Mahakarya Sang Pemenang

Dia yang Sudah Meninggalkanku, Menggangguku



Dia yang Sudah Meninggalkanku, Menggangguku

0Ketika peluit ditiup dan menandakan dimulainya pertandingan, sebuah spanduk yang sangat mencolok muncul di tribun di belakang gawang Nottingham Forest.      

Itu adalah spanduk yang dikreasikan oleh John dan Bill secara rahasia. Sekarang semua orang tahu apa isinya.      

Ada sebaris huruf dituliskan dengan cat merah diatas kain putih itu:     

'Mau mencetak setidaknya dua gol? Kami menantangmu!!'     

Segera setelah spanduk itu muncul, spanduk itu menarik perhatian semua orang di stadion. Beberapa fans bertepuk tangan setelah melihat kata-kata di dalam spanduk itu, dan bahkan ada fans yang mengubah hinaan mereka terhadap Bendtner menjadi 'kami menantangmu!'.      

Selama sesaat, perhatian semua orang teralihkan pada spanduk itu.      

Twain melihatnya dan tak bisa menahan tawa. "Pasti kerjaan Big John dan Skinny Bill."     

Martin Taylor tertawa saat kamera difokuskan pada kata-kata yang ada di atas spanduk itu dan berkata, "Spanduk itu mengungkapkan kepribadian Nottingham Forest dengan sempurna. Para fans memang mirip seperti tim mereka... Baiklah, mari kita lihat apakah Bendtner punya nyali untuk mencoba mencetak gol."     

Satu-satunya cara untuk menentukan apakah Bendtner punya nyali atau tidak adalah dengan melihat apakah dia bisa mencetak gol dalam pertandingan ini. Bendtner sendiri sudah melihat kata-kata di atas spanduk itu, tapi dia tidak menunjukkan ekspresi apa-apa setelah meliriknya sekilas, dan lebih memilih untuk memfokuskan seluruh perhatiannya pada pertandingan.      

Setelah pertandingan dimulai, Manchester City memanfaatkan kick-off untuk mengendalikan bola dibawah kaki mereka sebelum meluncurkan sebuah serangan yang tak kenal takut ke wilayah Nottingham Forest.      

Mereka mungkin saja tim tamu, tapi mereka jelas tidak bertindak seperti tamu. Setelah saling berhadapan di Liga Utama selama bertahun-tahun, tak perlu lagi 'mencoba-coba'.      

Manchester City langsung menerjang masuk ke wilayah Nottingham Forest!     

Suasana di stadion masih tetap normal saat bola dibawa oleh pemain Manchester City yang lain. Suara cemoohan acak yang terdengar masih tergolong normal bagi sebagian besar orang. Ada lebih banyak orang yang bersorak untuk Nottingham Forest.      

Tapi, setelah salah satu pemain Manchester City mengoperkan bolanya ke Nicklas Bendtner, seluruh stadion tiba-tiba saja meneriakkan serangkaian cemoohan yang memekakkan telinga dan bisa melumpuhkan seseorang yang memiliki jantung lemah.      

Sangatlah jarang bagi fans Nottingham Forest untuk meneriakkan cemoohan secara kolektif terhadap satu individu. Sebagian besar cemoohan mereka sebelum ini selalu diarahkan pada seluruh tim. Sangatlah sulit untuk berusaha dan terus bermain seperti biasanya dibawah lingkungan yang penuh permusuhan seperti ini.      

Hal ini memicu Taylor untuk mengucapkan komentar bahwa Mark Hughes pasti sudah melihat sendiri seberapa kuat mental Bendtner saat ini.      

Di tengah suara cemoohan yang memekakkan telinga, Bendtner tidak mengoperkan bolanya, melainkan terus mengendalikan bola di kakinya sambil menunggu rekan setimnya untuk menyusul dan mendukungnya.      

Bendtner berhasil mempertahankan bola selama 10 detik sebelum mengopernya ditengah semua suara cemoohan itu. Dia menunjukkan pengendalian penuh dengan bola di kakinya dan ekspresinya tetap tak berubah dan tenang.      

