Mahakarya Sang Pemenang

Pertandingan Final Seseorang



Pertandingan Final Seseorang

0Bola itu berputar lalu masuk ke dalam gawang dan membentur jaring, membuat sedikit suara gemerisik. Tapi, suara itu ditenggelamkan oleh suara nyanyian lebih dari 10,000 pendukung Inggris di stadion.      

Hampir 60,000 fans Spanyol di stadion Nou Mestalla, yang bisa menampung 70,000 penonton, kini terdiam. Dengan cepat, tempat ini telah diubah dari stadion kandang Spanyol menjadi wilayah kekuasaan Inggris.      

"Ini adalah momen yang luar biasa dalam sepakbola Inggris! Sekarang kita memimpin atas tim tuan rumah, Spanyol, dengan skor 2:0 di 15 menit terakhir pertandingan! Ini artinya kita hanya berjarak 15 menit dari Inggris yang mencapai final turnamen internasional untuk yang pertama kalinya dalam lima puluh tahun!" John Motson meraung gembira ke mikrofon, suaranya terdengar ke seluruh Inggris melalui satelit.      

Semua fans Inggris bersorak mendengar kata-katanya. 15 menit hanyalah sekejap mata dan mereka akan memasuki stadion Bernabeu, lokasi gelaran final, lebih dulu.      

Skor 2:0 ini membuat orang-orang Spanyol di stadion berkecil hati. Dengan hanya tersisa 15 menit dan tertinggal dua gol, mereka harus mencetak setidaknya dua gol dalam 15 menit dan tidak membiarkan Inggris mencetak gol lagi kalau mereka ingin melaju ke final... Membayangkannya saja sangat sulit. Apalagi mewujudkannya.      

Tidak hanya para fans tapi beberapa pemain Spanyol di lapangan juga merasa putus asa setelah gol itu dicetak....      

Mereka yakin bahwa mereka adalah pemain yang luar biasa, tapi mereka juga merasa kekuatan itu mulai memudar seolah ada sesuatu yang salah entah dimana.      

Hierro duduk di kursinya dan menggigit bibir bawahnya dengan keras sampai menjadi putih. Pikirannya berputar dengan cepat, dan dia bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya kalau dia tidak ingin menyerah di situasi seperti ini.      

Setelah berpikir panjang, dia memutuskan bahwa mereka harus menemukan titik terobosan dari posisi George Wood. Wood adalah kapten dan inti tim Inggris. Selama dia punya masalah, Inggris bisa runtuh di menit-menit terakhir.      

Dunia sepakbola jelas tidak kekurangan kisah pembalikan situasi yang dramatis. Tim Spanyol-nya ingin menunjukkannya pada para fans untuk kali ini saja!     

※※※     

Kegembiraaan Twain hanya bertahan sebentar. Dia mulai mempertimbangkan apakah sebaiknya dia mengganti Wood sekarang. Wood punya kartu kuning. Umumnya, seharusnya dia menggantikan Wood setelah mereka unggul dua gol untuk berjaga-jaga. Tapi, Twain tahu Spanyol akan meluncurkan serangan balik yang gencar setelah pertandingan kembali dilanjutkan. Itu akan menjadi momen yang paling berbahaya. Kalau mereka tidak berhati-hati dan membiarkan tim lawan mencetak gol, situasinya akan berbalik dalam sekejap. Saat itu terjadi, Spanyol dan bukan Inggris yang akan unggul.      

Mempertahankan Wood di lapangan bisa memperkuat pertahanan mereka.      

Twain memutuskan untuk membiarkan Wood berada di lapangan lima menit lagi setelah dia menimbang-nimbang opsi yang dimilikinya. Setelah bertahan selama lima menit terhadap serangan Spanyol yang paling gencar, dia takkan menunda-nunda lagi dan langsung menggantikan Wood untuk membiarkannya beristirahat. Dengan hanya sepuluh menit tersisa, mereka akan mempertahankan kotak penalti hingga detik terakhir dan mempertahankan keunggulan dua gol mereka. Ketika tiba waktunya, selama Tuhan diatas sana tidak bermaksud mengejutkan mereka, seharusnya mereka bisa melewati ini.      

