Mahakarya Sang Pemenang

Selamat Ulang Tahun Paman Tony



Selamat Ulang Tahun Paman Tony

0Nottingham Forest dimasukkan ke dalam grup maut; ini menjadi konspirasi lain yang ditargetkan UEFA untuk Tony Twain dan timnya dibawah perhatian media Inggris. Meski tidak ada satupun dari media yang bisa memberikan bukti nyata, para pembaca menyukai sudut pandang ini.      

"Dengan adanya Guardiola dan tim Barcelona-nya, mereka tidak lagi perlu mengandalkan tim Tony Twain untuk mencapai babak 16 besar dan mengamankan keunggulan komersil terbesar di turnamen Liga Champions. Tapi bahkan di babak penyisihan grup, mereka masih ingin memeras kegunaan terakhir dari Twain --- mereka mengelompokkan Nottingham Forest dan Juventus bersama-sama. Perseteruan dari sejak dua musim lalu akan terus dimainkan di musim ini. Media dan para penonton suka melihat pertikaian antara dua kubu yang sama-sama kuat."     

The Sun yang dikenal suka mengatakan segala hal, mengungkapkannya seperti itu, yang membuatnya terlihat masuk akal.      

Di dalam kolom tulisannya, Tony Twain tetap memegang teguh sudut pandang yang dikatakannya pada media di malam pengundian itu: grup maut itu bukanlah grup maut baginya dan tim Forest, melainkan grup maut bagi tiga tim yang lain.      

Dia tidak peduli tentang 'grup maut' yang dibesar-besarkan oleh media ini. Karena prioritas utamanya saat ini adalah pulang ke rumah dan menghabiskan ulang tahunnya bersama Shania.      

Shania berada di Amerika hingga beberapa waktu yang lalu dan baru kembali kali ini karena ulang tahun Paman Tony-nya.      

Twain menyukai pekerjaannya, tapi sekarang dia semakin menghargai waktunya bersama Shania.      

Mereka yang pernah meninggal satu kali akan bisa melupakan beberapa hal tertentu dengan cukup cepat tapi mereka juga akan lebih terikat pada beberapa hal yang lain lebih daripada sebelumnya.      

※※※     

Saat Twain masih berada di Monte Carlo, Monako untuk acara pengundian Liga Champions, Shania diam-diam kembali ke rumah mereka di Mapperley Park, Nottingham.      

Shania tampak sedikit terganggu belakangan ini di Los Angeles, baik dalam pekerjaan maupun dalam studinya. Agennya, Tn. Fasal, menganggapnya tidak seperti dirinya yang biasa. Tapi saat memikirkannya kembali, Fasal menduga kalau ini mungkin ada kaitannya dengan ulang tahun Twain, jadi dia tidak terlalu khawatir. Ini adalah masalah pribadi mereka sebagai pasangan, dan tidaklah pantas bagi orang luar sepertinya untuk ikut campur.      

Hal yang membuat Shania berperilaku tidak biasa sebenarnya ada kaitannya dengan ulang tahun Tony Twain --- dia sibuk memikirkan tentang hadiah ulang tahun yang harus diberikannya pada Paman Tony.      

Di ulang tahunnya yang keempat puluh, Shania telah memberinya sebuah mobil, sebuah hadiah mahal yang mana Twain sudah memberitahunya untuk tidak melakukannya lagi di masa depan. Meski Twain sangat menyukai mobilnya dan mengemudikannya setiap hari, sedikit canggung baginya sebagai seorang pria untuk menerima hadiah mobil dari istrinya --- dia tidak bisa membiarkan orang luar menganggapnya sebagai pria yang hidup dari memanfaatkan uang istrinya.      

Sebagai akibatnya, pada ulang tahun Shania, Twain mengembalikan hadiah itu dengan membelikan sebuah VW Beetle yang imut untuk Shania. Keduanya kini sudah dianggap impas.      

Jadi, hadiah terbaik apa yang bisa diberikan oleh Shania sekarang?     

Sangatlah sulit memberikan hadiah bagi kekasihnya itu. Twain hampir tidak punya hobi lain sejak dia berhenti merokok dan minum alkohol, jadi tidak ada yang bisa disesuaikan dengan minatnya.      

