Mahakarya Sang Pemenang

Sebuah Helaan Nafas



Sebuah Helaan Nafas

0Selama konferensi pers, Twain berjanji pada Pierce Brosnan bahwa George Wood pasti akan tetap tinggal di klub. Tapi, dia hanya mengatakan itu untuk menenangkan tim dan para fans. Dia sendiri juga tidak tahu apakah Wood akan tetap tinggal di klub. Dia tidak cukup bodoh untuk berpikir bahwa Wood telah mengubah pikirannya hanya karena dia kembali berlatih bersama tim.      

Isu permasalahan antara dirinya dan Wood masih belum usai.      

Tony Twain harus berbicara pada Wood. Kali ini, mereka perlu berbicara di lingkungan yang tenang, dan mereka berdua harus saling bicara dengan jujur dan terbuka sehingga mereka akan bisa menyelesaikan apapun itu yang terjadi diantara mereka berdua.      

Twain jelas tidak akan memberitahu Wood bahwa ibunya sudah ditakdirkan untuk meninggal dunia, dan agar dia menyerah dalam berusaha menyembuhkan ibunya. Dia hanya ingin memberitahu Wood agar dia bersikap lebih realistis. Nottingham Forest sudah berusaha yang terbaik untuk memberikan perawatan bagi Sophia di masa lalu, dan mereka bahkan mengirimnya ke Amerika dimana metode perawatan medisnya paling maju.      

Tapi bagaimana hasilnya?     

Sophia mengalami terminal lucidity selama sesaat, dan hanya itu saja.      

Tentu saja, Twain harus lebih berhati-hati dalam menggunakan kata-katanya kali ini dan tidak seperti saat dia mengucapkannya dalam percakapan mereka di mobil sebelum ini.      

Yang ingin dia katakan pada Wood adalah Wood tidak seharusnya menganggap serius janji yang diberikan oleh AC Milan. Dia tidak bisa tumbuh dewasa kalau dia masih terus hidup di dalam fantasinya. Mereka berdua sama-sama menyadari kondisi Sophia saat ini. Yang tidak mereka lakukan hanyalah mengubah pikiran mereka menjadi kata-kata dan mengungkapkannya secara terbuka.      

AC Milan mungkin menawarkan lebih banyak uang untuk menemukan dokter yang lebih baik dan rumah sakit yang lebih maju, tapi bagaimana perasaan George Wood kalau Sophia pergi ke Italia dan masih tidak sembuh juga?     

Semakin besar kau berharap, semakin besar pula kekecewaanmu.      

Twain khawatir kalau nantinya Wood tidak akan bisa pulih dari hal ini. Dia tahu Wood adalah pemuda yang seperti apa. Wood mungkin bersikap seperti orang dewasa, tapi sebenarnya dia masih kanak-kanak dalam beberapa hal. Tanpa ibunya dan Twain di sisinya, Twain merasa kalau Wood mungkin akan mengalami depresi kalau dia harus menghadapi kemunduran terbesar di dalam hidupnya sendirian.      

Geoge Wood adalah satu-satunya kekuatan pendorong yang membuat Sophia tetap hidup. Siapa yang berani mengatakan bahwa Sophia bukanlah satu-satunya kekuatan pendorong yang membuat Wood tetap hidup?     

Tapi, situasi semacam ini tidak boleh terus berlanjut. Mungkin akan kejam baginya untuk mengatakannya seperti ini, tapi semua manusia harus tumbuh dan berkembang. Karena tidak ada yang ingin menjadi 'orang jahat', maka Twain, yang 'sudah busuk hingga ke tulang' akan harus mengambil peranan ini. Itulah sebabnya mengapa dia mengatakan kata-kata yang menyakitkan itu pada Wood di dalam mobil.      

Sekarang adalah saatnya bagi mereka berdua untuk melakukan percakapan yang tenang dan mendalam. Topiknya mungkin brutal, tapi semua orang harus menghadapi kekejaman hidup suatu hari nanti.      

Kita harus belajar menghadapi kekejaman hidup secara langsung dan tidak bersembunyi di dalam fantasi yang kita buat.     

Hidup siapa yang tidak kejam?     

Aku bertransmigrasi ke Inggris untuk alasan yang tidak diketahui dan aku kehilangan ayah dan ibuku karenanya. Bukankah itu kejam? Kalau yang kulakukan adalah melarikan diri dari kehidupanku yang kejam ini, bagaimana aku bisa terus hidup? Akan lebih baik kalau aku mengikatkan diriku ke batu besar lalu melompat ke selat Inggris.      

Di sepanjang 24 tahun hidup George Wood, dia tidak pernah kekurangan kasih sayang dari ibunya. Satu-satunya hal yang tidak bisa dinikmatinya selama sedetikpun adalah kasih sayang ayahnya. Konsep 'ayah' adalah sesuatu yang jauh dan asing baginya. Dalam kehidupannya, dia tidak pernah mengalami dampak yang ditimbulkan oleh kehadiran seorang 'ayah'.      

Twain tidak keberatan menjadi 'ayah'-nya. Dia memiliki karakter yang sangat keras sampai-sampai bisa dianggap agak terlalu menuntut, dan dia juga memiliki karakter yang kasar.      

"Aku harus minta maaf padamu, George." Twain tidak bertele-tele saat mereka kembali saling bertemu muka.      

Wood hanya menatapnya dan tidak mengatakan apa-apa. Dia mendengarkan kata-kata ibunya dan meminta maaf pada Twain, tapi dia masih merasa sedikit tidak nyaman.      

"Kau masih marah tentang kata-kata yang kukatakan padamu tempo hari, kan?"     

"Kukira kau memahami hubungan yang kumiliki dengan ibuku."     

"Tentu saja aku memahaminya. Sebenarnya, aku jauh lebih memahaminya daripada yang kaukira..." Twain mengibaskan tangannya. "Aku tahu kata-kataku akan membuatmu merasa tidak nyaman. Tapi jangan salah sangka. Aku juga berharap ibumu bisa terus hidup dengan sehat. Aku tidak ragu bahwa ada kemungkinan itu akan terjadi. Setiap tahun, kau menghabiskan jutaan pounds dari gaji tahunanmu untuknya dan itu berfungsi sebagai basis ekonomi seluruh permasalahan ini."      

Twain mengamati reaksi Wood setelah dia mengatakan kata-kata itu. Dia sadar bahwa Wood tidak menunjukkan tanda-tanda ingin membantahnya, jadi dia melanjutkan ucapannya, "Apa kau percaya dengan keajaiban, George?"     

