Mahakarya Sang Pemenang

Persiapan Pertandingan



Persiapan Pertandingan

0"Lupakan tentang gelar liga. Jangan pernah merasa puas hanya karena sudah mendapatkan gelar itu." Di lapangan latihan, Twain menceramahi timnya.      

Setelah memenangkan gelar juara liga, dia merasakan ada kelalaian di dalam tim. Ini ada kaitannya dengan gelar liga, yang membuat mereka merasa bahwa misi mereka sudah selesai dan tak peduli bagaimana mereka tampil, mereka sudah mendapatkan satu gelar di tangan dan bisa mendapatkan liburan yang menyenangkan.      

Twain tidak berpikir begitu. Meski memenangkan gelar juara liga layak untuk dirayakan, itu bukan alasan untuk bersantai-santai dalam mempersiapkan diri menghadapi Liga Champions.      

"Gelar liga memang menyenangkan, tapi ada lebih banyak kejutan menyenangkan yang menunggu kita: gelar juara Liga Champions. Apa kalian tidak ingin tahu bagaimana rasanya mempertahankan gelar?" Twain mengayunkan tangannya untuk menunjukkan gambaran indah masa depan semua orang. "Jangan bersantai! Akan sulit untuk membuat diri kalian kembali fokus setelah kalian bersantai. Saat ini ada orang-orang diluar sana yang mengatakan bahwa karena Nottingham Forest sudah mendapatkan gelar juara liga, hasil terbaik adalah Chelsea yang memenangkan gelar juara Liga Champions. Itu omong kosong! Kenapa hasil terbaik justru memberikan gelar juara kepada tim lain? Apa kita ada disini untuk memenuhi keinginan tim lawan setelah kita berhasil sampai di final dengan susah payah? Karena kita sudah berhasil melaju sampai final, kita harus memenangkan gelar juara. Menjadi runner-up adalah sebuah kegagalan!"     

Di akhir ceramahnya, Twain menyerahkan komando pelatihan kepada Dunn dan Kerslake, dan dia kembali ke kantornya. Allan Adams sudah menunggunya disana. Mereka akan membahas rencana untuk pergi ke Timur Jauh dan menghasilkan uang di musim panas.      

Twain tahu apa dampaknya bagi tim kalau mereka menghabiskan waktu latihan untuk terbang ke belahan dunia yang lain dan bermain di kompetisi komersil. Dia sudah pernah melihat sejumlah kejadian seperti ini, tapi dia harus mematuhi pengaturan dari klub.      

Di beberapa musim pertama saat dia perlu membeli pemain, keuangan klub selalu berusaha untuk memenuhi permintaannya. Sekarang setelah tim mencapai hasil yang bagus, dia harus memberikan kontribusi bagi keuangan klub. Selain itu, dana keuangan klub sedang ketat karena mereka membangun stadion baru dan mereka perlu mendapatkan uang dari tempat lain untuk memudahkan operasional klub. Pergi ke Asia untuk bermain dalam kompetisi komersil adalah cara tercepat dalam mendapatkan hasil.      

Karena itu, dia tidak bisa menolaknya.      

"Kita sudah menghubungi mereka dan meluncurkan kampanye di empat negara: Cina, Jepang, Thailand dan Malaysia." Allan bahkan tidak menyapa Twain saat dia melihatnya. Dia langsung masuk ke pokok pembicaraan.      

"Empat negara?"      

Allan mengangguk. "Lima wilayah di empat negara, termasuk Hong Kong. Anggap saja lima pertandingan ini sebagai pertandingan persahabatan pra-musim." Dia tersenyum pada Twain, tahu kalau dia dan Twain kurang sepakat tentang ini.      

Twain memikirkannya. Ada lima pertandingan sebelum musim dimulai. Setelah menempuh perjalanan panjang, para pemainnya mungkin takkan bisa bermain lebih dari lima pertandingan.      