Saat dia merasa cemas, Shania mendatangi Gloria untuk mendapatkan ide.      

Wanita yang selalu berada di lingkungan pria sepanjang waktu tapi tetap menjaga tangannya tetap bersih itu berkata sambil tersenyum, "Kau bisa memberinya apapun yang menurutmu tidak ada atau hilang di dalam hidupmu."     

Lalu Shania mulai memutar otak untuk memikirkan apa yang tidak ada atau hilang di dalam kehidupannya bersama Paman Tony...      

Mereka memiliki hampir segalanya dalam hidup. Krisis finansial itu tidak terlalu memberikan dampak besar terhadap mereka yang kaya, apalagi bagi mereka yang kaya dan masih bekerja keras. Secara materiil, dia tidak bisa memikirkan ada yang hilang atau kurang di dalam hidup mereka.     

Dalam hal semangat...      

Dia merasa terlalu kesepian di Los Angeles dan merasa yakin bahwa Paman Tony juga merasakan hal yang sama di Nottingham. Mungkinkah dia atau salah satu dari mereka harus mundur dari pekerjaan mereka dan mendedikasikan diri untuk menemani yang lain dan menjadi tanggungan yang lain?     

Shania mengira baik dirinya ataupun Paman Tony bukan orang yang seperti itu...      

Apa yang hilang...      

Dia mencemaskannya selama beberapa hari. Di hari terakhir sebelum dia harus kembali ke Inggris, Tn Fasal, yang mengantarnya ke bandara, tiba-tiba saja membuatnya paham apa yang hilang melalui lelucon yang dilontarkannya.      

Di dalam mobil menuju ke bandara, Fasal menggoda Shania dan Twain sambil berkendara, "Jordie, kau dan Tony sudah menikah selama lebih dari setahun, kapan aku bisa melihat bayimu?"     

Dia mengatakannya sambil bergurau, tapi hal itu menggerakkan pikiran Shania.      

Dia takkan mengingat itu kalau orang lain tidak menyinggungnya. Dia sudah menikah dengan Paman Tony selama lebih dari setahun dan bercinta selama hampir setiap hari saat mereka bersama. Tapi tubuhnya masih belum menunjukkan tanda-tandanya...      

Mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun, tapi Shania masih belum hamil.      

Tiba-tiba saja dia memikirkan tentang hadiah ulang tahun terbaik yang seharusnya diberikannya pada Paman Tony --- dia ingin hamil di hari ulang tahun Paman Tony.      

Akan lebih berharga untuk memberikan hadiah keturunan untuk Paman Tony!     

Shania merasa sangat bangga dengan idenya itu dan membuatnya tersenyum di dalam mobil.      

Fasal tampak terkejut melihatnya tersenyum dari kaca spion tengah.      

"Tidak ada apa-apa, Tn. Fasal. Aku baru saja teringat hadiah terbaik yang bisa kuberikan untuk Paman Tony."     

※※※     

Sebenarnya, waktu yang dimilikinya sangat terbatas. Upacara pengundian Liga Champions itu terjadi di malam hari tanggal 8 September. Lalu para pelatih menghadiri resepsi makan malam. Acara itu berlangsung hingga larut malam, jadi dia baru bisa kembali keesokan paginya untuk bisa menemui Shania di tanggal 9 September dan menghabiskan hari ulang tahunnya itu bersama istrinya.      

Saat Twain yang lelah karena perjalanan jauh akhirnya tiba di rumah, dia melihat Shania sudah ada di ruang tengah seperti yang dia inginkan.      

"Aman tiba di base." Shania memberi isyarat seperti seorang wasit baseball.      

Twain bersandar ke kusen pintu, menghembuskan nafas lega dan kemudian tertawa.      

"Kau tampak lebih kurus dari sebelumnya, Shania."     

"Menjaga bentuk tubuh adalah sebuah keharusan bagi model," Shania berjalan menghampiri dengan gaya modelnya dan berusaha untuk menggoda Paman Tony. "Selamat Ulang Tahun, Paman Tony!"     

