Mahakarya Sang Pemenang

Lengah Sesaat



Lengah Sesaat

0Pertandingan yang membosankan ini akhirnya lebih terfokus pada suhu udara, dan para pendukung di tribun terus mengipasi diri mereka sendiri dengan benda apapun yang ada di tangan mereka untuk menghasilkan semacam angin yang bisa menghilangkan teriknya musim panas.      

Komentator telah mengingatkan mereka beberapa kali bahwa suhu udara saat ini mencapai 36 derajat Celsius. Pada suhu setinggi ini, waktu seolah melambat dan hampir memadat...      

Irama pertandingan berjalan lambat dan dibumbui kesalahan yang dilakukan oleh kedua kubu. Momen-momen menarik di dalam pertandingan hanya sedikit dan jarang terjadi. Ini bukanlah pertandingan yang biasa terlihat antara Inggris dan Jerman.      

Dibandingkan momen-momen penuh semangat sebelum pertandingan dimulai, perbedaannya sangat besar. Hanya penggemar paling fanatik yang bisa tetap bersemangat di situasi seperti ini.      

Contohnya adalah Big John dan gengnya. Big John melepaskan kaosnya dan memperlihatkan tubuh gemuknya saat memimpin rekan-rekannya dalam bernyanyi dan bertepuk tangan untuk menyemangati Inggris. Mereka berada tepat dibawah matahari dan keringat di dada mereka berkilauan dibawah sinarnya, mencoreng gambar bendera Inggris yang dicat di dada mereka.      

"Di suhu 36 derajat seperti ini, para pemain dari kedua tim tampak linglung seolah baru saja bangun tidur. Lihat saja, Schweinsteiger tidak berhasil mendapatkan bola... apakah operan itu terlalu cepat? Tidak ada yang salah dengan operan Toni Kroos."     

Schweinsteiger tahu bahwa dia memang salah dan dia membalikkan badan untuk memberikan acungan jempol pada rekan setimnya dari Bayern Munich itu atas operan barusan.      

Sammer mengamati selama beberapa waktu dan memutuskan bahwa serangan balik Inggris tidak memberikan ancaman terhadap lini belakang Jerman. Oleh karena itu, dia menyesuaikan kembali taktiknya dan membuat timnya kembali menekan lawan dengan memanfaatkan lebar lapangan dan menemukan Mario Gomez di dalam kotak penalti. Di waktu yang bersamaan, dia meminta mereka untuk lebih sering melakukan tembakan panjang dalam rangka mengoyak pertahanan Inggris.      

Setelah Jerman mulai mengambil inisiatif, situasi kembali berubah. Setidaknya, ada lebih banyak tembakan dari salah satu tim.      

Orang-orang Jerman kembali membuat kegaduhan, sementara para pendukung Inggris tampak lesu.      

Mereka sudah mulai terbiasa dengan cara Twain dalam melakukan sesuatu, tapi mereka berharap bisa mengalahkan orang-orang Jerman, tidak hanya dalam hasil, tapi juga dalam hal permainan.      

"Kalaupun kita berhasil menang, ini tampak menyedihkan..."     

Ada beberapa fans Inggris yang menggerutu di tribun.      

Tentu saja, para fans bukan satu-satunya yang berpikir seperti itu.      

※※※     

"Kurasa tidak seharusnya kita menunggu mereka menyerang kita sepanjang waktu!" Walcott berteriak sambil bertahan di salah satu sudut.      

"Apa yang ingin kau katakan, Theo?" salah satu rekan setimnya bertanya.      

"Kita seharusnya mengambil inisiatif dan mencoba menyearng!" kata Walcott sambil mengangkat tinjunya.      

"Hentikan omong kosong itu, Theo. Lakukan apa yang harus kau lakukan..." John Terry, kapten, berteriak pada Walcott yang masih belum berada di posisinya di kotak penalti.      

