Mahakarya Sang Pemenang

Kepercayaan



Kepercayaan

0Ketika Nottingham Forest tiba di Liverpool, banyak reporter mengikuti mereka sampai ke hotel tempat mereka menginap dengan harapan bisa mendapatkan kabar terbaru pra-pertandingan secara langsung. Kalau memang ada kabar terbaru, media lokal di Liverpool Timur pasti akan mendapatkannya lebih dulu. Mereka berkumpul di luar hotel, menunggu untuk mewawancara setiap pemain Forest yang melangkah keluar dari hotel.      

George Wood jelas merupakan pemain yang banyak disorot. Baru-baru ini, media telah membesar-besarkan perseteruannya dengan Eastwood, yang menyinggung kembali hari-harinya di tim pemuda saat dia masih baru bergabung. Mayoritas media menganggap George Wood harus bertanggungjawab atas pensiunnya Eastwood, dimana dikabarkan bahwa Wood berpura-pura marah dengan pensiunnya rekan setimnya, tapi Eastwood sama sekali tidak menyinggung tentang ini, sehingga membuat semua orang bertanya-tanya apakah suasana di Nottingham Forest memang seharmonis yang digembar-gemborkan Twain...      

Kali ini, banyak reporter Liverpool bertanya langsung pada Wood tentang pensiunnya Eastwood. Mereka jelas sudah memperhitungkan ini – mereka tahu alasan dibalik kondisi George Wood yang buruk.      

Sekarang setelah kau terluka dan lukanya masih belum sembuh, kami tidak keberatan menusukkan pisau ke luka itu dan menaburkan garam ke atasnya...      

Sebenarnya, menggunakan segala cara untuk menang bukanlah sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh Twain.      

"Wood, media mengatakan bahwa pensiunnya Eastwood ada hubungannya denganmu. Apa kau bisa berkomentar tentang itu?"     

"Hey, George. Kudengar hubunganmu dengan Eastwood selalu buruk. Apa itu karena kejadian masa lalu?"     

"Dikatakan kalau kalian berdua bukan teman. Bagaimana biasanya kalian bisa akrab?"     

※※※     

Begitu dia muncul, sekelompok reporter mengerumuninya untuk melontarkan pertanyaan semacam ini. Wood akan menundukkan kepala dan terlihat semuram yang dia bisa, tidak ingin menjawab pertanyaan apapun. Tak peduli bagaimana para reporter itu melecehkannya, dia tidak mengatakan apa-apa.      

Eastwood adalah bagian dari staf pelatih. Dia juga ikut pergi bersama tim dan media yang sama berlarian ke arahnya untuk mengajukan pertanyaan yang mirip. Dia jauh lebih disukai oleh media karena dia banyak bicara dan sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan dari media, tapi hari ini Eastwood tampak seolah dia sedang dirasuki George Wood, membuat wajahnya tampak muram dan menutup mulutnya rapat-rapat. Dia berpura-pura tuli dan tidak mendengar pertanyaan para reporter.      

Itu sudah cukup.      

Mereka yang ingin menciptakan kekacauan sudah puas dengan momen ini. Mereka tidak berharap kedua orang itu akan berdiri di depan mikrofon dan berbicara. Selama mereka bisa menangkap wajah keduanya terkait masalah ini, itu sudah cukup untuk dibuat sebagai artikel.      

Tidak lama kemudian, sebuah artikel yang memuat pertengkaran antara George Wood dan Eastwood muncul di media. Ekspresi mereka ditampilkan bersama-sama. Meski tidak ada teks apapun, semuanya tampak jelas. Setelah semua upaya media, dimata orang luar, Nottingham Forest tampaknya sedang berada di ambang perpecahan yang bisa terjadi kapan saja.      

Dalam konferensi pers sehari sebelum pertandingan, Twain menuding media dan menegur mereka, "Aku tahu apa yang sedang kalian lakukan, tapi sayangnya itu tidak ada gunanya."     

Dan sebagai respon atas disinformasi media, Twain, yang biasanya menolak menunjukkan starting lineup-nya hingga menit terakhir, mengumumkan starting lineup-nya sehari lebih awal. Nama George Wood masih ada disana. Dia menggunakan tindakannya ini untuk menunjukkan dukungannya kepada kapten tim.      

Dia tidak tahu pembicaraan apa yang dilakukan Eastwood dengan Wood, tapi dia mempercayai Eastwood. Selain itu, hanya Eastwood yang bisa menyelesaikan masalah ini. Dia juga percaya pada George Wood, dimana Wood pasti akan bisa keluar dari masalah ini dan dia bisa menantikan Wood kembali menjadi sesuatu yang mirip robot. Dia adalah jaminan kemenangan timnya, lampu yang tak pernah padam, menara kekuatan.      

