Mahakarya Sang Pemenang

Mazinger Z yang Tak Terkalahkan



Mazinger Z yang Tak Terkalahkan

0Twain menatap George Wood, yang berdiri di hadapannya dan yang balas menatapnya dengan tajam. Dia bicara lebih dulu, "George..."     

Saat itu terdengar suara teriakan keras dari tribun. Suara itu menenggelamkan apa yang akan dikatakan Twain. Wood hanya bisa melihat mulut Twain membuka dan menutup tapi dia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan olehnya.      

Apa dia setuju untuk menurunkannya atau tidak?     

Tembakan panjang Podolski memantul keluar setelah membentur mistar gawang dan suara sorakan itu berakhir. Baru disaat itulah Wood mendengar kata-kata terakhir Twain:     

"Pergilah lakukan pemanasan."     

Ada sedikit ekspresi senang di wajah Wood. Dia tahu Twain telah menyetujui permintaannya. Wood berbalik dan mengambil rompi latihan dari kursi. Dia berlari ke arah area pemanasan.      

Rekan setim dan para pelatih yang lain menatap punggungnya dengan terkejut dan tidak bereaksi.      

Des Walker menghampiri Twain dan bertanya, "Apa kau akan membiarkan dia bermain, Tony?"     

Twain mengangguk.      

"Tapi cederanya masih belum pulih sepenuhnya..."     

"Ini yang kupikirkan, Des," Twain memalingkan kepalanya untuk memandang partnernya dan berkata, "Kebugaran fisik George berbeda dari orang biasa. Cedera ringan seharusnya takkan melukainya."     

Walker meringis. "Kuharap kau benar, Tony... Kalau kau salah, kau akan menghancurkan karirnya."     

Twain tidak membantah Walker karena dia juga punya kekhawatiran yang sama –"Kuharap aku benar..."     

Wood berusaha keras untuk menekan rasa gembiranya. Dia berusaha tidak terlalu menunjukkan gerakan pemanasan yang berlebihan untuk menghindari masalah. Tapi dia telah menjadi fokus perhatian semua orang.      

"George?!" Orang yang juga berada di area pemanasan adalah rekan setimnya, Gareth Barry, yang tampak terkejut saat melihat Wood melakukan pemanasan dengan meregangkan kakinya. "Apa kau akan bermain?" Hanya tersisa satu kuota pergantian pemain. Kalau Wood akan diturunkan, dia tidak perlu melakukan pemanasan.      

"Ya," Wood mengangguk.      

Barry terkejut sesaat dan kemudian bereaksi. Ya, apa yang dibutuhkan tim saat ini adalah seseorang yang bisa bertahan. Dalam hal kemampuan bertahan, Wood jelas lebih baik daripada dirinya sendiri. Tapi...      

"Bagaimana dengan... cederamu?"     

"Itu bukan masalah!" jawaban Wood terdengar tegas karena takut orang lain mungkin akan mengetahui kebenaran dari nada suaranya.      

Tidak hanya Gareth Barry. Orang-orang lain juga melihat Wood melakukan pemanasan di pinggir lapangan.      

"Mari kita lihat siapa ini! George Wood!" suara John Motson terdengar gembira saat dia berteriak, "Dia melakukan pemanasan! Apa ini tanda-tanda kalau dia akan muncul di lapangan?"     

"Sebelum pertandingan ini, dokter tim Inggris menyatakan bahwa cedera George Wood masih belum pulih hingga tahap dimana dia bisa muncul dan berkompetisi dalam pertandingan. Jadi kenapa dia melakukan pemanasan di pinggir lapangan?" Komentator Jerman terdengar bingung. Tidak mungkin Tony Twain berencana untuk menurunkannya dan menyesatkan lawan, kan?     

Manajer Jerman, Sammer, juga melihat Wood karena area pemanasan kedua tim berada di dekat bangku cadangan tim Jerman. Alisnya bertaut. Kalau Wood diturunkan, itu adalah sinyal untuk memperkuat pertahanan. Kemampuan Wood dalam mencegat bola di lini tengah adalah yang nomor satu di dunia. Kalau dia diturunkan, maka serangan Jerman akan berada dalam masalah.      