Twain memeluknya dan memberinya kecupan selamat datang tapi tidak langsung menanggapi godaannya. Dia sedang memikirkan pertanyaan lain, "Kita masih punya setengah hari lagi, dan aku tidak ingin menghabiskannya di atas tempat tidur, Shania. Ayo kita pergi keluar dan bersenang-senang, oke?"     

Shania harus melepaskan diri dan mengangkat bahu, "Oke. Tapi aku harus bilang lebih dulu kalau kita akan makan malam di rumah."     

"Apa kau sudah belajar untuk memasak makanan yang enak?" kata Twain sambil tersenyum masam. Bagi Shania, kesenangan terbesar dalam kehidupan berkeluarga adalah belajar memasak dari orang-orang di berbagai tempat dan kemudian menggunakan mulut dan perut Twain sebagai laboratorium percobaan. Meskipun masakannya sedikit membaik belakangan ini, umumnya, hampir sebagian besar masakannya sebenarnya tidak layak untuk dimakan...      

Shania tidak menjawab. Dia hanya tertawa kecil dan tampak misterius.      

"Kemana kita akan pergi untuk bersenang-senang?" tanyanya.      

"Kemana saja. Kita bisa pergi shopping. Bukankah kau akan memberiku hadiah?"     

"Yah..." bola mata Shania berubah gelap dan dia berkata, "Oke! Hadiah apa yang kauinginkan, Paman Tony?"     

Twain terkejut mendengar pertanyaan itu. Dia sebenarnya tidak tahu apa yang dia inginkan, jadi dia terbatuk pelan dan berkata, "Selama kau yang membelikannya untukku, apapun itu tidak jadi masalah!"     

"Itu namanya setengah hati!" Shania memutar matanya dan meraih lengan Twain, "Kita akan keluar untuk makan siang. Ayo kita pergi, Paman Tony!"     

※※※     

Karena mobil jipnya sedang dikirimkan ke bengkel untuk diservis dan perawatan lain saat Twain menghadiri acara pengundian dan mobil Beetle yang diberikan Twain untuk Shania juga berada di Amerika Serikat, keduanya bisa memilih untuk naik taksi atau bis umum kalau mereka ingin bepergian.      

Mula-mula Twain menghubungi Landy dan bertanya apakah dia sedang menganggur. Jawabannya adalah Landy sedang mengantarkan seorang penumpang dalam perjalanan menuju bandara Birmingham. Twain jelas tidak bisa memintanya untuk meninggalkan penumpangnya di tengah jalan dan kembali ke Nottingham hanya untuk menjemputnya. Twain enggan menggunakan taksi dengan sopir yang tidak dikenalnya. Jadi, mereka akhirnya memutuskan untuk menggunakan transportasi publik.      

Shania setuju dengan ini. Meski dia adalah bintang besar, dia tidak terlalu menyukai karir modelingnya, dan karenanya menjadi seorang model bukanlah hal yang luar biasa baginya. Oleh sebab itu, tidak mengemudi sendiri dan menggunakan transportasi publik adalah hal yang masih bisa diterima olehnya.      

Keduanya hanya memakai kacamata hitam dan naik ke atas trem yang mengarah ke kota.      

Orang-orang di dalam trem itu mengenali mereka – baik itu Twain ataupun Shania, mereka adalah orang-orang yang cukup dikenal di Nottingham. Beberapa orang mengeluarkan ponsel mereka untuk mengambil gambar. Matahari bersinar cerah diluar jendela dan tidak ada banyak orang di dalam trem. Selain mereka yang mengambil gambar, tidak ada yang mendatangi mereka untuk bercakap-cakap. Keduanya tidak merasa terganggu dengan tingkah laku semua orang itu. Dengan begini, mereka menikmati kehidupan sehari-hari sebagai orang biasa.      

Setelah mereka tiba di stasiun, keduanya turun dan pindah ke bus umum menuju ke pusat kota yang paling sibuk. Mereka tidak lupa melambai pada para penumpang di trem sebelum mereka pergi.      

