Mahakarya Sang Pemenang

Ayo Kita Taruhan!



Ayo Kita Taruhan!

0Keputusan cepat Twain dalam mengontrak Vedad Ibisevic telah mengejutkan media Inggris.      

Media sangat sadar bahwa Twain berniat membeli penyerang 'berkualitas' sejak lama, dan mereka telah menghubungkan banyak pemain dengan Nottingham Forest selama ini. Tidak ada yang menduga kalau Twain akhirnya membeli Ibisevic, yang merupakan pemain biasa dan tidak diakui oleh siapapun!     

Beberapa media berkomentar bahwa apabila langkah Twain yang mendatangkan Ibisevic tidak dilakukan untuk menentang media, maka pasti ada sesuatu yang salah dengan otaknya. Media lain memberikan pendapat yang berbeda, mereka percaya bahwa jika satu-satunya keinginan Twain dibalik penandatanganan kontrak ini adalah untuk menentang media, maka otaknya jelas sudah rusak.      

"Twain benar-benar menaruh harapan pada seorang pemain yang hanya bermain bagus selama satu musim. Ibisevic telah menghabiskan 90% karir sepakbolanya bermain di liga level bawah dan bahkan saat itu, penampilannya sangat buruk. Apa yang dikatakan Twain beberapa waktu yang lalu? 'Tujuan kami adalah memenangkan Liga Champions'. Sekarang, boleh aku minta waktu untuk tertawa selama tiga menit...."     

Carl Spicer tampak sangat senang di sebuah acara TV, karena dia baru saja menemukan alasan untuk menyerang Twain. Dia tersenyum lebar di acara 'Football Matters'.      

Sejak Twain benar-benar memimpin timnya untuk berada di peringkat keempat Liga Premier dan mendapatkan tempat untuk bermain di Liga Champions musim depan, Carl Spicer telah mengalami masa sulit. Twain mengutuk Spicer di kolom tulisannya, dan Spicer tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantahnya.      

Sebelum Liga Premier Inggris dimulai, Spicer terus berbicara tentang bagaimana dia tidak menganggap Forest sebagai tim unggulan. Dia yakin mereka takkan bisa tampil baik di liga, tapi siapa mengira, di akhir liga, tim Twain berhasil mencapai apa yang dianggapnya mustahil. Para 'pesepakbola remaja'-nya menang. Carl Spicer mendapatkan tamparan di wajah dan dia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menelan kegetiran itu. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa menjadi 'anjing gila' seperti Twain yang mengomeli semua orang tanpa mempedulikan alasannya. Kalau dia ingin mengkritik Twain, maka dia tidak boleh menjadi seperti orang yang dikritiknya. Dia selalu menyatakan bahwa dia 'tidak memihak' dan dia perlu mempertahankan citra dirinya di hadapan publik.      

Ini adalah peluang yang dinantikannya setelah merasa kesal selama beberapa bulan terakhir. Dia akhirnya punya alasan untuk mencemooh Twain secara terbuka. Dia jelas harus mengolok dan mencemooh Twain sepuas hati di dalam acaranya.      

"Aku tidak menyangkal keajaiban yang dibuat Hoffenheim di musim 2008-09. Aku juga senang melihat mereka mencapai apa yang mereka capai. Tapi tentu saja, Tony Twain hanya bertindak berdasarkan emosinya kali ini. Dia pasti menyukai Hoffenheim sama sepertiku, karena penampilan mereka mengingatkannya pada Nottingham Forest saat mereka pertama kali kembali ke Liga Premier. Tapi, kau tidak bisa membeli seorang pemain berdasarkan emosimu semata. Kalau dia bisa mendinginkan kepalanya dan menganalisa kemampuan Ibisevic sebagai seorang pemain, maka orang bodoh sekalipun tahu bahwa Ibisevic bukanlah pemain yang bisa mencapai sukses. Kurasa media Jerman memang tepat dalam deskripsi mereka tentang Ibisevic. Dia adalah pemain yang telah mencetak gol sepanjang karirnya dalam satu musim saat dia tampil luar biasa! Lihat saja statistiknya untuk musim 2009-10! Itu sangat buruk..." Carl Spicer menutupi wajahnya dengan tangan. "Sia-sia saja menghabiskan 1.5 pound untuk pemain sepertinya, apalagi 10 juta pounds dan Petrov sebagai bagian dari kesepakatan. Rumor mengatakan bahwa Tony Twain telah datang langsung ke Hoffenheim dan melakukan pertemuan tertutup dengan Rotthaus. Tidak ada yang tahu apakah ada semacam kesepakatan rahasia yang dibuat diantara mereka... "     

