Mahakarya Sang Pemenang

Pria-Pria Tangguh



Pria-Pria Tangguh

0Sebuah pertunjukan budaya berskala besar sedang ditampilkan di lapangan Stadion Luzhniki, tapi Shania, yang duduk di kotak VIP, sama sekali tidak memperhatikannya. Dia datang kemari hanya untuk menonton pertandingan dan bahkan tidak pergi shopping.      

Dia hanya ingin pertandingan dimulai lebih awal, karena kalau pertandingan belum dimulai, Paman Tony akan tetap berada di ruang ganti yang misterius itu dan tidak keluar dari sana.      

Untungnya, pertunjukan budaya itu segera berakhir. Saat suara sorakan para fans di stadion semakin keras, para pemain dalam starting lineup kedua tim akhirnya mulai melangkah keluar dari dalam terowongan.      

Piala perak yang berkilauan ditempatkan tepat di depan jalan keluar terowongan, memisahkan jalur kedua tim. Para pemain Chelsea tidak bisa menahan diri untuk menoleh ke arah piala itu saat mereka melewatinya. Ini adalah pertama kalinya bagi mereka berada dekat dengan kehormatan itu. Akankah mereka mengangkat piala itu dengan tangan mereka sendiri setelah sembilan puluh menit atau seratus dua puluh menit atau lebih dari itu?     

Para pemain Nottingham Forest juga memandang sekilas piala itu, dengan cahaya bersinar di mata mereka. Bos mereka benar. Tidak ada tim yang berhasil mempertahankan gelar mereka sejak restrukturisasi Liga Champions. Jadi kenapa kita tidak membuat sejarah dan menciptakan keajaiban lagi? Nottingham Forest adalah tim yang ajaib. Kami ada di atas panggung ini untuk menciptakan sejarah dan keajaiban. Untuk apalagi kami ada disini?     

Setelah para pemain memasuki lapangan, Twain melangkah ke pinggir lapangan bersama staf pelatih dan juga para pemain cadangan. Kelompok fans Nottingham Forest berada dekat dengan area teknis tim Forest, mereka semua berteriak penuh semangat saat mereka melihat Twain berjalan keluar, "Tony!! Hey --- Tony!"     

Twain yang mendengar suara teriakan mereka akhirnya menoleh dan melambai, dengan ekspresi serius di wajahnya.      

"Kau tahu apa yang kami inginkan! Juara! Juara Juara ---"      

Kelompok fans itu melolong saat mereka melihat Twain tiba di area teknis.      

Lalu Twain berdiri di pinggir lapangan. Hujan sedikit lebih ringan daripada sebelumnya, tapi masih bisa membuat pakaian dan rambutnya basah dan lembab. Dia tidak ingin duduk di area teknis untuk berlindung dari hujan. Para pemainnya berbaris di lapangan untuk diambil gambarnya oleh pers dan menjalankan seremoni yang selalu dilakukan sebelum pertandingan.      

※※※     

"Dia sangat keren." Duduk disamping Shania, Gloria bersiul pendek setelah mengatakan itu.      

Shania memandang wanita karir yang sukses di Hollywood dan datang bersamanya ke Moskow untuk menonton pertandingan ini dengan waspada.      

Menyadari bahasa tubuh Shania, Gloria tersenyum. " Bukankah kau juga menganggapnya seperti itu?"     

"Dia bodoh, sama sekali tidak keren." Shania mengerucutkan bibirnya.      

Gloria yang tadinya tersenyum mulai tertawa terbahak.      

"Kalian sama-sama bodoh, haha!"     

Shania cemberut. Bukannya dia tidak ingin membalas, dia hanya tidak tahu bagaimana harus membalas ucapannya itu...      

"Apa kau butuh bantuanku, Shania?" Gloria mengedipkan matanya pada Shania.      

Shania tahu apa yang dimaksud olehnya, tapi dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, terima kasih, Clarice. Aku ingin melakukannya sendiri..."     

Gloria bisa melihat kekeraskepalaan gadis muda itu dan tidak mengatakan apa-apa lagi.      