Serangan Manchester City terjadi tepat seperti yang telah dianalisa Dunn di pertemuan taktis kemarin. Mereka terfokus dalam menyerang melalui sayap. Salah satu alasannya adalah untuk menekan pergerakan sayap Nottingham Forest. Alasan lainnya adalah untuk berusaha dan menggunakan ruang kosong yang tercipta saat bek belakang Nottingham Forest bergabung dalam serangan sehingga mereka bisa melancarkan sebuah serangan balik.      

Masalahnya adalah pertandingan baru saja dimulai, dan bek belakang Nottingham Forest masih belum mendapatkan peluang untuk bergerak ke depan dan bergabung dalam serangan. Yang bisa dilakukan oleh para pemain Manchester City adalah tetap sabar dan berusaha menemukan peluang untuk menyerang.      

Biasanya, kalau Nottingham Forest tidak mendapatkan hak kick-off di awal pertandingan, Twain akan meminta mereka untuk memadatkan pertahanan selama lima menit pertama setelah pertandingan dimulai sebelum mencoba hal lain.      

Pertandingan kali ini juga sama.      

Manchester City sepenuhnya memanfaatkan kurun waktu ini untuk menyerang gawang Nottingham Forest tanpa ampun.      

Meski taktik Hughes adalah menyerang kedua sayap Forest dan melakukan serangan balik, mereka tidak perlu hanya mengandalkan serangan balik untuk mengancam gawang Forest.      

Karena sekarang mereka punya seorang penyerang-tengah yang kuat di depan gawang lawan....      

※※※     

"Nicklas Bendtner!" seru Andy Gray. "Oh! Sayang sekali! Bolanya sedikit terlalu tinggi..."     

Ashley Young memilih untuk tidak bertarung satu lawan satu dengan Bale setelah menerima bola di sayap kanan. Sebagai gantinya, dia mengoper bola ke tengah. Pepe tidak bisa bereaksi tepat waktu dengan perubahan tempo itu. Bendtner berlari di belakangnya, lalu melompat tinggi dan menembak ke gawang tanpa ada bek di sekelilingnya.      

Hal yang dilakukan van der Sar hanyalah mengangkat tangannya. Tidak ada yang bisa dilakukannya dengan tembakan jarak dekat seperti itu. Untungnya, bola itu terbang melewati mistar gawang menuju ke arah spanduk.      

Tidak ada gol, tapi itu sudah cukup membuat kaget para fans dan membuat mereka terdiam sejenak.      

"Ini tepat seperti yang mereka janjikan sebelum transfer itu diselesaikan. Mark Hughes menggunakan Bendtner sebagai titik serang kunci mereka. Pemain seperti Robinho akan sedikit kesulitan menghadapi pertahanan ketat Nottingham Forest, tapi Bendtner akan sangat cocok disana," kata Taylor, "Kurasa Hughes sedang bertaruh, tapi dari serangan yang kita lihat sejak awal pertandingan, kurasa ini taruhan yang baik untuknya."     

Bendtner memberikan acungan jempol pada Ashley Young, yang telah mengoper bola padanya. Keduanya sudah sangat familiar dengan pertahanan Forest. Ashley Young tahu bahwa Bale akan menunggu di depan dan berusaha menghentikan dirinya menerobos, dan itulah sebabnya mengapa dia memilih untuk tidak membawa bolanya sendiri dan mengoperkannya ke Bendtner.      

Bendtner juga tahu bahwa setelah Bale pergi ke sayap, Pepe akan memposisikan dirinya lebih dekat ke Bale untuk mencegah Young memasuki kotak penalti, dan meninggalkan Kompany untuk menjaga ruang di belakangnya. Inilah sebabnya mengapa Bendtner tidak langsung bergerak menuju posisinya. Melainkan, dia menunggu di belakang selama sesaat, dan hanya berlari ke depan setelah dia melihat Ashley Young membawa bola. Keduanya bisa membaca pikiran satu sama lain. Dia baru saja berlari ke depan, dan Ashley Young sudah mengoperkan bola ke arahnya. Timingnya sempurna dan karena itulah Bendtner biasa menembakkan bola ke gawang untuk pertama kalinya di pertandingan ini tanpa ada seorangpun yang menjaganya.      

