Mahakarya Sang Pemenang

Sangat Santai



Sangat Santai

Tidak ada banyak waktu tersisa bagi Inggris, yang akan segera menghadapi Swedia di babak 16 besar di stadion kandang klub La Liga, Sevilla, dalam kurun waktu tiga hari usai penyisihan grup.      

Sebelum pertandingan ini, media Inggris tidak ingin membesar-besarkan perselisihan antara kedua tim seperti yang mereka lakukan untuk pertandingan melawan Jerman; mereka hanya menyinggung tentang rekor memalukan 48 tahun tanpa kemenangan melawan Swedia, dan mereka berharap tim Twain bisa mengakhiri rekor ini.      

Tidak ada pilihan lain kecuali mengakhiri rekor ini. Kalau mereka kalah, mereka akan tersingkir. Tidak ada pemain Inggris yang ingin dieliminasi oleh Swedia.      

Tampak jelas dari pengakuan para penggemar sebelum pertandingan ini bahwa kedua tim tidak memiliki kebencian yang mendalam terhadap satu sama lain. Fans dari kedua tim bahkan bisa saling melingkarkan lengan terhadap satu sama lain. Tidak ada satupun spanduk yang provokatif terhadap tim lawan. Media hanya melaporkan pertandingan ini sebagai sebuah pertandingan biasa; paling-paling mereka hanya akan membandingkan antara Ibrahimovic dan Aaron Mitchell. Keduanya memiliki tinggi badan diatas rata-rata dan kemampuan sundulan mereka juga mengesankan. Mitchell juga mendapatkan julukan "Ibrahimovic generasi kedua".      

Para pemain Inggris, sebelum pertandingan, tidak bersikap seperti di pertandingan sebelumnya, dimana mereka akan menatap tajam, dengan pupil membesar, seolah pria yang membunuh orang tua mereka sedang berdiri di hadapan mereka – dan mereka tidak sabar lagi untuk bisa bergerak maju lalu menyerang lawan dengan golok sampai lawan mereka jatuh dan kemudian menginjaknya semilyar kali, untuk memastikan lawannya tak pernah bangkit lagi.      

Twain juga tidak menyinggung tentang rekor memalukan "tanpa kemenangan dalam 48 tahun melawan Swedia" di ruang ganti. Dia khawatir para pemainnya akan selalu teringat dengan rekor itu.      

Perseteruan antara Inggris dan Swedia ini berbeda dari perseteruan antara Inggris dan Jerman.      

Ketika Inggris melawan Jerman, Twain masih menggunakan perseteruan antara kedua negara untuk memotivasi para pemain Inggris. Tapi saat menghadapi Swedia, cara terbaik yang dilakukannya adalah dengan tidak menyinggung tentang perseteruan itu.      

Alasannya sederhana: antara mereka dan Jerman terdapat kebencian, tapi antara mereka dan Swedia adalah urusan nasib. Saat menyebutkan Inggris tidak pernah menang atas Swedia selama 48 tahun, para pemain Inggris akan memunculkan gagasan yang salah di benak mereka – Apa ini semua direncanakan oleh Tuhan? Atau, kemampuan kami jelas lebih baik dibandingkan Swedia, jadi kenapa kami tidak bisa menang dari mereka? Khususnya pertandingan melawan mereka di babak penyisihan grup Piala Dunia, mencetak gol di menit ke-85 --- kemenangan sudah ada di depan mata, tapi kami kebobolan gol dari luar kotak penalti sehingga skornya bisa disamakan... Itu benar-benar terlalu luar biasa dan tidak bisa dijelaskan dengan menggunakan akal sehat!     

Semakin sering si pemain memikirkannya, itu hanya akan mengacaukan otak mereka. Mistisisme semacam ini adalah hal yang buruk. Ini bisa mempengaruhi mental si pemain, dan membuat mereka tidak bisa tampil normal. Twain tidak bisa menjamin pemainnya tidak punya pemikiran semacam ini:     

Tak peduli sekeras apa kita berusaha, hasil akhirnya akan selalu sama...      