※※※     

George Wood, kapten Nottingham Forest, kalah saat adu lontar koin dengan kapten Chelsea, Terry. Karenanya, Chelsea berhak untuk memilih sisi lapangan yang akan mereka mainkan, sementara Nottingham Forest berhak untuk melakukan kick off.      

Kelompok-kelompok pertunjukan budaya tadi sudah lama bubar. Para pemain dari kedua tim sudah selesai berfoto bersama, dan sekarang mereka berdiri sesuai dengan formasi di lapangan. Sebuah pertandingan besar akan segera dimulai.      

Baru setelah peluit tanda kick-off dibunyikan, Twain kembali ke kursinya. Setelan yang dipakainya sudah basah kuyup karena hujan. Dunn memberinya handuk kering untuk menyeka air dari wajahnya.      

"Ini tepat seperti yang kita prediksikan." Twain tersenyum dan berkata pada Dunn setelah dia mengamati sebelas pemain dalam starting lineup Chelsea. Dia mengatakan "kita". Tapi sebenarnya, dugaan Dunn memang tepat untuk semua posisi yang diperdebatkan. Standar pelatih sepakbola yang asli memang berbeda.      

"Aku khawatir kalau memilih pemain demi memberikan 'kejutan' di final semacam ini, hasilnya tidak akan bagus." Dunn memiliki alasan dan pertimbangannya sendiri. "Grant bukan seorang penjudi, atau lebih tepatnya lagi dia bukanlah penjudi kelas berat. Pada saat ini, dia masih lebih mempedulikan tentang 'stabilitas'".      

Twain mengangguk setuju.      

※※※     

"Hadirin sekalian, selamat datang di pertandingan final Liga Champions musim 07-08! Kedua tim yang akan bertanding adalah Nottingham Forest dan Chelsea dari Inggris. Ini adalah yang pertama kalinya bagi Chelsea untuk melaju hingga final Liga Champions dalam sejarah klub mereka sementara Nottingham Forest adalah juara bertahan. Ini adalah sebuah 'perang saudara Inggris'. Chelsea dan Nottingham Forest memiliki banyak perseteruan di liga domestik, seperti misalnya, sejak kembalinya Nottingham Forest ke Liga Utama, yang dipimpin oleh Tony Twain, Chelsea belum pernah bisa mengalahkan mereka di turnamen liga maupun di Liga Champions. Mungkinkah ini semacam kutukan kecil? Dalam hal ini, Chelsea mungkin memiliki kondisi psikologis yang kurang menguntungkan saat melawan Nottingham Forest di pertandingan ini."     

Tapi, selama konferensi pers pra-pertandingan, Grant sudah menyangkal adanya kondisi psikologis yang kurang menguntungkan semacam ini. Dia tidak ingin membicarakan tentang rekor yang memalukan itu. Alasannya sederhana. Dia bukan merasa malu karena tidak bisa mengalahkan Nottingham Forest sebelum ini, tapi lebih karena rekor busuk itu diwariskan padanya oleh pendahulunya, Mourinho. Jadi, dia merasa tidak punya kewajiban untuk mengubahnya demi Mourinho.      

Dia juga tidak menyinggung tentang berapa kali Chelsea tidak bisa mengalahkan Nottingham Forest dalam pembicaraan di ruang ganti pra-pertandingan ini. Mungkin hal itu akan bisa memicu semangat juang yang kuat di dalam diri para pemain, tapi Grant khawatir kalau hal itu akan bisa menyerang balik dan membuat para pemainnya benar-benar memiliki kondisi psikologis yang kurang menguntungkan. Bagaimanapun juga, dia bukanlah seorang pandai bicara yang bisa menggerakkan emosi para pemainnya di ruang ganti.      

Dia mengatakan kepada para pemainnya bahwa serangan Nottingham Forest yang paling mengancam berasal dari kedua sayap mereka. Karenanya, Tony Twain bisa dipastikan akan memperkuat serangan mereka dari sayap di pertandingan final kali ini. Chelsea harus fokus pada sayap mereka sendiri untuk bertahan, dan mereka juga harus beradu melawan musuh – kalau Nottingham Forest menyerang lewat sayap, kita juga akan menyerang lewat sayap.      