"Seperti yang dikatakan Tony Twain sebelum pertandingan ini, Bendtner memang punya kemampuan untuk mencetak setidaknya dua gol. Aku bertanya-tanya apakah Twain menyesali keputusannya karena telah membiarkan striker berbakat ini meninggalkan klub tempo hari?"     

※※※     

Apa Twain menyesalinya?     

Tidak.      

Walaupun dia sempat merasa enggan setelah Bendtner pergi, perasaan itu sudah berkurang setelah setengah bulan berlalu.      

Sekarang, meski Bendtner ingin terus maju dan menjadi striker terbaik di Liga Utama, dia takkan merasakan penyesalan apapun. Dia bukanlah jenis orang yang selalu memikirkan masa lalu.      

Masalah yang dihadapinya saat ini adalah baik Bendtner dan Ashley Young sudah terlalu familiar dengan pertahanan timnya. Para anggota lini pertahanannya tidak pernah berubah sampai sekarang, dan baik taktik serta pengaturannya juga tetap sama seperti sebelumnya. Hal ini membuatnya mudah bagi dua mantan pemain timnya itu untuk mengetahui dimana saja area yang bisa mereka manfaatkan.      

Di sisi lain, dia tidak secemas itu tentang pertahanan lini tengah. George Wood dan Tiago menggunakan lini tengah sebagai batas, dan masing-masing bertanggungjawab untuk separuh bagian lapangan. Alasan mengapa Ashley Young gagal menerobos pertahanan dan langsung mengoper bolanya bukan hanya karena dia tahu tentang kebiasaan bek belakang Forest, tapi juga karena George Wood berada di dekatnya, menunggu untuk menerkamnya. Kalau dia tetap berusaha menerobos, dia harus bersiap untuk dihadang oleh Wood dan Bale.      

Peranan Elano di lini tengah Manchester City lebih mirip seperti seorang playmaker. Misi utamanya adalah menciptakan peluang di kedua sayap. Sekarang setelah mereka punya Bendtner di lapangan, gaya menyerang lewat sayap ini jelas lebih cocok untuk Manchester City.      

Setelah mempertimbangkannya berulang kali, Twain tiba pada kesimpulan bahwa mereka harus membatasi gerak sayap Manchester City kalau mereka ingin membatasi produktivitas Bendtner di lapangan. Karena itu, dia bangkit berdiri, berjalan ke tepi lapangan, dan berseru sambil melambaikan tangan, untuk mengisyaratkan Wood dan Tiago agar bergerak lebih dekat ke sayap dan membantu bek belakang dalam mempertahankan sayap, sehingga mereka bisa membekukan Ashley Young dan Robinho di sayap.      

Bagaimana dengan pertahanan lini tengah lapangan? Dia tidak terlalu memikirkannya. Hal yang bisa dilakukan Elano adalah menembak dari jauh atau mengoper bola ke Bendtner. Bahkan meski Bendtner mendapatkan bola, dia masih akan harus berhadapan dengan para bek. Semuanya akan baik-baik saja selama mereka tidak memberikan Bendtner peluang untuk membalikkan badan...      

※※※     

Nottingham Forest memulai serangan baliknya. Selama serangan itu, George Wood dan Tiago tetap tinggal di kedua sayap, tanpa berniat meninggalkan posisi mereka untuk berlari ke tengah dan bergabung dalam serangan tim. Ribery dan Lennon mulai berlari ke tengah, dan mereka diikuti oleh Gareth Bale dan Rafinha yang berlari maju dari belakang.      

Van der Vaart mengoper bolanya ke Lennon, yang dengan cerdik membiarkan bola melewatinya, dan membuat bola berakhir di kaki Rafinha.      

Rafinha membawa bola ke kotak penalti sebelum menendangnya ke depan dan berusaha untuk melewati para bek. Bek kanan Manchester City, Michael Barr, tidak sebanding dengan Rafinha dalam hal kelincahan kaki dan hanya bisa menyaksikan Rafinha melewatinya dengan teknik-teknik individunya lalu masuk ke kotak penalti di belakangnya.      

Suara sorakan yang membahana terdengar di stadion City Ground.      

