Mahakarya Sang Pemenang

Aku Ingin Diturunkan



Aku Ingin Diturunkan

0Sammer bisa memilih untuk bermain konservatif saat skornya 1:0. Dia masih bisa memilih bermain konservatif ketika skornya 1:1. Tapi, sekarang setelah timnya tertinggal 2:1 dari Inggris, dia tidak lagi bisa memilih untuk bermain konservatif. Masih belum ada berita tentang hasil pertandingan antara Portugal dan Wales setelah 70 menit. Kalau situasinya terus berjalan seperti ini sampai pertandingan berakhir, maka Jerman yang hanya punya tiga poin, akan tertinggal dari Portugal dan Wales, yang memiliki empat poin dan mereka pasti akan tersingkir....      

Sammer bangkit berdiri dari kursinya dan memutuskan mereka tidak lagi bisa bermain konservatif.      

Schweinsteiger sudah dijaga ketat dengan strategi pertahanan zonasi Inggris. Kalau dia terus menempatkan titik fokus serangan padanya, itu hanya akan membuat serangan Jerman terhenti. Sammer berjalan ke pinggir lapangan, bersiul dan memanggil Kroos. Ketika Kroos memandang ke arahnya, dia membuat isyarat tangan yang artinya Kroos akan bertanggungjawab atas serangan tim. Kroos menganggukkan kepala untuk menunjukkan bahwa dia paham.      

Jerman juga sudah mempersiapkan banyak taktik yang berbeda. Biasanya, Schweinsteiger adalah inti serangan tim, tapi ini membuat lawan mereka mudah menganalisa taktik Jerman. Kalau taktik ini terlihat lawan, maka Kroos harus melangkah maju dan bertanggungjawab dalam menyusun serangan tim.      

Tim Jerman masih menyesuaikan diri ketika Inggris meluncurkan sebuah serangan ganas. Tim Tony Twain terus menekan maju untuk mencetak gol lain. Unggul satu gol saja tidaklah aman.      

Semangat Inggris sedang tinggi karena mereka baru saja unggul. Jerman juga ingin menyerang, dan ini adalah sebuah kesempatan yang bagus untuk mencetak gol.      

"Inggris menyerang... tembakan panjang Gerrard membentur Rolfes... Untung saja, Adler cepat tanggap dan berhasil menangkap bola itu!"     

"Tendangan sudut dilakukan... Walcott berada dalam posisi yang bagus dan menyundulnya! Terlalu lebar!"     

Ketika Gerrard kembali mendapatkan bola, dia berpura-pura akan menembak tapi justru mendorong bolanya ke samping dan berlari melewati Rolfes yang bergerak maju untuk memblokir tembakannya. Lalu, dia mengoper bolanya ke Moke, yang tampil dengan sangat bagus, di sayap.      

Jansen tidak menahan diri lagi kali ini. Dia tidak memberikan peluang bagi Moke untuk berlari, dan langsung menjatuhkan Moke dengan ganas.      

Wasit meniup peluitnya dan Inggris mendapatkan peluang tendangan bebas diluar kotak penalti. Ini adalah wilayah yang berbahaya untuk mendapatkan tendangan bebas, tapi orang-orang Jerman itu tidak khawatir karena mereka unggul dalam menghadapi bola-bola atas.      

Tapi, Gerrard tidak mengumpan bola atas, dan memilih untuk memainkan bola bawah! Bola itu melewati dinding manusia dan bergulir cepat di lapangan. Ini adalah bola yang sangat berbahaya; bola itu hanya perlu menyentuh seseorang dan akan berubah arah menuju ke gawang. Pada akhirnya, tidak ada yang bisa mendapatkan bola itu dan bolanya bergulir keluar lapangan. Jantung para fans Jerman di tribun sudah melompat naik ke mulut mereka, sementara para fans Inggris memegangi kepala mereka karena frustasi.      