Seperti yang diduga oleh Grant, Nottingham Forest mengambil keuntungan dari kick-off mereka di awal pertandingan dan langsung meluncurkan serangan melalui kedua sayap sejak awal.      

Di menit kelima, setelah Gareth Bale bergerak maju dengan aktif, dia mengoper bola dari wilayah sayap belakang. Bola itu membentur Essien – yang bukan pemain asli untuk posisi bek kanan – di kaki dan berubah arah lalu bergulir ke arah sudut terdekat gawang. Untungnya, Cech tidak berpindah dari posisinya dan segera menjatuhkan tubuh ke tanah untuk menghentikan bola. Tidak ada kerugian apapun kecuali bahwa aksi itu tadi mengejutkan para penggemar Chelsea dan membuat mereka terkesiap kaget.      

"Argh!" Bale tampak frustasi. Dia memegangi kepalanya. Kalau saja bola itu masuk ke dalam gawang, pertandingan final ini mungkin akan lebih mudah bagi mereka.      

Dia masih kesal tapi George Wood sudah memanggil namanya dari kejauhan, "Mundur, Bale!" Dia meminta Bale untuk kembali bertahan karena bola itu tidak keluar dari garis gawang melainkan ditangkap langsung oleh Cech. Van Nistelrooy berusaha mengganggu Cech di lini depan untuk mencegahnya meluncurkan serangan kilat. Tapi dia tidak bisa melakukannya dengan berlebihan karena khawatir akan menarik "perhatian khusus" wasit pada dirinya sendiri.      

Cech melewati Van Nistelrooy dan memang melemparkan bola ke Essien, yang akan melakukan serangan balik dari sisi sayap kanan.      

Grant telah menginstruksikan seluruh tim untuk saling adu saat melawan serangan sayap Nottingham Forest dan bertarung langkah demi langkah sebelum pertandingan dimulai. Apa yang dimaksud dengan langkah demi langkah? Itu artinya, kalau Nottingham Forest memulai serangan dari kiri, maka setelah mereka berhasil merebut bola, mereka akan melakukan serangan balik dari sisi kanan yang merupakan sisi kiri tim Forest untuk memanfaatkan celah setelah bek belakang mereka bergerak maju. Yang bisa dianggap sukses adalah apabila mereka mendapatkan peluang untuk langsung mengancam gawang lawan. Kalaupun mereka tidak berhasil melakukannya, aksi mereka akan membuat dua bek belakang tim Forest berlari mondar mandir dan membuat diri mereka kelelahan akibat berlari. Dengan begitu mereka takkan bisa bertahan selama sembilan puluh menit di pertandingan berintensitas tinggi semacam ini. Lalu Chelsea akan berpeluang untuk menang setelah kekuatan lawan habis, gerakan lawan jadi kacau dan mulai kehilangan fokus mereka.      

Setelah dia melihat Essien mendapatkan bola, Ribery bergegas maju ke lini depan untuk merebut dan mengganggunya sementara Gareth Bale sama sekali tidak berani tinggal lebih lama lagi di lini depan. Dia berbalik dan berlari mundur untuk bertahan.      

Twain jelas sudah mengantisipasi kalau Grant akan melakukan ini. Ini bukan taktik yang luar biasa. Seluruh dunia akan menggunakan taktik ini saat mereka berhadapan dengan tim yang menggunakan bek belakang dalam membantu serangan tim. Serangan sayap Nottingham Forest sudah terkenal di seluruh dunia, dan dua bek belakang yang cenderung menyerang ini juga sudah dikenal di seluruh dunia. Hanya orang bodoh yang tidak akan memanfaatkan celah yang mereka tinggalkan saat mereka bergerak maju untuk membantu serangan. Tapi tim Forest tidak bisa membatasi dan melarang dua bek belakang dalam membantu serangan hanya karena alasan ini. Itu akan sama seperti memotong kaki-kaki mereka. Oleh karena itu, strategi Twain adalah pertahanan berlapis. Dari mulai para penyerang di lini depan hingga lini tengah dan lini pertahanan belakang, mereka akan harus melakukan counter-pressing dan mengganggu pemain yang membawa bola, sehingga memberikan kesempatan bagi bek belakang yang berada di depan untuk kembali ke posisinya dan bertahan.      

