Mahakarya Sang Pemenang

Sebelum Peluit Kickoff Ditiup



Sebelum Peluit Kickoff Ditiup

0Pertandingan terakhir untuk putaran keenam musim Liga Utama Inggris 2008-2009 dimulai pukul 3 waktu setempat.      

Pada saat makan siang, para fans dari seluruh negeri mulai berbondong-bondong ke stadion City Ground yang berada di tepi sungai Trent.      

Orang-orang yang datang lebih awal tidak perlu khawatir tidak bisa melakukan apa-apa setelah tiba di stadion. Di hari pertandingan seperti ini, lapangan di luar stadion tampak seperti taman hiburan sepakbola yang besar. Ada banyak orang makan, minum, bermain sepakbola bersama di dekat sungai, menjajakan dagangan kecil, berjalan-jalan... Tidak perlu khawatir tidak ada hiburan disini.      

Stadion City Ground di hari pertandingan kandang sama ramainya seperti "Pasar Ternak" yang diadakan lebih dari seratus tahun yang lalu. Meski "Pasar Ternak" masih ada, hanya jenis keramaian yang disebabkan oleh orang-orang dari berbagai daerah berkumpul bersama disini lebih dari seratus tahun yang lalu bisa dianggap sebanding dengan fans sepakbola yang mengikuti tim mereka dengan sangat antusias.      

Fans Manchester City termasuk mereka yang datang lebih awal dan kebanyakan berkumpul dalam kelompok, memakai jersey biru dan membawa bendera tim Manchester City yang berwarna biru muda. Mereka melambaikan syal biru pucat itu dan terlihat mengesankan saat berkumpul bersama.      

Dibandingkan dengan para tamu ini, fans tuan rumah tampak sedikit kurang terorganisir. Ini terjadi karena basis fans fanatik sejati mereka masih belum datang. Merekalah kekuatan utama yang menciptakan keriuhan di tribun stadion.      

Meski kedua tim cukup bermusuhan belakangan ini, hal itu tidak menghentikan sebagian besar fans untuk mengobrol bersama. Tentu saja, mereka mendukung tim mereka masing-masing. Fans Manchester City dengan penuh semangat menyatakan bahwa Manchester City akan memenangkan pertandingan ini dengan dua gol, sementara fans Nottingham Forest akan menggelengkan kepala mereka untuk menyangkal pernyataan itu dan mengatakan bahwa Nottingham Forest-lah yang akan menang dengan dua gol.      

Lalu kedua kelompok fans ini berkumpul bersama untuk minum alkohol dan melanjutkan obrolan tentang tim yang mereka dukung.      

Setelah pukul dua siang, terdapat semakin banyak media di lapangan luar stadion, dan fans yang berkumpul disana menjadi fokus perhatian media sebelum kedua tim muncul. Para reporter yang masih belum mulai bekerja hanya menikmati pemandangan yang ramai, sementara beberapa lainnya sibuk mewawancarai para fans dan mempersiapkan materi sumber secara langsung.      

Pada pukul 2.15 siang, Big John, Skinny Bill dan yang lainnya membawa buntalan spanduk putih dan tiba di lapangan luar stadion, tiba-tiba saja menarik perhatian banyak orang. Semua orang adalah fans Forest dan kelompok fans di kota ini saling mengenal satu sama lain dengan baik. Terlebih lagi, saat John dan Bill dulu mengikuti Michael untuk membentuk sebuah kelompok hooligan sepakbola, mereka punya reputasi. Kali ini, tentu saja ada banyak fans lama yang datang menghampiri dan mereka yang duduk sedikit lebih jauh mengangkat gelas mereka untuk menyapa.     

Buntalan kain putih yang mereka bawa menarik perhatian semua orang.      

"Hey, pria besar. Apa yang kau bawa dengan susah payah itu?" seorang pria paruh baya datang menghampiri untuk menyapa.      

"Barang bagus," John menyeringai dengan leher miring karena membawa buntalan kain itu.      

Spanduk itu sangat panjang. Dia dan Bill menggantungnya diatas tanah saat mereka menunjukkannya pada semua orang di bar kemarin malam. Sekarang setelah spanduk itu sudah dibuka lebar, digulung lagi dan kemudian dilipat di tengah sebelum kemudian diikat dengan tali, masih sedikit sulit bagi empat pria kuat untuk mengangkatnya di bahu mereka.      