"Ya, bertahan. Bertahan, bertahan... Aku tahu." Walcott menggelengkan kepalanya dan berlari menjauh.      

Walcott telah tampil luar biasa di pertandingan pertama dan membuat dua pesaingnya harus duduk di bangku cadangan, memperkuat posisinya sebagai pemain sayap kanan utama di tim. Tapi, dia tidak berhasil mencetak gol di pertandingan kedua, sama seperti rekan setimnya yang lain. Sekarang, dia berharap dia bisa membuktikan dirinya dalam pertandingan melawan Jerman dan menunjukkan kemampuannya kepada manajer.      

"Awasi pemainmu! Jangan biarkan dia meninggalkanmu!" Terry berteriak setelah melihat Walcott berada di posisinya.      

Walcott tidak peduli dengan itu. Dia tidak memiliki fisik, tinggi badan dan kemampuan melompat yang tepat untuk bertahan. Dia hanya harus berpura-pura bertahan di sudut, jadi dia tidak perlu melakukan apa-apa.      

Benaknya dipenuhi pikiran untuk menyerang dan dia terfokus dalam mencari celah di lini pertahanan tim Jerman.      

Baginya, ini bisa menjadi sebuah peluang yang bagus. Bukankah boss selalu bilang bahwa peluang untuk menyerang tersembunyi di balik setiap pertahanan? Sekarang setelah Jerman mendapatkan tendangan sudut, bek tengah mereka akan bergerak maju untuk ikut menyerang. Pertahanan mereka akan melemah dan itulah saat terbaik baginya untuk memanfaatkan kecepatannya!     

Walcott memandang Mertesacker dan Westermann yang sedang berkutat dengan Terry dan para pemain lainnya di dalam kotak penalti. Keduanya memiliki tinggi badan 1.98 meter dan 1.9 meter, jauh lebih jangkung dibandingkan Terry dan Taylor. Pertahanan Inggris langsung panik hanya karena keduanya berdiri di depan gawang. Tapi, Walcott merasa itu bukan hal yang buruk. Setidaknya, orang-orang Jerman itu takkan mengira tendangan sudut mereka akan menjadi sebuah peluang bagi dirinya.      

Siapa yang tetap tinggal di belakang untuk bertahan di tim Jerman? Jansen, Rolfes dan kiper.      

Rolfes bergerak lambat, tapi Jansen adalah masalah. Bek sayap itu bisa berlari dengan sangat cepat. Kalau dia ingin bisa melewatinya, Walcott mungkin harus menggunakan sayap yang satunya. Jansen adalah bek kiri dan posisinya berhadapan langsung dengannya di sayap kanan. Walcott tidak takut bersaing dengan pemain lain dalam hal kecepatan, tapi di momen krusial seperti ini, akan lebih baik kalau dia bisa meminimalkan masalah yang potensial dan dia juga tidak ingin terlalu memaksakan diri.      

Lalu, Walcott mulai membayangkan kemungkinan hambatan yang akan dihadapinya. Menurutnya, masalah yang paling besar adalah jarak untuk akselerasinya. Ada banyak lawan dan ruang yang sangat sedikit, jadi kecepatannya tidak akan bisa efektif disana. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah mendapatkan bantuan dari rekan setimnya. Tapi, Walcott khawatir kecepatan serangan itu akan menurun kalau dia mengoper ke rekan setimnya dan rencananya akan tersia-sia. Dalam situasi ini, dia hanya bisa mempercayai dirinya sendiri.      

Dia tidak punya pilihan kecuali menggiring bola melewati para bek lawan dengan menggunakan kemampuannya, lalu mempercepat laju larinya saat melewati lini tengah.      

