalau dia punya bakat musikal..."     

"Kuduga semuanya berjalan lancar?"     

"Ah, sangat lancar. Aku benar-benar ingin mendengar Matias menyanyi... Tidak, aku harus mencari gagasan untuk membuatnya bernyanyi di ruang ganti pemain..."     

"Sebenarnya, ini tidak ada hubungannya denganku. Kenapa aku harus ikut datang kemari?" Dunn masih kesal dengan desakan keras kepala Twain bahwa dia harus ikut datang kemari.      

"Kau sendiri yang tidak mau naik ke atas pohon untuk ikut menonton. Kau pasti bisa melakukan sesuatu kalau kau naik ke atas pohon. Tentu saja, kau melakukan perjalanan yang sia-sia karena kau tidak ikut naik." Twain menyalahkan Dunn.      

"Aku tidak mau jadi seperti paparazzi. Ini bukan cara yang digunakan oleh seorang pelatih..." kata Dunn sambil cemberut.      

Twain mencibir ke arahnya. "Memangnya bagaimana cara seorang pelatih menyelesaikan hal semacam ini? Selama tujuan itu bisa tercapai, kita harus mempertimbangkan semua opsi yang ada."     

"Kurasa setidaknya harus ada sedikit martabat.... Memanjat pohon untuk mengintip bukanlah gagasan yang bagus. Itu akan merusak imej-mu kalau kau tertangkap basah."     

"Tentu saja. Aku sangat bermartabat di hadapan mereka semua. Tapi kadang-kadang kau perlu menggunakan taktik khusus untuk membantumu membentuk citra diri sebagai pelatih yang 'bermartabat', Dunn." Twain mulai mengajari Dunn tentang wawasannya sebagai manajer di tahun-tahun belakangan ini – kuncinya ada di kata "berpura-pura!"     

"Selama Brosnan tidak buka mulut, tidak akan ada yang tahu kalau kita ada disini untuk mengintip. Aku pasti akan berpura-pura bertanya pada George tentang bagaimana pesta malam ini, dan aku akan berpura-pura tertarik pada apapun yang mereka bicarakan... Selama tujuan kita tercapai, tidak jadi masalah bagaimana kita melakukannya. Poin pentingnya adalah kalau Matias bisa berbaur dengan tim karena ini, maka tak jadi masalah kalau aku harus beraksi seperti paparazzi malam ini."     

Dunn tidak bisa membantah Twain, karena memang itulah yang sebenarnya --- selama Brosnan tidak membuka mulut, tidak akan ada yang tahu apa yang mereka lakukan malam ini. Dan Brosnan jelas tidak akan buka mulut. Integritasnya bisa dilihat dari penolakannya untuk memberitahu siapa informan yang telah memberinya informasi orang dalam. Selain itu, kalau hal ini sampai bocor, maka Twain akan merasa yakin seratus persen bahwa Brosnan-lah yang membocorkannya. Tidak perlu dikatakan lagi apa yang akan terjadi kalau Raja Wilford sampai marah...      

Meskipun Dunn merasa bahwa melakukan ini sama saja dengan melakukan tipuan, kelihatannya memang tidak ada cara lain. Twain tertawa, "Dunn, menjadi manajer itu menyenangkan. Jangan terlihat begitu serius sepanjang waktu. Tampilan serius tidak selalu berarti kau sangat profesional dan bermartabat. Itu hanya akan menjauhkan orang lain. Lihat saja aku! Kurasa peristiwa malam ini cukup menyenangkan. Anggap saja kita keluar untuk bersantai malam ini. Ini bukan masalah besar!"     

Dia membuka pintu mobil di sisi penumpang depan. "Ayolah, aku akan mengantarmu pulang!" Dunn bergumam, "Kau selalu benar!" Lalu dia melangkah masuk ke dalam mobil.      

"Ha, kau benar sekali mengatakan itu!" Tanpa malu-malu, Twain menganggap ucapannya itu sebagai pujian dan tertawa senang. Dia mengalami malam yang menyenangkan dan suasana hatinya juga sedang bagus. Dan Dunn baru saja menambahkan lapisan gula ke atas kuenya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.