Spicer menyatakan bahwa 'tidak ada yang tahu' tentang pertemuan rahasia Twain dengan Rotthaus, tapi dia sengaja terus berusaha mengarahkan perhatian semua orang kesana.      

"Kurasa kita tidak perlu menunggu datangnya tanggal 1 September. Aku bisa langsung memberikan julukan pada Ibisevic sebagai 'kontrak musim panas terburuk' dan 'kegagalan terbesar di musim baru Liga Premier'. Dia layak mendapatkan semua julukan itu! Aku sudah menyiapkan popcorn dan minuman dan aku juga sudah siap menonton Tony Twain dan Ibisevic tampak seperti orang bodoh setelah musim baru ini dimulai. Twain mengira Ibisevic akan menjadi pemain bintang? Dia harus berterima kasih pada Tuhan kalau Ibisevic tidak berakhir menjadi 'lelucon terbesar'!"     

※※※     

Carl Spicer tidak pernah sendirian dan tanpa dukungan di setiap kritiknya terhadap Twain, karena memang ada beberapa orang di media yang mempertanyakan dan tidak menyukai Twain.      

Ini pulalah alasan kenapa dia bisa mendapatkan pekerjaan sebagai pembawa acara di Sky TV hanya dengan menjelek-jelekkan Twain.      

Alasan kenapa dia dipandang sebagai tokoh utama untuk sentimen 'anti-Twain' adalah karena dia selalu menjadi orang pertama yang mengkritik Twain, dan selalu menggunakan ekspresi dan kata-kata tajam untuk menyerangnya. Dari semua kritikus Twain, dialah yang paling terkenal dan paling tegas. Orang lain mungkin akan mengubah pendapat mereka tentang Twain dalam beberapa masalah tertentu, tapi tidak sama halnya dengan Carl Spicer.      

Dengan informasi ini sebagai konteksnya, tidaklah sulit untuk memahami mengapa konferensi pers dimana Twain memperkenalkan Ibisevic kepada media dan fans akan menjadi medan pertempuran yang lain.      

Carl Spicer secara pribadi melakukan perjalanan ke Nottingham sebagai seorang reporter Sky TV dan kelihatannya sudah siap bertikai dengan Twain.      

Konferensi pers itu dijadwalkan akan diadakan pada pukul 3 sore di ruang pers stadion City Ground.      

Total 30 reporter hadir di konferensi pers itu. Carl Spicer duduk diantara mereka semua dan bercakap-cakap dengan semua orang lain yang memiliki profesi sama dengannya.      

Dia sama sekali tidak pernah menutup-nutupi permusuhannya terhadap Twain selama bercakap-cakap. Dia menganggap ini sebagai ciri khasnya dan dia berkeliling untuk menyombongkannya pada orang lain. Dalam percakapannya dengan reporter lain, dia menyinggung lebih dari satu kali bahwa pasti ada cerita lain dibalik transfer itu.      

Saat Twain melangkah masuk ke dalam ruang pers bersama dengan Ibisevic dan petugas pers, seluruh ruangan langsung hening. Para reporter kembali ke kursi mereka masing-masing dan dengan tenang menunggu segmen dimana mereka bisa mengangkat tangan dan mengajukan pertanyaan.      

Setelah Twain duduk, dia melihat Carl Spicer yang tersenyum lebar dan duduk di baris depan. Dia tahu apa yang telah dikatakan oleh Carl Spicer selama dua hari terakhir, tapi dia tetap tidak terpengaruh olehnya dan mulai memperkenalkan Ibisevic.      

Perkenalan itu bukanlah hal yang khusus. Semua reporter yang ada disana sudah mengenal Ibisevic dengan sangat baik. Yang mereka inginkan adalah mengangkat tangan dan mengajukan pertanyaan.      