Toni Kroos tidak masuk ke dalam kotak penalti, dan memilih untuk menunggu peluang dari luar kotak penalti. Dia adalah seorang gelandang serang dan tidak tahu bagaimana caranya bertahan. Kroos juga bukan tipe pemain yang akan membahayakan dirinya sendiri untuk menghentikan serangan lawan. Kalau Walcott menerobos masuk melalui wilayahnya, paling-paling dia hanya akan menjulurkan kakinya dalam sebuah upaya lemah untuk menghentikannya. Setelah Walcott sudah memutuskan jalur terobosannya, dia bergerak sedikit ke arah luar dan berharap bola akan mengarah padanya.      

Dia akan mengangkat tangannya untuk meminta bola kalau Joe Hart berhasil menangkap bola tendangan sudut itu. Tidak ada alasan mengapa Joe Hart tidak mengoper bola ke arahnya. Kalau bek membuang bola, maka kiperlah yang akan membuat penilaian tentang kemana bola harus diarahkan...      

Ketika Lahm menempatkan bola di sudut lapangan, ada sekelompok fans Inggris di belakangnya. Para fans itu terus mengacungkan jari tengah mereka dan menghinanya dengan menggunakan kata-kata kotor yang bisa dipahaminya. Tapi, Lahm tidak terpancing dan bersikap seolah-olah semua itu hanya udara kosong. Dia melangkah mundur setelah menempatkan bola dan menunggu wasit meniup peluitnya.      

Dia harus menunggu cukup lama karena ada beberapa perubahan di dalam kotak penalti berkat beberapa pemain dari kedua tim.      

Tinggi badan Mertesacker mencapai 1.98 meter, Westermann mencapai 1.9 meter, Gomez adalah sekitar 1.89 meter dan Khedira juga sekitar 1.89 meter. Ada tekanan yang terasa nyata di depan gawang tim Inggris ketika keempat raksasa itu berdiri di sekitar sana. Terry, Taylor dan Joe Hart merasa sangat gugup. Bahkan Mitchell juga ikut muncul di depan gawang sebagai bek dadakan.      

"Dorong mereka keluar dan beri ruang!" Joe Hart sudah memutuskan untuk bergerak maju untuk menangkap bola atau memukulnya menjauh. Dia merasa tidak aman saat menghadapi tim yang memiliki banyak pemain jangkung. Tinggi badannya sendiri 1.96 meter dan dia yakin dia masih bisa bersaing dengan pemain jangkung tim lawan.      

Wasit memanggil Mitchell dan Mertesacker ke arahnya dan memperingatkan keduanya agar tidak melakukan adu tarik dan dorong yang berlebihan. Keduanya mengeluh bahwa kaos mereka saling ditarik oleh satu sama lain.      

Setelah mengabaikan keluhan mereka, wasit memberi isyarat bagi Lahm yang mengindikasikan bahwa dia bisa mulai menendang.      

Bola Lahm sedikit berputar ke arah luar, yang tampak semakin jelas seiring dengan semakin dekatnya jarak bola ke gawang.      

Joe Hart salah menilai arah bola karena dia baru sadar bahwa bola itu bergerak sedikit terlalu jauh darinya setelah dia bergerak maju. Dia tidak berani menjamin bahwa dia akan bisa menangkap bola dan karenanya hanya bisa berusaha meninju bola itu menjauh dengan satu tangan!     

Hart nyaris tidak berhasil meninju bola dengan adanya Mitchell dan Mertesacker diantara dirinya dan bola. Terkait apakah bola itu bisa terbang cukup jauh atau siapa yang berhasil mendapatkannya... Dia tidak bisa mengkhawatirkannya sekarang. Dia harus mengatur keseimbangannya dulu – untuk bisa menyentuh bola yang bergerak menjauh darinya itu, dia harus melompat secara horisontal dan sekarang pasti akan jatuh terjerembab ke tanah setelah dia kehilangan keseimbangan. Kalau pemain Jerman yang mendapatkan bolanya sekarang...      

Apa yang dikhawatirkannya tidak terjadi karena dugaan Walcott terbayar. Dialah yang mendapatkan bola!     

Sebuah peluang yang bagus!     