"Bagaimana dengan aktivitas selain pertandingan?" Twain tahu bahwa setelah membuat timnya bepergian jauh ke Asia, mustahil mereka kembali dengan hanya lima pertandingan. Allan tidak akan semurah hati itu.      

"Yah, akan ada tiga acara komersil dan satu makan malam amal, yang mewajibkan semua orang untuk hadir disana. Beckham juga akan memiliki beragam aktivitas spesifik yang diatur... kau tahu kan, dia adalah orang yang paling populer."     

"Kedengarannya akan jadi musim panas yang sibuk." Twain mengangkat bahu.      

Setelah mereka selesai mendiskusikan pekerjaan Allan, dia bertanya dengan santai pada Twain, "Tony, pertandingan Liga Champions di malam dua puluh satu..."     

"Kau ingin bertanya seberapa percaya dirinya tim kita untuk menang?" tebak Twain.      

Allan mengangguk.      

"Akan lebih efektif untuk mempromosikan event ini dengan gelar Ganda, bukan?"     

Allan tersenyum. "Kau pria yang cerdas, Tony."     

"Ha, meski bukan untuk publisitas, aku harus mendapatkan gelar juara itu di tanganku!" Twain mengepalkan tangannya. "Jadi kau boleh yakin kalau aku bilang aku menginginkan gelar Ganda, maka itu artinya aku akan mendapatkan gelar Ganda."     

Allan melihat sekilas ke arah tim yang sedang berlatih di luar. Dia bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Twain. "Kalau begitu Edward dan aku akan menunggu kabar baik darimu, Tony."     

Setelah mereka berjabat tangan, Allan pamit, dan Twain kembali ke lapangan latihan untuk melanjutkan mengawasi jalannya latihan.      

※※※     

Setelah turnamen Liga berakhir, media Inggris akhirnya bisa memfokuskan perhatian mereka ke pertandingan final Liga Champions. Tidak seperti tahun lalu, final tahun ini adalah "perang saudara" yang memberikan banyak hal untuk dispekulasikan oleh media Inggris.      

Media sudah bertekad untuk memulai sebuah pertempuran pra-pertandingan bagi kedua manajer.      

The Sun mempublikasikan foto besar kedua pria ini dengan tulisan dibawah foto besar itu:     

Grant? Siapa itu?     

Saat Grant baru saja mengambil alih jabatan sebagai manajer Chelsea, Tony Twain mengatakan hal itu untuk menunjukkan penghinaannya. Komentarnya itu memiliki pengaruh yang kuat karena semua orang mengira bahwa Grant takkan mampu memimpin Chelsea, khususnya karena pendahulunya sangatlah khas dan meninggalkan tanda yang abadi di dalam tim.      

Bahkan Twain tidak mengira Grant akan berhasil memimpin Chelsea dan melaju hingga ke final Liga Champions. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Chelsea mereka bisa mencapai final Liga Champions, mengingat seorang manajer yang kuat seperti Mourinho pun tidak bisa mencapai hasil ini. Babak final masih belum dimainkan, tapi Grant sudah membuat sejarah bagi klub.      

Dengan adanya kontras performa ini, niat The Sun yang memunculkan kembali komentar itu sudah jelas – untuk memprovokasi babak baru perang kata-kata antara kedua manajer dan untuk mengolok serta memicu kemarahan Twain, sehingga dia akan melangkah maju dan mempublikasikan artikel lain yang mengejutkan.      

Sebuah headline saja tidak cukup. The Sun juga mencatat beragam permusuhan dan rekor pertandingan antara kedua tim di tahun-tahun belakangan ini. Tim Tony Twain lebih unggul, tapi hal ini justru memicu kebencian fans Chelsea terhadap Nottingham Forest. Setelah media melebih-lebihkan kesombongan Tony Twain dan sikapnya yang arogan saat membenci semua orang, hal ini semakin tertanam dalam. Media dengan penuh semangat berusaha membuat fans Chelsea berpikiran bahwa Twain merasa mereka tak perlu bermain di final karena timnya yang akan menang.      