"Manajer Tony Twain bersikeras untuk menurunkan George Wood, tapi kondisi Wood dalam beberapa pertandingan terakhir sangatlah buruk, dan penampilan seluruh tim jadi terpengaruh karenanya. Ini pasti karena Eastwood yang pensiun dini. Kali ini, Carl Spicer mungkin benar."     

Sebelum pertandingan dimulai, saat mengumumkan nama-nama starting lineup untuk kedua tim, komentator melakukan analisa untuk semua orang: "Kita semua tahu bahwa Tony Twain adalah orang yang sangat egois dan pemarah. Dia selalu bersikeras pada hal-hal yang tidak disetujui banyak orang. Dulu, ucapannya memang beberapa kali benar, tapi apa sekarang dia masih benar? Kalian tahu bahwa lawan kali ini adalah Liverpool, yang sudah mendapat lima kemenangan beruntun."     

Sementara itu, Twain melakukan penyesuaian terakhir dalam starting lineup tim di ruang ganti. "Liverpool sudah menang lima kali berturut-turut dan berada di peringkat kedua klasemen liga. Mereka adalah lawan yang sulit dihadapi. Kita baru menang satu dari lima pertandingan putaran liga."     

Twain mengacungkan jarinya agar para pemainnya bisa menghitung. "Mereka berada di peringkat kedua dan kita di peringkat ketujuh, yang jauh di belakangnya. Mereka hebat dan situasi kita tidaklah optimal... Tapi, apa yang kukatakan tidak ada hubungannya dengan semua ini."     

Dia membuat isyarat. "Memangnya apa hubungannya peringkat mereka yang bagus dengan pertandingan ini? Sama sekali tidak ada. Setiap pertandingan akan terpisah dari yang lain. Arsenal, yang tak terkalahkan selama empat puluh sembilan pertandingan, masih kalah di pertandingan kelima puluh, sama halnya dengan Liverpool, yang boleh saja memenangkan lima pertandingan berturut-turut, mungkin tidak bisa memenangkan pertandingan keenam. Gerrard adalah tokoh kuncinya. George, tugasmu di pertandingan ini adalah membekukan Gerrard dan membantu serangan."     

Wood tidak mengangguk ataupun menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengatakan apa-apa. Para pemain lain menoleh ke arahnya, tampak cemas.      

Setelah Twain mendelegasikan tugas George, dia menoleh ke arah Gago. "Fernando, tugasmu bukan bertahan melainkan menyerang."     

Gago tertegun. Dia mengira kalau manajer akan menyuruhnya mendukung Wood dalam bertahan. Bagaimanapun juga, penampilan Wood belakangan ini sedang tidak bagus, dan kalau Wood berada dalam kesulitan, serangan lawan akan langsung berhadapan dengan lini pertahanan belakang. Dalam enam pertandingan terakhir, itulah yang terjadi.      

Twain melihat kekhawatirannya, tapi dia tidak menjelaskan apa-apa. Dia masih terus menjelaskan tugasnya. "Tunjukkan kekuatanmu, dan jangan berhenti berlari. Jangan khawatir bola direbut lawan. Tinggalkan semuanya di belakang untuk George. Kau hanya perlu mempedulikan serangan, kau mengerti?"     

"Oh... aku mengerti, chief..." Gago menjawab dengan ragu. Apa pengaturan seperti ini benar-benar tidak apa-apa?     

Itu adalah pengaturan yang berani, dan kalau Wood sedang tampil bagus maka semuanya tidak jadi masalah, tapi ini mengejutkan mengingat bagaimana penampilan Wood belakangan ini. Apa bedanya pengaturan seperti ini dengan bunuh diri?     

Melihat keraguan Gago, Twain menambahkan, "Serangan, serangan, serangan... Kau hanya perlu memasukkan serangan ke dalam kepalamu, Fernando. Jangan memikirkan hal lain. Kalau ada kesalahan dengan pengaturan ini, itu bukan tanggung jawabmu."     

Gago mengangguk. "Baiklah, chief..."     

Sebenarnya, di dalam hatinya, dia masih merasa ragu, dan dia bukan satu-satunya.      

Setelah selesai mendelegasikan tugas para pemain, Twain bertepuk tangan. "Baiklah, guys. Semua orang tahu apa yang harus dilakukan, tapi itu saja tidak cukup. Hanya mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memenangkan pertandingan saja tidak cukup. Kalian harus mempercayai rekan setim kalian. Sepakbola adalah olahraga yang dimainkan oleh sebelas orang, jadi tidak ada yang bisa melakukan apa-apa tanpa bantuan orang lain. Sekarang ini di ruang ganti aku bisa berbicara pada kalian tentang taktik dan memberitahu kalian apa yang harus kalian lakukan dan kemana kalian tidak boleh pergi, tapi saat sudah memasuki pertandingan, semuanya berubah dengan cepat. Siapa yang bisa kalian andalkan? Jelasnya, itu bukan aku yang hanya duduk di pinggir lapangan." Twain merentangkan kedua tangannya. "Itu adalah rekan setim di sekeliling kalian. Partners. Lihat mata mereka. Kalian berada di kubu yang sama. Kalian hanya bisa memilih untuk saling percaya satu sama lain. Kalian tahu apa maksudku? Aku tahu beberapa orang merasa khawatir penampilan George akan mempengaruhi tim, tapi meski itu terjadi, kalian masih harus mempercayainya, karena kalian hanya bisa mempercayainya di dalam lapangan."     