Jadi, sebaiknya dia tidak menyinggung tentang rekor itu untuk mencegah para pemainnya memunculkan pikiran-pikiran aneh itu.      

Untuk pertandingan khusus ini, Twain juga melakukan penyesuaian:     

Chris Cohen, yang memulai debutnya di pertandingan yang lalu akan diturunkan sejak awal di pertandingan ini sementara Downing akan tetap tinggal di bangku cadangan. Karena Bentley dan Walcott sama-sama cedera, Adriano Moke akan memulai debutnya dalam starting lineup Kejuaraan Eropa UEFA.      

Twain telah mengatur banyak pemain Nottingham Forest yang diturunkan di pertandingan ini karena dia merasa lebih yakin terhadap kualitas mental para pemain yang dikembangkannya sendiri dibandingkan dengan para pemain yang berasal dari klub lain.      

Sebenarnya, ada banyak orang di tim nasional Inggris saat ini yang tidak punya perasaan khusus tentang Swedia, karena pada dasarnya mereka tidak berpengalaman dalam pertandingan apapun melawan Swedia. Kalau media tidak menggunakan perseteruan antara Inggris dan Swedia untuk membombardir para pemain dengan pertanyaan-pertanyaan, maka Twain takkan perlu mengkhawatirkan tentang apapun, melainkan hanya perlu menganggap pertandingan ini sebagai pertandingan perdelapan final biasa.      

Tapi sekarang, dia punya hal lain untuk dikhawatirkan.      

※※※     

Sejak awal pertandingan, Inggris mengambil kendali dan berulang kali mengancam gawang Swedia.      

Bagaimanapun juga, Inggris berada jauh di depan Swedia dalam hal kemampuan. Bintang sepakbola yang paling terkenal dan paling mengesankan di timnas Swedia hanyalah Ibrahimovic, tapi striker Inter Milan ini sudah berusia 33 tahun. Meski tekniknya dalam menangani bola lebih akurat, kemampuan fisiknya sudah mengalami penurunan.      

Dia berada di lini depan dan tidak mengancam pertahanan Inggris karena tim Swedia tidak punya cara untuk merebut bola ke kaki mereka.      

Lini tengah Inggris sepenuhnya menekan lini tengah Swedia dan tidak mudah untuk mengirim bola ke depan.      

Kubu Swedia juga tidak bisa menemukan cara yang bagus untuk menyerang, sementara serangan Inggris sangatlah bagus dan mengesankan. Karena George Wood tidak bisa bermain di pertandingan ini, Gerrard menjadi penghubung lini tengah Inggris. Meski dia juga sudah bisa dikatakan tua, teknik dan kemampuannya dalam pertandingan masih utuh. Kemampuan fisiknya yang semakin menurun tidak menghalanginya dari menjadi gelandang yang paling mengesankan di dunia.      

Twain, sebagai respon terhadap situasi dimana bek Swedia umumnya bertubuh jangkung, tidak menggunakan taktik dimana pemain sayap akan mengumpan bola ke tengah untuk Mitchell. Dia tahu bahwa dengan tubuh seperti Mitchell di tengah kerumunan bek Swedia, striker itu takkan punya keunggulan. Mengoperkan bola ke arahnya hanya akan menyia-nyiakan peluang. Karenanya, memainkan penguasaan bola melalui operan bola bawah menjadi taktik serang utama yang diprioritaskan Twain.      

Teknik menggiring bola Mitchell masih mengesankan. Memainkan operan-operan bola bawah akan menguntungkan baginya.      

Gerrard mengoperkan bolanya langsung, dari lini tengah ke Mitchell, yang ada di depan.      