Di dalam bus umum itu, keduanya juga menemui situasi yang sama. Tapi saat mereka semakin mendekati pusat kota dan ada lebih banyak penumpang yang naik ke atas bus, mereka menerima lebih banyak perhatian. Kelihatannya beberapa orang tampak terkejut karena bintang besar seperti Tony Twain dan Shania memilih untuk bepergian dengan naik bus. Beberapa orang membahasnya dengan penuh semangat saat mereka melihat Twain dan Shania.      

Twain dan Shania sendiri berpura-pura tidak mendengar diskusi itu dan dengan tenang duduk berdampingan sambil memandang keluar jendela dan mengagumi pemandangan jalanan.      

Sebelum dia bertransmigrasi, sulit baginya untuk membayangkan seperti apa suasana hatinya saat dia difoto melalui ponsel oleh mereka yang ada di dalam bus. Tapi sekarang dia sama sekali tidak merasa terganggu oleh situasi ini.      

Shania tidak peduli dengan yang apa yang dilakukan oleh semua orang itu. Dia kadang bercanda dengan Twain, berbicara dengan suara rendah dan tertawa senang di dalam bus yang ramai. Dia tampak lebih santai dibandingkan dengan Twain. Shania memang seseorang yang dilahirkan untuk menjadi bintang...      

Sore itu, keduanya berjalan-jalan di pusat kota untuk waktu yang lama, membeli banyak benda-benda tidak penting, selama Shania menyukai benda itu. Sejalan dengan berlalunya hari, keduanya membawa banyak tas belanjaan dan kembali naik bus untuk pulang ke Mapperley Park.      

Kali ini, Twain menggerutu kalau dia membawa mobil sendiri maka mereka takkan harus membawa begitu banyak barang belanjaan dan ikut berdesak-desakan di dalam bus yang ramai...      

Shania hanya akan memutar matanya dan berkata, "Siapa yang menyuruhmu mengirimkan mobilnya ke bengkel?"     

※※※     

Ketika keduanya tiba di rumah, Twain ambruk kelelahan di sofa dan menolak untuk bergerak dari tempatnya. Kakinya sakit. Sementara itu, Shania meletakkan barang-barang mereka dengan gembira dan berlari ke dapur.      

"Kau sangat bersemangat..." Twain semakin takut saat melihat sikap Shania. Dia bertanya, "Masakan mengejutkan apa lagi yang akan kau sajikan?"     

"Makan malam penuh cinta!" Shania menjulurkan kepalanya keluar dari dapur dan menyeringai.      

Twain tahu Shania selalu punya banyak gagasan dan dia tidak mencari tahu lebih jauh lagi. Bagaimanapun juga, pasti akan ada keterkejutan atau ketakutan yang menunggunya. Ada satu hal bagus yang diperolehnya saat bersama Shania --- dia tidak pernah tahu apa yang akan dimakannya nanti.      

Dia beristirahat sejenak dan mulai mengobrak-abrik hadiah yang dibelinya sore tadi. Selain sejumlah kebutuhan sehari-hari, ada pakaian baru untuk mereka berdua. Shania membelikannya sebuah setelan, pakaian santai, kemeja, kaos lengan panjang, jaket, dasi, sepatu kulit... Shania hanya membeli sedikit sekali untuk dirinya sendiri. Dia hanya membeli satu tas belanja.      

Saat mereka membayar semua itu, Twain tidak melihat harganya karena semua itu dibayar dengan menggunakan kartu kredit Shania --- karena sekarang adalah hari ulang tahunnya. Sekarang, melihat tas belanja berwarna pink itu, dia penasaran dan ingin melihat apa yang dibeli Shania untuk dirinya sendiri. Shania tidak membeli benda itu dengan sepengetahuannya.      

Jadi, dia meraih dan membuka tas belanja itu.      

Dia hanya mengambil satu item dan memandangnya dengan tatapan tak percaya --- dia sedang memegang sebuah pakaian dalam yang seksi berwarna pink!     

Dia dan Shania tidak pernah membutuhkan benda-benda seperti ini sebagai suami istri... Karena tubuh muda Shania yang penuh energi itu jauh lebih menarik baginya daripada pakaian dalam seksi manapun.      

Dia tidak paham kenapa Shania membelinya.      

