Mahakarya Sang Pemenang

Tahun yang Sial



Tahun yang Sial

0Kekalahan Jerman yang tak terduga melukai Twain tapi justru membuat media merasa lega dan gembira.      

Setelah tim Inggris dan Jerman mengalahkan lawan mereka masing-masing dengan selisih gol yang cukup besar, semua orang merasa bahwa struktur grup telah terbentuk dan bahwa Inggris dan Jerman adalah dua tim terkuat. Kemungkinan besar keduanya akan lolos ke putaran berikutnya. Satu-satunya yang belum pasti adalah siapa yang berada di peringkat pertama dan kedua.      

Ini adalah hal yang bagus bagi para pendukung Inggris dan Jerman. Tapi, ini adalah situasi yang paling buruk bagi media yang menginginkan kekacauan. Mereka semua mengeluhkan bahwa "grup maut" tidak sesuai dengan namanya jika dilihat dari sudut pandang mereka.      

Semua baik-baik saja sekarang, dan kenyataan memang sesuai dengan namanya. Grup maut tiba-tiba saja tidak hanya menjadi sebuah nama julukan, melainkan juga sebuah kenyataan. Situasinya semakin menarik.      

Kedua tim yang kalah di pertandingan pertama mereka justru menang di pertandingan kedua, sementara dua tim yang tadinya menang sama-sama kalah. Setelah dua putaran pertandingan penyisihan grup, keempat tim sama-sama mengumpulkan tiga poin, sebuah situasi yang jarang terjadi dalam turnamen internasional.      

Situasi saat ini menempatkan tim Jerman di peringkat pertama karena perbedaan selisih gol. Mereka mencetak empat gol dan kebobolan dua gol sehingga selisih golnya adalah dua. Inggris berada di peringkat kedua setelah mencetak empat gol dan kebobolan tiga gol sehingga memiliki selisih gol satu. Portugal mencetak empat gol dan kebobolan lima gol. Mereka berada di peringkat ketiga dengan selisih gol negatif satu. Wales berada di peringkat terakhir. Mereka mencetak satu gol, kebobolan tiga gol dan memiliki selisih gol negatif dua.      

Di putaran terakhir, Inggris dan Jerman akan bersaing ketat, sementara Portugal dan Wales akan bertarung sampai mati. Tim manapun bisa lolos dan tim manapun bisa tereliminasi.      

"Ini adalah 'grup maut' yang paling mematikan di turnamen ini!" tamu undangan di acara khusus Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA yang tayang di Sky TV berseru, "Ini benar-benar situasi yang sulit untuk melihat tim mana yang lolos dan mana yang terbaik dari keenam grup. Anda tidak membutuhkan kami untuk menganalisa situasi keempat tim. Yang perlu Anda lakukan hanyalah melihat tabel perolehan poin dan Anda bisa menebak sendiri apa yang akan terjadi nanti – semuanya kacau!"     

"Sebelum putaran kedua, kemungkinan tim pertama dan tim kedua di grup untuk sama-sama kalah adalah satu sepersembilan. Ketika Inggris kalah dari Wales di Camp Nou, para pemain Jerman mungkin sudah menantikan prospek mereka untuk lolos lebih dulu. Siapa yang mengira bahwa orang-orang Jerman itu akan kalah setelah pertandingan yang mendebarkan!" Ini adalah ringkasan dari televisi pemerintah Spanyol.      

"Jelas bukan berita bagus bagi tim Inggris saat mereka mendengar tim Jerman kalah meski kita punya perseteruan selama empat puluh tahun dengan mereka. Tim Tony Twain akan harus bertarung habis-habisan melawan Jerman di putaran terakhir. Hanya dengan mengalahkan Jerman maka mereka bisa memastikan diri untuk lolos ke babak berikutnya. Kekalahan atau hasil imbang hanya akan meninggalkan nasib mereka di tangan tim lain." Dalam sebuah program khusus untuk saluran televisi BBC, para pengamat memberikan sebuah analisa situasi yang muram kepada para pendukung Inggris saat mereka berharap untuk bisa lolos malam ini. "Tapi tim Inggris kehilangan George Wood dan tim Jerman adalah lawan yang sangat kuat..."     