"Ayolah, kenapa harus berahasia segala. Katakan saja, apa yang ada disana?"     

"Kau akan tahu saat pertandingan nanti. Takkan seru kalau aku mengatakannya sekarang. Dan ..." John menunjuk ke arah para reporter dan media televisi yang berkeliaran di dekat sana. "Kami akan memberikan kejutan besar pada Manchester City!"     

Banyak orang berhenti mengikutinya dan hanya menonton rombongan John memasuki stadion dari gerbang. Membawa benda yang begitu besar, mereka diminta untuk membukanya agar bisa diperiksa. John melangkah maju dan meminta petugas untuk mendekat, dan dia membuka salah satu sudutnya, secara misterius membiarkan petugas itu mengintipnya.      

Pria itu tertawa senang dan melambaikan tangannya untuk membiarkan mereka masuk.      

Jadi, kelihatannya akan ada sesuatu yang bisa dilihat di tribun sesaat lagi...      

※※※     

Pukul setengah dua, tepat waktu, bis kedua tim mulai memasuki area parkir yang telah disediakan diluar stadion City Ground. Mereka disambut hangat saat melewati para fans.      

Ashley Young sudah memiliki pengalaman sejak tahun lalu dan tidak punya perasaan apa-apa tentang kembali ke stadion kandang Nottingham Forest untuk pertandingan kali ini. Bendtner berbeda. Pada mulanya, dia mengira para fans diluar yang memakai jersey merah adalah para pendukungnya. Segera setelah dia mengangkat tangan dan ingin menyapa mereka, dia melihat beberapa fans itu menyatukan bibir mereka untuk mendesis ke arahnya. Saat itu dia baru sadar bahwa biru adalah warna timnya sekarang.      

Bagaimana para fans – yang dulu bersorak gembira melihat gol yang dicetaknya – akan menyapanya sekarang?     

Bendtner tidak merasa frustasi melihat sikap para fans itu. Melainkan, dia justru menantikan pertandingan yang akan segera dimulai. Bahkan jika seluruh stadion mencemoohnya secara kontinyu, dia akan membuktikan dengan tindakan nyata betapa salahnya Tony Twain yang tidak menghargainya!     

Meminjam kata-kata Julius Caesar, itu adalah ---     

Aku datang, aku melihat, aku taklukkan, aku pergi dan kau menyesal!     

Yah... Apa Caesar benar-benar mengatakan kata-kata yang terakhir itu? Tak jadi masalah. Yang penting adalah aku menaklukkanmu.      

Ashley Young melihat Bendter sedang tenggelam dalam pikirannya jadi dia menyenggolnya lalu berkata, "Satu penny untuk pikiranmu? Apa kau cemas tentang apa yang akan mereka lakukan padamu?" Dia menunjuk keluar jendela. "Jangan takut, itu hanya ejekan. Ini juga terjadi saat aku pertama kali datang kemari. Saat aku memikirkannya lagi, itu sama saja di mana-mana... Saat kita masih bermain untuk tim Forest, bukankah kita juga diejek fans tim lawan?"     

Bendtner menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, aku tidak khawatir tentang mereka yang mengejekku."     

"Kalau begitu kau..."     

"Aku sedang membayangkan penampilanku di pertandingan nanti."     

"Kau benar-benar aneh!"     

"Boss... bukankah Twain selalu mengucapkan ini? Ejekan dan makian lawan adalah pujian dan pengakuan terbaik lawan untukmu. Kurasa aku paham makna kata-kata itu sekarang." Bendtner menunjuk ke arah orang-orang yang memakai jersey merah diluar dan berkata, "Mereka semua adalah musuhku."     

Ashley Young ternganga. Saat dia pertama kali datang ke stadion City Ground sebagai bagian dari tim tamu, dia sangat terkejut dengan suara desisan itu sampai-sampai dia tidak bisa bermain seperti biasanya dan harus digantikan lebih awal. Dia sama sekali tidak bisa beradaptasi dengan perubahan sisi yang tiba-tiba ini. Dia sama sekali tidak menduga kalau Bendter telah berganti peran sejak lama dan berperilaku seolah dia sudah menjadi veteran loyal yang bermain mewakili Manchester City selama dua puluh tahun... Dia ingin mendecakkan lidahnya karena heran.      