Orang yang merasa paling sial masih Tony Twain. Itu tadi adalah peluang bagus untuk memperlebar selisih keunggulan mereka... Peluang itu lewat begitu saja seiring dengan bola yang bergulir diantara kaki-kaki para pemain di depan gawang.      

Setelah durasi serangan yang intens, Inggris masih belum berhasil mencetak gol lain. Twain memutuskan untuk berhenti melakukannya disaat mereka masih unggul karena dia tidak ingin mengambil resiko terlalu besar di pertandingan penting seperti ini. Kalau mereka terus menyerang dan Jerman sudah selesai menyesuaikan taktik mereka, maka merekalah yang akan kalah kalau Jerman meningkatkan momentum serangan mereka. Bek tengah Inggris sudah bergerak terlalu maju sampai kini mereka ada di lingkaran tengah. Ini terlalu berbahaya karena ada ruang kosong yang sangat besar di belakang mereka. Yang perlu dilakukan tim Jerman hanyalah memberikan operan panjang melewati mereka dan sisanya adalah ruang yang luas...      

Podolski dan Gomez sama-sama cepat dan bisa menggiring bola dengan baik. Mereka pasti akan memanfaatkannya kalau ada ruang kosong yang terlalu banyak di belakang.      

Twain memutuskan untuk menginstruksikan timnya agar sedikit mundur dan mengubah taktik mereka dari menyerang ke bertahan dan serangan balik.      

Pada saat itu, Walcott menggiring bola di lapangan dan bersiap untuk melewati pertahanan Lahm. Dia melihat seseorang mendekatinya dari belakang. Schweinsteiger mendekatinya dari belakang sebagai upaya untuk membantu rekan setimnya dalam mengepung Walcott. Walcott tidak takut, dan dia punya rencananya sendiri. Dia akan berlari mendadak saat mereka bergerak untuk mengepungnya dan membuat mereka terkejut.      

Saat dia bersiap untuk berlari mendadak, Schweinsteiger menendang pergelangan kaki Walcott dari belakang....      

Momentum untuk berlari ke depan dipaksa untuk tetap diam ditempat dan Walcott hanya bisa merasakan sakit yang menjalar dari bagian belakang pergelangan kakinya sebelum dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah. Lahm terkejut, dan dia mengangkat tangannya untuk mengisyaratkan bahwa dia tidak melakukan apa-apa dan dia tidak ada hubungannya dengan Walcott yang terjatuh – Lahm sudah mendapatkan kartu kuning sebelum ini dan dia merasa sangat takut kalau dia akan mendapatkan kartu kuning yang lain.      

Schweinsteiger juga menggoyangkan jarinya untuk mengisyaratkan bahwa dia tidak melakukan pelanggaran.      

Wasit mengabaikannya dan bergerak maju untuk memberikan kartu kuning bagi Schweinsteiger. Lalu, dia melihat Walcott, yang masih mengerang kesakitan di lapangan, dan dia membuat isyarat ke pinggir lapangan untuk memanggil tandu.     

"Sialan!" Twain memaki dari pinggir lapangan dan menyuruh tim medisnya untuk segera mengecek situasinya.      

Dia sudah siap membuat penyesuaian defensif beberapa menit yang lalu, tapi sekarang pemain penyerangnya justru cedera.      

"Walcott cedera, kelihatannya dia takkan bisa terus bermain!" Di layar, Walcott ditandu keluar lapangan dan dia menutupi wajahnya dengan tangan, tampak kesakitan. Dokter tim di dekat tandu memberi isyarat pada Twain untuk melakukan pergantian pemain.     

"Sial, suruh Downing melakukan pemanasan," Twain memberitahu Walker.      

Bangku pemain cadangan Inggris jadi kacau karena cedera Walcott. Downing buru-buru memakai rompi latihan dan segera melakukan pemanasan. Semenit kemudian, dia harus kembali dan mendengarkan pengaturan taktis Twain. Pikirannya kacau dan dia tidak mendengar apapun yang dikatakan Boss.      

