Mahakarya Sang Pemenang

Panggung Yang Lebih Besar



Panggung Yang Lebih Besar

0Setelah baru saja menyelesaikan pertandingan derby yang sengit, manajer tidak terlalu keras kepada para pemainnya seperti sebelumnya. Semua orang perlu bersantai sejenak, baik itu pemain maupun pelatih. Jadi Chen Jian bisa berpakaian rapi untuk menemui Twain, menikmati malam bersamanya dan merasakan kehidupan malam Spanyol yang penuh warna.      

"Apa sudah waktunya bagiku untuk mengucapkan selamat padamu tentang hasil imbang melawan Barcelona yang perkasa, atau penyesalan karena kau tidak berhasil memenangkan pertandingan?" tanya Twain pada Chen Jian sambil tersenyum.      

"Penyesalan," jawab Chen Jian.      

Memandang pria di hadapannya, yang ubannya lebih banyak daripada sebelumnya, Chen Jian baru sadar bahwa waktu memang berlalu dengan cepat.      

Ketika dia bertemu Twain untuk yang pertama kalinya, dia tampak penuh semangat. Dia berada di masa puncaknya, dan seolah-olah dia takkan pernah bisa merasa lelah, tapi sekarang, Twain hampir seperti seorang pria tua.      

Xia Yang tidak lagi diperhatikan. Malam ini adalah percakapan antara Twain dan Chen Jian.      

"Yah, aku tidak pernah berpikir untuk meminta Anda kembali setelah Anda keluar dari Nottingham Forest."     

"Aku sendiri tidak menduga akan berada di posisiku sekarang setelah meninggalkan Nottingham Forest."     

Keduanya meratapi ketidakpastian dunia.      

Saat ini, Chen Jian tidak hanya menjadi pemain inti di RCD Espanyol tapi juga pemain utama di tim nasional Cina. Itulah sebabnya mengapa Twain mencarinya, karena tidak ada yang salah dengan mengajukan ijin kerja. Sementara untuk peringkat tim nasional, Football Association Inggris sudah menghapuskan persyaratan itu.      

Cina masih berada di level kedua dalam sepakbola Asia, dan Chen Jian adalah salah satu dari sedikit bintang yang bersinar di dalam tim.      

Orang yang paling tidak penting di bidang ini diberikan jubah tim nasional untuk berjuang demi negara, sementara mereka yang tampil lebih baik daripada dirinya tidak tahu kemana mereka bisa mencari pekerjaan.      

"Aku merasa aku harus berterima kasih pada Anda atas semua prestasi yang kuraih saat ini, Tn. Twain. Setelah aku menerima panggilan telepon dari Anda, aku sudah memutuskan untuk pindah ke Nottingham Forest."     

Twain tersenyum. Sebenarnya, ketika dia mengangkat telepon dan bertanya dengan suara keras pada Chen Jian tentang apakah dia berani melepaskan semuanya untuk datang ke Nottingham Forest dan memulai lagi, dia hanya berusaha memberinya dorongan. Dia sama sekali tidak mengira masa depan Chen Jian akan jadi jauh lebih baik. Prestasi Chen Jian saat ini sudah melebihi ekspektasi awalnya dan dia juga merasa sangat bersyukur karenanya. Setidaknya, dia telah mengubah takdir seseorang ke arah yang lebih baik.      

"Bahkan jika gunung berhenti berputar, sungai akan terus mengalir. Dan karenanya kita bertemu lagi. Orang-orang Cina percaya pada takdir. Chen Jian, kau dan Nottingham Forest sudah terikat takdir."     

Xia Yang, yang mendengarkan dialog percakapan ini dalam diam, memutar matanya. Takdir apa? Masih tidak ada yang tahu apakah pilihan Chen Jian ini baik atau buruk. Dia bisa tampil dengan baik untuk RCD Espanyol karena manajer RCD Espanyol, Manzano, menempatkan pemain Cina ini sebagai inti timnya. Apakah Nottingham Forest juga akan melakukan hal ini? Inti mereka adalah George Wood, yang fitur teknisnya hampir sama dengan gaya Chen Jian! Chen Jian hanya akan mengisi peran pendukung, sebuah pelapis, dan penampilannya takkan bisa sebagus yang ditunjukkannya di RCD Espanyol. Reputasi yang telah dibangunnya dengan susah payah sebelum ini mungkin akan hilang setelah dia pergi ke Nottingham Forest.      