Ketika para pemain Inggris selesai merayakan gol dan mulai berlari ke sisi lapangan mereka sendiri, Twain memberi isyarat pada mereka dari pinggir lapangan agar mereka mundur untuk bertahan. Saat ini, stabilitas adalah segalanya. Tidak akan ada peluang untuk melakukan serangan balik.      

※※※     

Setelah pertandingan dilanjutkan, tidak semua pemain Spanyol menyerah meski mereka memang terpukul karena skor itu seperti yang diharapkan Twain. Sebagai atlit profesional, akumulasi pengalaman bertemu situasi yang tak menguntungkan justru membantu mereka di saat-saat kritis seperti ini. Yang terpenting, di hadapan 60,000 penonton yang ada di stadion kandang mereka, mereka tidak ingin melewatkan final Kejuaraan Eropa UEFA yang diselenggarakan di negara asal mereka ini.      

Hierro berdiri di pinggir lapangan dan menatap lapangan dengan ekspresi serius seolah dia sedang mengirimkan pesan bahwa dia takkan pernah menyerah sampai peluit terakhir ditiup!     

Untuk menghormati lawan seperti ini, Angkatan Laut Kerajaan juga mengibarkan bendera Saint George. Wood tetap berada di lapangan sampai Twain merasa dia bisa menggantikannya.      

Di sisi lain, Gareth Barry sudah melakukan pemanasan di pinggir lapangan. Dia akan mengganti Wood nanti – kalau tidak ada hal yang tak terduga...      

※※※      

"Kita tidak boleh benar-benar membuatnya mendapatkan kartu kuning," Fabregas mengumpulkan beberapa rekan setimnya selama bola mati dan mendesak mereka secara khusus, "Kalau dia mendapatkan kartu kuning, situasinya takkan bagus untuk kita. Dia pasti akan bertekad menghabisi kita karena toh dia takkan bisa bermain di pertandingan berikutnya... Oleh karena itu, kita hanya akan menekannya. Kalian tidak perlu benar-benar membuatnya mendapatkan kartu kuning. Terobos saja melalui posisinya dan jangan gampang jatuh ke tanah setelah sedikit kontak fisik. Benar-benar jangan melakukan itu! Tujuan kita bukan untuk memposisikan bola di depan kotak penalti, melainkan memasukinya!"     

Iniesta sudah dikeluarkan oleh Hierro, yang memasukkan Cazorla dan menggeser Lago untuk bermain di tengah. Fabregas kini menjadi satu-satunya inti dan komandan di lapangan. Dia harus tetap berkepala jernih.      

"Tinggal sepuluh menit lagi, jangan menyerah! Jangan pernah menyerah!"     

※※※      

Geoge Wood menemukan dirinya kembali menjadi target banyak pemain lawan. Dia tidak takut dengan tantangan semacam itu, bahkan meski itu artinya dia takkan bisa bermain di pertandingan final. Karena dia sudah memegang prinsip ini, dia takkan ragu lagi ketika situasinya memaksanya untuk melakukan itu. Selama boss mempertahankan dirinya di lapangan, itu artinya dia adalah pemain yang penting dan ada tugas yang masih harus diselesaikannya. Dia takkan pernah mundur sebelum menyelesaikan pekerjaannya.      

Sayangnya, rekan setim Fabregas tidak setuju dengan pemikirannya itu.      

Fabregas sudah memperingatkan rekan setimnya agar tidak memfokuskan balas dendam mereka pada Wood dan menemukan cara untuk mencetak gol. Tapi, Lago punya gagasannya sendiri – apa yang lebih baik daripada membuat kapten lawan melewatkan pertandingan berikutnya dan membawa timnya masuk ke final?     

Pemikiran Lago didasarkan pada fakta bahwa dia memiliki teknik tendangan bebas yang      

Hebat. Semua tendangan bebas tim Spanyol dieksekusi olehnya. Sengaja membuat Wood melakukan pelanggaran dan membuatnya mendapatkan kartu kuning sambil mengeksekusi tendangan bebas tim Spanyol di depan gawang lawan sangatlah sesuai dengan minat Lago.      