Saat dia memikirkan tentang ini, dia pergi ke pinggir lapangan dan memberikan isyarat pada para pemainnya untuk meningkatkan serangan. Mereka harus menyamakan kedudukan lebih dulu sebelum Inggris membuat penyesuaian!     

Para fans Inggris di tribun segera melihat George Wood melakukan pemanasan dan mereka berseru senang. Meski tim Jerman saat ini masih menguasai permainan, para fans Inggris di tribun tiba-tiba saja bersorak keras, "Saint George! Saint George! Saint George akan kembali!"     

Memang, saat tim Inggris dibombardir tim Jerman, semua orang berpikir hanya masalah waktu sebelum gawang Joe Hart dibobol. Di waktu yang sama, mereka berharap ada orang yang bisa menstabilkan tim mereka dan meredam serangan para pemain Jerman. Di mata para fans, George Wood, yang terkenal karena kemampuannya dalam bertahan, adalah kandidat terbaik. Sayangnya, dia sedang cedera dan hanya bisa menonton pertandingan di bangku pemain cadangan.      

Tapi sekarang semuanya berbeda. Saint George akan kembali! Masih ada harapan!     

Siaran langsung televisi memberikan waktu lima belas detik untuk menyorot Wood dan para fans yang menonton televisi di Inggris bersorak.      

Dan Sophia, yang duduk di rumah menonton pertandingan, dipenuhi rasa bangga.      

※※※     

Gerrard tahu apa artinya saat dia melihat Wood melakukan pemanasan di pinggir lapangan. Tiba-tiba saja dia membenci usianya saat ini. Pada usia tiga puluh enam tahun, dia bukan lagi bocah berusia dua puluh enam tahun yang bisa berlari tanpa henti. Saat ini, benaknya masih penuh tekad tapi tubuhnya tidak cukup kuat untuk mendukungnya. Para pemain Jerman tahu kekuatan fisiknya sudah menurun dan mereka berulangkali menggunakan posisinya sebagai titik serangan mereka. Dua tembakan yang mengancam ke gawang Inggris dilakukan setelah menerobos masuk dari posisinya.      

Dia tahu kaki George masih belum pulih. Dia takkan mengambil resiko bermain kalau bukan karena tim yang perlu memperkuat pertahanannya.     

"Sialan... Kalau saja aku empat tahun lebih muda, aku takkan selemah sekarang," pikir Gerrard.      

Podolski, striker Jerman, bergerak keluar dari kotak penalti untuk mencoba melakukan tembakan jarak jauh. Kali ini, Gerrard melintas di hadapannya dan tendangan yang kuat menghantam bagian depan dadanya!     

Dengan suara bang keras, Gerrard terjatuh ke belakang dan tidak segera bangkit. Dadanya sakit, dan dia sudah lelah. Dia ingin berbaring di tanah seperti ini untuk mengulur sedikit waktu bagi tim. Ini adalah hal terakhir yang bisa dilakukannya untuk tim.      

Setelah melihat Gerrard jatuh ke tanah, Joe Mattock mengurungkan niatnya meluncurkan serangan balik dan menendang bola keluar ke arah tribun. Lalu dia memberikan isyarat pada wasit agar dokter tim bisa masuk ke lapangan dan memeriksanya.      

"Ini adalah taktik untuk mengulur waktu pertandingan!" komentator Jerman berteriak kesal. Para fans Jerman di tribun juga mencemooh sebagai bentuk protes. Para fans Inggris bernyanyi dan bertepuk tangan untuk Gerrard.      

Ketika Wright berlari masuk ke lapangan ditemani tandu, George Wood sudah kembali ke sisi Twain dan sedang melepaskan rompinya.      

Twain tidak bertanya pada Wood bagaimana kondisi jempol kaki kanannya saat ini. Sekarang setelah dia sudah memutuskan untuk menurunkan Wood, semua pertanyaan itu tidak ada artinya.      