Walcott bersorak dalam hati saat dia menerima bola. Yang perlu dilakukannya sekarang hanyalah menggiring bola melewati...      

Setelah Walcott menghentikan bola dan berbalik, orang yang muncul di hadapannya bukanlah Toni Kroos melainkan Rolfes!     

Walcott terkejut – sejak kapan dia ada disini?     

Berhadapan dengan lawan yang tak terduga, Walcott tidak bisa bereaksi tepat waktu dan dia kehilangan bolanya begitu saja...      

Oh tidak...      

Walcott berbalik untuk merebut bola, tapi Rolfes sudah memposisikan dirinya diantara Walcott dan bola.      

Setelah mendapatkan bola, Rolfes tidak menyia-nyiakan waktu. Dia tahu sekarang adalah momen yang krusial karena Joe Hart terjatuh ke tanah di kotak penalti. Kalau mereka mengambil kesempatan ini, mereka mungkin bisa mencetak gol...      

Rolfes mengoper bolanya ke arah Podolski yang tidak bergabung dalam kekacauan di dalam kotak penalti.      

Penyerang Werder Bremen itu memiliki kemampuan menembak yang bagus dan sekarang sudah saatnya baginya untuk menunjukkan kemampuannya itu!     

Podolski menerima bola dari Rolfes dengan kaki kanannya, lalu dia mengangkat kaki kirinya dan melakukan tembakan panjang!     

Meski dia tidak menggunakan lari awalan, kecepatan bola itu sama sekali tidak pelan. Inilah kekuatan dari seorang pesepakbola Jerman.      

Bola itu bersarang ke dalam gawang di tengah sorakan para pendukungnya. John Terry sempat menjulurkan kakinya sebagai upaya untuk memblokir bola, tapi dia luput. Gomez masih ada di depan gawang, dan saat dia melihat bola melesat ke arahnya, dia segera menunduk karena terkejut dan jatuh ke belakang. Tidak mudah baginya untuk melakukan ini dengan cepat karena dia sangat jangkung....      

Tidak ada yang menyentuh bola, termasuk Joe Hart yang masih berusaha bangkit dari tanah, dan bolanya melesat masuk ke dalam gawang.      

"Benar-benar gol yang indah! Sebuah gol kelas dunia dari Podolski!     

Kita berhasil unggul 1:0!"     

"Inggris akhirnya kebobolan gol... Sebuah kesalahan dari Joe Hart! Itu adalah pukulan yang sangat sembrono!"     

Komentator kedua negara memiliki reaksi yang benar-benar berbeda dan sama halnya dengan para pendukung kedua negara yang menonton dari tribun. Para fans Jerman bangkit berdiri dan bersorak dengan lengan terangkat tinggi. Para fans Inggris memegangi kepala mereka; mereka sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.      

Di benak banyak fans Inggris, satu pertanyaan tampak semakin nyata, dan lengkung tanda tanya di bagian belakang kalimat itu mulai berubah bentuk menjadi sebuah tanda seru.      

Tim Jerman masih sangat kuat?     

※※※     

Twain menunduk dan memaki saat dia melihat bola itu melesat masuk ke dalam gawang. Des Walker tampak sedikit gelisah disampingnya dan mengayunkan tangannya dengan marah, menyalahkan Joe Hart karena bergerak maju dengan sembrono.      

Sammer melompat tinggi sampai kedua kakinya terangkat dari tanah saat bola itu melesat masuk ke dalam gawang. Siapapun bisa melihat kegembiraan yang dirasakannya. Bisa unggul di pertandingan sepenting ini artinya mereka sudah lebih dekat untuk lolos ke babak utama.      

Pertahanan yang terlalu ketat tidak akan bisa bertahan melawan bola mati... Sekarang, Twain berada di situasi yang sangat buruk. Kalau dia membiarkan skornya tetap seperti ini, Inggris akan kalah dan mereka akan memberikan peluang lolos babak penyisihan grup ini kepada lawan. Itu sama sekali bukan gaya Twain.      