"Pergilah!" Twain menepuk bahunya dan mendorongnya ke pinggir lapangan. Baru pada saat itulah Downing sadar bahwa dia akan memasuki lapangan, tapi untuk apa? Dia memikirkannya sejenak dan menduga kalau itu adalah menyerang dari sayap dan ikut berpartisipasi dalam bertahan.      

Dokter tim, Derek Wright, berjalan menghampiri setelah dia selesai memeriksa cedera Walcott. Di hadapan wajah Twain yang bertanya-tanya, dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Pertandingan ini, pertandingan berikutnya dan pertandingan setelahnya – dia mungkin tidak bisa berpartisipasi dalam semua pertandingan itu, Tony."     

Twain menunduk dan menggumamkan makian dengan suara pelan.      

Walcott cedera dan sama halnya dengan Bentley. Satu-satunya orang yang bisa digunakan di posisi sayap kanan saat ini adalah Adriano Moke. Ada banyak pertandingan setelah ini dan stamina bukanlah salah satu kelebihan Moke. Ini benar-benar berita buruk...      

※※※     

Cedera Walcott mempengaruhi semangat para pemain Inggris. Secara kebetulan, Twain ingin agar timnya lebih memperhatikan pertahanan, dan mereka segera mundur dan mulai bermain bertahan.      

Orang-orang Jerman mengikuti arus dan mulai meluncurkan gelombang serangan ke gawang Inggris.      

Twain berdiri di pinggir lapangan, menonton pertandingan dengan ekspresi serius. Dia sedang memperhatikan penampilan kedua kubu agar dia bisa membuat penyesuaian dengan cepat.      

Seperti yang diduganya, tim Jerman mendominasi, tapi lini pertahanan Inggris masih kuat. Meski Toni Kroos mengambil alih tanggungjawab dalam menyusun serangan, gelandang Inggris tidak boleh disepelekan. Michael Johnson mengikuti Kroos kemanapun dia berada seperti bayangan, menggunakan kemampuan berlarinya yang luar biasa dan memastikan Kroos tidak bisa menyusun serangan apapun dengan mudah.      

Kedua kubu masih menghadapi jalan buntu selama beberapa waktu.      

※※※     

Sammer mulai membuat sejumlah perubahan. Dia mengeluarkan Khedira, yang tidak menunjukkan penampilan luar biasa, dan memasukkan gelandang berusia 26 tahun Marko Marin, dari Bochum. Dia adalah pemain sayap dengan kemampuan menggiring bola yang mengesankan, dan meski dia dominan dalam menggunakan kaki kanannya, dia cukup bagus dalam bermain di sayap kiri.      

Sammer memasukkannya untuk memperkuat serangan mereka di sayap dan di waktu yang bersamaan, untuk meningkatkan ketajaman serangan dan menciptakan kekacauan di lini belakang Inggris. Sama seperti alasan Twain memasukkan Moke untuk mencetak gol, Sammer juga mengharapkan hal yang sama dengan memasukkan Marin.      

Lalu, dia memindahkan posisi gelandang bertahan, Rolfes, agak ke depan sehingga menjadi gelandang serang. Posisinya akan lebih dekat dengan kotak penalti Inggris, dan itu akan membuatnya bisa memanfaatkan kelebihannya dalam mengoper. Dengan begini, semua lini tim Jerman akan lebih rapat dan pergerakan mereka akan lebih mulus, mengurangi peluang operan mereka bisa dicegat oleh lini tengah Inggris.      

Serangan Jerman membaik setelah perubahan ini. Marin adalah sebuah perubahan yang tidak diduga oleh Twain. Ini karena Marin mungkin merupakan pemain lini tengah terlemah di tim Jerman. Dia lemah dan pemain solo yang tidak punya kelebihan lain kecuali menggiring bola. Tapi, seorang pemain seperti itu adalah pemain terbaik di tim Jerman saat ini, dan giringan bolanya memberikan banyak masalah bagi para pemain Inggris.      