Ah, memang ada bermacam-macam orang di dunia yang besar dan tua ini...      

※※※     

Bis Manchester City tiba lebih dulu. Saat mereka semua sudah memasuki ruang ganti, bis Nottingham Forest tiba dengan kecepatan tinggi seolah-olah semua ini sudah direncanakan.      

Di tempat parkir, Twain adalah orang pertama yang melompat turun dari atas bis. Dengan wajah tegas, dia menghadapi kerumunan orang yang bersorak sorai dan mikrofon yang dipegang oleh banyak reporter di sekitarnya.      

"Tidak ada yang bisa kukatakan. Ini hanya pertandingan liga biasa."     

Seseorang diantara para reporter mencemoohnya dengan suara rendah. Hanya orang bodoh yang percaya dengan kata-katanya.      

Para pemain yang mengikutinya turun dari atas bus tidak berniat untuk diwawancara oleh para reporter. Mereka langsung berlari menuju lorong khusus dengan kepala tertunduk.      

Fans Forest yang berada di sekitar sana berkumpul untuk menyanyikan slogan-slogan seperti "Nottingham Forest akan menang" dengan suara keras. Suasana saat itu sangatlah panas hingga sama sekali tak terlihat seperti "pertandingan liga biasa".      

Setelah semua pemainnya memasuki koridor, Twain melambai ke arah reporter yang sedang menunggu dan berkata, "Sampai nanti usai pertandingan, kalian semua. Kalau suasana hatiku sedang baik, aku akan menjawab semua pertanyaan yang kalian punya."     

※※※     

Big John dan yang lainnya sudah berdiri di tribun mereka dan bersiap untuk menonton pertandingan yang akan segera dimulai. Spanduk yang digulung itu diletakkan dibawah kaki mereka dan dibiarkan tetap disana untuk saat ini.      

Para pemain dari kedua kubu sedang melakukan pemanasan di lapangan. Suara ejekan acak sudah mulai terdengar, dan target ejekan itu adalah Bendtner, yang memakai rompi dengan lambang Manchester City.      

Bendtner sendiri bertingkah seolah-olah dia tidak peduli dan terus melakukan pemanasan.      

Setelah empat tahun dilatih dibawah arahan Twain dan pengalamannya yang kaya dari bertanding melawan tim lain, dia tahu bahwa dia akan kalah kalau dia marah pada orang-orang yang mengejeknya.     

Karena itu, dia tampak sangat tenang saat ini.      

Kapan dia bisa membebaskan diri dan melampiaskan kemarahannya? Saat dia berhasil mencetak gol di dalam pertandingan, dia akan memberi pelajaran pada orang-orang yang mengejeknya.      

Kalian semua akan... membayarnya!     

※※※     

"Lihat bocah itu, dia membuatku kesal!" Bill menunjuk ke arah Bendtner di tribun.      

John meliriknya sekilas dan tertawa, "Saat dia masih di tim kita, kau bersorak gembira saat dia mencetak gol. Kau bahkan sempat bilang, 'masa depan Nottingham Forest akan bergantung padanya.'"     

Bill tampak tidak nyaman dan menukas, "Itu karena dulu aku punya harapan tinggi padanya, jadi aku tidak bisa mentolerir pengkhianatannya!"     

John meregangkan punggungnya dengan malas dan berkata, "Aku tidak terlalu terpengaruh dengan kepergiannya dari tim Forest. Lagipula, akan selalu ada mereka yang datang dan pergi di setiap musim panas. Aku sudah lelah melihat itu terjadi di beberapa dekade terakhir. Memangnya kenapa kalau mereka adalah pemain berbakat? Tidak ada yang bisa menjamin kalau mereka akan tetap tinggal disini seumur hidup. Kalau mereka pergi, mereka pergi. Bagaimanapun juga, kurasa selama bajingan itu, Tony Twain, masih ada, maka Nottingham Forest akan tetap bertahan tak peduli berapa banyak orang yang pergi." Lalu dia menekankan tangannya ke pagar pembatas dan memandang ke lapangan dibawah. "Yang membuatku kesal adalah dia seharusnya tidak berkata 'setidaknya dua gol melawan Forest'. Memangnya dia pikir dia siapa? Apa dia meremehkan pertahanan Nottingham Forest?"     

"Sebenarnya, kurasa Tony pasti sangat marah sekarang."     