Ini sedikit tidak masuk akal, tapi inilah gaya Twain. Semua orang sudah terbiasa dengan ini, jadi mereka semua menganggukkan kepala.      

"Ayo kita bermain bola."     

Para pemain bangkit berdiri dan melangkah keluar. George Wood kembali tertinggal di belakang. Twain memandang ke arahnya, tersenyum padanya saat Wood juga memandang Twain. Keduanya tidak mengatakan apa-apa.      

Setelah Wood pergi, Eastwood melangkah maju untuk menemui Twain, seolah mencoba mengatakan sesuatu, "Chief, aku..."     

Twain menyelanya. "Buatlah aku tetap penasaran." Dia mengedip ke arah Eastwood. Eastwood paham apa yang dimaksud Twain. Dia mengangguk dan berjalan menjauh.      

"Para pemain dari kedua tim mulai melangkah keluar! George Wood berada di depan, dan dia masih memakai ban kapten. Tony Twain mempercayai Wood seperti idiot keras kepala, tapi di beberapa pertandingan awal, Wood tidak layak menerima kepercayaan itu. Dia tidak tampil bagus. Jadi, di pertandingan penting ini, apakah kepercayaan Twain akan berbalas?"     

Di boks pers, Beesley mendengarkan suara komentator dari televisi yang ada di atas kepalanya sambil mengetikkan manuskrip untuk hari itu di laptopnya. Dia sudah menuliskan rilisan pers paska-pertandingan lebih dulu.      

"... Memang bagus bahwa Twain masih terus memilih untuk mempercayai Wood. Kita tidak perlu merasa bersalah tentang merusak hari peringatan kepelatihan Twain – dia sendiri yang memintanya..."     

Dia memandang ke arah TV saat wajah Wood dari jarak dekat ditampilkan di layar.      

"Lihat saja wajahnya. Kalian akan mengira Forest sudah kehilangan bola. Haha!" Dia menunjuk ke arah layar TV sambil tertawa bersama mereka di sekelilingnya.      

Wood berjabat tangan dengan Gerrard dan berdiri disamping wasit untuk melempar koin.      

"Ini pertemuan langsung antara dua gelandang terbaik di kancah sepakbola Inggris saat ini. Pertandingan ini pasti akan sangat menarik. Tentu saja, belakangan ini Wood tampil buruk dan Gerrard bisa memanfaatkan ini."     

Wood kalah dari Gerrard dalam lemparan koin.      

"Gerrard menang. Ha!" Beesley tertawa saat melihat adegan ini.      

Setelah Twain muncul di kursi manajer, beberapa media berkumpul di sekelilingnya, memblokirnya di kursinya dan kamera televisi bergerak menjauh darinya. Dia adalah fokus utama dalam pertandingan ini. Dia sudah melatih tim Forest selama sepuluh tahun, dimana dia memenangkan delapan gelar juara, besar dan kecil. Dia adalah salah satu manajer yang paling sukses di Inggris, termasuk ke dalam dua puluh besar pelatih dalam "Coach Hall of Fame" Britania Raya dan salah satu dari sepuluh besar di dalam "Coach Hall of Fame" Inggris. Hal yang terpenting bukanlah semua kehormatan ini melainkan usia Twain yang masih empat puluh lima tahun. Sebagai seorang pelatih, dia masih dianggap "muda dan tampan". Ada alasan untuk percaya bahwa legendanya ini masih jauh dari selesai.      

Twain duduk di kursinya, menikmati perlakuan seperti bintang. Ini adalah kehormatan yang layak diperolehnya, dan dia tidak merasa malu karenanya. Satu-satunya penyesalannya adalah dia tidak berada di stadion City Ground. Kalau dia berada disana, dia akan punya peluang untuk menerima penghargaan dari klub di lapangan dan menikmati pemandangan dimana namanya dinyanyikan oleh puluhan ribu fans yang bersorak untuknya. Mungkin klub Nottingham Forest masih harus memahkotainya, memakaikan mantel kebesaran dan membiarkannya memegang tongkat saat menerima hadiah.      

Saat Twain bangkit berdiri dari kursi pelatih, para reporter dibubarkan dengan peringatan dari petugas keamanan. Pertandingan telah dimulai.      