Di waktu yang sama, Sammer meminta gelandang Jerman untuk menggunakan tembakan panjang dan berusaha menembus pertahanan Inggris.      

Selama sesaat, pertandingan semakin memanas di depan gawang Inggris dan suasananya tiba-tiba saja jadi semakin menegangkan.      

"Marko Marin mendapatkan bola... Dia berhasil menembus pertahanan Moke dengan skill individualnya. Adriano Moke bukanlah pemain bertahan... Dia memberikan umpan!"     

Mario Gomez muncul dari belakang dan melompat tinggi untuk menyundul bola!     

Joe Hart berusaha keras untuk mengarahkan bola yang disundulnya agar keluar dari mistar gawang. Untungnya, sundulan Gomez itu mengarah langsung ke arahnya, kalau bolanya melengkung, itu bisa menjadi gol.      

Jerman mendapatkan tendangan sudut, dan para pemain Inggris jadi agak gugup melihat semua pemain raksasa yang tingginya diatas 1.85 meter.      

Meski tadi dia membuat kesalahan yang membuat lawan bisa mencetak gol, Joe Hart tidak punya pilihan kecuali bergerak maju untuk mendapatkan bola di situasi ini. Dia berhasil melakukannya dengan baik setelah menangkap bolanya di udara.      

Tapi serangan Jerman yang kontinyu ini membunyikan alarm peringatan di gawang Inggris. Siapa tahu, mungkin setelah Jerman menyerang sekali lagi, bunyi alarm peringatan itu akan berubah menjadi bunyi lonceng kematian...      

Tim Jerman meluncurkan serangan gila-gilaan ke gawang Inggris, dan Inggris tidak bisa melangkah keluar dari wilayah mereka. Kekuatan dan kebugaran orang-orang Jerman memberi mereka keunggulan dan mereka benar-benar mengendalikan situasi di lapangan. Para pemain Inggris berada dalam situasi yang kurang menguntungkan terkait kekuatan fisik mereka.      

Ketika pertandingan mencapai menit ke-75, situasinya tampak sangat buruk bagi Inggris, dan sepertinya mereka akan kebobolan gol lagi.      

※※※     

Twain berjalan mondar mandir dengan gugup di pinggir lapangan. Dia merasa sangat gugup dan dia khawatir orang-orang Jerman itu mungkin akan menyamakan kedudukan di menit-menit terakhir. Kalau itu terjadi, maka semuanya sia-sia saja.      

Saat dia melewati bangku pemain cadangan, George Wood bangkit dari kursinya.      

"Kau perlu memperkuat pertahanan," dia memberitahu Twain, "Turunkan aku."     

Twain mengabaikannya dan berbalik. Wood mengikutinya dan mengulangi kata-katanya, "Turunkan aku."     

"Itu mustahil, George," Twain menjawabnya tanpa berbalik, "Meski kita bermain imbang, kita akan berhasil lolos."     

"Tapi kau ingin menang. Kau tahu apa artinya bermain melawan orang Jerman."     

Twain berhenti berjalan dan berbalik untuk menatap Wood, "Meski aku ingin menang, aku tidak akan bermain-main dengan karir profesionalmu."     

"Kau tidak bermain-main. Kakiku sudah sembuh."     

Twain tersenyum dan bisa melihat kebohongan Wood, "Tn. Wright memberitahuku bahwa jempol kaki kananmu masih terasa sakit saat bersentuhan dengan bola."     