"Keajaiban?" Wood memikirkannya sejenak. Sebelum dia pergi tidur setiap malam, dia selalu berharap bahwa dia akan bisa bangun keesokan harinya dan melihat ibunya duduk disamping ranjangnya sambil tersenyum. Ibunya akan memberitahunya, "George, aku sudah sembuh!"     

Apa itu termasuk 'sebuah keajaiban'?     

Kalau itu dihitung sebagai sebuah keajaiban, maka dia telah mempercayainya sejak dia bisa berpikir sehat, selama hampir 20 tahun.      

Tapi itu tidak pernah menjadi kenyataan bahkan satu kali pun.      

Haruskah dia mempercayainya? Haruskah dia tidak mempercayainya?     

"Aku masih ingat saat kami mengirim ibumu ke Amerika untuk perawatannya. Dokter yang memeriksanya tampak sangat terkejut dan mengatakan bahwa ibumu seharusnya tidak bisa hidup sampai saat itu jika dilihat dari kondisinya..." Twain perlahan menceritakan kisah yang belum pernah didengar Wood sebelum ini.      

Twain masih ingat dengan jelas ekspresi ketakutan di wajah dokter itu, karena dia sendiri juga sangat terkejut setelah mendengar kata-katanya itu. Dokter itu memberitahu semua orang yang ada disana bahwa Sophia seharusnya meninggal dunia setelah melahirkan Wood. Dia kehilangan banyak darah setelah melahirkan Wood, dan dia tidak punya banyak nutrisi di tubuhnya usai melahirkan. Hal ini membuat wajah dan bibirnya tampak pucat dan kehilangan warnanya. Hampir setiap insiden yang terjadi dalam hidupnya sejak saat itu ibarat sebuah 'racun' yang bisa mengarah pada kematian mendadak.      

Edward juga sangat terkejut saat mendengar itu. Dia bertanya pada Twain, yang paling dekat dengan Sophia, apakah itu benar.      

Hal pertama yang muncul di benak Twain adalah George Wood. Dia menganggukkan kepalanya. "Sophia punya sesuatu yang bekerja lebih baik daripada dokter ataupun obat apapun... dan itu menopang hidupnya."     

"Itu kau, George." Twain memberitahu Wood yang duduk di hadapannya. "Ibumu percaya pada keajaiban. Tapi keajaibannya bukanlah peralatan medis, dokter ataupun obat-obatan. Itu adalah kau, putranya. Kau adalah inti dari hidupnya dan kau membuatnya tetap hidup. Kau adalah keajaibannya. Apa kau tahu kenapa ibumu tidak pernah memeluk agama apapun meski berada dalam situasi yang sulit? Itu karena kau adalah Tuhan baginya, George."     

Wood telah menundukkan kepalanya tanpa disadari oleh Twain dan tidak mengatakan-apa untuk menanggapinya. Twain tidak bisa melihat ekspresi wajahnya dan dia hanya bisa menebak apa yang sedang dirasakan Wood berdasarkan perasaannya.      

"Lelucon itu tidak lucu..." suara Wood terdengar pelan.      

"Sayangnya, George. Itu semua adalah kata-kata yang diberitahukan oleh ibumu padaku secara pribadi." Twain memandang Wood, yang masih menundukkan kepalanya, dengan ekspresi serius.      

Sebelum kursi roda Sophia didorong masuk ke dalam ruang operasi, Sophia tiba-tiba saja memegang erat tangan Twain. Ada cahaya redup yang berkerlip di matanya saat dia memandang Twain dengan bola matanya yang berwarna hitam.      

Suaranya terdengar lemah, dan karenanya Twain harus membungkukkan badan serta meletakkan telinganya di dekat bibirnya untuk bisa mendengar gumamannya.      

"Selain George... Aku tidak punya hal lain yang kukhawatirkan, Tn. Twain... Dia bayiku dan aku tidak bisa berhenti mencemaskannya. Kalau aku..."     

Twain meremas tangan Sophia yang sedingin es. "Kau akan baik-baik saja, Sophia. Kau hanya akan tidur sebentar. Jangan mempercayakan hal sepenting itu padaku. Aku bukan orang yang berhati-hati. Aku selalu melupakan berbagai hal. Aku akan mengacaukan semuanya... kau harus merawat sendiri hal yang paling kausayangi. Kau harus terus hidup, tak peduli apapun yang terjadi, untuk George."     

Dua jalur air mata mengalir dari sudut mata Sophia yang berkaca-kaca.      

Twain tersenyum padanya dan berkata, "Kapanpun aku memimpin timku, aku akan selalu memberitahu para pemainku, termasuk putramu, bahwa aku tidak ingin mereka menyerah dalam mencapai kesuksesan, tak peduli seberapa sulit situasi yang mereka hadapi. 'Tidak pernah mengakui kekalahan' dan 'tidak pernah menyerah' adalah kata-kata yang sering digunakan banyak orang untuk menegurku, tapi kurasa kata-kata itu adalah bentuk pujian terbaik untukku. Aku merasa bangga dengan apa yang mereka katakan untuk menegurku. Sekarang, aku akan mengatakannya padamu, Sophia. Tak peduli apapun yang terjadi, jangan mengakui kekalahan dan jangan menyerah. Kau harus tetap hidup tak peduli seberapa sulitnya itu. Bukankah kau berhasil tetap bertahan selama 18 tahun berlakangan ini? Sekarang putramu telah menjadi pesepakbola profesional dan menghasilkan banyak uang, kehidupanmu juga jauh lebih baik daripada sebelumnya. Alasan apa yang bisa membuatmu menyerah dan melepaskan hal yang paling kau sayangi? Kau harus terus hidup, bukan untuk orang lain, tapi untuk George dan untuk dirimu sendiri."     

Sophia menganggukkan kepala dan air mata terus mengalir di wajahnya.      

Dia melepaskan pegangan tangannya di tangan Twain dan didorong masuk ke dalam ruang operasi.      

Twain memperhatikan bagaimana kepala Wood tertunduk semakin rendah.      

"Operasi itu sangat berbahaya. Itu berlangsung selama 12 jam."     

Setelah terdiam sejenak, Twain melanjutkan, "Aku tidak menentangmu kalau kau ingin ibumu menjalani perawatan. Sejumlah besar gaji tahunanmu sudah dihabiskan untuk itu. Kau sudah mengunjungi banyak negara untuk berusaha menyembuhkan ibumu. Mungkin Italia adalah sebuah pilihan yang memang bisa kau pertimbangkan? Aku tidak tahu. Satu-satunya alasan kenapa aku mencoba membuatmu tetap tinggal adalah karena aku tidak percaya AC Milan akan memenuhi janji mereka. Tentu saja..." Dia memandang Wood. "Aku juga harus mengakui bahwa aku jauh lebih realistis daripada dirimu tentang hal-hal semacam ini. Aku mungkin terlalu realistis sampai-sampai aku dianggap tak lagi berperasaan... Tapi kalau kau bersikeras ingin mencobanya di Italia setelah percakapan kita hari ini, kau bisa mengajukan permintaan transfer dan aku akan melepaskanmu. Aku hanya memberimu saran. Terserah padamu kalau kau mau mengambilnya atau tidak. Pikirkan saja, saat semua mantan rekan setimmu ingin meninggalkan klub, siapa yang berhasil aku pertahankan?"     