"Tinggal delapan menit lagi. Termasuk perpanjangan waktu, masih ada sekitar sepuluh menit sebelum pertandingan berakhir. George, tugasmu sederhana: masuk dan bertahan. Potong hubungan antara gelandang dan striker Jerman. Jangan biarkan mereka melakukan tembakan jarak jauh dari tepi kotak penalti. Kualitas tembakan jarak jauh pemain Jerman ini sangatlah bagus dan tidak boleh diremehkan."     

Wood mengangguk dan melemparkan rompi ke rekan setimnya. Pipinya sedikit memerah karena senang dia bisa bermain lagi setelah beristirahat selama dua pertandingan.      

"Ok, aku tidak akan banyak bicara. Kau tahu apa yang harus kaulakukan. Pergilah, George. Panggung itu milikmu..." Twain menunjuk ke arah lapangan hijau dan mendorongnya kesana.      

Saat Wood berdiri disamping ofisial keempat, menunggu waktu yang tepat untuk masuk, siaran langsung televisi menampilkan gambar punggungnya yang lebar dan kekar dari jarak dekat, dengan angka 13 yang mencolok dan tulisan "WOOD" tercetak dalam huruf emas.      

"Sangatlah menenangkan melihat nama itu! Ya, George Wood kembali lagi setelah absen selama enam puluh lima hari karena cedera! Kembali ke panggung dimana dia akan bertanding! Pada saat Inggris sedang sangat membutuhkannya, penjaganya, Saint George, turun dari langit dan kembali dengan gemilang!" John Motson, dengan penuh semangat, mengucapkan semua kata-kata indah yang terpikir olehnya tentang pria yang sedang berdiri di pinggir lapangan.      

Dengan bantuan Wright, dokter tim, Gerrard berjalan pelan keluar lapangan. Dia tidak lupa memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha mengulur lebih banyak waktu. Saat dia tiba di pinggir lapangan, dia baru akan mengulurkan tangan pada Wood dan menjabat tangannya. Tapi dia sama sekali tidak mengira kalau Wood akan memukul telapak tangannya dan melakukan tos dengan kuat.      

Kedua pria itu tidak saling mengatakan apa-apa. Gerrard melangkah keluar lapangan dengan kepala tertunduk dan Wood berlari memasuki lapangan dengan kepala terangkat tinggi.      

Ketika Wood memasuki lapangan, tribun penonton dipenuhi suara sorakan para fans Inggris, "Saint George, berkatilah Inggris! Saint George, berkatilah Inggris! Saint George, berkatilah Inggris!" suara-suara itu terdengar semakin keras, berdering ke arah langit. Suara-suara itu benar-benar menenggelamkan suara fans Jerman yang mencemooh upaya Gerrard untuk mengulur-ulur waktu pertandingan.      

"Ini adalah pemandangan langka. Hanya satu pergantian pemain bisa menghasilkan efek yang sensastional..." komentator televisi Spanyol mau tidak mau mengagumi status George Wood di mata para fans Inggris.      

Wood berlari memasuki lapangan. Moke, pemain terdekat dengannya, mengulurkan tangan ke arahnya. Wood melakukan aksi yang sama seperti yang tadi dilakukannya pada Gerrard dan adu tos dengannya. Lalu dia beradu tos dengan Michael Johnson, Wayne Rooney dan Aaron Mitchell sampai dia mencapai posisinya.      

"Tony Twain telah meningkatkan standar Saint George sebagai pemimpin. Dia memberitahu orang-orang Jerman itu bahwa pasukannya akan bertarung sampai mati dan takkan pernah menyerah!" Motson mengayunkan kepalan tangannya dengan kuat.      

※※※     

Toni Kroos menemukan bahwa pemain nomer 13 itu berdiri di depannya dan membuatnya merasakan tekanan yang tak bisa dijelaskan. Sulit untuk bisa menerobosnya.      

Schweinsteiger menepuk bahunya dan berkata, "Dia cedera. Tetap gunakan dia sebagai titik serangan! Berikan bolanya padaku nanti."     