"Satu hal telah terbukti – tanpa George Wood, tim Inggris adalah tim kelas-dua di Eropa. Mereka bahkan tidak bisa mengalahkan Wales. Tanpa kontribusi dan pertahanan Wood di lini tengah, tim Inggris sama sekali tidak tahu bagaimana harus beroperasi. Kemenangan 4:2 saat melawan Portugal adalah kebetulan, dan kita juga melihat jelas bahwa Portugal lebih unggul di sepanjang pertandingan itu." Ini adalah program Zweites Deutsches Fernsehen. Mereka menggunakan program ini untuk mengobarkan semangat para fans Jerman yang gelisah. "Hanya nasib buruk yang membuat kita kalah dari Portugal. Kekalahan tim Inggris oleh Wales adalah kegagalan total. Mereka menembak dua kali lipat lebih banyak daripada Wales, tapi sebagian besar diantaranya luput dari gawang dan dilakukan membabi buta... Dalam hal situasi tim, kita lebih baik daripada Inggris."     

"Wales mengalahkan Inggris dan Portugal mengalahkan Jerman. Ini adalah hasil yang paling ingin dilihat oleh kita, para fans netral. Sekarang putaran terakhir penyisihan grup akan jadi sangat, sangat menarik!" saluran lima di China Central Television adalah milik pihak yang netral, tapi para fans Cina yang mendukung Jerman dan Inggris berjumlah cukup besar. Karena mereka bersukacita diatas penderitaan orang lain dalam program ini, kritik online terhadap mereka pasti akan sangat besar.      

Evaluasi semua media ini masih bisa dianggap adil dan obyektif. Saat ini Twain berada dibawah tekanan yang sangat besar – pertandingan pertama berhasil dimenangkan dengan indah, meningkatkan ekspektasi para pendukung Inggris. Tapi, putaran kedua berakhir dalam kekalahan yang memalukan, menjatuhkan para fans Inggris yang masih terbang tinggi di awang-awang ke dalam lumpur. Perubahan yang besar ini tidak bisa diterima oleh banyak orang. Media cetak dan online mengarahkan kemarahan mereka pada Twain. Seseorang harus bertanggungjawab atas ini, bukan?     

Tabloid yang tak terhitung banyaknya tidak peduli dengan kondisi obyektif atau faktor subyektif. Alasan kekalahan itu disebabkan oleh manajer, yang sebenarnya faktor paling kecil untuk disalahkan. Ini tidak terelakkan karena Twain telah memberi mereka sesuatu yang bisa digunakan untuk melawannya. Usai pertandingan, dia berkata dalam sebuah wawancara, "Aku telah meremehkan lawan." Komentar itu menjadi alasan terbesar yang digunakan oleh banyak tabloid untuk menyerangnya.      

"Tony Twain akhirnya membayar harga atas arogansi dan kelicikannya, tapi dia juga menyeret nasib seluruh Inggris bersamanya! Ini benar-benar keterlaluan!"     

"...Aku sama sekali tidak memahami tim Inggris ini. Ini tim yang benar-benar berbeda dari tim yang mendapatkan kemenangan 4:2 atas Portugal. Apa alasan dibaliknya?"     

"Hanya meremehkan lawan tidak bisa menjelaskan kekalahan ini. Kurasa Inggris memiliki kecacatan taktis yang besar. Ini menunjukkan bahwa tidaklah mungkin bagi mereka untuk mengandalkan serangan balik defensif saja! Dia bekerja dibawah ilusi bahwa dia bisa menggunakan taktik tim Nottingham Forest di tim Inggris, hanya untuk menemukan bahwa strategi itu tidak kompatibel..."     

"Kurasa kekalahan di pertandingan ini menunjukkan seberapa pentingnya George Wood. Masuk akal bagi Twain untuk bersikeras membawa Wood ke Spanyol. Tapi, kalau kita harus pulang setelah berkompetisi di penyisihan grup, maka apa gunanya membawanya kesana? Dengan satu pertandingan tersisa, apa masih ada hal yang bisa dilakukannya?"     

"Tony Twain memang keras kepala dan memiliki pendapatnya sendiri. Kalau kita terus memilih untuk mempercayainya, suatu hari nanti dunia sepakbola Inggris-lah yang akan menderita!"     

---     

Ada banyak serangan yang bernada sama. Para reporter yang mewawancarai tim Inggris jarang tidak berkonflik dengan Tony Twain. Sekarang, mereka akhirnya menggunakan kesempatan ini untuk membalas dendam dan memuaskan kekesalan mereka.      

Oleh karena itu, mereka menyerang Twain, dan sejalan dengan waktu, para fans merasa Inggris akan semakin sulit untuk lolos. Sebagai akibatnya, sebelum pertandingan melawan Jerman, ekspektasi para fans dan tuduhan media berkumpul dari segala arah diatas kota Valencia, membentuk sebuah tekanan kasat mata yang besar, yang menyelimuti seluruh tim Inggris.      