Sementara untuk stamina, dia tidak terlalu cemas karena baik Gareth Bale dan Rafinha adalah pemain muda dengan kebugaran dan kecepatan yang sangat baik. Mereka takkan merasa lelah selama tim bisa mengendalikan situasi yang ada di lapangan.      

※※※      

Ini hanyalah serangan coba-coba bagi Bale. Dimana setelahnya, Chelsea juga berusaha menyerang, dan kemudian kedua tim mulai sama-sama fokus dalam bertahan. Tidak ada yang ingin kebobolan di awal pertandingan. Ini adalah pertandingan final. Kebobolan gol bisa mengimplikasikan banyak kemungkinan. Tidak satupun dari Twain maupun Grant yang ingin permainan ini berkembang diluar ekspektasi mereka.      

Meski mereka fokus untuk bertahan, pertandingan ini tidak berjalan membosankan. Tidak ada yang mencetak gol tapi kedua kubu saling beradu dengan sengit.      

Sedikit penyesuaian yang dilakukan Nottingham Forest di dalam formasi mereka membuat Chelsea tidak bisa beradaptasi dan bermain dengan canggung. Van der Vaart memposisikan dirinya lebih ke depan dan hampir bisa dikatakan mengambil posisi sebagai "striker bayangan". Dengan begini, dia menjadi ancaman yang lebih besar bagi gawang Chelsea dibandingkan dengan saat dia bersama George Wood di lini tengah. Selain itu, Ribery dan Lennon masuk ke dalam formasi sayap Chelsea. Posisi ini membuat Chelsea merasa sangat tidak nyaman secara defensif – antara bek tengah dan bek belakang, ini seperti sebuah area tak terdefinisikan dari gabungan antara area perkotaan dan pedesaan.      

Sebagai akibatnya, inisiatif di lapangan berada di tangan Nottingham Forest untuk saat ini. Lima belas menit kemudian, Nottingham Forest mulai menggunakan inisiatif ini untuk meningkatkan intensitas serangan mereka.      

Di menit ke enam belas, tembakan Ribery dihalau oleh Cech setelah Ribery memaksa menerobos dari sayap usai mendapatkan umpan dari Wood.      

Dua menit berikutnya, Bale kembali bergerak maju untuk mendukung serangan. Dia mengangkat kakinya untuk mengumpan setelah menerima bola dari Ribery. Sayangnya, tidak ada yang bisa masuk ke dalam kotak penalti dan bola itu melayang tinggi di atas area penalti lalu mengarah ke sisi yang lain. Chelsea merebut bola dan menyerang balik.      

Ashley Cole menyusun sebuah serangan balik setelah dia menerima bola.      

Dia melakukan gerakan tipuan untuk melewati Lennon yang bergegas maju dan kemudian mengoper bolanya ke Ballack setelah dia melihat niatan pemain Forest untuk melakukan counter-pressing.      

Ballack bersandar ke belakang untuk memblokir van der Vaart setelah dia mendapatkan bola dan melirik sekilas situasi yang ada di lapangan.      

Chelsea harus mengakui bahwa mereka sama sekali tak menduga akan ada perubahan di dalam formasi tim Forest. Tapi Twain juga harus mengakui bahwa memang agak sedikit beresiko dalam melakukan ini – mereka akan terlalu mengandalkan George Wood. Dengan posisi van der Vaart, Ribery dan Lennon yang lebih maju ke depan, paruh belakang lini tengah pada dasarnya dijaga oleh Wood seorang diri. Selama lawan menggunakan umpan untuk mengalihkan perhatiannya, lawan akan bisa menerobos masuk ke dalam lini tengah tanpa hambatan dan langsung berhadapan dengan lini pertahanan belakang Nottingham Forest. Bagi Chelsea, yang punya banyak ahli tendangan jarak jauh, menghadapi lini pertahanan belakang juga sama artinya dengan berada di dalam rentang jarak tembak.      

Makalele dan Lampard bergerak maju dan George Wood memilih untuk menghadang Lampard. Bagaimanapun juga, Lampard jauh lebih mengancam daripada Makalele kalau ada kaitannya dengan serangan.      