Kapten Manchester City, Dunne, segera berlari menyusul Rafinha untuk menghentikannya maju lebih jauh.      

Pria Brasil itu mengoper bolanya kembali ke van der Vaart yang telah menunggunya di sisi lain kotak penalti Manchester City. Van der Vaart tidak menghentikan bola di kakinya, karena dia melihat gelandang Manchester City, Stephen Ireland, sudah mendekatinya. Dia memilih untuk langsung menembak ke gawang!     

Tembakan keras itu dihadang oleh Joe Hart dengan susah payah.      

Van Nistelrooy berusaha menembak bola yang memantul keluar, tapi Richards menggunakan postur tubuhnya untuk menghalangi laju bola sebelum menendangnya keluar garis tepi lapangan.      

"Ohh! Serangan Nottingham Forest juga sama bagusnya. Serangkaian permainan sambung menyambung ini sangat menyenangkan untuk dilihat. Serangan bek belakang yang berani telah memberikan tekanan besar terhadap pertahanan Manchester City."     

Suasana di dalam Stadion City Ground semakin riuh setelah mereka melihat upaya mencetak gol oleh tim tuan rumah. Para fans mulai menyanyikan nama para pemain sekuat tenaga dan juga menciptakan keriuhan dengan bertepuk tangan dan menghentakkan kaki di tribun stadion.      

Tembakan van der Vaart barusan hampir saja membuat Twain melompat, tapi saat melihat bola itu luput, dia merasa sedikit kesal.      

"Kita masih punya kesemptan," Kerslake berusaha menghibur Twain saat Twain kembali ke tempat duduknya di area teknis.      

"Kalau kita membeli Richards musim panas kemarin, itu tadi pasti sudah jadi gol."     

Kerslake tertawa.      

※※※     

Elano tiba-tiba saja sadar bahwa pandangannya di lapangan jadi lebih luas. George Wood dan Tiago berada sekitar 10 meter jauhnya dari dirinya. Dia bisa melihat Pepe dan Kompany dari posisinya di lini tengah, dan dia juga bisa melihat Bendtner, yang berada jauh di depan.      

Yang lebih penting lagi, dia sadar bahwa kalau mereka tetap mengikuti rencana manajer mereka, Mark Hughes, maka Manchester City jelas akan menghantam dinding besi yang kuat selama melakukan serangan.      

Apa yang direncanakan Hughes adalah menyerang Forest saat bek belakang mereka bergerak maju untuk terlibat dalam serangan tim. Tapi sekarang, situasinya berubah. Twain tidak bertindak sesuai dengan perkiraan Hughes. Dia membuat gelandang bertahannya tetap tinggal di belakang untuk mempertahankan sayap sementara bek belakang bergerak maju ke depan.      

Kalau Manchester City bersikeras menyerang melalui sayap, hasilnya sudah jelas terlihat...      

Tapi, Elano bukanlah si manajer, jadi dia memutuskan untuk mengikuti perintah manajer untuk saat ini. Dia juga ingin menguji pertahanan Forest untuk dirinya sendiri dan melihat apakah pertahanan mereka memang sekuat dinding besi...     

Lemparan ke dalam (throw-in) tim Forest biasanya dilakukan oleh bek belakang yang berada di sisi lain lapangan, meskipun itu adalah lemparan ke dalam yang sangat dekat dengan garis belakang lawan. Bale melangkah maju untuk melakukan lemparan ke dalam. Rafinha tidak kembali ke posisinya di belakang dan tinggal sedikit ke belakang, hampir di dekat lini tengah. Jarak ini membuatnya lebih mudah untuk bergerak maju dan menyerang.      

Bale tidak kembali untuk bertahan setelah dia melemparkan bolanya ke Ribery. Melainkan, dia menunggu Ribery untuk mengoperkan bola itu kembali kepadanya, dan keduanya akan berusaha untuk saling oper di sayap.      

Sayangnya, mereka berdiri terlalu dekat satu sama lain. Ribery menendang bolanya terlalu keras dan Bale gagal menghentikannya dengan kakinya. Bola itu direbut oleh bek kanan Manchester City, Richards, yang kemudian mengopernya ke Elano. Manchester City menyerang balik!     