Si agen, Tn. Xia, hanya teralihkan perhatiannya selama beberapa detik, tapi kedua pria di meja sudah membicarakan tentang isu-isu yang terjadi di tim Forest.      

"Aku sudah melihat pertandingan derby tadi. Kau adalah inti di RCD Espanyol. Aku akan jujur padamu disini, kau tidak bisa menjadi inti di Nottingham Forest. Ada George Wood..." Twain merentangkan tangannya.      

Chen Jian tidak mengatakan sesuatu seperti "Biarkan saja aku bergabung dengan Forest, aku bahkan bersedia menjadi pemain cadangan." Dia hanya mengatakan, "Kukira kalau Tn. Twain mencariku secara pribadi, maka itu bukan untuk membuatku duduk di bangku cadangan?"     

Setelah berjuang selama lebih dari tiga musim di La Liga, Chen telah tumbuh dewasa dan pengalaman ini membuatnya lebih percaya diri.      

Twain memandang pemain Cina di hadapannya itu dengan perasaan senang. Meski beberapa media Spanyol akan menyebut Chen Jian sebagai "George Wood berukuran-kecil", menurut pandangan Twain, pria ini mungkin lebih tepat disebut sebagai "Jenderal Bijak". Dia mungkin lebih baik daripada George dalam hal kecerdasan dan strategi. Bagaimanapun juga, ada banyak orang yang membantu George dan mengajarinya. Tanpa dirinya, tanpa Dunn, tanpa bantuan Albertini dan orang-orang lain, George tidak akan bisa mencapai banyak, sementara Chen Jian pada dasarnya melakukan semuanya sendiri.      

"Terlalu bagus untuk membawamu sebagai pemain cadangan, ha!" Twain tersenyum senang. "Menurut rencanaku, kau akan bermain bersama Wood, dan kalian berdua akan menjadi inti ganda Forest."     

"Inti ganda?" Chen Jian menundukkan kepalanya dan merenungkan bagaimana dia bisa cocok dengan Wood. Dia bukan lagi anak-anak yang akan merasa gembira dengan hanya melangkah ke lapangan sepakbola untuk bertanding.      

Selama ini, kebetulan dia memainkan game dengan menebak niat pelatih. Tapi, kali ini dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia akan bisa cocok dengan George Wood, yang mirip sepertinya dalam teknik dan gaya permainan.      

Oleh karena itu, dia mengangkat kepalanya dan memandang Twain.      

"Kalian berdua bisa melakukan umpan-umpan panjang yang bagus, tapi kau lebih baik dalam melakukan umpan-umpan pendek dibanding Wood, dan teknik tembakan jarak jauh Wood lebih baik daripada dirimu." Dia tidak memberitahu semuanya, dan hanya menunjukkan perbedaan antara kedua pria ini. "Akan terlalu sulit bagi lawan untuk menjaga kalian berdua."     

Benak Chen Jian sudah bisa membayangkan dirinya bertarung berdampingan dengan Wood. Saat itulah dia mulai merasa senang – dari mulai ambisi masa kecilnya hingga saat dia menjadi pemain profesional, tujuannya adalah George Wood, pemain nomer 13 di Nottingham Forest. Ketika dia berada di tim pemuda, dia terus mengasah kemampuannya menggunakan jadwal latihan Wood. Wood telah menjadi idolanya. Sekarang dia mendapatkan peluang untuk bermain bersama pahlawannya!     