"Aku sudah mengamati pose larinya di lapangan dan kaki kanannya masih terlihat tidak nyaman. Ini menunjukkan bahwa cedera George Wood masih belum pulih. Mungkin Twain memasukkan Wood hanya untuk meningkatkan semangat timnya. Bagaimanapun juga, tim Inggris bermain dibawah tekanan kita dan tidak bisa melewati lini tengah. Peranan Wood sebenarnya tidak memberikan dampak apapun. Kita masih bisa memanfaatkannya!" kata komentator Jerman dengan penuh percaya diri.      

Tapi George Wood segera membuat semua orang yang meragukan kemampuannya menyesali anggapan mereka.      

Ketika Schweinsteiger bersiap untuk menggiring bola melewati Wood, bola di kakinya dicuri Wood. Schweinsteiger terjatuh ke tanah karena tersandung dan dia memanfaatkan insiden ini untuk meminta tendangan bebas. Tapi wasit mengabaikannya. Wasit memberi isyarat padanya agar cepat bangun dan tidak mengulur-ulur waktu pertandingan.      

Tribun kembali dihiasi teriakan para fans Inggris, "Saint George, berkatilah Inggris! Saint George, berkatilah Inggris!"     

"YA!" Di area teknis tim Inggris, para pelatih mengayunkan kepalan tangan mereka dengan penuh semangat. Tadinya, semua orang khawatir Wood hanya mencoba bersikap berani. Sekarang, kelihatannya kondisinya cukup bagus meski tidak bertanding selama enam puluh lima hari. Tidak ada tanda-tanda penampilannya dibawah standar karena kurang latihan.      

Lalu, giliran Toni Kroos. Dia sedikit ragu saat menggiring bola di lini tengah dan tekel George Wood membuatnya jatuh bersama bola. Meski ini memberikan tendangan bebas bagi tim Jerman, itu tidak bisa mengancam gawang karena jaraknya yang cukup jauh, yakni tiga puluh lima meter jauhnya dari gawang...      

"Bagus sekali, George!" Big John memimpin rekan-rekannya di tribun dan berteriak, "Beri orang-orang Jerman itu pelajaran!"     

"Ini benar-benar pertahanan yang agresif! Inilah kemampuan gelandang bertahan nomer satu dunia, George Wood!" seru komentator dari negara-negara netral. Wajah komentator Jerman tampak muram.      

Rolfes berusaha melakukan tembakan jarak jauh. Dia ingin sedikit memutar pahanya untuk melambungkan bolanya, tapi dia membutuhkan waktu persiapan yang sedikit lebih lama. Hal ini memungkinkan George Wood, yang waspada, bisa merebut bola dengan tekel yang bersih. Rolfes menendang udara kosong dan langsung terjatuh.      

"Itu bukan pelanggaran! Bukan pelanggaran!" Motson membela Wood. Di waktu yang bersamaan, isyarat tangan wasit membuat para fans Inggris merasa lega – itu memang bukan pelanggaran. Itu adalah aksi mencuri bola yang benar-benar sempurna.      

Rolfes terbaring di tanah dan menatap Wood dengan kesal. Tapi, dia justru bergidik – George Wood menatap dingin ke arahnya. Ekspresi Wood terlihat seolah dia sedang memandang sepotong daging, benar-benar tanpa emosi.      

Sebenarnya, itu adalah ekspresi wajah yang biasa ditunjukkan Wood dalam pertandingan. Setiap kali dia membuat seseorang terjatuh, dia akan menatap dingin pada lawan seolah dia adalah singa yang menatap mangsanya, dan membuat orang-orang merasa sangat tidak nyaman. Dia tidak akan mengambil inisiatif untuk mengulurkan tangan dan membantu lawannya bangkit berdiri. Dia takkan sengaja melakukan itu hanya untuk dinilai positif oleh wasit.      

Tiga kali dia bertahan dan tiga kali pula dia membuat tiga pemain yang berbeda terjatuh, sehingga membuat tim lawan tampak buruk. Inilah George Wood. Meski dia cedera, dia masih tidak bisa dianggap enteng!     

※※※      

Untuk yang keempat kalinya, Wood memblokir tembakan jarak jauh Podolski yang kuat.      