Ibisevic juga melakukan perkenalan diri setelah Twain selesai berbicara. Dia tidak menyombongkan penampilannya yang luar biasa di musim 2008-09, dan dia juga tidak menyinggung tentang penampilannya yang buruk musim lalu. Yang dia lakukan hanyalah memuji masa lalu Nottingham Forest yang gemilang sebagai sebuah klub sepakbola, dan kemudian mengatakan dengan rendah hati bahwa dia berharap bisa memberikan sedikit kontribusi bagi klub.      

Setelah mereka selesai berbicara, petugas pers mengisyaratkan bahwa segmen tanya jawab telah dibuka dan para reporter bisa bertanya sesuka hati.      

Carl Spicer adalah orang pertama yang mengangkat tangannya. Tangannya teracung tegak ke arah langit-langit. Seolah-olah dia takut Tony Twain tidak bisa melihatnya meski dia duduk tepat di depan Twain.      

Petugas pers, Sandy Albert, yang sudah menjalin hubungan baik dengan Twain, sengaja mengabaikan Carl Spicer dan mengarahkan tatapannya ke seorang reporter di barisan belakang.      

Tapi, reporter itu mengajukan pertanyaan yang sifatnya sama dengan pertanyaan Carl Spicer. "Saya adalah reporter yang bekerja untuk The Times. Saya ingin bertanya pada Tn. Twain, Ibisevic belum membuktikan bahwa dia memiliki kemampuan untuk bermain bagi tim kelas atas di liga sepakbola level-atas selain penampilannya yang bagus di musim 2008-09. Apakah Anda merasa transfer ini terlalu berisiko?"     

"Setiap transfer memiliki resikonya sendiri. Aku bukan peramal. Aku hanya membeli pemain yang kuanggap cocok untuk tim sepakbolaku."     

Reporter kedua yang bangkit berdiri bekerja untuk majalah sepakbola 'Four Four Two' di Inggris. Dia juga khawatir tentang apakah Ibisevic akan bisa beradaptasi dengan Liga Premier dan bisa memenuhi harapan tim.      

Jawaban Twain adalah, "Aku yakin dia bisa beradaptasi di Liga Premier dan bisa memenuhi harapan tim."     

Reporter lain menindaklanjuti pertanyaan itu dan meminta alasan dibalik pertimbangannya.      

"Dia kuat secara fisik dan merupakan striker serba-bisa. Dia bisa mencetak gol sendiri dan bisa menciptakan peluang bagi rekan setimnya. Dia juga bisa memberikan tekanan bagi bek lawan di kotak penalti dan bisa mengontrol bola dengan baik. Dia juga bermain dengan tenang selama pertandingan. Semua ini adalah poin-poin yang bisa kulihat darinya di pertandingan-pertandingan sebelumnya. Aku tidak bisa menemukan kekurangan pada dirinya."     

"Tapi bukankah dia tidak bisa mencetak gol dengan konsisten." Reporter ketiga yang mengajukan pertanyaan adalah Carl Spicer. Dia terus mengacungkan tangannya dan melambaikannya ke arah petugas pers. Twain memberi isyarat pada petugas pers bahwa tidak apa-apa untuk memilih Spicer.      

Carl Spicer bangkit berdiri dan bahkan tidak repot-repot memperkenalkan diri. Komentar pertamanya adalah, "Dia hanya mencetak banyak gol dalam satu musim saja. Penampilannya di musim yang lain telah membuktikan bahwa dia tidak lebih dari seorang pemain Eropa yang kemampuannya sudah menurun!"     

Twain mencibir. "Anda tidak punya hak untuk memutuskan apakah kemampuan seorang pemain sudah menurun atau tidak, Tn. Spicer."     

Lalu dia melirik ke arah Ibisevic, yang terlihat canggung tapi berusaha keras untuk tetap tersenyum.      

"Bagaimana dengan ini, Tn. Spicer. Kenapa kita tidak membuat taruhan? Kalau Ibisevic bisa mencetak minimal 20 gol dalam beragam kompetisi musim ini, maka kau harus mencukur rambutmu. Kalau dia tidak bisa melakukan itu, maka aku akan mencukur rambutku. Bagaimana menurutmu?"     