Twain merentangkan kedua tangannya dan tertawa mengejek dirinya sendiri.     

Itu benar, semuanya dimulai dari sejak Michael Dawson hingga Bendtner. Kapan dia pernah sukses dalam mempertahankan pemain yang tak ingin dijualnya?     

Aku hanyalah orang yang dimanfaatkan orang lain dari ujung kepala sampai kaki.      

Mereka menyebutku 'Raja' yang memutuskan siapa yang hidup dan mati? Lelucon apa itu. Itu hanyalah keeksentrikan media yang berusaha membesar-besarkan segala hal. Kalian benar-benar mempercayainya?     

Itu aneh, bukankah seharusnya aku membujuk Wood agar tetap tinggal di klub? Kenapa sekarang aku justru membujuknya untuk pergi?      

Ini tidak benar...      

"Err... Tidak...Sebenarnya, aku tidak ingin kau pergi, George. Kita seharusnya menggunakan metode lain untuk menyelesaikan masalah ini. Kau ingin menemukan dokter terbaik, rumah sakit terbaik, obat dan peralatan terbaik untuk mengobati ibumu, kan? Apa yang membuatmu mengira Nottingham Forest tidak bisa mengeruk uang sebanyak yang dijanjikan AC Milan padamu? Laboratorium mereka di Milan adalah tempat yang hanya bisa mengobati cedera olahraga. Itu bukan tempat untuk mengobati penyakit yang diderita ibumu. Kenapa kau harus pergi ke Italia? Bukankah akan sama saja kemanapun kau pergi?"     

Setelah berputar-putar, Twain akhirnya menemukan 'gagasan utamanya'.      

Dia hampir saja tertipu dengan AC Milan. AC Milan berjanji untuk menyediakan perawatan bagi ibu Wood tak peduli berapapun biayanya, tapi mereka tidak pernah mengatakan bahwa perawatan itu akan dilakukan di Italia. Mereka hanya berharap akan bisa menarik perhatian George Wood dan membuat diri mereka tampak lebih baik di matanya karena menawarkan kemurahan hati. Lalu mereka akan bisa mencapai perjanjian kontrak dengan si pemain, yang akan membantu mereka dalam melakukan serangan habis-habisan terhadap klub...      

Bukankah itu metode yang digunakannya sepanjang waktu?     

Tawaran AC Milan bukanlah hal yang menentukan. Selama Nottingham Forest FC mengajukan penawaran yang sebanding di atas meja, maka George Wood adalah seseorang yang harus memutuskannya sendiri.      

Bisakah Nottingham Forest memberikan penawaran yang sama seperti AC Milan?     

Tidak diragukan lagi.      

Sebenarnya, setelah operasi yang dulu pernah dilakukan, dokter ahli bedah itu memberitahu mereka bahwa tubuh Sophia sangatlah lemah, dan kalau mereka ingin membuat Sophia bisa hidup lebih lama, maka dia seharusnya tidak menjalani operasi lain di masa depan. Dia sebaiknya mengkonsumsi pengobatan yang mahal untuk menopang hidupnya. Uang yang dibutuhkan untuk pengobatan itu tidak ada artinya bagi Nottingham Forest.      

Ternyata percakapan ini adalah percakapan yang tenang...      

Sebenarnya, orang yang tenang adalah dirinya. Twain sadar bahwa setelah dia tenang, dia bisa melihat bahwa AC Milan sebenarnya tidak memberikan ancaman baginya. Dia sendirilah yang hampir saja mengacaukan semuanya karena dia panik.      

Persetan!     

Apa kau pikir seluruh dunia menentangmu? Kau hampir saja kehilangan dirimu sendiri tadi!     

Twain berhenti berbicara dalam hati dan memandang Wood dalam diam sambil menunggu tanggapan darinya.      

Setelah beberapa waktu, suara suram Wood kembali terdengar, "Aku tidak pernah bilang aku ingin pergi ke Italia."     

"Hah?" Twain mengira kalau dia salah dengar.      

"Aku tidak pernah bilang kalau aku ingin pergi ke Italia." Wood akhirnya mengangkat wajahnya. Matanya merah, tapi tidak ada bekas air mata di wajahnya.      

Twain membuka mulutnya lebar-lebar dan menatap kosong pada Wood. Dia mengira kalau dia sedang menatap seorang alien.      

Konfrontasi ini berlangsung beberapa saat sebelum akhirnya Twain tiba-tiba saja berseru, "Dasar keparat!" Dia tidak marah. Dia hanya menyerukan itu karena dia baru sadar bahwa Wood tidak memberitahu dirinya maupun media kalau dia ingin pergi ke Italia...     

Sebenarnya dirinyalah yang keparat disini, tapi Twain adalah pria yang arogan. Dia tak mungkin memberitahu Wood tentang itu.      

"Baiklah, kelihatannya aku sudah salah tebak dan terlalu yakin dengan diriku sendiri..." Pria arogan itu masih mau menundukkan kepalanya. "Aku akan minta maaf padamu. Apa kau mau menerimanya?"     

Wood menggelengkan kepalanya. "Bukan berarti apa yang kau katakan tadi tidak masuk akal..."     

Ada pria arogan lain disini.      

Sekarang setelah mereka sudah menyelesaikan apa yang ingin mereka bahas, sudah saatnya untuk membahas masalah pribadi yang lain...      

"George, aku harus mengatakan ini padamu dengan serius. Sudah saatnya bagimu untuk memikirkan tentang kehidupan cintamu. Ibumu benar-benar berharap bisa melihatmu berhenti melajang. Berapa lama lagi kau ingin membuatnya menunggu?"     

Wood terdiam selama beberapa waktu dan kemudian berkata, "Aku masih belum menemukannya..."     

"Gadis seperti apa yang kaucari? Aku bisa meminta Shania untuk memperkenalkan beberapa orang gadis padamu. Tidak masalah kalau kau ingin mendapatkan supermodel ataupun bintang film," canda Twain.     

"Seseorang seperti ibuku."     

Jawaban jujur George Wood itu hampir membuat Twain muntah darah.      

Dia menarik nafas dalam untuk menenangkan diri, lalu dia menghembuskannya sekaligus.      