Para fans di tribun tidak berhenti meneriakkan "Saint George" dan nada suara Motson terdengar penuh semangat. Staf pelatih tim Inggris di pinggir lapangan bersorak setiap kali mereka melihat aksi defensif Wood yang sukses. Pertahanan Inggris semakin stabil setelah Wood memasuki lapangan.      

Tapi mereka tidak tahu bahwa jempol kaki kanan Wood terasa sangat sakit setiap kali dia menggunakan kekuatannya. Bagaimanapun juga, dia masih belum sepenuhnya pulih di area itu. Bagaimana mungkin gerakan yang intens semacam ini tidak mempengaruhi cederanya? Tapi orang luar takkan bisa melihat ekspresi tak biasa di wajahnya. Dia bersikap seolah dia tidak cedera.      

Dia baru berada di lapangan selama lima menit, dan bagian depan dan belakang jersey-nya sudah basah oleh keringat. Dia tidak lelah tapi kesakitan.      

Twain bisa melihat jersey Wood yang basah karena keringat di bagian depan, dan dia bisa menduga alasannya. Alisnya bertaut semakin dalam.      

Menurut perhitungannya, dengan tersisa tiga menit menjelang menit ke sembilan puluh, mungkin akan ada sekitar empat sampai lima menit perpanjangan waktu yang diberikan. Semoga saja, dalam delapan menit, tidak ada masalah dengan kaki kanan Wood lagi.      

Dia tidak pernah merasakan delapan menit berlalu selambat hari ini...      

※※※     

George Wood hampir bisa dikatakan sendirian saja dalam menyatukan pertahanan lini tengah tim Inggris. Bagaimanapun, Michael Johnson sudah berlari di lapangan selama lebih dari delapan puluh menit. Staminanya tidak sekuat sebelumnya dan dia tidak punya energi lagi untuk bisa membantunya bertahan meski dia ingin melakukannya. Tidak satupun dari Downing ataupun Moke yang bagus dalam bertahan. Dengan adanya empat pria di lini tengah, hanya George Wood, yang baru saja dimasukkan, yang bisa bertahan.      

Mitchell sudah dipindahkan oleh Twain ke kotak penalti untuk bermain sebagai bek tengah yang bertahan terhadap bola-bola atas. Rooney dibiarkan sendirian di lini depan dan bersiap menggunakan kecepatannya untuk melakukan serangan balik. Tapi dari sejak menit ke-75, dia tidak banyak berguna. Rooney juga kembali ke lini tengah dan terlibat aktif dalam pertahanan tim.      

Rekan setim mereka tahu bahwa cedera kapten mereka masih belum pulih, jadi mereka tidak membiarkannya menanggung beban berat untuk bertahan sendirian. Mereka harus ikut membantu tak peduli seberapa lelahnya mereka.      

Selama tiga menit berikutnya, George Wood tidak terlalu sering muncul di layar televisi. Pemain seperti Moke berusaha yang terbaik untuk bertahan. Mereka berbagi sebagian besar tekanan dengan Wood. Tapi para pemain Jerman juga tahu bahwa Wood sedang kesakitan setelah melihat jerseynya yang basah karena keringat, jadi mereka memutuskan untuk membombardir posisi Wood. Mereka ingin membuat Wood lelah dan membuat celah dari posisinya.      

Ofisial keempat baru saja menunjukkan papan tanda lima menit dari pinggir lapangan. George Wood bertanding dengan sengit melawan Rolfes di tepi kotak penalti.      

Peluangnya lima puluh-lima puluh, dan orang Jerman itu pantang menyerah. Karenanya, George Wood juga tidak bisa melangkah pergi begitu saja dan memberinya jalan. Kedua pria itu mengerahkan seluruh kekuatan mereka dan bergegas menuju bola. Lalu mereka berbenturan dengan spektakuler dan bola berhasil ditendang lebih dulu oleh Wood, sementara Rolfes tidak berhasil menendang bola. Dia menendang kaki kanan Wood...      