Elano berusaha mengoper bola ke Ashley Young di sayap kanan. Bale bergegas kembali untuk bertahan, tapi kelihatannya dia tidak perlu melakukannya, karena Ashley Young benar-benar kalah saat harus melawan George Wood dalam pertarungan satu-lawan-satu. Bale baru berlari setengah jalan saat Wood kembali mengoper bola ke arahnya. Dia berbalik dan kembali menyerang...      

Melihat ini, Elano menggelengkan kepalanya. Dia yakin bahwa upaya untuk menembus sayap yang satu lagi juga akan memberikan hasil yang sama. Kemampuan Robinho berada satu tingkat diatas Ashley Young dan Tiago hanya sedikit kurang defensif jika dibandingkan dengan Wood. Tapi, dengan mempertimbangkan semua poin itu, Rafinha berada tidak jauh dari Tiago. Kalau dia mengoper bola ke Robinho, Tiago hanya perlu berusaha menahan Robinho selama mungkin dan Rafinha akan bisa bergabung untuk menekan Robinho. Itu akan membuat pertahanan di sayap menjadi sulit ditembus...      

Elano sadar bahwa masalahnya terletak pada keberadaan dua orang gelandang bertahan itu. Sebelum pertandingan, Manajer Hughes menduga Forest akan terus menggunakan taktik satu gelandang bertahan, dan itu akan membuat mereka punya peluang untuk menyerang ke ruang yang ada di balik kedua bek belakang, karena satu gelandang bertahan saja takkan bisa menangani kedua sayap sendirian. Bukan berarti Manchester City tidak pernah memikirkan kemungkinan bahwa lawan akan menggunakan taktik dua gelandang bertahan, tapi gagasan itu segera dikesampingkan karena pengaturan semacam ini tidaklah menguntungkan bagi Forest mengingat pertandingan sebelum ini yang menerapkan taktik itu.      

Mereka sama sekali tidak mengira Twain akan menggunakan dua gelandang bertahan dalam cara yang seperti ini...      

Meski demikian, tidak ada yang namanya taktik sempurna di dunia ini. Elano mungkin masih akan menemukan sesuatu yang bisa dimanfaatkan olehnya.      

※※※     

Manchester City merebut bola di wilayah mereka sendiri dan langsung melakukan serangan balik. Kali ini, bola dioper ke Ireland, dan Elano mengangkat tangannya untuk meminta bola. Ireland tadinya ingin langsung mengoper ke sayap, tapi melihat betapa Elano tampak sangat menginginkan bola, dia berubah pikiran di menit-menit terakhir dan mengoperkan bolanya ke Elano yang berada di tengah lapangan.      

Baik Wood dan Tiago berada di sayap untuk melindungi ruang kosong yang diciptakan bek belakang selama serangan tim saat Elano menerima bola. Mereka melihat Elano, tapi tidak berusaha menerkamnya untuk merebut bola, melainkan memilih untuk berdiri sedikit lebih dekat ke tengah lapangan, jelas bermaksud untuk mengamati tindak tanduknya.      

Elano tidak memberi mereka kesempatan untuk mengamati aksinya. Dia segera mempercepat larinya dan mulai menyerang Forest dari tengah!     

"Langsung ke tengah! Forest sedang tidak beruntung, tidak ada pemain disana saat ini!"     

Baru di saat itulah Wood meninggalkan posisinya di sayap dan berlari menuju Elano. Dia tidak punya waktu untuk melihat bahwa Bale masih belum kembali ke posisi defensifnya, dan bahwa Ashley Young sudah berlari maju untuk mendukung Elano.      

Sebagai seorang pemain bertahan, selalu lebih penting untuk mempertahankan lini tengah lapangan daripada sayap, karena disanalah lawan bisa langsung mengancam gawang. Kalau dari sayap, lawan perlu berusaha mengatur sudut tembakan lebih dulu untuk bisa mencetak gol.      

Pepe berdiri lebih dekat dengan sayap, bersiap untuk mencegah Elano mengoper bola ke Ashley Young setelah dia berhasil menarik perhatian Wood.      