Para pendukung kedua tim tidak berdiam diri saja, mereka muncul satu persatu dan memberikan pandangan mereka terhadap pertandingan ini.      

John Motson menulis dalam kolomnya di BBC, menyatakan bahwa dia mendukung Nottingham Forest dalam mempertahankan gelarnya. Meski sulit untuk mempertahankan gelar, Tony Twain dan timnya sudah biasa menciptakan keajaiban. Selain itu, pertandingan antara Nottingham Forest dan Manchester United telah menunjukkan kegigihan tim Forest, jadi dia yakin kemenangan akan menjadi milik Tony Twain dan Nottingham Forest.      

Jauh di Portugal, Mourinho tetap peduli tentang tim yang pernah dilatihnya. Dia masih tidak mempercayai Grant, tapi secara emosional, dia mendukung Chelsea untuk menang. Alasan yang diberikannya memang mencerminkan dirinya – ini adalah tim yang kutinggalkan, aku membangun dasar pondasi untuk tim ini selama tiga tahun, dan sekarang Grant tidak perlu melakukan apa-apa. Dia hanya perlu mengikuti rutinitasku dan menuai hasilnya. Tapi aku masih bangga dengan penampilan para pemain Chelsea. Apa? Sejak Tony Twain menjadi manajer, Chelsea tidak bisa menang melawan Nottingham Forest? Itu bukan masalah. Catatan yang memalukan itu akan hilang di Moskow pada malam 21 Mei...      

Dalam suasana pertempuran yang intens ini, Grant juga tidak lagi menahan diri. Dalam sebuah wawancara dengan Sky TV, dia membicarakan tentang perseteruan pribadinya dengan Twain. Sebenarnya, itu bisa dikatakan sebagai curahan hati plus serangan balik. Mula-mula dia mengeluhkan bahwa dia tidak pernah diakui. Bahkan setelah dia memimpin tim ke final Liga Champions, media masih saja membicarakan apakah dia akan meninggalkan tim di akhir musim.      

"Tn. Abramovich baru saja menandatangani kontrak tiga tahun denganku. Kini kami berharap bisa memenangkan gelar Liga Champions, yang mana Chelsea pimpinan Mourinho tidak pernah berhasil melaju sampai ke final Liga Champions. Aku tidak akan mengakui bahwa kegagalan di turnamen liga adalah salahku. Ada terlalu banyak faktor yang mempengaruhinya sejak paruh awal musim. Aku sudah berusaha menebusnya sejak aku mengambil alih tim ini. Kurasa bisa mencapai titik dimana kami berada sekarang sangatlah bagus. Aku sama sekali tidak paham kenapa kalian masih saja membahas tentang siapa penggantiku nanti..."     

Lalu dia berbicara tentang insiden 'siapa itu' yang terkenal. "Tony Twain adalah seorang manajer yang sangat tidak biasa. Dia selalu menilai orang lain sepintas lalu. Kurasa kita semua sudah terbiasa dengan itu. Tapi aku lega karena sekarang aku memiliki peluang untuk membuktikan 'siapa aku' di depannya." Kata-katanya itu mengandung keluhan. Kelihatannya, kemarahan yang dipicu oleh Twain telah tertimbun di hati Grant, menunggu momen yang tepat untuk meledak.      

Timing yang tepat adalah di final Liga Champions ini. Pembalasan apa yang lebih baik bagi Grant untuk bisa merasa lebih unggul daripada mengalahkan Tony Twain yang arogan dan timnya di final Liga Champions dan kemudian mengambil piala juara?     

Setelah Grant mengatakan itu, Tony Twain juga melangkah maju untuk menerima tantangan ini. Dia menulis di dalam kolomnya:     

"Aku lega Tn. Grant akhirnya bisa memahami situasinya. Dia bilang dia merasa senang karena memiliki peluang untuk membuktikan 'siapa dirinya' di depanku, menyatakan bahwa dirinya paham kalau dia perlu membuktikan dirinya padaku dan bahwa dia tidak tahu siapa dirinya sebelum dia menerima pengakuanku."     