Tapi, tidaklah mungkin menciptakan pelanggaran secara acak. Itu harus dilakukan sedekat mungkin dengan kotak penalti. Pelanggaran itu harus dilakukan dekat dengan zona berbahaya sehingga pelanggaran tim lawan cukup serius bagi wasit untuk mengeluarkan kartu, dan karenanya tendangan bebas dari daerah itu akan lebih mengancam gawang lawan.      

Ketika Lago menerima bola, dia tidak mengoperkannya pada Fabregas, yang sudah bergerak maju, melihat celah di pertahanan tim Inggris dan mengangkat lengannya untuk meminta bola. Sebaliknya, dia memilih untuk menggiring bolanya sendiri dan melakukan terobosan. Dia cukup percaya diri dengan kemampuannya dalam menggiring bola...      

"Idiot!" Fabregas tidak bisa menahan diri kecuali memaki setelah dia melihat keputusan rekan setimnya. Melihat ke belakang, lini pertahanan belakang Inggris secara otomatis melakukan penyesuaian dan celah, yang tadinya terbuka, kini menghilang. Dia tidak tahu kapan celah semacam itu akan kembali muncul.      

Dengan begini, dia sudah menyia-nyiakan peluang untuk mencetak gol, dan Fabregas jelas marah. Tapi, dia tidak boleh marah sekarang. Dia masih harus bekerjasama dengan rekan setimnya.      

Lago tidak tahu bahwa Fabregas merasa kesal dengan apa yang baru saja dilakukannya. Saat ini, dia hanya memandang George Wood. Dia akan menjatuhkan pria itu dan menyelamatkan Spanyol dengan tendangan bebas!     

Semuanya tidak berjalan seperti keinginannya, mungkin karena ada banyak pikiran yang mengganggu di benaknya. Saat dia berlari mendekati Wood, laju Lago sendiri tidak beraturan dan dia tidak mengendalikan bola. Dalam menghadapi giringan bola seamcam itu, Wood bisa merebut bolanya dengan mudah. Lago tersandung dan masih berlari beberapa langkah sebelum berpikir untuk menjatuhkan diri. Tapi, dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan... dan dia mendapatkan cemoohan dari para fans Inggris.      

"Wasit seharusnya memberinya kartu kuning karena diving yang buruk!" Motson tidak menahan diri dalam mengomentari pemain Spanyol itu.      

Tim Inggris mengambil peluang ini untuk menyusun serangan cepat yang kembali mengancam gawang Spanyol. Untungnya, kali ini Asenjo cukup fokus. Dia bermain dengan baik dan menangkap tembakan Vaughan, yang sedang dalam kondisi sangat bagus.      

Tapi, semua ini membuat Fabregas, yang memakai ban kapten, kesal. Dia melambai ke arah Lago dan berteriak padanya mengeluhkan bahwa dia tidak seharusnya beraksi sendiri seperti itu.      

Lago tidak diam saja dan balas berteriak padanya.      

Twain menonton adegan ini dengan senang dari luar lapangan. Kelihatannya kesabaran para pemain Spanyol itu sudah mulai menipis. Ketika pemain sebuah tim tidak lagi percaya bahwa kerjasama tim bisa menyelesaikan situasi, melainkan justru menggunakan skill individu untuk bertindak sebagai pahlawan, tim semacam itu takkan punya kesempatan...      

Meski sedikit kritis terhadap penampilan Lago barusan, Fabregas masih mengoper bolanya ke Lago kalau dia muncul di tempat yang tepat. Lalu dia berlari untuk memposisikan dirinya sendiri, berharap menerima bola dari Lago.      

Kali ini Lago kembali mengecewakan Fabregas dan terus menggiring bolanya mendekati Wood. Kondisi emosionalnya sudah menyimpang. Tapi, tertinggal dua gol dan waktu yang berlalu detik demi detik, bisa dipahami betapa tidak stabilnya emosi mereka – semua orang bisa saja merasa marah dan bertingkah irasional. Hanya saja kondisi Lago sedikit lebih parah dibandingkan Fabregas.      