Ballack melihat ini terjadi dan segera memutar bola di bawah kakinya untuk memberikan umpan bola atas yang langsung melesat ke arah... Makalele!     

Wood baru berlari setengah jalan saat dia melihat situasi ini. Dia segera mengerem dan berbalik untuk menghadang Makalele.      

"Serangan balik Chelsea! Selama Makalele bisa mengoper bolanya ke Lampard, dia akan punya ruang untuk dimanfaatkan!" komentator berseru keras.      

Bola itu masih di udara saat Makalele melihat George Wood datang menghampirinya. Dia tahu Wood adalah pemain yang kuat dan serangan timnya tidak boleh terhenti disini. Kalau tidak begitu Nottingham Forest akan memanfaatkan situasi dimana kami semua sedang berada di depan dan mereka akan menyerang gawang dari lini tengah. Aku harus terus berjuang!     

Kedua pria itu melompat di waktu yang bersamaan sambil berlari dengan kecepatan tinggi untuk bersaing mendapatkan bola.      

Kelihatannya Makalele akan mendapatkan bolanya lebih dulu. Pengalamannya yang lebih kaya telah berhasil membantunya. Wood yang bergerak ke arahnya tampak kurang gesit di udara daripada di atas tanah. Kalau Makalele ditakdirkan untuk mendapatkan bola, satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah – Wood membenturkan kepalanya ke kening Makalele!     

Suara teredam terdengar, dan bola memantul keluar saat kedua orang itu terjatuh ke tanah. Tidak ada yang bangkit berdiri.      

Wasit Lubos Michel meniup peluitnya. Dinilai dari gerak tangannya, kelihatannya itu adalah pelanggaran yang dilakukan George Wood. Penilaiannya ini memicu ketidakpuasan diantara para pemain Nottingham Forest. Mereka menganggap bahwa benturan itu terjadi antara dua pemain yang sama-sama memiliki peluang 50-50 untuk mendapatkan bola, bagaimana mungkin dia bisa memutuskan kalau itu adalah pelanggaran tim Forest?     

Para pemain Chelsea juga merasa marah. Benturan yang keras seperti itu sebanding dengan upaya pembunuhan terhadap Makalele! Apa yang diprotes para pemain Forest itu?     

Kedua tim segera berkerumun dan kelihatannya mereka akan segera berkelahi. Suasana yang tegang karena ini adalah pertandingan final telah terasa sejak detik pertama dan kini sudah hampir mencapai titik didih.      

"Bajingan! Apa yang kau lakukan?!" Malouda dari Chelsea mendorong Ribery yang bergerak mendekat dan berteriak, "Apa kau mau berkelahi!?"     

"Kau yang memukul pemain kami!" Ribery ingin bergerak maju dan memukul pria kulit hitam itu, tapi dia dipegang erat oleh Lampard.      

"Dorong mereka untukku!"     

"Bale, apa yang kaulakukan disana?"     

"Sialan, tenangkan diri kalian!"     

"Lihat saja pemain kami. Siapa yang melakukan pelanggaran?" van Nistelrooy memprotes dengan suara keras kepada wasit sambil menunjuk ke arah George Wood, yang perlahan mulai bergerak dan mencoba duduk.      

Wasit mengikuti arah pandangnya dan menunduk. Lalu dia segera memberikan sinyal agar tandu dibawa masuk ke dalam lapangan.      

"Ironman", "Pria Tangguh", "Alien", "Terminator" dan "Shrek" itu, yang jarang mengalami cedera selama bertanding, sekarang menutupi matanya dengan tangan kanan sementara darah merah mengalir di sela-sela jarinya. Sementara itu Makalele yang bergelung lemah mencoba duduk sambil memegangi kepalanya dengan ekspresi kesakitan.      

Kelihatannya kedua orang itu sama-sama terluka parah.      