Kehidupan cinta bocah ini...      

Serahkan saja semuanya pada takdir!     

※※※     

Bagi Twain, 'kisah segitiga' antara dirinya, George Wood dan AC Milan telah usai. Tapi, bagi para reporter yang hanya ingin dunia terus berada dalam kekacauan, kisah ini baru saja dimulai.      

Twain membuat mereka tetap berada diluar pintu, tapi sebenarnya, mereka sendirilah yang melangkah keluar. Tapi, berada diluar pintu tidak mencegah semua reporter itu untuk mengarang-ngarang berita.      

Kenapa George Wood melewatkan latihan rutin? Wood boleh saja muncul setelahnya, tapi faktanya adalah dia masih datang terlambat untuk latihan. Pasti ada alasan dibalik Twain yang tiba-tiba saja marah di kompleks latihan hari itu. Dia pasti marah karena AC Milan berusaha merekrut George Wood. Seseorang pasti akan membiarkan imajinasi mereka menjadi liar kalau mereka menghubungkan hilangnya kendali diri Twain di kompleks latihan dengan keterlambatan George Wood datang ke sesi latihan.      

Mungkinkah pria yang dikenal sebagai prajurit paling setia Nottingham Forest akhirnya menghadapi hari dimana dia tidak bisa menahan godaan dan berakhir mengkhianati negaranya?     

Ini jelas berita yang mencengangkan!      

Keesokan harinya, laporan berita tentang bagaimana George Wood sedang berusaha keluar dari tim mulai mengemuka di berbagai media. Para reporter itu semuanya merasa yakin bahwa Wood akan pindah ke AC Milan, dan mereka menghidupkan berbagai macam cerita orang dalam tentang kemungkinan transfer ini. Seolah-olah para reporter itu tak kasat mata dan telah mengikuti George Wood dan Adriano Galliani selama 24 jam dalam seminggu. Tidak ada ruang bagi para pembaca untuk meragukan semua itu.      

"... Kenapa George Wood terlambat latihan untuk yang pertama kalinya dalam karirnya? Kita harus ingat bahwa dia adalah contoh pemain teladan di tim saat ada hubungannya dengan disiplin. Ini pasti karena dia kesal dengan keputusan Twain yang tidak membiarkannya pergi ke AC Milan, dan karenanya keterlambatannya dalam berlatih adalah sebuah bentuk protesnya terhadap Twain. Dulu saat pemain Mali Mahamadou Diarra ingin pindah dari Lyon ke Real Madrid, Jean-Michel Aulas tidak ingin melepaskannya. Diarra menolak muncul untuk latihan dan mengancam dia akan pensiun kalau mereka tidak membiarkannya pergi ke Real Madrid. Kelihatannya George Wood mungkin belajar satu atau dua hal dari pemain itu..."     

"Mudah untuk melihat kenapa Tony Twain sangat marah. Pemain bintang yang paling dipercaya olehnya telah mengkhianatinya. Semua orang di dunia ini pasti akan marah. Kabarnya adalah AC Milan menawarkan harga yang sangat tinggi untuk George Wood. Ditambah lagi fakta bahwa manajer Wood, Billy Woox, juga membujuknya untuk pindah... pasti sulit bagi George Wood untuk tidak merasa tergoda..."     

"Kemarin, Tony Twain terlihat marah di pinggir lapangan. Alasannya jelas ada kaitannya dengan kesulitan yang dihadapinya belakangan ini. George Wood tergoda oleh gaji besar yang ditawarkan AC Milan dan Twain tidak bisa menemukan cara untuk menghalanginya. Untuk memperburuk masalah, Wood sengaja datang terlambat sebagai sebuah cara untuk mengekspresikan sikapnya. Jadi..."     

Keesokan harinya, Nottingham Forest menghadapi Fulham di pertandingan pertama musim baru.      

Media tampak 'terkejut' melihat George Wood duduk di bangku cadangan!     

Rasa-rasanya seolah seluruh adegan ini sudah diatur agar media hanya perlu menambahkan catatan kaki di dalam artikel berita mereka.      

"George Wood tidak mengalami cedera belakangan ini. Selain itu, Liga Utama Inggris baru saja dimulai, tidak mungkin dia punya masalah stamina... Tidak, bahkan meski Liga Utama sudah berjalan hingga Natal, Wood tidak akan punya masalah stamina. Bagaimana dengan penampilannya? Apakah kita pernah mendengar kapan monster ini tidak bisa tampil baik? Lalu kenapa George Wood duduk di bangku cadangan? Jawabannya sudah jelas, seterang siang hari!"     

Para komentator berspekulasi dengan penuh semangat. Kalau George Wood, yang tampil sangat bagus selama Piala Dunia, meninggalkan Nottingham Forest dan pindah ke AC Milan, maka ini pasti akan menjadi transfer yang paling sensasional di musim panas ini.      

Sebuah spanduk yang menyerukan agar klub terus mempertahankan George Wood telah digantung di tribun stadion City Ground. Seluruh pemandangan ini memberikan kesan bahwa si pemain benar-benar akan meninggalkan tim.      

Di dalam forum fans Forest, ada beberapa fans ekstrim yang menegur Wood karena menjadi Judas yang mengkhianati semua orang demi uang, dan ada pula fans setia Wood yang akan muncul untuk membela idola mereka. Kedua kubu menimbulkan perdebatan online yang panas tentang Wood.      

Sebenarnya, kalau mereka ingin memahami kebenaran dibalik urusan ini, yang perlu mereka lakukan adalah mendengarkan apa yang dikatakan Twain atau Wood.      

Sayangnya, hubungan Twain dengan media telah berubah buruk beberapa hari yang lalu dan dia menolak semua wawancara dari media, kecuali Nottingham Evening Post. Di waktu yang bersamaan, dia tidak membiarkan media mendekati para pemainnya. Bahkan saat dia menjawab pertanyaan Brosnan, dia menolak untuk menyinggung apapun yang ada kaitannya dengan George Wood. Tindakannya ini membuat semua orang bingung.      

Sedangkan George Wood?     

Meski media berhasil menahannya dengan satu atau lain cara, dia tidak akan menjawab pertanyaan apapun tentang kabar kepindahannya ke AC Milan. Dia menggunakan dua hal yang menjadi keunggulannya, yakni kediamannya dan wajah dingin-nya, untuk menjawab semua pertanyaan itu.      

Setelah pertandingan berjalan, layar disorotkan beberapa kali ke wajah George Wood yang duduk di bangku cadangan. Wajahnya yang tanpa ekspresi ditafsirkan oleh para komentator sebagai wajah yang menunjukkan 'ketidakpuasan terhadap Tony Twain'.      