Wood bergerak maju untuk menghadapi lawannya. Dia ingin membuat lawan menyerah dan memberitahunya bahwa dia adalah gunung besar yang tak bisa ditaklukkan dan bahwa dia hanyalah semut di hadapannya.      

Lago sudah menunggu ini terjadi. Kali ini, dia harus membuat Wood membayar mahal!      

Tapi, keduanya tidak bertemu. Dalam jarak lima meter diantara keduanya, Mitchell, yang aktif terlibat dalam bertahan, menjatuhkan Lago dari sisi lain. Peluit wasit tiba-tiba saja terdengar.      

Mitchell jatuh ke tanah bersama Lago, sementara Wood menoleh ke arah wasit yang berlari mendekat. Matanya terpaku pada tangan kiri wasit, yang merogoh saku di dadanya.      

Kalau dia mengingatnya dengan benar, Mitchell sudah mendapatkan kartu kuning dalam pertandingan melawan Swedia...      

Mitchell sama sekali tidak menduga bahwa pelanggaran yang dilakukannya kali ini akan membuahkan kartu kuning. Dia ingin pamer pada Wood setelah membantunya menghentikan taktik lawan, tapi dia melihat ada yang berbeda dari ekspresi Wood. Dia mengikuti tatapan Wood dan menoleh untuk melihat wasit memegang kartu kuning di tangannya!     

Mitchell menyadari keseriusan masalah ini, dan Twain juga tahu apa artinya kartu kuning itu untuk Mitchell: kalau Inggris bisa mengalahkan Spanyol, dia akan melewatkan pertandingan yang paling penting – final!     

"Bagaimana mungkin ini..." gumam Mitchell. Setelahnya, tiba-tiba saja dia bergegas maju ke arah wasit, mencoba memprotes, tapi dia ditahan oleh George Wood yang bereaksi dengan cepat dan menyeretnya mundur.     

"Apa kau mau diberi kartu merah sekarang?" Dia berteriak pada Mitchell, yang masih berusaha memberontak lepas.      

Bukannya semakin tenang, pria dalam pelukannya memberontak lebih kuat. "Ini tidak adil!" teriaknya.      

Wood tidak bisa terus menghibur Mitchell karena kalau dia yang melakukan pelanggaran itu barusan, maka dialah yang akan mendapatkan kartu kuning. Lokasi ini terlalu berbahaya, sedikit di dekat lengkung kotak penalti. Kalau Lago berhasil menerobosnya, dia akan langsung berhadapan dengan bek tengah yang dipimpin Terry.      

Tidak hanya Mitchell tapi para pemain Inggris yang lain juga merasa tidak senang dengan keputusan wasit. Mereka mengelilingi wasit dengan harapan dia bisa membatalkan kartu kuning itu. Tapi, bagaimana mungkin itu terjadi? Sebuah sanksi hukuman yang sudah dibuat itu ibarat air yang sudah memercik...      

Twain tidak marah-marah diluar lapangan karena dia tahu area itu memang berbahaya untuk melakukan pelanggaran dan wasit bisa memberikan kartu sesuai suasana hatinya. Sepertinya, kali ini, mood wasit berpakaian hitam itu sedang buruk...      

Dia hanya menoleh dan bertanya pada Des Walker tentang pemanasan Barry. Melihat situasi ini, dia tidak boleh mempertahankan Wood tetap di lapangan. Mitchell adalah salah satu contoh yang bagus.      

Barry melepaskan rompi latihannya sambil berlari ke arah Twain. Dia tahu dia akhirnya akan diturunkan.      

"Kau akan masuk menggantikan George," kata Twain padanya.      

※※※     

Sementara itu, di lapangan, protes para pemain Inggris kepada wasit sudah berakhir karena itu sama sekali tidak ada gunanya. Hanya Mitchell yang terlihat frustasi. Sebuah peluang yang fantastis ada di hadapannya, tapi dia hanya akan menjadi penonton... Dia tidak bisa menerima kenyataan ini, tapi apa yang bisa dia lakukan?     