Rasa sakit yang tajam dari jempol kakinya menjalar dengan cepat. Wood hampir berteriak kesakitan. Tapi setelah suara itu mencapai tenggorokannya, dia langsung menutup mulutnya. Meski suaranya terputus, ekspresi kesakitan di wajahnya tak lagi bisa disembunyikan.      

Disaat inilah kamera memberinya tampilan jarak dekat. Ekspresi kesakitan yang ditunjukkan Wood diperbesar sepuluh kali lipat dan muncul di layar televisi. Para fans Inggris yang sedang bersorak untuknya menutup mulut mereka, sadar bahwa "Saint George" masih cedera.      

Twain juga melihat ekspresi Wood. Jantungnya tiba-tiba saja melompat. Firasat buruk memenuhi benak pikirannya.      

Tapi ekspresi itu hanya bertahan selama dua detik. Di detik berikutnya, Wood memaksa tubuhnya agar tidak terjatuh. Dengan satu tangan di tanah, dia melompat bangkit dan mengejar bola. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia baru saja ditendang oleh seseorang di area cederanya.      

Dia mendapatkan bola sebelum Schweinsteiger dan menyodok bola keluar. Lalu dia berhenti dan berlari mendadak untuk menghindari Schweinsteiger yang meluncur ke arahnya dengan ganas.      

"Sebuah terobosan yang indah!"     

Para fans Inggris, yang masih mencemaskan jempol kanan Wood, memberikan sorakan keras yang memekakkan telinga.      

George Wood hari ini bukanlah bocah konyol yang hanya tahu bagaimana caranya menendang bola panjang setelah dia mendapatkan bola. Setelah dia menghindari Schweinsteiger, dia mengangkat kepalanya untuk memandang ke depan. Dia ingin meluncurkan serangan tapi terkejut saat melihat banyak pemain Jerman dengan jersey putih di depannya. Rooney membantu pertahanan di sayap. Dia menduga Wood takkan mencoba untuk menguasai bolanya sendirian dan akan menendangnya dari jarak jauh. Jadi, dia tidak berlari ke depan untuk menerimanya.      

Wood tidak bisa membiarkan bola berada di kakinya terlalu lama, jadi dia memandang ke arah kiper Jerman, Adler, yang sudah mencapai lengkung kotak penalti dan langsung menendang bolanya ke gawang tim Jerman!     

Suara sorakan fans Inggris terdengar semakin keras. Ditengah suara itu, Adler terburu-buru bergerak mundur. Untungnya, bola itu memantul keluar setelah membentur mistar. Kalau tidak, dia pasti akan kehilangan muka...      

"George Wood telah membuktikan kelayakanya sebagai pemain inti tim Inggris, secara defensif dan ofensif. Lihat saja, seolah-olah tak ada masalah apapun selama dia ada disana. Benar-benar pemain yang membesarkan hati!" Motson sekali lagi memberinya pujian.      

Bahkan fans Spanyol yang netral juga memberikan tepuk tangan yang hangat untuk George Wood yang tetap bermain meski masih cedera. Mungkin orang-orang yang merasa tidak puas dengan penampilan Wood hanyalah orang-orang Jerman...      

※※※     

Twain melihat George Wood yang tampak dewasa dari luar lapangan dan merasakan dorongan yang kuat untuk menangis. Ini benar-benar berbeda dari anak muda sepuluh tahun yang lalu! Tapi dia tidak lupa untuk melindungi Wood saat dia meneriakkan nama Rooney dari pinggir lapangan, memberitahunya agar tidak terus bertahan di sayap dan membantu Wood bertahan di tengah untuk berbagi beban.      

Tinggal empat menit lagi, mereka akan menang setelah mereka melalui ini! Pada titik ini, dia tidak merasa gembira tentang kemenangan. Dia hanya berharap semoga tidak ada hal buruk yang terjadi pada jempol kanan Wood.      

Kalau George Wood cedera di pertandingan ini... Dia takkan bisa memaafkan dirinya sendiri.      

"Kau tidak boleh cedera lagi, George..." Twain berdoa untuk Wood dalam hati.      

Sementara itu, Sophia juga berdoa untuk putranya.      