Kegemparan terjadi di ruang pers. Bahkan Ibisevic menoleh ke arah manajernya dengan terkejut.      

Twain hanya tersenyum penuh percaya diri sambil memandang Spicer.      

Carl Spicer juga tersenyum. "Baiklah. Aku ikut taruhan itu. Kalau aku kalah, aku akan mencukur rambutku di acaraku. Kalau kau kalah, kau harus mengadakan konferensi pers khusus dan membiarkan semua orang melihatmu mencukur rambutmu."     

"Sepakat!"     

Ini adalah situasi yang tidak disangka-sangka oleh siapapun. Kedua belah pihak tampak senang menantikan apa yang akan terjadi di masa depan.      

Keributan kecil yang terjadi karena adanya taruhan ini perlahan mulai menghilang setelah Spicer terdiam.      

Semua orang kembali memfokuskan perhatian mereka pada Ibisevic.      

Semua pertanyaan yang mereka ajukan kepada pria Bosnia itu masih bernuansa skeptis.      

Ibisevic memaksakan diri tersenyum saat dia harus berurusan dengan kata-kata tajam media Inggris.      

Pada akhirnya, Twain memberikan isyarat pada petugas pers untuk mengakhiri konferensi pers dan dia membawa Ibisevic ke stadion untuk bertemu dengan tiga ratus fans.      

Pertemuan dengan para fans sebelum ini melibatkan David Bentley dan Matias Fernandez. Pada saat itu, sekitar 1500 fans datang ke stadion. Mayoritas diantara mereka datang untuk melihat bek kanan tim Inggris, David Bentley.      

Tapi, kali ini hanya ada sekitar 300 orang yang datang untuk pertemuan dengan fans bagi Ibisevic. Sebagian besar diantaranya ada hubungannya dengan Big John dan mereka semua datang kemari untuk mendukung Twain.      

Ada banyak fans Nottingham Forest yang tidak berpikir positif tentang masa depan Ibisevice di Nottingham Forest. Mereka menyukai Twain, tapi mereka tidak menaruh harapan yang besar atas perekrutan yang dilakukannya kali ini.      

Ibisevic adalah seorang pemain yang mencetak 37 gol dalam satu musim dan tidak tampil menonjol di musim-musim yang lain. Total jumlah gol yang dicetaknya di semua musim sepi gol itu mungkin takkan lebih dari 37...      

Seorang pemain seperti ini akan menjadi bagian dari Nottingham Forest disaat tujuan mereka adalah kembali ke puncak.      

Pemain seperti ini dan situasi seperti ini mirip dengan yang sering muncul di film motivasi Hollywood.      

Mereka tidak akan terang-terangan menentang klub yang ingin merekrut Ibisevic, tapi stadion yang kosong ini adalah sebuah cara untuk menunjukkan perasaan mereka.      

Untungnya Ibisevic punya mental yang bagus. Dia tidak pernah menganggap dirinya sebagai pemain bintang, dan tidak pernah berpikir bahwa dia harus menerima sorakan dari puluhan ribu orang.      

Meski hanya 300 fans yang muncul untuk dirinya, atau bahkan jika 99% dari 30 reporter itu masih meragukannya, dia masih akan tetap tersenyum dan menunjukkan kemampuannya di hadapan semua orang. Dia masih akan memegang jersey dan syal tim agar reporter bisa mengambil fotonya dan dia masih akan menendang bola bertanda tangan ke arah tribun.      

Jujur saja, ini adalah titik balik terbesar yang pernah terjadi dalam karirnya setelah dia bergabung dengan beragam klub sepakbola lain sebelumnya. Terlebih lagi, semua orang ini muncul untuk dirinya. Dia tahu bahwa sebagian besar diantara mereka muncul karena dia telah mencetak 37 gol dalam satu musim dan hampir mematahkan rekor Gerd Muller dan juga karena dia cukup beruntung dalam mendapatkan penghargaan Sepatu Emas waktu itu.      

Dia tidak bisa meminta sesuatu yang lebih daripada ini.      

Setelah pertemuan dengan fans yang relatif tenang dan tidak terlalu antusias itu berakhir, staff mengembalikan papan yang memuat nama Nottingham Forest dan sponsor di atasnya. Para reporter dan fans juga sudah meninggalkan stadion.      