Tapi, Wood masih cukup jauh dari Elano, Kompany-lah yang bergegas maju ke arah Elano. Karena gelandang bertahan tidak berada di posisi mereka, maka bek tengah bisa mengisi peranan itu.      

Inilah yang ditunggu-tunggu oleh Elano. Melihat Kompany bergegas maju dan perhatian Pepe terarah pada Ashley Young di sayap, dia menendang bolanya ke depan.      

Bendtner menoleh dan melihat bola itu mengarah ke dirinya. Ini adalah peluang yang sempurna!     

Dia menoleh untuk melihat asisten wasit sambil memutar tubuhnya dan melakukan gerak tipuan di waktu yang bersamaan.      

"Si..." Pepe terperanjat kaget saat dia menyadari apa yang sedang terajdi dari sudut matanya. Dia ingin berbalik, tapi saat itu sudah terlambat. Dia bukan Superman. Dia tidak bisa menentang hukum fisika. Yang bisa dilakukannya hanyalah menoleh dan menyaksikan dengan tubuh kaku saat Bendtner menerima bola dan berlari ke arah kotak penalti.      

Postur tubuh Pepe tampak konyol, tapi tak satupun dari fans Nottingham Forest yang tertawa.      

Momen dimana Elano mengoperkan bola ke Bendtner, yang bisa didengar Bendtner adalah cemoohan memekakkan telinga yang ditujukan padanya dari segala arah.      

Api menyala dari dalam dirinya. Suara cemoohan itu seperti bensin yang dituangkan ke atas api, dan mereka membuatnya terbakar hingga menembus atap.      

Kata-kata Twain terngiang di telinganya:     

"Ingat ini, jangan terkecoh dengan semua suara yang dibuat oleh fans lawan padamu. Alasan kenapa mereka mencemoohmu adalah karena mereka takut padamu! Mereka takut padamu! Itulah sebabnya kenapa mereka berusaha keras untuk membuat begitu banyak suara sehingga membuatmu teralihkan. Kau tidak perlu takut. Semakin keras mereka mencemoohmu, seharusnya kau merasa semakin bersemangat. Apa yang perlu kau lakukan adalah... wujudkan apa yang tidak ingin mereka lihat menjadi kenyataan! Buat mereka gemetar ketakutan! Kita adalah mimpi buruk mereka!"     

Terima kasih atas ajaranmu, boss...      

Pemandangan di hadapan Bendtner melintas cepat. Dia melihat ada ruang kosong di sisi kiri van der Sar. Itu dia!     

Dia mengangkat kakinya dan menendang bolanya dengan keras!     

Bola itu melewati van der Sar sebelum membentur tiang gawang dengan suara dentang yang bergaung di tengah suara cemoohan. Bola itu memantul dan menciptakan sebuah lengkungan sambil masuk ke dalam gawang.      

Van der Sar berlutut dengan satu kaki di tanah saat dia menoleh untuk melihat bola membentur tiang lalu masuk ke dalam gawang. Kedua tangannya masih terentang dan siap untuk memblokir bola.      

Pepe terbaring di tanah, matanya menatap langit sambil mengerang, "Sial, hilang sudah liburan tambahanku..."     

※※※      

"Nicklas Bendtner! Nicklas Bendtner! Nicklas Bendtner! Dia mencetak gol! Dia benar-benar mencetak gol!" teriak Gray.      

Suara cemoohan itu sedikit mereda bersamaan dengan gol itu.      

Bendtner berlari langsung ke bagian belakang gawang setelah mengkonfirmasikan bahwa bola itu memang masuk ke dalam gawang. Dia berdiri dibawah tribun tepat dimana spanduk itu digantung dan mulai melepaskan jersey dari dadanya dengan marah. Air mukanya berubah dan dia membuka mulutnya untuk berteriak sekuat tenaga. Pemandangan itu sedikit mengerikan... fans Forest di tribun terdiam.      

Para pemain Manchester City mengerumuninya dari belakang, semua orang ingin memeluknya. Tapi, Bendtner saat itu mirip seperti hewan buas yang baru saja terluka di kepala. Dia menggerak-gerakkan tangannya dengan kuat dan tidak ada yang berani mendekatinya karena takut mereka akan tersikut di wajah.      