Pertemuan dengan Chen Jian kali ini adalah untk menjanjikannya tempat di dalam tim melalui pembicaraan tatap muka – jelas bukan untuk duduk di bangku cadangan dan, untuk saat ini, dia berada di tim inti. Orang-orang Spanyol memang hebat dalam menikmati malam mereka dan Chen Jian, yang sudah berada disini selama lebih dari tiga tahun, sudah cukup terbiasa dengan ini, tapi Twain yang berusia 50 tahun bukanlah orang Spanyol. Setelah tinggal selama empat hari di Spanyol, dia masih belum terbiasa dengan ini. Derby Barcelona adalah sebuah pertandingan besar di putaran liga kali ini dan tentu saja, dijadwalkan sebagai pertandingan terakhir hari itu. Ketika pertandingan berakhir, sudah hampir tengah malam, dan sekarang bahkan sudah hampir pukul satu dini hari. Twain merasa lelah. Dia sudah mengatakan semua yang bisa dikatakannya. Tidak perlu lagi tetap tinggal disini. Mereka masih punya banyak waktu, dan banyak peluang untuk bertemu lagi.      

Twain dan Chen Jian saling mengucapkan selamat tinggal. Saat mereka pergi, Twain mengingatkan Xia Yang untuk meningkatkan upayanya dalam memberikan tekanan bagi RCD Espanyol dan Chen Jian juga sudah berjanji untuk memberitahu klub tentang keinginannya pergi ke Nottingham Forest.      

Pada pagi keesokan harinya, Twain terbang kembali ke Inggris, setelah menyelesaikan urusannya di Spanyol.      

※※※     

Tidak butuh waktu lama sebelum terdengar kabar dari Barcelona bahwa sejumlah klub lokal tertarik pada Chen Jian dan berharap bisa membawanya pergi dari RCD Espanyol selama bursa transfer musim dingin.      

Setelah mendengar kabar itu, Twain tahu Xia Yang sudah mulai beraksi.      

Dia tidak terlalu mempedulikannya. Biarkan mereka yang profesional melakukan pekerjaan mereka.      

David Kerslake datang lebih awal ke unit pelatih tim sebagai asisten manajer, untuk melakukan pekerjaan pendahuluan. Dia bertanggungjawab dalam meringkas situasi tim, menyerahkannya pada Twain dan kemudian membiarkannya menganalisa dan mengambil keputusan.      

Sekarang, seminggu setelah Kerslake berada di tim, laporan internal tim sudah mulai terbentuk.      

Dalam dua minggu sejak ketidakhadirannya, Nottingham Forest masih tetap berada di peringkat 16 dengan satu kali menang dan satu kali kalah.      

Ini adalah titik awal yang cukup rendah. Nottingham Forest berada di titik terendahnya sejak kembali ke Liga pRemier Inggris. Tidak heran jika sekelompok orang merasa pesimis dengan prospek Forest musim ini. Mereka yakin kalau Nottingham Forest lengah, bahkan degradasi takkan mengejutkan mereka.      

Selain laporan Kerslake, yang menunjukkan kurang efektifnya tim Forest, terdapat perasaan tidak aman dan ketegangan. Selain itu, kedaulatan tim masih belum cukup. Bersama banyak kekurangan lain, semua ini membuat Twain merasakan tekanan di pundaknya.      

Tidak mudah untuk kembali bangkit dari situasi seperti ini...      

Sebelum itu, ada satu hal lain yang perlu dilakukan Twain. Setelah dia menjadi manajer Forest, itu takkan mudah untuk dilakukan.      

※※※     

Di akhir bulan November, musim dingin tiba. Cuaca di Nottingham seperti yang terjadi di seluruh Inggris, dimana ada lebih banyak hari-hari mendung dan hujan, sedikit langit biru dan sedikit cahaya matahari.      

Pada sebuah hari cerah yang langka, dan setelah empat hari mengalami hujan, langit diatas Nottingham akhirnya mulai cerah. Semua orang yang pergi bekerja pagi itu bisa melihat matahari keemasan terbit di timur, sinar matahari yang tampak cemerlang di langit dan di bumi, daun yang masih berkilauan dengan tetes hujan semalam, bersinar dibawah sinar matahari. Dari kejauhan, hutan terlihat dipenuhi untain manik-manik keemasan.      