Liverpool memanfaatkan keuntungan mereka bermain di kandang untuk menyerang inti Forest sejak awal. Mereka sama sekali tidak berniat membiarkan Tony Twain menang pada hari peringatan kepelatihannya di stadion ini. Dan karena penampilan George Wood sedang tidak bagus, mereka bermaksud menggunakan ini untuk membuka jalan menuju gawang Nottingham Forest.      

"Steven Gerrard! Tembakan panjang yang bagus!"     

Akinfeev berjuang keras untuk menghalau tembakan panjang yang kuat itu dari mistar gawang dan setelah bangkit berdiri, dia berteriak kepada rekan-rekan setimnya untuk memperhatikan pertahanan lini tengah. Meski dia tidak menyebutkan nama siapapun, semua orang tahu bahwa Gerrard adalah tanggungjawab George Wood.      

Gago tampak sedikit kesal. Meski manajer tidak ingin dia mempedulikan pertahanan dan hanya memikirkan serangan, melihat bagaimana Gerrard hampir berhasil mencetak gol dengan tembakan panjang, kalau mereka kehilangan bola, bagaimana mungkin mereka bisa menyerang? Dia memutuskan untuk membantu Wood sebelum dia bisa tampil bagus.      

Tendangan sudut Liverpool tidak mengarah langsung ke gawang melainkan dioper keluar. Gerrard kembali muncul untuk melakukan tendangan langsung, meski luput, tapi ini mengindikasikan bahwa dia bersemangat dengan pertandingan ini. Gerrard yang bersemangat adalah sosok yang berbahaya dan Nottingham Forest harus berhati-hati.      

"Awasi Gerrard." Kerslake tidak bisa duduk diam. Dia berlari ke pinggir lapangan dan mengingatkan para pemain, "Jangan memberinya kesempatan untuk melakukan tembakan panjang!"     

Liverpool kembali menyerang. Gago ragu-ragu. Mengingat pelatihannya di Real Madrid, dia masih berlari ke lini tengah untuk bersiap menjaga Gerrard. "Aksi bisa dilebih-lebihkan. Liga Premier bukan La Liga. Kalau perlu, kau bisa melakukan pelanggaran," gumamnya sambil menyambut Gerrard.      

Tapi ada seorang pria yang lebih cepat darinya. George Wood memulai serangannya. Mengarah ke Gerrard, keduanya saling bertabrakan. Gerrard ditabrak dan bolanya hilang. Wood baru akan mengambil bola itu, tapi dia mendengar suara peluit wasit.      

"Pelanggaran!"     

Orang-orang mencemooh Wood dengan keras dari tribun di Anfield. Wood mengabaikannya seolah dia tidak mendengarnya. Dia berbalik dan membuat isyarat 'menekan kebawah' pada Gago. "Biar aku yang menanganinya dari sini." Dia menunjuk ke depan. "Kau maju saja."     

Melihat ekspresi Wood, Gago mengangguk. Dari sejak hari pertama dia datang ke Forest, chief telah memberitahunya untuk mempercayai George sebagai kapten dalam pertandingan. Dia selalu melakukan itu, dan dia senang setelah berhasil melewati dua musim liga. Kali ini, itu tidak akan menjadi kesalahan, kan...     

Segera setelah dia berpikir begitu, dia mendengar suara yang familiar meneriakkan namanya, "Gago! Gago!"     

Dia menoleh ke arah manajer.      

"Apa yang kaulakukan? Apa kau lupa yang tadi kukatakan?" Twain mengayunkan tangannya dengan susah payah. "Posisimu ada di depan. Maju! Lebih maju lagi!"     

Gago mengacungkan jempol ke arah Twain, mengisyaratkan kalau dia paham.     

"Jangan berdiri di belakang George, kalau kau disana, pada siapa dia bisa mengoper bolanya?"     

"Aku tahu, chief," Gago harus menjawab dengan suara keras. Dia khawatir manajer akan terus mengatakan itu.      

Nottingham Forest tidak menggunakan formasi 4-5-1 melainkan 4-4-2. Posisi Gago dan George Wood tidak berada segaris. Posisi Wood agak sedikit di belakang dan Gago berada di depan. Ini bukan lini tengah berbentuk berlian, berbentuk bundar atau bahkan paralel.      

Formasi ini menunjukkan dengan jelas distribusi peranan di lini tengah – Gago adalah penyerang utama sementara Wood adalah bek utama.      

Benitez bisa melihat ini, tapi dia tidak tahu kenapa Twain berani menggunakan formasi ini dalam pertandingan tandang. Yang jelas, ini adalah peluang yang bisa dimanfaatkan olehnya.      

Kelihatannya keputusannya menyerang lini tengah sudah tepat. Kalau dia terus melakukan ini, tidak akan mengejutkan kalau lini pertahanan Nottingham Forest runtuh!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.