George Wood melihat ofisial keempat mengangkat tanda pergantian pemain di pinggir lapangan. Pria yang berdiri disamping ofisial keempat adalah Gareth Barry. Dia tahu dia akan digantikan. Dia menepuk punggung Mitchell dan membuka mulutnya untuk berkata, "Terima kasih."     

Lalu dia melepaskan ban kapten di lengannya dan berbalik untuk berjalan ke arah Terry, menyelesaikan transisi kapten tim. Dia berjalan pelan ke pinggir lapangan, menikmati tepuk tangan meriah dari para fans Inggris.      

"Twain mengganti Wood, kelihatannya dia bermaksud melindunginya. Sayangnya, Mitchell akan absen dari pertandingan selanjutnya dan kemungkinan besar itu adalah pertandingan final..." Motson merasa lega untuk Wood tapi juga meratapi nasib Mitchell. Dia sedikit khawatir dengan nasib Inggris di final nanti. Meski Mitchell tidak mencetak banyak gol, dia adalah penyerang tengah yang sangat berguna. Dengan operan, sundulan dan skillnya, dia bahkan bisa bermain sebagai bek tengah di saat krisis. Penyerang tengah dengan kemampuan yang serba bisa semacam ini akan bisa meningkatkan kekuatan tempur tim.      

Wood berjalan ke pinggir lapangan dan memeluk Barry. Lalu dia menepuk bahunya untuk mengirimnya ke lapangan dan berjabat tangan dengan Twain.      

Saat berjabat tangan, dia bertanya, "Kenapa kau tidak menggantikan Mitchell?"     

Twain menggelengkan kepalanya dan berkata, "Dia sudah diberi kartu kuning. Apa gunanya menggantikan dia sekarang?"     

Wood tidak mengatakan apa-apa dan berbalik untuk melangkah menuju bangku pemain cadangan. Dalam perjalanannya menuju kesana, asisten manajer Walker mengulurkan handuk padanya. Dia meletakkan handuk itu di atas kepalanya dan duduk di kursi tanpa mengatakan apa-apa. Dia masih merasa kasihan dengan nasib Mitchell...      

Kubu Spanyol sudah mulai bersiap untuk melakukan tendangan bebas, yang akan dilakukan Lago sendiri. Bola itu melengkung melewati dinding manusia, dan bahkan menghindari sepuluh jari Joe Hart lalu melesat masuk ke dalam gawang!     

Saat itu, tidak ada yang terdengar di stadion Nou Mestalla kecuali suara sorakan para fans Spanyol. Bahkan Twain tidak bisa mendengar kata-kata makian yang diucapkan olehnya.      

"Kita berhasil menebus satu gol! Kita berhasil menebus satu gol!" Komentator Spanyol itu sepertinya melihat harapan.      

Fabregas, yang tadi merasa kesal dengan Lago, juga bergegas maju untuk memeluk pria itu.      

Lago akhirnya menikmati perlakuan sebagai pahlawan....     

Disaat orang-orang Spanyol itu sibuk merayakan, Mitchell mengambil bolanya dari gawang dan berlari ke lingkaran tengah. Lalu dia menghempaskan bolanya dengan keras ke titik kick off. Pada saat dia mendongak, ekspresi kesal dan marah itu sudah hilang.      

Dia menemukan kembali nilai menjadi seorang striker.      

※※※     

"Jangan buang waktu kalian untuk merayakan!" Hierro berada di pinggir lapangan, dengan suara keras mengingatkan para pemainnya bahwa mereka tidak punya waktu untuk melakukan sesuatu seperti ini.      

"Cepat kembali ke pertandingan! Satu gol lagi! Tujuh menit lagi!" dia menunjuk arloji di pergelangan tangannya ke arah para pemain Spanyol di lapangan.      

Meski begitu, para pemain Spanyol yang sudah kembali ke posisi mereka tidak bisa menyembunyikan senyum di wajah mereka. Mereka melihat harapan, dan sekarang memang tujuh menit sebelum akhir dari 90-menit pertandingan. Tapi, masih ada perpanjangan waktu...      