Komentator menyinggungnya beberapa kali selama pertandingan berlangsung, "Kalau George Wood sudah mencapai kesepakatan dengan AC Milan, maka Twain tidak akan memberinya kesempatan bermain satu menit pun sebelum dia pergi. Ini mungkin terakhir kalinya kita bisa melihatnya berada di stadion City Ground."     

"Dulu, baik Tony Twain dan George Wood adalah dua sosok yang sering dibahas banyak orang dengan penuh antusias. Hubungan yang mereka miliki seperti ayah dan anak, dan mirip seperti yang dulu terjadi antara Ferguson dan Beckham. Twain mengubah Wood dari seorang kuli angkut yang tinggal di perumahan kumuh menjadi seorang bintang besar yang tinggal di sebuah kastil, sementara Wood membantu Twain mencapai kejayaan dan menjadi juara yang sangat diidamkannya. Keduanya seperti partner terbaik di Liga Utama Inggris. Tapi partnership terbaik ini akan berakhir. Kesetiaan dan kejayaan tidak ada tandingannya saat menghadapi godaan uang... Tiba-tiba saja aku merasa sedikit kasihan pada Tony Twain..."      

Tony Twain yang dikasihaninya saat ini sedang berdiri di pinggir lapangan dengan ekspresi serius di wajahnya saat dia mengarahkan timnya. Timnya sedang mengalami kebuntuan melawan Fulham saat ini. Skor pertandingan adalah 1:1 dan melihat situasi yang terjadi di lapangan saat ini, tidak ada yang tahu siapa yang bisa memenangkan pertandingan.      

Komentator kembali melanjutkan pekerjaannya setelah bersimpati pada Twain.     

"Tanpa George Wood, Nottingham Forest kurang memiliki ketangguhan di lini tengah dan kemampuan mereka dalam mengendalikan lini tengah juga menurun drastis. Tiago tidak berada di level yang sama seperti George Wood. Selain itu, dia juga semakin tua dan kondisinya mengalami penurunan setiap hari. Kalau aku adalah Twain, aku akan menjualnya musim panas ini. Sahin kurang mendapatkan perlindungan di depan sementara dia terus memberikan bola pada lawan. Bagaimana mungkin Forest bisa menyusun serangan?"     

"Ibisevic masih belum berbaur dengan tim dan sebagai striker, dia kurang mendapatkan dukungan di lini depan. Cohen menunjukkan penampilan yang biasa-biasa saja, tapi dia mungkin terlalu jujur sebagai seseorang yang seharusnya membantu serangan tim... Nottingham Forest membutuhkan semacam inspirasi atau semacam dorongan. Mungkin seharusnya Twain memasukkan pria Chile itu?"     

Babak pertama berakhir dengan skor 1:1.      

Di babak kedua, Twain tidak melakukan perubahan dan masih terus menggunakan tim dan taktik yang sama.      

Di menit ke-67, Nottingham Forest berhasil unggul dalam waktu tiga menit sebelum komentator menduga Twain akan melakukan pergantian pemain.      

Eastwood mendadak menendang bola dari luar kotak penalti dan membuat kiper Fulham, Diego Pani, lengah. Kiper itu tidak menduga Eastwood akan melakukan tembakan jarak jauh dari tempatnya berada tanpa mengambil awalan. Sudah terlambat saat dia memutuskan untuk melompat ke samping, dan dia hanya bisa menyaksikan bola melayang masuk ke gawang yang ada di belakangnya.      

Stadion City Ground kembali bersorak untuk yang kedua kalinya hari ini, dimana para fans merayakan gol Eastwood.      

"Sebuah gol yang cemerlang! Eastwood masih tetap bisa mempertahankan kondisinya sejak musim lalu! Twain telah sibuk mencari seorang striker di sepanjang musim panas ini, tapi aku harus bilang kalau dia sudah punya seorang striker yang berbakat di sampingnya!"     

"Romani Rooney telah membantu Nottingham Forest unggul dengan dua gol yang dicetaknya!"     

Twain, yang selalu mengerutkan wajahnya, akhirnya mendapatkan alasan untuk melampiaskan emosinya. Dia mengangkat kedua tangannya sambil berlari keluar dari area teknis, dan memeluk orang-orang di sekelilingnya.      

Layar kembali diarahkan pada Wood. Mereka ingin melihat bagaimana kapten Nottingham Forest, yang tampak seperti bagian dari tim tapi hatinya berada di tempat lain, akan bereaksi terhadap gol ini.      

Wood berdiri di bangku cadangan dan bertepuk tangan bersama para pemain cadangan lainnya.      

Pemandangan itu terlihat harmonis, tapi bagi mereka yang memiliki agenda tersembunyi, adegan itu hanya terlihat seperti 'harmoni palsu'...      

※※※     

Setelah Eastwood membantu timnya kembali unggul, Twain akhirnya memasukkan Matias Fernandez untuk menggantikan Cohen dan menggantikan Sahin dengan Bostock. Tidak ada perubahan pada formasi dan taktik tim.      

Menjelang akhir pertandingan, Twain mengeluarkan Ibisevic, yang tampil biasa-biasa saja selama pertandingan dan memasukkan van Nistelrooy sebagai gantinya. Van Nistelrooy sudah tidak bermain selama satu setengah tahun, dan dia menerima tepuk tangan yang meriah dari para fans setelah dia melangkah masuk ke dalam lapangan.      

Sebenarnya, Twain tidak mengeluarkan Ibisevic karena kesal dengan penampilannya, karena dia sendiri juga tidak tahu jenis penampilan seperti apa yang akan ditunjukkan oleh van Nistelrooy. Dia hanya menurunkan van Nistelrooy ke lapangan untuk membiarkannya tampil di hadapan publik di stadion kandang mereka sendiri. Dua pertandingan Nottingham Forest yang berikutnya adalah pertandingan tandang.      

Kepala Ibisevic tampak tertunduk dan dia terlihat kecewa saat dia melangkah keluar dari lapangan. Dia berusaha keras untuk mencetak gol dalam pertandingan debutnya untuk Nottingham Forest karena dia ingin membuktikan kemampuannya dan dia juga ingin membuktikan bahwa penilaian Tony Twain memang benar saat membelinya untuk tim. Tapi, kelihatannya Liga Utama Inggris memang benar-benar berbeda dari Bundesliga.      

Twain menjabat tangannya dan berkata, "Bagus sekali, Ibi."     

Ibisevic tampak sedikit kecewa dan tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menjabat tangan Twain dan terengah-engah saat duduk di bangku cadangan.      

Boss sudah bertaruh dengan seseorang bahwa aku akan mencetak 20 gol musim ini. Aku sudah bermain selama 88 menit di pertandingan pertamaku musim ini dan aku masih belum mencetak gol, tapi boss masih terlihat tenang. Aku benar-benar tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya.      