Tidak lama setelah itu, hanya ada dua orang yang tersisa di dalam stadion yang kosong.      

Tony Twain dan Ibisevic.      

Keduanya berdiri di tempat dimana dia menendang bola bertanda tangan ke arah tribun.      

Tony Twain menjelaskan bagaimana kelakuan normal media Inggris kepada Ibisevic.      

"Mereka selalu seperti itu. Setiap orang dari mereka hanya mengikuti kemana angin bertiup dan mereka tidak punya pikiran sendiri. Kalau kau sedang bagus, mereka akan memujimu, dan kalau kau sedang buruk mereka akan mencelamu. Kau tidak perlu memasukkan kata-kata mereka ke dalam hati. Kalau aku, aku selalu berselisih dengan mereka. Tak peduli mereka memujiku atau mencelaku. Pendapatku tentang mereka takkan pernah berubah. Sebagai manusia, kita harus punya hal-hal yang terus kita pegang teguh. Para reporter itu selalu berubah pikiran tentang sesuatu, tapi kita tidak perlu seperti mereka."     

"Media tetap sama kemanapun kau pergi, manajer..."     

"Panggil aku 'bos'."     

"Baiklah, boss."     

Ibisevic adalah pria yang rendah hati. Pengalaman yang dimilikinya sebelum ini telah memaksanya seperti itu. Fantasinya yang tidak masuk akal sudah lama dibuangnya ke planet Mars. Tahu bagaimana harus bersikap rendah hati adalah sesuatu yang dipelajarinya sejak dia meninggalkan negara asalnya di usia 15 tahun.      

"Apa kau mau mengatakan sesuatu tentang bagaimana aku bertaruh dengan reporter itu tanpa persetujuanmu?"     

"Aku? Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk memenangkan taruhan itu..." Ibisevic masih rendah hati seperti biasa.      

"Tidak, bukan begitu." Twain menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Bukan itu yang harus kaukatakan di waktu seperti ini. Kau harus berkata 'Tidak masalah, boss! Aku akan mencukur sendiri kepala bajingan itu!'."     

Twain tertawa saat dia melihat ekspresi bingung Ibisevic. "Beginilah cara kami melakukan berbagai hal di Nottingham Forest. Lagipula... Ini tidak hanya untuk membantuku, tapi juga untuk membantumu, Ibi. Orang yang akan mendapatkan kesulitan lebih besar saat kau tidak tampil bagus bukanlah aku, melainkan dirimu sendiri. Aku akan meletakkanmu di bangku cadangan atau tim cadangan kalau kau tidak bisa tampil bagus, dan aku tidak akan memberi ampun. Tidak jadi masalah berapa banyak uang yang telah kuhabiskan untuk mendapatkanmu. Aku mungkin tersenyum padamu hari ini, tapi wajahku mungkin akan jadi suram besok dan aku juga mungkin akan mengusirmu dari tim. Aku yakin kau sudah mengalami banyak situasi seperti ini di masa lalu. Aku tidak perlu menjelaskan lebih jauh lagi, kan?"     

Ibisevic mengangguk perlahan.      

Twain memukul punggung Ibi yang lebar dengan keras.      

"Kau boleh saja kehilangan pertandingan tapi tidak boleh kehilangan muka. Kau tidak boleh membiarkan orang lain menjatuhkanmu. Kau harus melawan mereka kalau mereka meragukanmu. Kau tidak boleh mengakui kekalahan. Aku tidak peduli apa yang kaupikirkan di dalam hatimu. Kau harus menjaga mulutmu tetap terkunci sampai akhir."     

"Tapi...Kalau aku benar-benar kalah..."     

"Aku tidak pernah memikirkan tentang hal yang masih belum terjadi. Aku hanya akan mengatakannya saat aku sudah kalah taruhan dan harus mencukur rambutku."     

Twain mengisyaratkan Ibisevic untuk berjalan bersamanya.      

"Aku janji, kau akan jatuh cinta dengan tempat ini. Tempat ini punya fans terbaik, rekan setim terbaik dan manajer terbaik." Twain tersenyum cerah.      

Keduanya berjalan berdampingan dan menghilang ke dalam terowongan pemain.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.