Dikelilingi hutan yang indah ini adalah kompleks latihan klub Notts County, yang hanya separuh dari kompleks latihan Wilford milik Nottingham Forest. Fasilitas kompleks ini cukup kuno. Sebagai klub sepakbola profesional modern tertua di dunia, ada cita rasa sejarah dari bagian dalam hingga luarnya. Orang yang sinis akan berkata aromanya busuk. Para fans akan menyebutnya sebagai aroma kejayaan yang sudah tertimbun sejarah.      

Meski fasilitas pelatihannya sudah tua, para pemain di lapangan masih muda. Wajah mereka tidak menunjukkan tekanan dan beban dari sejarah yang panjang.      

Itu hanyalah latihan pemanasan, tapi semua orang tampak serius. Seorang pria berusia tiga puluhan, memakai kaos latihan bertudung seperti seorang asisten manajer, berlari di depan dengan peluit di bibirnya. Pria dengan rambut hitam dan wajah Asia itu adalah Dunn, yang sudah meninggalkan Nottingham Forest lebih dari tujuh tahun yang lalu.      

Sekarang dia adalah manajer tim EFL Championship, Notts County.      

Diluar pagar kawat yang mengitari lapangan latihan, beberapa fans berkumpul, meski jumlahnya hanya sedikit dan bahkan ada beberapa media, dimana dua diantaranya asli dari Nottingham sementara yang satu berasal dari kota pelabuhan Portsmouth – lawan Nott's County di putaran EFL Championship yang berikutnya.      

Di pagi yang dingin ini, suara peluit di lapangan latihan terdengar sangat jelas dan tajam sehingga bisa mengejutkan burung-burung di hutan. Hutan yang jauh disamarkan oleh kabut putih yang mulai memudar dan menyebar dibawah sinar matahari, membungkus hampir seluruh lapangan latihan itu dalam kabut lembut.      

Twain, yang terbungkus mantel tebal, menarik nafas dalam. Udara di hutan jauh lebih baik daripada di pusat kota.      

Satu hal yang tidak bisa menunggu setelah dia mulai melatih tim Forest adalah bertemu dengan Dunn disini. Meski hubungannya dengan Dunn memberinya banyak kesempatan untuk bertemu secara pribadi, setelah dia menjadi manajer Forest, dia akan menjadi target paparazzi dan pertemuannya dengan Dunn adalah sebuah rahasia yang tak ingin dilihatnya menjadi tajuk berita utama di surat kabar.      

Melihat Dunn memimpin timnya melakukan pemanasan, Twain tersenyum. Ini benar-benar berbeda dari gayanya sendiri. Dunn melakukan pekerjaan yang bagus disini. Meski dia tidak tahu banyak tentang Notts County, dari hanya melihat para pemain itu, Twain yakin bahwa itu adalah sebuah tim yang bisa bekerja dengan baik bersama Dunn dan tujuannya telah tercapai setelah dia meninggalkan Forest.      

Tapi, tim semacam itu tidak akan bisa melangkah lebih jauh lagi. Sebuah tim kecil di Notts County memang kekurangan dana. Keberhasilan Dunn dalam membawanya ke EFL Championship sudah mengejutkan banyak orang. Tapi, itu akan berakhir disana. Kalau mereka ingin pergi ke Liga Premier, tanpa adanya dukungan finansial yang kuat itu akan mustahil. Bahkan kalau mereka cukup beruntung bisa mencapai Liga Premier, dengan sebuah kelebihan dibandingkan lawan mereka, satu-satunya jalan yang tersisa bagi mereka adalah kembali ke EFL Championship.      

Di tahun 2004, ketika Notts County berada di ambang kebangkrutan, para fansnya memberikan donasi sukarela dengan harapan bisa menyelamatkan tim kesayangan mereka. Tapi, pada akhirnya, justru tim yang tidak ada hubungannya, Chelsea, yang menjadi penyelamat mereka. Itu karena Notts County melawan Chelsea dalam turnamen FA Cup yang membuat mereka mendapatkan banyak penghasilan dari penjualan tiket. Ketika klub Chelsea setuju untuk memberikan semua pendapatan dari penjualan tiket yang mereka terima di Stamford Bridge kepada Notts County untuk membantu mereka, fee dari siaran televisi dan penjualan tiket itu berhasil menyelamatkan tim, mencegah keruntuhan klub sepakbola profesional modern tertua di dunia.      