Twain menghabiskan kuota pergantian pemainnya dengan menurunkan van Nistelrooy. Ini artinya George Wood jelas tidak akan tampil di pertandingan.      

Komentator masih terus-menerus berbicara tentang ini, "Kelihatannya konflik antara Twain dan Wood telah banyak diketahui publik. Twain bahkan tidak membiarkan Wood melakukan pemanasan di pertandingan ini. Sepertinya dia tidak berniat untuk menurunkan Wood sejak awal! Ini mengingatkanku pada musim 2008-09, saat Bendtner berselisih dengan Twain karena dia bersikeras ingin pergi ke Manchester City. Twain melepaskan Bendtner dari daftar pemain dan menyuruhnya pulang untuk menonton TV sementara timnya bertanding di stadion kandang. Berdasarkan apa yang telah kita lihat sejauh ini, mungkin besok adalah hari dimana kita akan mengetahui hasil akhir dari rumor transfer ini?"     

Reporter yang duduk di boks pers sudah mulai memikirkan beragam judul berita yang sensasional untuk menarik para pembaca usai menonton pertandingan ini.      

'Prajurit Baja Mendarat di Milan!'     

'St. George Memberkati Milan!'     

'Hubungan Tujuh-tahun! Tony Twain dan George Wood Resmi Berpisah Jalan!'     

'Ayah dan Anak Menjadi Rival. Kehangatan Hubungan Mereka Telah Memudar...'     

Seseorang pasti harus mengakui bahwa seorang individu hanya perlu menjadi imajinatif untuk bisa bekerja dalam industri berita. Kalau tidak, maka dia takkan bisa bertahan lama di bidang itu.      

Pada akhirnya, Nottingham Forest mendapatkan kemenangan tipis 2:1 atas Fulham di pertandingan pertama mereka untuk musim ini, berkat gol Eastwood di babak pertama dan kedua.      

※※※     

Ruang pers stadion City Ground dipenuhi banyak orang. Berbagai reporter dari media yang berbeda telah berkumpul di bawah satu atap untuk konferensi pers paska-pertandingan.      

Apa yang mereka pedulikan bukanlah hasil pertandingan. Roy Hodgson, manajer Fulham yang menjadi lawan Forest barusan, hanya dianggap udara kosong di mata para reporter.      

Semua reporter mengangkat tangan mereka selama segmen dimana mereka bisa bebas mengajukan pertanyaan. Mereka ingin bertanya pada Twain apakah keputusannya membiarkan George Wood berada di bangku cadangan ini berarti keduanya telah resmi berpisah jalan, dan bahwa George Wood akan segera melakukan penerbangan menuju Milan.      

Tapi, sebuah adegan yang tak terduga terjadi, dimana tidak seorangpun, bahkan petugas pers sekalipun, bisa menebaknya.      

Twain memandang semua tangan terangkat yang seolah membentuk hutan di hadapannya. Dia langsung mengambil alih pekerjaan petugas pers. Dia mengangkat mikrofon dan memberitahu para reporter itu sambil tersenyum, "Ada satu hal yang perlu kukatakan sebelum kalian semua mengajukan pertanyaan. Aku tidak akan menerima pertanyaan dari media manapun kecuali Nottingham Evening Post. Kalau kalian tidak mau membuat lengan kalian lelah, maka kusarankan untuk menurunkan lengan kalian sekarang. Kalau tidak, meski kalian dipilih oleh petugas pers, aku hanya akan berpura-pura tidak mendengarnya. Apa aku sudah membuat kata-kataku jelas? Kalau begitu, Tn. Pierce, apa kau punya pertanyaan?"     

Pierce Brosnan tidak bangkit berdiri untuk mengajukan pertanyaan. Dia masih terkejut dengan keputusan Twain, sama halnya dengan para reporter lainnya.      

Tony Twain berniat untuk membungkam semua media di Inggris. Apa dia tahu apa artinya melawan semua media di negara ini?      

Setelah Twain menyelesaikan kata-katanya, para reporter yang duduk di hadapannya menjadi gempar. Kekacauan terjadi di lokasi saat para reporter itu mulai memprotes dengan suara keras.     

Twain bangkit berdiri dan mengangkat bahunya. "Kelihatannya tidak ada yang punya pertanyaan. Kalau begitu, sampai jumpa." Sebelum dia meninggalkan tempat, dia tidak lupa berjabat tangan dengan Roy Hodgson yang malang dan ikut terseret dalam konflik antara Twain dan para reporter. Hodgson memandang Twain dengan mata terbelalak saat Twain menjabat tangannya dan dia jelas tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.      

Setelah itu, Twain berbalik, tampak penuh percaya diri dan tenang. Sekarang adalah gilirannya untuk mempermainkan para reporter, sama seperti mereka mempermainkannya dua hari yang lalu.      

Salah satu reporter menggelengkan kepalanya saat dia melihat Twain menghilang melewati pintu.      

"Tony Twain yang ini... Dia sudah kembali!"     

"Memangnya dia pikir dia siapa?" Seseorang berteriak keras dengan marah. "Apa haknya memperlakukan kita seperti ini"     

"Jangan bodoh, anak muda." Seorang reporter yang lebih tua menegur reporter yang baru saja mengeluh. "Dia tidak membutuhkan kita untuk memasukkan uang ke dalam sakunya. Tentu saja dia bisa memperlakukan kita seperti ini. Selama dewan klub mempercayainya, maka dia punya nyali untuk melakukan ini. Sebaliknya, kitalah yang menyedihkan. Kita harus bergantung padanya untuk mendapatkan uang....'     

Kata-katanya menimbulkan desahan nafas panjang dari beberapa orang di sekelilingnya.      

Tony Twain memang seorang 'pembuat berita' tulen. Dia selalu bisa memainkan media di telapak tangannya. Media sangat membencinya hingga ke tulang, tapi mereka tidak bisa meninggalkan sisinya bahkan untuk sesaat. Twain selalu menimbulkan kontroversi dimanapun dia berada, tapi hal itu sepertinya tidak mengurangi karismanya sedikitpun.      

Sangatlah menyedihkan bagi para reporter Inggris, yang sudah terbiasa bersikap arogan, untuk bertemu seseorang seperti Twain.      

Mereka adalah 'raja tanpa mahkota', sementara Tony Twain adalah seorang 'raja' yang telah dinobatkan secara resmi di Stadion City Ground.      