Dia hanya bisa memilih untuk membiarkan timnya menyerang dan mencetak gol yang menyamakan kedudukan sesegera mungkin. Kalau tidak, situasinya hanya akan semakin buruk bagi Inggris.     

30 menit telah berlalu di babak pertama dan Inggris hanya punya waktu 15 menit lagi. Mereka akan berada dalam kesulitan kalau mereka tidak bisa menyamakan kedudukan di babak pertama...      

※※※      

Joe Hart tampak linglung di depan gawang. Dia tidak menduga bahwa kesalahan yang dibuatnya akan membuat timnya kebobolan satu gol.      

Orang lain yang juga tertegun adalah Walcott. Meski tidak ada yang menyalahkannya, dia tidak bisa melupakan bahwa mereka kebobolan gol karena dia kehilangan bola. Dia terlalu percaya diri dan tidak menduga Rolfes bergerak maju melewati lini tengah saat dia tidak memperhatikan – sepertinya orang Jerman itu memutuskan untuk bertindak berani kali ini dan aksinya itu terbayar.      

Fokus Walcott tampak terganggu setelahnya, dan Twain terus menggelengkan kepalanya dari pinggir lapangan.      

Twain sudah meminta timnya untuk menyerang di waktu yang tepat, tapi itu tidak ada gunanya. Terik matahari dan panasnya udara membuat Inggris tidak bisa tampil sesuai standar mereka biasanya. Sisi sayap Walcott hampir sepenuhnya tidak efektif karena dia tampil buruk. Orang-orang Jerman itu bisa bertahan dengan mudah karena Inggris hanya bisa menyerang dengan menggunakan Chris Cohen dan menyerang dari satu sayap saja terlalu satu-dimensi. Semua bek tengah Jerman sangatlah jangkung dan mereka bisa memanfaatkan bola-bola atas.      

Di akhir babak pertama, Inggris masih belum berhasil menyamakan kedudukan. Situasinya perlahan mulai memburuk bagi mereka.      

Kalau manajer tidak berniat melakukan pergantian pemain selama jeda turun minum, para pemain cadangan biasanya akan memanfaatkan jeda istirahat ini untuk melakukan pemanasan. Tapi, saat George Wood akan pergi melakukan pemanasan, dia dihentikan oleh Des Walker.      

"Pergilah ke ruang ganti bersama mereka, George," kata Walker.      

Jantung Wood berdetak kencang dan dia bertanya, "Apa aku akan diturunkan di babak kedua?"     

Jawaban Walker membuatnya kecewa, "Tidak, kau masih belum pulih, kau tidak perlu melakukan pemanasan," kata Walker sambil menggelengkan kepalanya.      

Wood menundukkan kepalanya dan, merasa tidak senang, memasuki terowongan bersama para pemain lainnya.      

Panas terik dari sinar matahari langsung telah membuat mereka sedikit pusing dan dinginnya terowongan itu memberikan sedikit tambahan energi bagi mereka.      

Terpisah oleh dinding, para pemain Inggris bisa mendengar suara tawa orang-orang Jerman. Meski mereka tidak tahu kenapa para pemain itu tertawa, para pemain Inggris memiliki pikiran yang sama saat mereka mendengarnya – mereka tidak senang, sama sekali tidak senang.      

"Sialan! Aku akan tunjukkan pada mereka di babak kedua nanti!" kata Wayne Rooney, yang sama sekali tidak memberikan kontribusi apapun di babak pertama, sambil menendang dinding.      

"Jangan menyia-nyiakan energimu dengan menendang dinding," suara dingin terdengar dari belakangnya.      

Rooney berbalik dan melihat wajah Tony Twain yang dingin dan tanpa ekspresi. Para pemain lain juga melihat ekspresi boss. Kelihatannya boss sangat marah...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.