Komentarnya itu membuat para suporter Nottingham Forest tertawa terbahak-bahak, tapi hampir membuat Grant marah besar. Tentu saja, dia hanya memikirkan tentang bagaimana caranya untuk mengalahkan Twain, tapi tanpa disadari justru jatuh ke dalam perangkap Twain.      

Jadi, Grant kembali berperang di media, tapi kali ini Twain tidak mengambil umpan itu. Dia hanya berkata, "Aku membenci perilaku yang berusaha menarik perhatian media menggunakan kata-kata sebelum pertandingan dimulai, jadi aku tidak akan bertengkar dengan Tn. Grant di depan pers. Gelar juara tidak akan menjadi milik siapa yang bisa meludah paling banyak. Aku tidak akan terlibat dalam kegemparan yang tidak ada gunanya ini. Maafkan aku."     

Kata-katanya itu membuat Grant tersedak hingga tercengang. Dia sama sekali belum pernah melihat seseorang yang tak tahu malu seperti itu... Twain senang terlibat dalam perang kata-kata melawannya sebelum ini dan sekarang setelah dia mendapatkan apa yang dia mau, dia langsung berbalik dan mundur teratur. Alasan yang digunakannya terdengar sangat mulia, tapi itu tidak cocok dengan citra dirinya!     

※※※     

Meski Twain sangat membenci Grant di dalam perang kata-kata, dia tidak bodoh untuk percaya bahwa Grant adalah lawan yang lemah. Kata-kata Mourinho tidak sepenuhnya benar. Bisa membawa tim yang sedang mengalami perubahan personel di tengah musim untuk melaju hingga final Liga Champions, mereka tidak hanya mengandalkan tim yang ditinggalkan Mourinho untuk bisa mencapai ini.      

Twain sepenuhnya mewarisi tradisi mulia generasi revolusioner yang lebih tua. Cara yang digunakannya untuk memperlakukan musuhnya adalah membenci mereka secara strategis, dan kemudian tidak meremehkannya secara taktis. Dia pernah berkata dengan hina, "Siapa itu Grant?" Sebenarnya, sejak dia tahu tim Grant mengalami kemajuan pesat di Liga Champions, dia telah memperhatikan lawannya ini. Dia sama sekali tidak tahu apakah tim Grant akan berhasil mencapai final, jadi dia hanya memperlakukannya sebagai lawan yang mungkin akan mereka hadapi di masa depan. Sekarang semua informasi itu sangat bermanfaat.      

Unit pelatih Nottingham Forest telah mengumpulkan semua informasi terkini tentang Chelesa, seperti misalnya Ashley Cole yang cedera pada saat latihan, ibu Lampard yang meninggal dunia dan lain sebagainya. Selama ada informasi yang bisa mempengaruhi jalannya pertandingan, informasi itu akan dipilah dan diletakkan di atas meja Twain.      

Meski dia telah berurusan dengan Chelsea berulang kali dan keduanya bukanlah tim yang asing terhadap satu sama lain, Twain percaya bahwa pertandingan di malam tanggal 21 itu tidak akan sama seperti pertandingan-pertandingan sebelumnya. Chelsea, yang berhasil melaju hingga final Liga Champions untuk pertama kalinya, pasti akan kelaparan seperti sekawanan serigala lapar. Tanpa perlu dimotivasi oleh manajer Grant, mereka pasti sudah penuh dengan semangat juang.      

Kali ini mereka akan berhadapan dengan musuh yang sulit dan ini takkan jadi pertandingan yang mudah. Perang psikologis telah dimainkan. Pada akhirnya, semuanya akan bergantung pada bagaimana penampilan kedua tim di lapangan untuk melihat siapa pemilik gelar itu.      

Bertukar hinaan satu sama lain tidak akan menentukan tim mana yang akan meraih gelar juara.      