Mitchell bersandar ke arah bek tengah Swedia, Jonas Olsson dan menghentikan bola. Olsson, yang tingginya mencapai 1.96 meter, menjulurkan kakinya dan berusaha melakukan tekel lalu merebut bola, tapi setelah Mitchell mendorongnya dengan lengannya, dia tidak bisa menjangkau bola. Saat Olsson mengangkat lengannya untuk memberi isyarat pada wasit bahwa Mitchell mendorongnya, Mitchell mengait bola ke arahnya lalu mengopernya ke pemain yang melewatinya dan berlari ke depan, Wayne Rooney!     

"Rooney menerima operan yang bagus sekali dari Mitchell! Ini terobosan!"     

Untungnya, Olsson yang lain – bek kiri Martin Olsson – bergerak maju di saat-saat penting. Ketika Rooney baru mengirimkan bolanya ke depan, dia meluncur dari samping, melakukan tekel luncur yang bersih dan menendang bolanya keluar batas lapangan.      

Ketika Inggris baru akan melakukan lemparan-ke-dalam, Mitchell tidak menunggu di depan gawang, melainkan berlari ke arah sayap dan membuat isyarat tangan untuk meminta bola.      

Bek kanan, Richards, mengirim bola ke arahnya. Dia menerima bola dengan dadanya, lalu dia berbalik dan menerobos! Kelengahan Martin Olsson membuat Mitchell bisa menerobosnya setelah Olsson mendorongnya dari belakang, yang justru membantu Mitchell untuk melepaskan diri darinya. Dia mengikuti momentum dorongan itu dan mendorong bolanya ke depan. Setelahnya, dia mengulurkan kaki panjangnya untuk mengendalikan bola, yang masih melayang cukup tinggi di udara. Martin Olsson langsung mengejarnya, tapi Mitchell menggunakan kaki kirinya untuk menendang bola sedikit ke kiri tubuhnya sambil melompat, membuatnya bisa menghindari tekel Olsson. Dengan mudah, dia berhasil melepaskan diri dari penjagaan Olsson.      

Setelah melepaskan diri dari Olsson, Mitchell menggiring bolanya ke tengah. Semua bek tengah Swedia memiliki tubuh yang jangkung, dan karenanya mereka bisa mencegat bola atas dengan mudah. Peluang dan kemungkinan Rooney bisa merebut bola terlalu rendah.      

Saat Jonas Olsson baru akan menerkam Mitchell, Mitchell mengoper bola!     

Dia menendang bola bawah ke arah gawang. Dalam operannya ini, selama seseorang sedikit menyentuh bolanya, akan ada peluang besar bolanya akan bergulir ke dalam gawang.      

Sayangnya, kali ini, kiper veteran Swedia, Andreas Isaksson, menangkap bolanya di waktu yang tepat dan memeluknya erat-erat.      

Meski serangannya tidak berakhir dengan gol, rangkaian penampilan Mitchell ini mendapatkan tepuk tangan meriah dari para fans Inggris di tribun dan membuatnya memenangkan pujian dari komentator Inggris.      

"Teknik menggiring bola yang luar biasa. Tak bisa dipercaya tinggi tubuhnya mencapai 2.1 meter!" Bahkan komentator Swedia harus memuji aksi Aaron Mitchell, mengatakan bahwa dia adalah "Ibrahimovic-nya Inggris".      

※※※     

Inggris mengepung gawang Swedia sejak saat itu, dan tidak ada orang yang bisa melihat taktik serangan balik defensif yang digunakan Twain saat melawan Jerman dan Portugal.     

Bek jangkung Swedia terlihat nyaman mencegat bola di udara, tapi mereka sedikit kewalahan saat berhadapan dengan koordinasi bola bawah Inggris. Adriano Moke diberikan tugas khusus di pertandingan ini. Bukannya menyuruhnya tetap tinggal di sayap, Twain memberinya banyak ruang untuk bergerak bebas, membuatnya bisa bergerak di kedua sayap dan lini tengah, serta di dalam kotak penalti, menggunakan teknik penanganan bolanya yang efektif untuk berkoordinasi dengan rekan setim di ruang yang terbatas, dan mencoba menciptakan peluang untuk mencetak gol.      