Apa kalian semua melihat itu? Kenapa kalian semua berhenti mencemoohku? Ejek aku! Ejek saja pengkhianat ini! Aku mencetak gol melawan kalian. Pertahanan yang kalian banggakan itu bukan apa-apa bagiku! Aku adalah musuh kalian sekarang! Bukankah kalian yang menarik garis pembatas antara cinta dan benci? Bukankah kalian yang tidak akan pernah melepaskan lawan dengan mudah?     

Kenapa kalian semua terdiam dihadapanku, musuh terbesar kalian? Bukankah kalian bilang kalian menantangku? Aku melakukannya! Kenapa kalian semua berhenti mengejekku? Ini hebat, biarkan aku mencetak satu lagi. Aku akan melakukan apa yang kukatakan dan mencetak dua gol!     

Dia meraung histeris di dalam benaknya, tapi tidak ada seorangpun yang bisa mendengar suara-suara yang keluar dari dalam dirinya.      

Suara cemoohan itu kembali terdengar ditengah perayaan golnya yang liar. Ada semakin banyak penonton di tribun tempat John berdiri yang menempelkan jari mereka ke bibir.      

John tidak mengikuti apa yang mereka lakukan, dan hanya memandang Bendtner yang sedang bergerak liar di bawah sana dengan tatapan dingin. Dia sadar bahwa dia tidak bisa membenci pria ini, tapi dia juga takkan pernah bisa menyukainya lagi setelah ini.      

"F*ck! Menyedihkan! Dia baru mencetak satu gol, apa yang membuatnya begitu bangga? Coba saja dan cetak satu gol lagi kalau kau berani!" Bill, yang berdiri disamping John, melontarkan kata-kata hinaan yang kasar ke arah Bendtner.      

※※※     

Kerslake memukul kursi dengan marah setelah melihat gol Bendtner. Dia menoleh untuk memandang Twain, yang memasang ekspresi datar di wajahnya.      

"Apa menurutmu dia berusaha sekeras ini untuk membuktikan nilai dirinya di hadapan kita?"     

"Memangnya kenapa kalau dia ingin membuktikan dirinya?" tanya Twain dengan suara dingin. "Apa kau mau kita membelinya kembali?"     

"Tapi melihat penyerang-tengah berbakat itu menjadi musuh kita... sungguh sangat disayangkan."     

"Justru sebaliknya, aku berharap setiap orang yang melangkah keluar dari klub ini adalah mereka yang berbakat," kata Twain. "Dia adalah seseorang yang kurekrut sendiri dari Denmark. Kalau dia tampil buruk, itu akan membuatku terlihat buruk. Apa menurutmu semua yang kukatakan tentang dia punya kemampuan untuk mencetak gol itu hanya demi memuaskan keinginan para wartawan? Jangan lupa, dia adalah seseorang yang meninggalkan Nottingham Forest!" Twain tidak bisa menahan emosi yang bergejolak di dalam dirinya saat dia mengatakan itu. Suaranya memudar, dan dia tersenyum dingin saat sudut bibirnya sedikit terangkat.      

Dunn menghela nafas panjang disampingnya dan tiba-tiba saja mengutip, dalam bahasa Mandarin, "Hari kemarin telah meninggalkanku dan tak bisa lagi dipertahankan. Hari ini telah menggangguku dan membuatku khawatir."     

Twain menoleh untuk memandang Dunn. "Jangan mengutip puisi Tang seenaknya."     

※※※     

Bendtner terus merayakan dengan gila-gilaan dibawah spanduk yang hampir sama panjangnya seperti ukuran gawang. Rekan setimnya berkumpul di belakangnya dan mengangkat lengan mereka ke arah fans Nottingham Forest untuk memamerkan kekuatan mereka.      

Di belakang mereka semua ada van der Sar dan Pepe yang baru saja kembali bangkit, serta sekelompok pemain Nottingham Forest yang tampak patah semangat dengan kepala tertunduk.      

Dengan begini, Bendtner telah memutuskan hubungan dengan masa lalunya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.