※※※     

Meskipun konferensi pers itu berakhir buruk, para reporter tidak cemas mereka tak punya bahan berita untuk ditulis. Selain membesar-besarkan seluruh insiden dimana Twain bersikap kasar kepada para reporter selama konferensi pers, para reporter juga sudah terfokus dalam mempublikasikan 'keretakan' antara George Wood dan Twain.      

Kalau seorang pembaca hanya membaca artikel tentang Nottingham Forest selama dua hari belakangan ini, maka mereka akan cenderung beranggapan bahwa George Wood memiliki kebencian yang sangat mendalam pada Twain. Kata 'vendetta' bisa digunakan untuk mendeskripsikan situasi antara keduanya saat ini.      

Sementara itu, media Italia, La Gazzetta dello Sport, tidak bisa menahan kegembiraan mereka atas kabar transfer ini dan mereka telah merekayasa foto George Wood memakai jersey AC Milan yang bergaris-garis hitam dan merah dengan Photoshop. Mereka mengindikasikan bahwa George Wood sudah berada dalam genggaman Adriano Galliani di dalam artikel mereka.      

Galliani, si serigala tua itu, menunjukkan kehati-hatian dan optimisme meski dia memiliki keunggulan yang nyata di situasi ini.      

Dia memberitahu media, "Kami mengakui bahwa kami memang tertarik untuk membeli George Wood, tapi terlepas dari apakah dia bisa bergabung dengan klub kami atau tidak, keputusan itu tidak berada di tangan kami melainkan di tangan Tony Twain dan Nottingham Forest FC. Akan bagus sekali kalau dia bisa datang. Dia adalah pemain yang hebat. Aku yakin dia akan bisa mendapatkan kesuksesan yang sama.. Tidak, bahkan lebih sukses lagi di San Siro."     

Dibandingkan dengan 'kehati-hatian' yang ditunjukkan oleh Galliani, yang tidak lebih dari sekadar upaya untuk menutupi kebenaran, 'kehati-hatian' yang ditunjukkan oleh Carlo Ancelotti adalah terhadap kabar transfer itu sendiri.      

"Aku tidak tahu, aku tidak bertanggungjawab untuk menangani transfer ini. Kalau klub benar-benar bisa mengontraknya sebagai pemain, maka aku pasti akan menyambutnya dengan sepenuh hati. Kedatangannya ke klub ini pasti akan bisa membantu kami untuk naik satu level lebih tinggi... Kuharap dia bisa datang, tapi sebelum dia berada di klub kami, aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi."     

Kaka, yang menjadi perwakilan pemain di klub, juga mewakili ruang ganti San Siro dan menyambut kedatangan George Wood ke klub, "Ruang ganti di Milan ini seperti sebuah keluarga besar. Semua orang memiliki hubungan baik satu sama lain, dan kami semua senang, seperti sebagaimana seharusnya sebuah keluarga. Aku yakin George akan menyukai tempat ini. Tidak jadi masalah kalau dia tidak tahu bagaimana berbicara dengan bahasa Italia. Aku bisa berbicara padanya dengan bahasa Portugis, dan aku bahkan bisa menjadi juru bahasanya secara gratis." Kaka tersenyum setelah mengatakan itu. "Aku benar-benar mengaguminya sebagai seorang pemain. George adalah gelandang bertahan yang paling luar biasa di dunia saat ini, dan kami membutuhkan pemain sepertinya di klub. Jujur saja, aku juga berpikiran sama seperti Fagregas. Lawan yang paling tidak ingin kutemui dalam pertandingan adalah George Wood."     

Rumor mengatakan bahwa George Wood benar-benar menyukai nomer jersey 13 miliknya. Tapi, nomer ini menjadi milik bek belakang senior AC Milan, Alessandro Nesta.      

Nesta jelas tidak ingin melepaskan nomer jersey-nya, tapi dia menyebutkan dalam sebuah wawancara, "Aku suka nomer 13. Tapi aku sudah berusia 34 tahun. Kurasa aku akan sangat senang melihat George Wood memakai jersey nomer 13-ku setelah aku pensiun."     

Oleh karena itu, selama George Wood mau memakai jersey bernomor selain 13 selama dua musim, maka dia akan bisa mendapatkan jersey nomer 13 yang disukainya.      

Ada banyak kata-kata pujian yang diucapkan mengacu pada George Wood. Kelihatannya seluruh AC Milan, mulai dari dewan direksi hingga para pemain, sudah siap menyambut kedatangan George Wood ke dalam klub.      

Tapi, hal yang sebenarnya terjadi saat itu adalah Billy Woox setuju membantu Galliani dalam meyakinkan Wood untuk bergabung dengan AC Milan dan dia memberitahu klub untuk menuggu kabar berikutnya.      

Beberapa hari berlalu setelah itu dan baik Wood maupun Woox masih belum memberikan jawaban pada Galliani, bahkan yang paling ambigu sekalipun.      

※※※     

Satu hari telah berlalu setelah pertandingan terakhir Forest dan rumor yang mengelilingi transfer George Wood terus meningkat, terlepas dari bagaimana Brosnan menerbitkan artikel sebagai 'juru bicara Nottingham Forest' yang menyatakan bahwa George Wood tidak akan pergi kemana-mana dalam sebuah wawancara dengan Tony Twain.      

Artikel itu telah ditafsirkan oleh banyak orang sebagai artikel dimana 'Tony Twain hidup dalam penyangkalan.'     

Yang dilakukannya itu tidak lebih dari sebuah perjuangan akhir sebelum kematian. Bukankah dia juga mengumumkan secara publik bahwa Bendtner tidak akan pergi kemana-mana saat pemain itu ingin pergi ke Manchester City?     

Tingkah lakunya itu seperti seorang gadis yang akan tidur dengan seorang pria, dan dia bertingkah malu-malu selama foreplay dan terus mengatakan 'tidak' atau 'tidak boleh' atau 'jangan', tapi pada akhirnya dia menyerah dan mendesah-desah dibawah tubuh si pria...      

Kami semua bisa melihatnya!     

Saat surat terbuka yang ditulis George Wood dipublikasikan di Nottingham Evening Post, semua media yang sudah membesar-besarkan rumor transfer itu langsung terdiam.      

"Aku ingin menyampaikan permintaan maafku kepada semua penggemar Nottingham Forest dan rekan-rekan setimku atas peristiwa yang terjadi belakangan ini. Aku ingin menegaskan kembali kesetiaanku pada klub kepada semua penggemar Nottingham Forest melalui Nottingham Evening Post. Aku tidak akan pergi kemana-mana selain Nottingham Forest. Aku adalah pemain yang dikembangkan oleh Forest, dan disinilah tempatku yang seharusnya. Aku adalah kapten, dan aku tidak akan pergi kemana-mana.      

Kapten kalian, George Wood."     

Hanya itu yang tertulis di dalam surat itu.     