"Kurasa juga begitu. Bagaimana mungkin dia bisa mentolerir ada orang lain yang menganggap semua orang lain berada di bawahnya?"     

"Tidak, kurasa lebih tepatnya menganggap 'dia' dibawah."     

Kedua pria itu saling berpandangan dan tersenyum.      

"Kurasa akan ada pertunjukan bagus di pertandingan ini."     

※※※     

Di ruang ganti, Dunn mengulangi taktik yang kemarin sebelum Twain datang untuk mengambil alih.      

"Pepe." Dia memanggil nama bek tengah utama di tim.      

Pepe bangkit berdiri, tanpa tahu alasan kenapa dia dipanggil.      

"Aku lupa mengatakan satu hal lagi kemarin." Twain mengangkat jari telunjuk kirinya. Dia merujuk pada penjelasannya kemarin terkait responnya di media tentang Bendtner kepada Pepe dan para bek lainnya.      

"Aku benar-benar mempercayai kemampuan lini pertahanan timku. Kalian adalah lini pertahanan terbaik di seluruh Eropa. Tapi..." Dia menunjuk ke arah kapten tim dan berkata, "George."     

Wood ikut berdiri.      

"Kalau kalian membiarkan Manchester City mencetak dua gol dalam pertandingan ini, semua pemain yang bertanggungjawab di lini pertahanan akan harus berlari kembali ke Wilford dari sini!"     

Wajah seseorang langsung pucat saat dia mendengar itu, tapi Wood mengangguk dan menjawab dengan tenang, "Oke."     

Pepe hanya mengangkat bahu sambil nyengir, "Bagaimana kalau kami tidak membiarkan mereka mencetak gol satu pun?"     

"Kalian akan dapat libur tambahan setengah hari besok."     

Pepe memandang ke arah bek yang lain dan menjentikkan jarinya, "Tidak masalah!"     

"Kalau memang tidak ada masalah, keluar sana dan tunjukkan pada mereka!"     

※※※     

"Selamat datang di pertandingan terakhir putaran keenam musim Liga Utama Inggris 2008 – 2009! Tim yang akan bertanding hari ini adalah tim kandang, Nottingham Forest dan tim tamu, Manchester City. Sebelum pertandingan, orang yang paling dicermati adalah Tony Twain. Hampir di sepanjang bulan Agustus, Twain bentrok dengan Manchester City. Karenanya, dia kehilangan penyerang-tengah muda yang dinilai tinggi olehnya, Bendtner, di momen terakhir sebelum bursa transfer ditutup. Sementara untuk pertandingan ini, ini juga akan menjadi pertandingan pertama Bendtner sebagai lawan di stadion City Ground. Apa yang menunggunya disini? Kuharap bukan kepala babi dan pemantik.... Mungkin Hughes akan bisa menggunakan kesempatan ini untuk melihat kualitas psikologis Bendtner."     

"Pria Denmark itu bersumpah akan mencetak setidaknya dua gol sebelum pertandingan ini dimulai dan membuat pertandingan ini menjadi sangat dinantikan. Seperti yang kita tahu, lini pertahanan Nottingham Forest sudah sangat dikenal di Liga Utama. Selama dua musim terakhir, tim Tony Twain mengandalkan pertahanan mereka yang tak tertembus untuk memenangkan dua gelar juara Liga Champions UEFA dan gelar juara Liga Utama musim lalu. Mereka jarang mendapatkan hasil dimana lawan bisa memasukkan dua gol ke gawang mereka, apalagi dua gol berturut-turut dari satu pemain yang sama. Meski Tony Twain berkata kalau dia yakin Bendtner bisa melakukannya, aku bisa yakin tentang satu hal dan itu adalah Twain yang pasti sedang marah."     

"Pertandingan ini juga bisa dianggap sebagai pembalasan dendam oleh dua pria muda yang diusir dari Wilford oleh Tony Twain. Ashley Young dan Bendtner sama-sama berada di starting lineup kali ini. Hughes jelas menginginkan mantan pemain Forest yang familiar dengan ide taktis Tony Twain untuk menjadi ujung tombak dalam mengalahkan Twain. Tapi kita tidak tahu bagaimana pengaruhnya nanti. Aku masih ingat penampilan buruk Ashley Young musim lalu saat Manchester City bermain di City Ground. Aku penasaran apa dia telah membuat kemajuan setelah satu tahun?"     