Strategi di babak pertama ini cukup berhasil berkat postur tubuh Moke yang pendek, gerakannya yang fleksibel dan pengendalian bola yang bagus. Semuanya itu membuat para pemain Swedia kelimpungan.      

Di menit ke-27, Inggris akhirnya mendapatkan peluang. Setelah Mitchell mengendalikan bola di tepi kotak penalti, pertahanan Swedia terfokus pada Adriano Moke di sayap kanan, sementara sayap kiri Inggris sangat kurang diperhatikan. Chris Cohen tidak tampil bagus di pertandingan ini, jadi selama beberapa waktu, Inggris memprioritaskan serangan mereka dari sayap kanan.      

Melihat adegan ini, para pemain yang berasal dari Nottingham Forest memiliki gagasan yang sama. Saat Mitchell membawa bola dan berpura-pura akan mengoper ke Moke, dia justru berbalik dan menendang bolanya ke arah yang berlawanan.      

"Chris Cohen menerima bola dan tidak ada bek Swedia di depannya!" teriak John Motson. Ini adalah peluang bagus untuk tim Inggris!     

Pertahanan yang ketat itu akhirnya menunjukkan celah, untuk melihat apakah pemain Inggris bisa memanfaatkannya!     

Setelah menerima bola, Chris Cohen memandang ke kotak penalti. Bek kanan Swedia, Mikael Lustig, seharusnya menjaganya, tapi dia justru berada di kotak penalti. Matanya terarah pada sisi sayap dimana Moke berada, jelasnya aksi Moke yang cemerlang juga menarik perhatiannya.      

Cohen tidak ragu lagi dan langsung memotong masuk ke tengah. Saat itulah Lestig bergerak mendekat, bersiap untuk bertahan melawannya.      

Pertahanan tim manapun adalah sebuah sistem yang komplit. Setelah satu wilayah diabaikan, seluruh sistem akan terpengaruh. Setelah Lestig berlari menghampiri, ruang tengah di kotak penalti terbuka lebar.      

Cohen melihat peluang untuk mengoper bolanya langsung ke tengah kotak penalti. Mitchell dan Rooney masih berada di belakang bek Swedia. Operan ini bukan untuk mereka, melainkan untuk...      

Gerrard menusuk masuk dari belakang dan tiba-tiba saja muncul di tepi kotak penalti. Bola yang baru dioper Cohen berada di kakinya. Gerrard menerima bola lalu menendangnya dengan kuat ke arah gawang. Bola itu berdesing ke arah gawang Swedia.      

Isaksson tidak menduga bahwa pria yang akan menyelesaikan serangan itu adalah Gerrard, jadi dia tidak siap menghadapi tembakan kuat dari Gerrard. Dia hanya berusaha untuk meraih bola setelah bola itu menghantam jaring gawang di belakangnya.      

"Gol yang cantik sekali!" seru Motson. "Tendangan kuat Steven Gerrard memang tak terhentikan!"     

"Kelihatannya pemain kita tidak terpengaruh oleh perseteruan antara Inggris dan Swedia. Hingga saat ini, tim Swedia masih belum mendapatkan peluang ataupun kesempatan. Inggris telah sepenuhnya mengendalikan situasi di lapangan!"     

Gerrard mengayunkan kepalan tangannya dengan gembira usai mencetak gol. Dia ikut bermain saat Inggris kalah dari Swedia di Piala Dunia. Dialah yang mencetak gol kedua untuk Inggris, tapi itu tidak cukup untuk menyelamatkan nasib Inggris, karena mereka masih berakhir imbang melawan Swedia.      

Tapi kali ini, dia takkan membiarkan situasi yang sama terulang kembali.      

"Kalau dua gol tidak bisa mengalahkan Swedia, maka kami akan mencetak tiga gol, empat gol, atau lima gol! Lebih banyak gol lagi!"     

Gerrard mengayunkan tinjunya dengan kuat saat dia melampiaskan rasa kesalnya.      