※※※     

"Sialan, sialan, sialan --- sialan!" Twain berjalan mondar mandir dengan gelisah di depan area teknis. Dokter tim, Fleming, sudah berlari dengan anak buahnya, yang membawa tandu. "Katakan pada mereka untuk tenang! Pertandingan baru saja dimulai selama dua puluh menit! Sialan, ini bukan pertama kalinya mereka bermain di final. Bagaimana mungkin mereka seperti segentong mesiu, siap meledak di percikan pertama?"     

"Mungkin itu karena George benar-benar terluka..." kata Dunn dengan suara rendah.      

Ada "legenda" di Nottingham Forest yang tidak diketahui oleh orang luar: George Wood adalah monster yang takkan pernah terluka. Tidak ada orang di dunia ini yang bisa menghancurkannya di lapangan sepakbola dan di lapangan latihan. Meski memang sedikit berlebihan untuk mengatakan ini, terdapat semacam rasa aman bagi rekan setimnya yang melihat Wood tak pernah dirugikan tak peduli siapa yang menjadi lawannya.      

Mungkinkah kelemahan monster ini ada di kepalanya?     

"Lihat saja bagaimana kondisinya dan Makelele. Siapa yang cederanya lebih serius?" Twain menunjuk ke arah lapangan dan bertanya degan suara keras.      

George Wood duduk di tanah dengan kepala tertunduk sementara tangannya memegangi lukanya yang berdarah. Selain itu, kelihatannya tidak ada area lain yang terluka. Makalele, masih bergelung dengan tangan di atas kepalanya dan tampak gemetar – apa mungkin dia gemetar karena shock?     

Ya Tuhan!     

Dokter tim Chelsea dan Nottingham Forest sudah berlari masuk ke dalam kerumunan. Kedatangan mereka membantu manajer yang merasa-tertekan untuk memisahkan para pemain dan menenangkan mood mereka untuk sementara – mereka semua memfokuskan perhatian mereka pada rekan setim mereka yang cedera. George Wood menumpahkan darah untuk yang pertama kalinya, sementara Makalele mengalami gegar otak.      

"Ini adalah sebuah benturan yang sangat, sangat intens. Kedua belah pihak kelihatannya sama sekali tidak peduli tentang diri mereka dan orang lain. Mereka hanya melihat bola..." nada suara komentator tidak lagi penuh semangat seperti sebelumnya. Kondisi kedua orang pemain yang terlibat masih belum diketahui. Akan sangat buruk kalau mereka cedera serius.      

※※※     

Fleming berlutut di depan Wood, membuka paksa tangannya dan darah menetes dari pipinya ke pakaiannya.      

"Benturan itu mengakibatkan luka terbuka... Apa kepalamu sakit?" tanyanya.      

"Tidak," kata Wood dengan suara rendah seolah dia sedang menggertakkan giginya.      

Tepat disampingnya, dokter tim Chelsea berjongkok di depan Makalele dan mengacungkan tiga jarinya sambil berteriak, "Claude, berapa banyak jari yang kuacungkan? Berapa?"     

"Tiga..." suara lemah Makalele mencapai telinga George. Dia tidak peduli dengan Fleming yang sedang memeriksa dirinya dan menolehkan kepalanya untuk melihat. Dokter tim Chelsea perlahan mulai membalikkan tubuh Makalele agar dia berbaring telentang. Dalam proses melakukan itu, Makalele melihat George Wood, dan tatapan kedua pria itu saling bertemu. Makalele menggumamkan sesuatu dan menutup matanya untuk beristirahat. George Wood tidak bisa mendengarnya dengan jelas.      

"Dia bilang: 'Sial, kepalamu sangat keras.'" Ribery berjongkok dan menatap luka terbuka di sudut mata George Wood. Dia bertanya, "Bagaimana perasaanmu, George?"      

"Baik-baik saja."     

"Kepalamu memang benar-benar keras!" Ribery mengerucutkan bibirnya.      

"Baiklah, Franck, jangan menghalangi pekerjaanku disini!" Fleming mendorong Ribery menjauh.      

"Aku hanya menunjukkan sedikit kepedulian pada kapten superman kami." Ribery mengangkat bahu dan membuka lengannya sambil berteriak ke arah rekan setimnya yang lain, "Yah, dia baik-baik saja. Kapten kita benar-benar monster!"     