Dengan adanya Wood, serangan tim Jerman jadi sulit memasuki kotak penalti Inggris. Mereka hanya bisa memilih untuk melakukan lebih banyak tembakan jarak jauh. Fans Inggris seharusnya bisa merayakan kemenangan lebih awal kalau bukan karena tembakan jarak jauh tim Jerman yang berkualitas tinggi.      

Meski dibantu Rooney dan rekan setim lainnya, George Wood tetap menjadi titik fokus utama lensa kamera. Dia begitu mencolok karena dia terus berlari. Sosoknya bisa ditemukan di tempat-tempat yang berbahaya. Kamera tidak bisa luput dari menangkap gambarnya kalaupun mereka mau.      

"Meski belum sepenuhnya pulih dari cedera, penampilannya masih berkelas-dunia!" seru Motson lagi, "Dalam menghadapi George Wood yang ulet, tidak ada yang bisa dilakukan tim Jerman! Selain melakukan tembakan jarak jauh, mereka bahkan tidak punya peluang untuk mendapatkan bola di sayap!"     

Memang, Marko Marin baru saja berusaha menggunakan gerak-kakinya yang lincah di sayap untuk menipu Wood dan mengumpan bola ke tengah. Tapi bolanya berhasil disodok keluar lapangan oleh Wood yang berlari menyusulnya. Meski ini memberikan tendangan sudut bagi tim lawan, serangan tim Jerman kembali mengalami kegagalan.      

Setelahnya, selama tendangan sudut, Wood kembali mengunci posisinya dan melompat lebih dulu untuk menyundul bola keluar.      

"Kalau aku harus menilai pertandingan ini, aku takkan ragu untuk menjadikan George Wood, pemain Inggris nomor 13, sebagai pemain terbaik di pertandingan ini!" kata komentator televisi Spanyol.      

"Dia adalah bintang paling terang dalam sepuluh menit terakhir pertandingan. Dia layak menjadi standar Inggris! Aku lega dia duduk di bangku cadangan selama pertandingan melawan kami..." kata komentator Portugal, meski timnya kalah 2:4 dari Inggris. Saat melihat George Wood yang ulet, dia tidak bisa menahan diri untuk mengekspresikan kekaguman di dalam hatinya.      

"Ini adalah George Wood yang bermain bola dengan cedera. Kalau dia adalah George Wood yang sehat... betapa menakutkannya dirinya?" Komentator Italia mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi kalau timnasnya bertemu Inggris.      

"Dia adalah Mazinger Z-nya Inggris!" ucapan komentator Cina jauh lebih sederhana tapi lebih sensasional...      

※※※     

Saat Wood sedang bekerja keras di lapangan, bangku cadangan tim Inggris sudah berkumpul dan menunggu di pinggir lapangan, bersiap untuk merayakan kemenangan mereka atas Jerman dan lolosnya mereka ke putaran berikutnya.      

Sekarang ini kurang dari setengah menit dari akhir perpanjangan waktu. Dan tim Jerman masih belum bisa menemukan solusi yang lebih baik. Sammer sudah menggunakan semua kuota substitusinya tapi dia masih belum berhasil menembus pertahanan Inggris yang dipimpin Wood. Sekarang, dia tidak lagi berjalan mondar-mandir dengan gelisah di pinggir lapangan melainkan sudah tenang. Mungkin dia sudah pasrah dengan hasilnya – dia tidak menduga George Wood akan diturunkan di menit-menit terakhir meski masih cedera. Dia juga tidak mengira Tony Twain akan menyetujui permintaan yang konyol itu....      

George Wood tidak membiarkan kewaspadaannya mengendur setelah melihat aksi rekan-rekan setimnya di bangku cadangan. Dia takkan berhenti berlari sampai dia mendengar tiga tiupan panjang peluit wasit. Selain itu, karena dia sudah tidak bermain selama enam puluh lima hari, dia berharap pertandingan bisa bertahan sedikit lebih lama...      

Akhirnya, ketika dia menendang bola Toni Kroos keluar lapangan, dia mendengar suara peluit wasit, tiga tiupan panjang, dan pertandingan sudah berakhir!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.