"Itu bukan apa-apa!" Wood meninggikan suaranya. Kalau Sophia ada didekatnya sekarang, ibunya itu pasti akan menegurnya karena sikapnya saat berbicara dengan Tn. Twain. Tapi, saat ini, Wood tidak peduli dengan hubungan antara dirinya dan Twain. Dia ingin pergi ke lapangan dan bermain bola, begitu inginnya sampai-sampai rasanya dia bisa gila, "Tim sedang dalam kesulitan. Aku adalah kapten. Aku tidak bisa hanya duduk diam disini dan menonton semua itu!"     

Twain terkejut mendengar ucapannya.      

"Stamina Gerrard semakin menurun dan orang-orang Jerman itu menerobos masuk dari posisinya!" Wood menunjuk ke lapangan dan memberitahu Twain, "Kalau kau tidak segera membuat perubahan, maka..."     

Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, dia disela oleh suara sorakan para fans Jerman dari tribun.      

Gerrard terpeleset saat menghadapi Rolfes dan kehilangan pria yang dijaganya. Rolfes menggunakan kesempatan ini untuk melewatinya dan menimbulkan kekacauan di lini belakang Inggris. Kalau bukan karena Terry yang memblokir tendangan panjang Rolfes dengan tubuhnya, tidak ada yang tahu apa yang bisa terjadi.      

Wood berhenti bicara dan memandang Twain dalam diam.      

Ini adalah situasi langka dimana Wood merasa gelisah tentang sesuatu. Di benak Twain, Wood itu seperti sepotong kayu – yang selamanya akan selalu membosankan. Twain sama sekali tidak menduga Wood akan sangat gelisah saat mengatakan padanya bahwa dia ingin bermain. Dulu, dia akan mendengarkan apapun yang dikatakan Twain. Dia adalah orang yang paling patuh dan akan melaksanakan taktik dengan tepat, tipe pemain yang hanya bisa diimpikan oleh seorang manajer. Sekarang, dia begitu vokal dalam menyuarakan ketidaksetujuan atas pengaturan yang dibuatnya, tidak setuju karena dilarang bermain di babak penyisihan grup.      

Pertandingan yang intens masih berlangsung di lapangan dan Inggris terdorong mundur 30 meter ke arah gawang mereka. Untuk menghentikan tembakan-tembakan panjang tim Jerman, mereka tidak punya pilihan kecuali memblokir tembakan dengan tubuh mereka. Tapi, terkena bola sepanjang waktu bukanlah hal yang menyenangkan.      

Suara sorakan dari para fans Jerman semakin keras saat mereka melihat adanya harapan untuk menyamakan kedudukan.      

Para fans Inggris merasa tidak senang karena Jerman mendominasi permainan, dan mereka mulai bernyanyi untuk menyemangati tim Inggris.      

Tony Twain dan George Wood sedang bersitegang di pinggir lapangan dan mereka seolah tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di lapangan.      

"Inggris dalam bahaya besar! Dalam 10 menit terakhir pertandingan, orang-orang Jerman meluncurkan serangan yang bertubi-tubi. Mereka mendapatkan dua tendangan sudut dalam tiga menit.. Mitchell pada dasarnya bermain sebagai bek tengah sekarang..." Ada sedikit nada cemas dalam suara Motson. Semua orang tahu tentang ketahanan Jerman. Semakin sulit situasinya, semakin besar kemungkinannya mereka bisa terus bertahan.      

Di tengah suasana yang berisik ini, Twain mulai angkat bicara, "George..."     

Saat itu, terdengar suara teriakan keras dari tribun saat para fans Jerman kembali menyemangati tim mereka. Suara Twain ditenggelamkan oleh suara teriakan mereka.      

Wood hanya bisa melihat mulut Twain membuka dan menutup, tapi dia tidak tahu apa yang dikatakan olehnya.      

"Tembakan jarak jauh Jerman kembali menghantam mistar gawang! Itu nyaris sekali! Masih ada 10 menit tersisa di pertandingan ini, bisakah Inggris mempertahankan keunggulan satu-gol mereka sampai akhir?"     

※※※     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.