Dia membawa pakaian dalam itu, menyembunyikannya di belakang tubuhnya dan melangkah ke dapur. Dia harus meminta klarifikasi --- dia tidak ingin Shania diam-diam membeli pakaian dalam ini dan membawanya kembali ke Amerika untuk memakainya di hadapan pria lain.      

Diam-diam dia muncul di belakang Shania, dan Shania yang sedang sibuk tidak sadar bahwa ada seseorang di belakangnya.      

Twain tidak membuka mulutnya untuk bertanya karena dia terkejut dengan apa yang dilihatnya.      

Dia melihat ada dua kotak penuh berisi tiram mentah...      

Orang bodoh mana pun tahu untuk apa tiram mentah itu.      

Disamping tiram itu terdapat setoples kecil caviar yang belum dibuka dan dibeli dari Fortnum & Mason di London.      

Keduanya adalah zat perangsang.      

"Aku bukan orang tua yang membutuhkan bahan makanan untuk memunculkan kembali gairah seksku, Shania..."     

Twain yang tiba-tiba saja bersuara di belakangnya sangat mengejutkan Shania. Gadis itu menutupi mulutnya dan berbalik. Dia menatap tajam ke arah Twain dan berkata dengan jengkel, "Kau menakutiku, Paman Tony!"     

Twain memindahkan pakaian dalam dari tangan kiri ke tangan kanan di belakang tubuhnya dan kemudian menggunakan tangan kirinya untuk menunjuk, "Apa kau tidak puas dengan performaku di tempat tidur?"     

"Apa yang kau bicarakan?!" Shania bisa mendengar ketidakpuasan dalam nada suara Twain dan bergegas menjelaskan, "Aku hanya ingin memberikan sedikit bumbu di kamar... makan malam romantis, dan aku bahkan memesan kue coklat! Bukankah menurutmu itu sangat romantis?"     

Twain mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Aku merasa kepulanganmu dari Amerika sudah romantis. Aku tidak meminta lebih banyak lagi."     

Shania mengalungkan lengannya ke sekeliling leher Twain dan berkata lembut, "Aku ingin memberimu hadiah ulang tahun terbaik, Paman Tony."     

"Aku sudah menerimanya. Semua pakaian itu..." Twain menunjuk ke arah ruang tengah diluar pintu dapur.      

Shania memutar matanya dan mengeluhkan Paman Tony yang sudah merusak suasana, "Bagaimana mungkin itu semua bisa dibandingkan dengan hadiah sesungguhnya yang akan kuberikan padamu? Aku ingin memberimu seorang bayi!"     

Twain sangat terkejut sampai-sampai dia hampir melompat dari pelukan Shania. Dia mengira dia salah dengar, "Kau hamil?!"     

Shania masih terus memutar matanya. Dia mengira Paman Tony jadi benar-benar bodoh.      

"Aku ingin hamil! Malam ini!"     

"Hey, Shania. Bagaimana kita bisa mendapatkan bayi hanya karena kita bilang kita menginginkannya?" Twain tidak tahu siapa yang lebih bodoh...      

Saat dia mendengar Twain mengutarakan keraguannya, Shania memberinya senyum bangga, "Hari ini adalah masa suburku, Paman Tony."     

Mata Twain seketika membelalak. Kelihatannya dia baru saja mendengar hal yang paling luar biasa.      

"Kau kalah, Paman Tony!" Shania tertawa bahagia di hadapan Twain, "Makan malam romantis dengan sampanye, caviar dan tiram! Ini semua adalah bagian pertama dari hadiah ulang tahunku untukmu!"     

Twain memandang istrinya dengan senang, tapi sebuah pikiran terlintas di benaknya – mungkin akan lebih menarik untuk meletakkan caviar di ujung payudara Shania...      

Ah, sungguh berdosa, aku benar-benar cabul...      

Malam itu, Tony Twain sangat sibuk sementara Shania merasa terpuaskan.     

Keduanya menginginkan seorang anak. Kehidupan keduanya yang seringkali harus tinggal sendirian bisa sedikit kesepian dan membosankan...      

Sedikit kejutan di dalam hidup memang diperlukan, baik itu Tony Twain ataupun Shania, keduanya berharap kehadiran seorang anak akan bisa menjadi kejutan bagi mereka dalam waktu dekat.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.