Swedia terlihat sedikit kebas setelah kebobolan. Sudah hampir 30 menit mereka tidak mendapatkan peluang apapun, karena sepenuhnya ditekan oleh lawan mereka. Hanya masalah waktu sebelum mereka kebobolan gol.      

Tony Twain bangkit berdiri dan bertepuk tangan melihat aksi timnya, tapi dia tidak terlalu senang, karena dia punya anggapan yang sama seperti orang-orang Swedia. Penampilan mereka sempurna selama 30 menit, dan kalau mereka tidak bisa mencetak gol lgi, maka itu akan benar-benar aneh. Ada perbedaan kemampuan, disertai timnya yang menghormati lawan mereka sejak awal dan tidak meninggalkan celah yang berbahaya untuk dimanfaatkan lwan – berhasil unggul adalah hal yang normal.      

Swedia pasti tidak menyangka bahwa Inggris sudah bertekad kuat untuk menunjukkan gaya ofensif, yang mana ini bisa dilihat dari reaksi mereka yang terkejut. Swedia pasti tidak mengira Inggris tidak terpengaruh oleh nasib mereka, yang bertahan selama empat puluh delapan tahun.      

"Penampilan Inggris membuat kita bisa melihat adanya harapan – harapan untuk mengakhiri nasib sial ini!" Motson mengucapkan kata-kata di benak beberapa fans sepakbola Inggris.      

※※※     

Setelah berhasil unggul, Twain tidak mengendurkan kewaspadaan. Melainkan, dia bangkit dari area teknis dan berdiri di pinggir lapangan, berulang kali mengisyaratkan para pemainnya agar terus memperkuat serangan mereka dan tidak memberikan peluang bagi Swedia untuk menyerang balik. Para pemain Inggris melaksanakan pengaturan taktis Twain dengan setia, meluncurkan serangan brutal kepada Swedia di lini tengah, lalu bertahan dengan ketat di lini belakang, tidak memberikan banyak peluang bagi Ibrahimovic untuk mendapatkan bola dan tidak membiarkannya memunggungi mereka dengan mudah. Dengan begini, ruang gerak Ibrahimovic akan bisa diminimalisir hingga komentator bertanya-tanya apakah tim Swedia memang bermain di pertandingan ini...      

Dalam menghadapi gelombang serangan Inggris, Swedia hanya bisa memperketat lini pertahanan, membatasi serangan ke lini depan untuk sementara. Gagasan manajer Swedia, Lagerback adalah menganggap ketertinggalan mereka di babak pertama sebagai sebuah kemenangan. Selama selisih gol tidak melebar, dia bisa membuat penyesuaian selama jeda turun minum dan kemudian menyerang habis-habisan di babak kedua. Dengan pengetahuannya tentang tim Inggris, kualitas psikologis tim itu tidak terlalu bagus. Babak pertama pertandingan ini berjalan bagus, tapi itu bukan berarti mereka akan bisa selalu mempertahankan penampilan mereka di babak kedua. Tim Swedia hanya perlu memberi mereka sedikit tekanan dan mereka akan langsung kacau setelahnya.      

Pikirkan lagi babak penyisihan grup Piala Dunia sepuluh tahun yang lalu. Inggris bermain sempurna di babak pertama, tapi akhirnya?     

Lagerback kembali duduk dengan penuh percaya diri. Seolah-olah semuanya ada di dalam kendalinya.      

Ini sama seperti yang diprediksikan olehnya, saat dia mendengar peluit yang mengakhiri babak pertama. Swedia tertinggal 1:0 dari Inggris.      

Lagerback, yang meninggalkan lapangan, merasa yakin dengan kekurangan tim lawan, dan dia melirik ke arah Twain, yang tersenyum di depan matanya, terlihat puas dengan keunggulan satu gol. Lagerback tersenyum di dalam hati.      

"Orang Inggris yang sombong... Sebentar lagi aku akan memberitahu kalian apa artinya menyerahkan nasib pada takdir!"     

※※※     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.