Setelah pertandingan dilanjutkan, Mitchell tidak lagi aktif dalam bertahan. Dia tetap berada di depan dan mengangkat tangannya untuk meminta bola. Selain Pique yang semakin mewaspadainya, para pemain Spanyol tidak mengindahkannya. Saat ini, benak mereka dipenuhi pikiran mencetak gol untuk menyamakan kedudukan dan melengkapi pembalikan situasi....     

Menjelang akhir pertandingan, tim Spanyol terus menekan lawan dan para fans Spanyol di tribun terus bersorak menyemangati tim mereka seolah mereka baru saja disuntik dengan adrenalin. Suara nyanyian para fans Inggris benar-benar tak terdengar karenanya.     

Tapi, saat Barry mengirimkan umpan panjang ke kepala Mitchell, semua suara itu tiba-tiba saja menghilang.      

Pique terlalu peduli tentang mengunci posisinya tapi dia dilewati Mitchell yang hanya perlu memiringkan tubuhnya. Dia kehilangan pusat keseimbangannya dan hampir jatuh ke tanah, tapi dia juga kehilangan targetnya.      

Mitchell memandang ke arah para pemain Spanyol di belakangnya, yang berusaha keras kembali untuk bertahan dan kemudian melihat bola dari sudut matanya. Dia sudah berada di bagian atas lengkung penalti.      

"Bagaimana mungkin kalian bisa melupakan pertahanan?" komentator Spanyol bertanya dengan marah. Tapi bukankah sudah terlambat mengajukan pertanyaan itu sekarang?     

Asenjo mungkin ingin mengajukan pertanyaan yang sama kepada rekan setimnya, tapi untuk saat ini sebaiknya dia menghentikan lawannya dalam pertarungan satu-lawan-satu...      

"Asenjo meninggalkan gawang untuk menerkam maju. Ini adalah pertarungan satu-lawan-satu melawan kiper! Ini adalah peluang yang bagus untuk Mitchell. Kalau dia bisa mencetak gol, kita pasti akan lolos ke final!"     

Melihat adegan ini, George Wood menarik handuk putih dari atas kepalanya dan bangkit berdiri dari bangku pemain cadangan, menatap gugup ke arah kotak penalti tim Spanyol.      

Tidak semua pertarungan satu-lawan-satu dengan kiper akan berbuah gol. Meski kiper berada dibawah tekanan besar, striker yang berhadapan dengannya juga merasakan tekanan yang besar, yang bisa jadi lebih besar daripada tekanan yang dirasakan oleh kiper...      

"Masukkan, Aaron!" Twain, di pinggir lapangan, menggertakkan giginya dan meraung. Tangannya terkepal erat sampai buku-buku jarinya memutih. "Ini adalah finalmu! Masukkan!"     

Berhadapan dengan Asenjo, yang sudah bergerak maju ke dekat titik penalti, Mitchell mendadak berhenti dan mengangkat kaki kanannya. Bola baru saja mendarat di depannya pada waktu yang bersamaan, seolah semuanya sudah diperhitungkan dengan akurat. Dia tidak menembak dengan kekuatan penuh. Dia hanya mengangkat bagian atas kaki kanannya... dan bola itu melompat lagi melewati kepala Asenjo, membentuk garis parabolik dan melesat masuk ke dalam gawang.      

Karena aku tidak bisa tampil di final, aku hanya perlu memasukkan bola ke gawang lebih awal, pikirnya.      

Menggunakan kaki kananku untuk mengirim tim ke final! Tidak ada lagi penyesalan! Itu benar, tidak ada lagi...      

Bola itu menyentuh bagian bawah mistar sebelum melintasi garis gawang dan membentur jaring.      

Keparat!     

Mitchell berlutut dan jatuh ke tanah.      

Stadion Nou Mestalla terdiam.      

"Itu adalah salah satu lengkung bola terindah yang pernah kulihat," di tengah keheningan itu, John Motson menghembuskan nafas pelan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.