Selama latihan, Nottingham Forest terfokus dalam meningkatkan latihan taktis untuk serangan melalui lini tengah. Nottingham Forest terkenal karena serangan dari kedua sayap. Meski sayap mereka masih kuat, ciri mereka ini telah dipelajari secara menyeluruh oleh rival dan Chelsea pasti akan mewaspadainya. Oleh karena itu, saat lawan terfokus pada kedua sayap tim Forest, mereka akan menyerang dari lini tengah. Dia yakin ini akan memberikan pengaruh yang luar biasa.      

Selain itu, taktik bola mati selalu menjadi langkah yang bagus untuk memecahkan kebuntuan dan harus dilatih. Di waktu yang bersamaan, Twain memutuskan agar timnya juga melatih tendangan penalti, setelah mempertimbangkan beragam situasi yang mungkin timbul. Meski dia tidak ingin pertandingan berjalan sejauh itu, mereka masih harus berjaga-jaga. Seandainya pertandingan benar-benar memasuki adu penalti, akan lebih baik jika mereka sudah mempersiapkan diri.      

Seiring dengan hari pertandingan yang semakin mendekat, beragam perang kata-kata diluar sana menjadi semakin sengit. Area di sekeliling kompleks pelatihan kedua tim dipenuhi reporter dari berbagai belahan dunia. Tapi kedua manajer tidak saling bentrok... kedua pria itu telah menghentikan semua perang kata-kata dan juga menghindari membahas perseteruan pribadi ini selama menerima wawancara dari reporter. Mereka hanya akan membicarakan tentang situasi pelatihan terkini, kondisi para pemain, prospek untuk final ... dan subyek-subyek pembicaraan konvensional semacam ini tidak memiliki nilai yang nyata.      

Dibandingkan dengan pertarungan sengit antar manajer, para pemain jauh lebih tenang saat mereka membicarakan tentang pertandingan ini. Ini hanyalah sebuah pertandingan final.      

Dalam sebuah wawancara dengan reporter, Beckham mengakui bahwa dia tidak menduga musim pertamanya dengan tim Forest akan sangat luar biasa. Selain memenangkan gelar juara liga, kini mereka berpeluang untuk memenangkan gelar Liga Champions. Dia merasa ini fantastis karena dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan mendapatkan kesempatan lagi untuk berdiri di puncak laga Eropa saat dia memutuskan untuk transfer ke Nottingham Forest. Hal ini juga menunjukkan bahwa keputusannya memang benar dan bijak.      

Media jelas kembali memuji semua prestasinya lagi.      

Dalam mempersiapkan final Liga Champions, Twain menemukan bahwa dirinya tiba-tiba saja mengembangkan sebuah kebiasaan baru dalam periode yang singkat ini – dia mulai memperhatikan tabloid selebriti seperti Kerslake. Dari surat kabar itu, dia selalu bisa menemukan berita tentang Shania. Dibandingkan dengan saat Shania baru pindah ke Los Angeles, Shania saat ini jauh lebih aktif dan seringkali menghadiri pesta serta acara-acara komersil.      

Di sebagian besar waktu, playboy Hollywood itu, Colin Farrell akan selalu mengikuti Shania kemana-mana. Sepertinya mereka memiliki hubungan dekat.      

Kapanpun dia melihat berita tentang Shania, Twain merasa ada sesuatu yang tidak menyenangkan di dalam hatinya dan hal itu membuatnya cemas. Dia takut suatu hari nanti hal itu akan lepas kendali dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi saat itu tiba.      

Sentimen ini memberikan dampak yang semakin besar terhadap diri Twain sejalan dengan semakin dekatnya final Liga Champions, sebegitu besarnya hingga saat segalanya sedang tenang, dia akan selalu memikirkan tentang ini. Twain merasa ada yang salah dengan dirinya, ada sesuatu yang sangat salah. Terus membiarkan dirinya seperti ini akan sangat merusak terutama saat dia sedang mempersiapkan tim untuk menghadapi pertandingan final. Dia harus menemukan cara untuk memperbaikinya...      

Dia memandang ponsel di tangannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.