Tidak ada kritik terhadap media yang telah menuang bahan bakar ke atas api, dan dia juga tidak menggunakan kata-kata untuk mendeskripsikan sedalam apa hubungan yang dimilikinya dengan Tony Twain. Wood juga tidak menyinggung nama AC Milan di dalam suratnya, meski mereka adalah pihak yang juga terlibat dalam saga transfer-nya ini.      

Seandainya kita membicarakan tentang pemain lain, dia pasti akan memasukkan beberapa patah kata untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan kegembiraannya karena klub besar seperti AC Milan tertarik padanya. Tapi, Wood hanya terfokus pada isu permasalahan yang melibatkan dirinya dan hanya menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya sendiri.     

Surat itu ditulis persis sama seperti bagaimana George Wood berbicara dan berpikir.      

Editor Nottingham Evening Post melakukan pekerjaan yang bagus. Mereka mempublikasikan artikel Tony Twain tepat dibawah surat terbuka George Wood.      

Twain mengejek media tanpa menahan diri karena mereka meyakinkan para pembaca bahwa 'George Wood sudah pindah ke AC Milan', bahwa 'transfer itu hanya menunggu konfirmasi dari kedua klub' dan bahwa 'hubungan antara Tony Twain dan George Wood telah mencapai akhir dan keduanya akan menjadi musuh mulai sekarang'.      

"... George sudah mencapai kesepakatan total denganku tentang bagaimana dia akan tetap tinggal di Nottingham Forest. Dia tidak pernah berpikir untuk meninggalkan klub, dan itu hanyalah konfirmasi tertunda dari kami berdua. Kalian hanya ingin melihatku putus hubungan dengan George Wood, kan? Aku tahu apa yang kalian pikirkan. Tapi maaf saja... Kalian semua sudah dipermainkan olehku! Hahahahaha!"     

Kata-kata Twain itu menampar wajah hampir semua media Inggris. Suara tamparan itu terdengar tajam dan keras hingga terdengar dari mulai selat Inggris hingga Italia.      

Galliani harus berterima kasih pada dirinya sendiri karena bersikap hati-hati, sementara Ancelotti tidak berani bertingkah seperti 'dia sudah tahu sejak lama' di dalam klub. Nesta tidak perlu khawatir tentang pensiun saat dia berusia 36 tahun, dan ada kemungkinan dia masih bisa bermain di klub sedikit lebih lama lagi. Orang yang berada di posisi yang paling canggung adalah Kaka.      

"... Seperti inilah sepakbola. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di detik selanjutnya hingga akhir. Tapi, aku sedikit kecewa karena aku tidak bisa bermain bola bersamanya..." jawab Kaka tampak sedikit menyesal selama wawancaranya dengan media Italia.      

Mungkin bukan AC Milan yang harus dikeluhkan Kaka, melainkan Konfederasi Sepakbola Brasil.     

Dulu saat George Wood masih baru dan menjadi pemain yang sedang naik daun, terdapat perseteruan antara Brasil, Jamaika dan Inggris tentang tim mana yang harus diwakilinya sebagai tim nasional-nya.      

Jamaika adalah yang paling bersemangat dan ramah dari ketiganya. Orang tua Sophia mungkin tidak mengakuinya sebagai putri mereka, tapi Federasi Sepakbola Jamaika bersedia untuk mengakui putranya sebagai bagian dari mereka. Tapi, George Wood langsung memberikan jawaban 'tidak' pada negara yang tidak punya harapan di arena Sepakbola Dunia itu setelah berkonsultasi dengan Twain.      

Pilihan akhirnya adalah Inggris, tidak hanya karena dia dilahirkan di Inggris, tapi juga karena dia memiliki pemahaman yang paling dalam tentang Inggris, dan karenanya sangatlah normal kalau dia ingin bermain sepakbola untuk Inggris.      

Selain itu, ada alasan penting lain yang membuatnya mengambil keputusan bermain untuk Inggris. Itu karena Konfederasi Sepakbola Brasil memberikan respon yang sangat dingin terhadap semua permasalahan ini.      

Ada banyak pemain sepakbola Brasil yang bermain di seluruh dunia. Kau mungkin tidak akan terpilih untuk bermain di tim nasional Brasil meski kau adalah pemain bola yang lahir dan dibesarkan di Brasil. Bukanlah Ailton Goncalves da Silva terus menuntut bahwa dia ingin mengganti kewarganegaraannya dan bermain untuk Qatar? Adakah yang benar-benar peduli padanya?     

Apa bagusnya seorang pemain yang sedang naik daun di Liga Utama Inggris? Kami sangat sibuk memilih diantara semua pemain yang kami punya. Siapa peduli tentang seorang bocah sepertimu yang hanya memiliki sedikit darah Brasil? Selain itu, kemampuanmu sangat buruk. Pemain sepertimu tidak banyak berguna selain fakta bahwa kau sedikit unggul dalam hal fisik...      

Brasil tidak menginginkan pemain seperti itu.      

Beberapa tahun kemudian di Piala Dunia tahun 2010, tim Brasil yang dipimpin oleh Dunga tereliminasi di babak semifinal dan mereka kalah dari rival sengit mereka Argentina. Dunga menyalahkan kekalahan ini pada bagaimana mereka gagal menemukan gelandang bertahan yang bisa membantu tim memperkuat pertahanan mereka. Tidak satupun dari Anderson, Lucas Leiva ataupun Renato yang bisa memenuhi ekspektasinya sebagai gelandang bertahan, sementara Argentina memiliki Javier Mascherano di posisi itu.      

Baru setelah pertandingan melawan Inggris untuk peringkat ketiga dan keempat dalam Piala Dunia itu dia menyadari adanya pemain yang memakai jersey nomer 13. George Wood, yang bertahan dan menyebabkan Kaka seolah menghilang dari pertandingan, adalah 'Dunga Jr.' yang selama ini dicarinya.      

Sayangnya, pria yang memiliki darah Brasil di dalam tubuhnya dan bahkan bisa berbicara bahasa Portugis itu sudah menjadi pria Inggris tulen.      

Usai pertandingan, saat Dunga meringkas hasil mereka di Piala Dunia, dia berkata, dengan sedikit menyesal, "Kalau saja kita punya George Wood di tim kita, maka kita akan punya 6 bintang di dada kita!"     

Ada beberapa media di Brasil yang mencaci presiden Konfederasi Sepakbola Brasil, Ricardo Teixeira, atas keputusannya disaat George Wood masih belum menentukan tim nasional yang akan diwakilinya.      

Tapi apa gunanya mengatakan semua itu sekarang?     

Kaka hanya bisa menghela nafas panjang di akhir wawancaranya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.