"Mark Hughes sempat mengecam Tony Twain, juniornya, karena menjadi seorang badut dan pria serakah yang menjijikkan selama insiden transfer van Nistelrooy dan Bendtner. Tony Twain pasti ingin menggunakan kemenangan dalam pertandingan ini untuk membuktikan bahwa Hughes telah salah menilainya."     

"Akankah Manchester City, yang telah kehilangan muka selama insiden cek-kosong, akan menggunakan kemenangan di pertandingan ini untuk mendapatkan kembali harga diri mereka?"     

"Sulit untuk dikatakan... Tak peduli siapa yang menang atau kalah di pertandingan ini, akan selalu ada pihak yang merasa marah dan kecewa. Jadi, media kita akan punya banyak hal untuk dilakukan. Martin, melihat apa yang terjadi sebelum pertandingan, game ini memiliki semua aspek kampanye klasik. Sementara untuk pertandingannya sendiri, kita akan segera mengetahuinya."     

Partner lama Sky TV mengomentari secara langsung dari boks komentator stadion City Ground.      

Mereka adalah Martin Taylor dan Andy Gray.      

Yang satu bijak dan tenang sementara yang lainnya penuh semangat dan penuh humor. Kedua pria ini adalah partner komentator olahraga yang sangat terkemuka dari Sky TV.      

Martin Taylor bisa dilihat sebagai suara yang mewakili Inggris. Sky TV benar-benar menganggap penting pertandingan ini sehingga menunjuk keduanya untuk mengomentari pertandingan.      

Seperti yang dikatakan oleh kedua pria itu, dengan begitu banyaknya kisah dan sorotan untuk ditonton, bagaimana mungkin pertandingan ini tidak akan menyenangkan?     

※※※     

Para pemain dari kedua kubu sudah muncul di lapangan dan melakukan semua formalitas sebelum pertandingan. Nottingham Forest mendapatkan hak untuk memilih tempat dan bola akan diberikan pada Manchester City untuk kick-off.      

Bendtner berdiri di lingkaran tengah lapangan, disamping Robinho. Dia menginjak bola, menunggu wasit untuk meniup peluitnya.      

Pertandingan belum dimulai, tapi suara desisan keras sudah terdengar, semuanya diarahkan pada Bendtner. Hanya karena... dia menyentuh bola.      

Robinho sedikit terkejut dengan suara desisan yang tiba-tiba itu dan dia melirik ke arah Bendtner.      

Tak peduli apakah Robinho bisa memahaminya atau tidak, Bendtner tertawa dan berkata, "Para fans disini... membuat perbedaan yang jelas antara apa yang mereka sukai dan apa yang mereka benci."     

Setelah mendengar suara desisan itu, bahkan Martin Taylor, yang bertanggungjawab untuk mengomentari pertandingan, tertawa. "Bendtner telah menerima sambutan paling hangat dari para fans Nottingham Forest. Kuharap dia bisa terbiasa dengan ini."     

"Dia akan terbiasa dengan itu. Kalau dia masih ingin mencetak dua gol sendirian.'     

Bendtner juga tidak mengangkat kakinya dari bola meski dia dicemooh. Dia mengangkat kepalanya dan memandang ke arah gawang, dimana mantan rekan setimnya, van der Sar, berdiri. Dari sini sampai ke tempat van der Sar, ada banyak mantan rekan setimnya dalam jersey merah yang sekarang adalah musuh dan harus dikalahkan olehnya.      

Seperti yang pernah dikatakan oleh mantan bossnya, dia harus menginjak tubuh mereka untuk bisa menang.      

Sambil memikirkan ini, dia mengalihkan pandangannya ke area teknis tim Forest yang ada di pinggir lapangan.      

Dengan lengan terlipat di dada, Tony Twain menyilangkan kakinya sambil duduk di kursinya yang berada di area teknis dan kelihatannya juga sedang memandang ke arahnya.      

--- Kalau begitu kau gunakan saja caramu sendiri untuk memenangkan kejuaraan!     

Sesuai keinginanmu, kita akan memulai pertandingan ini.      

Wasit mengangkat tangannya ke depan tubuh dan meniup peluit tanda dimulainya pertandingan ditengah suara cemoohan yang keras.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.