"Whoo-hoo ---"     

Monyet kecil Bale tersenyum.      

Segalanya lebih sederhana dari sisi Makalele. Setelah berbaring sejenak di tanah, Makalele kembali pulih dari pusing yang dideritanya setelah benturan. Dia tidak lagi berbicara atau berakting lemah. Dia duduk perlahan dan kemudian bangkit berdiri. Dia mendapatkan tepuk tangan meriah dan suara sorakan dari para fans Chelsea di tribun.      

"Makalele! Pria tangguh kita!"     

"Claude, kau yang terbaik!"     

※※※     

Saat dia mendengar suara sorakan yang diterima Makalele usai pria itu bangkit berdiri, George Wood juga tiba-tiba saja bangkit berdiri dan mengejutkan Fleming, yang sedang memeriksanya.      

"Hey, George! Apa yang kaulakukan?!"     

"Aku baik-baik saja."     

"Bukan kau yang bisa memutuskan apakah kau baik-baik saja atau tidak. Aku yang akan memutuskannya."     

Kedua pria itu saling bertatapan.      

"Apa kepalamu benar-benar tidak sakit?" tanya Fleming.      

"Kepalaku tidak sakit."     

"Pusing?"     

"Tidak."     

Fleming mengacungkan satu jarinya dan mengecek, "Berapa banyak jari yang kuacungkan?"     

"Satu."     

"Satu ditambah satu sama dengan berapa?"     

"Dua."     

"Dua dikali dua sama dengan berapa?"     

"Empat."     

"Kau ada dimana sekarang?"     

"Final Liga Champions."     

"Yah, Ribery benar. Kepalamu benar-benar keras. Tapi kau masih harus dibawa keluar lapangan untuk menghentikan pendarahan, mengganti jersey-mu dan... menjahit lukanya."     

Delapan sukarelawan, yang seharusnya membawa pemain diatas tandu, dengan kesal berlari kembali ke pinggir lapangan sambil membawa tandu yang tak jadi dipakai.      

Makalele tetap tinggal di dalam lapangan setelah menerima pemeriksaan mendetil oleh dokter tim, sementara George Wood berjalan keluar lapangan untuk menerima perawatan lanjutan ditemani Fleming.      

Dibelakangnya, wasit tidak lupa untuk memberinya kartu kuning atas pelanggaran yang dilakukannya. Tindakannya itu "memenangkan" suara cemoohan dari puluhan ribu fans Nottingham Forest. Setelah itu, dia kembali "memenangkan" cemoohan dari sisa penonton yang lain – karena dia menunjukkan kartu kuning kepada Malouda, yang mendorong Ribery selama terjadinya konflik.      

Setelah memberikan hukuman kepada setiap tim, konflik ini sudah berakhir. Chelsea mendapatkan tendangan bebas di tempat terjadinya pelanggaran. George Wood berjalan ke pinggir lapangan dan langsung mendapatkan perawatan oleh dokter tim.      

"Aku tidak akan memberimu obat bius karena itu akan mempengaruhi penampilanmu nanti. Luka yang dijahit ini akan sedikit sakit, jadi kau harus bisa menahannya." Setelah membersihkan darah di sekitar luka itu, Fleming sudah siap untuk menjahit lukanya. Dia juga menambahkan, "Jangan berkedip. Kalau tidak, aku tidak bisa menjahitnya dengan baik."     

Wood mematuhinya dan berdiri di depan Fleming dengan mata terbuka lebar, seolah dia sedang menatap tajam para dewa. Dia membiarkan tangan Fleming bergerak di atas matanya dengan jarum bergerak keluar masuk di sudut matanya. Wajahnya yang kasar dan bersudut tajam tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Dia tidak mengernyit karena sakit dan matanya juga tidak menunjukkan rasa takut. Tetes air hujan berkumpul di alisnya. Tetes air hujan yang membesar terlihat seolah akan jatuh ke matanya. Tapi dia masih tetap membuka matanya lebar-lebar dan tidak berkedip. Dia menghadap ke arah lapangan dan melihat kedua tim yang terus bermain tanpa sekalipun memalingkan muka.      