Ini sudah memberitahu banyak hal tentang Notts County. Biaya memfilmkan pertandingan dan penghasilan dari penjualan tiket bukanlah hal yang seberapa di mata tim-tim Liga Premier, tapi itu sudah cukup untuk menyelamatkan Notts County. Alangkah menyedihkannya anggaran tim itu!     

Keberhasilan Dunn di beberapa tahun terakhir ini tidak terlepas dari upayanya dalam membentuk tim pemuda dari sejak awal masa jabatannya. Tanpa tim pemuda yang bisa memberinya suplai pemain yang cukup bagus, anggaran yang minim untuk setiap musim di Notts County takkan mencukupi untuk membeli sebelas pemain starter dari bursa transfer sekaligus.     

Meski memiliki tim pemuda yang bagus, dia juga menghadapi duka yang sama seperti sejumlah manajer klub kecil – dia tidak bisa mempertahankan pemain muda yang paling menjanjikan untuk tetap tinggal di Notts County dan mencegah mereka meninggalkan tim untuk mencari panggung yang lebih besar. Bagi sebuah klub seperti Notts County, satu-satunya cara untuk bisa bertahan adalah dengan menjual beberapa pemain muda berbakat mereka. Dunn hanyalah manajer, dia tidak bisa ikut campur dalam strategi bisnis tim, dan dia juga tidak dalam posisi untuk ikut campur – tim tidak akan bisa selamat, jadi kenapa mereka tetap mempertahankan pemain yang berbakat? Level para pemain ini bukanlah tipe pemain superstar yang bisa memimpin tim menuju Liga Premier. Mereka akan dijual untuk mendapatkan harga yang bagus. Lalu dia akan menyusun kembali tim pertama dari para pemain tim pemuda dan melatih mereka dari awal.      

Dan semuanya bergerak dalam lingkaran.      

Twain menggelengkan kepalanya. Itulah tragedi dari klub kecil. Bukankah hal yang sama juga terjadi pada tim Forest sebelum dia mengambil alih? Michael Dawson, Andy Reid dan Jenas dijual ke tim lain saat klub sedang menghadapi kesulitan finansial. Hanya saja Nottingham Forest, jika dibandingkan dengan Notts County, sudah lebih maju dan dengan pendanaan yang lebih baik, tidak terlalu sulit untuk bangkit lagi.      

Bagi Notts County, sangatlah sulit untuk bangkit lagi hampir tanpa modal apa-apa.      

Twain sudah menyelesaikan sesi latihan pagi dan kemudian bertemu Dunn pada siang hari.      

Di telepon semalam, Twain memberitahu Dunn bahwa dia akan datang menemuinya hari ini, jadi Dunn tidak terkejut saat dia melihat Twain berdiri di hadapannya.      

"Kau jelas tidak datang untuk mengundangku makan malam, Tony," Di sebuah restoran Cina, Dunn berbicara pada Twain, yang duduk di seberang meja.      

"Tentu saja. Dan restoran Cina ini sangat tidak otentik," Twain mengomentari restoran Cina paling terkenal di Nottingham seolah-olah tidak ada orang lain di sekitarnya, mengabaikan seorang pelayan Cina yang berdiri di dekatnya. Ini membuat mahasiswa Cina itu – dilihat dari tampilannya, dia sedang bekerja paruh waktu – menatap si pria tua yang memakai kacamata hitam.      

Setelah pelayan itu pergi, Dunn mulai tertawa. "Apa yang kau katakan tentang restoran ini terlalu kasar."     

Twain hanya mengangkat bahu dan tidak melanjutkan topik itu. "Aku datang untuk mengajukan pertanyaan padamu, Dunn." Dia mencondongkan tubuh ke depan dan merendahkan suaranya jadi hanya Dunn yang bisa mendengar.      

"Apa kau mau panggung yang lebih besar?"     

(Kalau kau ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya, kunjungi www.qidian.com. Dukung penulis asli, dukung bacaan asli!)     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.