Adegan ini diperlihatkan di layar besar yang ada di stadion dan di layar televisi melalui kamera televisi. Fans Nottingham Forest tampak penuh semangat, meski Chelsea sedang menekan tim mereka.      

Mereka bersorak dengan suara keras, "Wood! Wood! Kaulah Forest!"     

"Kapten, kau luar biasa ---!"     

"Dengan kapten seperti ini, kami tidak takut pada siapapun!!"     

※※※     

Sebagai dokter tim, Fleming sudah familiar dengan beragam jenis perawatan darurat yang harus dilakukan langsung di lokasi. Dia sudah sering sekali melakukan operasi jahit sederhana semacam ini, tapi tiba-tiba saja tangannya sedikit gemetar saat George Wood berdiri di hadapannya. Tanpa tahu apa penyebabnya, dia hanya merasakan bahwa tangan kanannya yang memegang jarum tidak sestabil sebelumnya.      

Setelah menahan nafas dan memfokuskan perhatiannya untuk menyelesaikan menjahit luka dan kemudian menyeka darah yang tersisa di wajah Wood dengan handuk, Fleming menghembuskan nafas lega.      

"Aku hampir pingsan karena menahan nafas. George, aku bahkan tidak bisa merasakan nafasmu. Apa aku baru saja menjahit luka seorang pria yang sudah mati?" keluhnya.      

"Apa aku bisa kembali ke lapangan untuk bermain?" Wood tidak mengacuhkan keluhannya dan balik bertanya.      

"Tidak, kau masih harus mengganti pakaianmu." Satu set jersey bersih diberikan kepadanya dari samping.      

Wood tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung melepaskan jersey bernoda darah – jersey merah itu memiliki bercak-bercak gelap dimana darahnya tadi menetes.      

"Lepaskan celanamu juga." Fleming menunjuk ke arah celananya, yang mana darahnya tadi juga menetes disana saat Wood duduk di lapangan.      

Wood membungkuk untuk melepaskan celananya. Dalam sekejap saja, seluruh tubuhnya telanjang dan hanya menyisakan sepasang celana dalam berwarna putih.      

Saat tubuhnya yang berotot itu basah kuyup oleh hujan, dia tampak berkilau keperakan di bawah sorotan cahaya lampu stadion. Fisiknya yang sehat dan indah tampak seperti pahatan renaissance, David. Bahkan aksi sederhana seperti membungkuk untuk memakai celananya terlihat luar biasa seksi.      

Adegan ini mungkin akan membuat banyak fans wanita berteriak penuh semangat di depan layar televisi.      

"George Wood berganti pakaian di pinggir lapangan, yang jelas akan menjadi gosip yang menarik-perhatian besok." Setelah dia melihat kedua pemain tadi baik-baik saja, komentator merasa ingin bercanda lagi. "Pemain yang berwajah serius ini terlihat sangat keren barusan!"     

George Wood, yang berganti pakaian memakai jersey baru, mengangkat tangannya di pinggir lapangan. Segera setelah wasit memberinya isyarat untuk masuk, dia bergegas kembali ke lapangan.      

Di sisi lain, Fleming kembali ke area teknis dengan tas medisnya.      

"Tidak mudah bagi bocah semuda itu untuk memiliki kekuatan mental yang stabil." Dia kembali memandang Wood dan berkata, "Sikapnya yang tenang justru membuatku merasa sedikit gugup... ini memalukan."     

"Tidak perlu merasa malu, Gary. Hanya orang seperti dirinyalah yang layak memimpin tim Nottingham Forest-ku di lapangan." Twain menjawabnya sambil tersenyum disampingnya.      

"Dia adalah seekor singa yang tidak pernah menyerah, tidak pernah takut dan menjadi raja di Hutan."     

Ditengah hujan, George Wood berlari kembali ke lapangan dengan kepala terangkat tinggi dan Ribery mengulurkan tangan ke arahnya. Wood melakukan tos dengannya saat dia berlari kembali ke posisinya.      

Di tribun stadion Luzhniki, suara tepuk tangan meriah dan sorakan terdengar. Di tengah gelombang tsunami keriuhan ini, suara rintik hujan sama sekali tidak terdengar.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.