Twain menyadari adanya tekanan ini, jadi dia kembali menentang media – dia membatalkan konferensi pers reguler. Media sebaiknya melupakan saja mendapatkan informasi berharga darinya sebelum pertandingan dimulai. Lima belas menit pengambilan gambar setiap hari hanya terdiri atas latihan pemanasan. Dia juga meminta penjaga keamanan di hotel tempat mereka menginap untuk menjauhkan para reporter yang berkeliaran di dekat sana. Reporter yang tak berijin tidak diperbolehkan memasuki lobi hotel.      

Permusuhan terbuka melawan media membuat media semakin merasa tidak puas. Pelecehan terhadap Twain semakin meningkat secara eksponensial.      

Ketegangan juga dirasakan di dalam tim Inggris. Usai pertandingan melawan Portugal berakhir, selalu terdengar sorakan dan tawa saat berlatih. Latihan rutin juga mengatur banyak permainan menyenangkan untuk membantu semua orang agar bisa bersantai. Tapi setelah pertandingan melawan Wales, semua permainan itu dibatalkan. Semua orang bisa merasakan peningkatan jumlah latihan. Meski boss masih tersenyum, semua orang tahu bahwa itu hanya topeng. Saat ada hubungannya dengan stress, tidak ada orang lain yang lebih stress daripada boss.      

Tekanan semakin meningkat dalam kurun waktu tiga hari antara putaran kedua dan ketiga penyisihan grup. Apa yang bisa berubah dalam kurun waktu tiga hari?     

※※※     

Setelah kalah dari Wales, keberuntungan Inggris tampaknya habis dalam semalam.      

Hari setelah mereka tiba di Valencia, mereka baru mulai berlatih kurang dari sepuluh menit, yang masih termasuk dalam periode dimana media bebas mengambil gambar saat David Bentley tiba-tiba saja cedera saat melakukan pemanasan.      

Situasinya sangat kacau. Para reporter berusaha masuk untuk mendapatkan gambar Bentley yang cedera. Penjaga keamanan di lokasi sibuk menahan para reporter itu diiringi kecaman keras dari Twain. Saat Twain ikut menahan para reporter, dia juga ingin melihat seberapa buruk cedera Bentley. Situasi saat itu sangat berisik dan hampir membuat kepalanya pusing.      

"Apa yang terjadi?" Twain berhasil masuk ke dalam kerumunan setelah bersusah payah dan melihat Derek Wright, dokter tim timnas yang sedang memberikan pemeriksaan pendahuluan pada Bentley.      

"Otot pahanya kram," jawab Wright. "Ini mungkin kambuh dari cedera lama."     

Twain mengerutkan kening. Ini bukan jenis cedera yang bisa sembuh dalam satu atau dua hari saja.      

Bentley, terduduk di tanah, juga terlihat kecewa. Dia masih belum membuat debutnya di Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA kali ini. Dia ingin mendapatkan kesempatan itu di pertandingan yang akan datang. Tapi sekarang setelah otot pahanya kram, dia sudah bisa dipastikan akan melewatkan putaran terakhir penyisihan grup. Dan apakah Inggris masih bisa lolos setelah bertanding melawan Jerman?     

Twain menunjuk ke arah dua orang pemain dan berkata, "Kalian berdua, bantu David untuk bangkit dan bawa dia keluar lapangan."     

Wright mengikuti Bentley dan berjalan ke pinggir lapangan dimana dia membuat Bentley duduk di tanah supaya dia bisa memijat pahanya.      

Para reporter diluar lokasi masih membuat keributan, mereka ingin masuk untuk melakukan wawancara dan mengambil gambar. Mereka bahkan bentrok dengan penjaga keamanan. Banyak kata-kata makian yang dilontarkan.      

Twain merasa kesal dan terganggu saat dia mendengar keributan semacam itu. Dia berbalik dan berjalan ke arah kerumunan reporteri tu. Dia menunjukkan jarinya ke arah arloji di tangannya dan berkata, "Waktunya sudah habis, periode pengambilan gambar sudah berakhir! Silahkan kembali, hadirin sekalian!" Lalu dia berkata pada para penjaga keamanan, "Usir mereka semua dari sini!"     

"Tn. Twain! Apa Bentley cedera?"     

"Tn. Twain, apa cedera Bentley serius?"     

"Tn. Tony Twain... mungkinkah dia akan absen dalam pertandingan melawan Jerman?"     

"Kalau Bentley cedear, apa itu akan mempengaruhi semangat tim?"     

Tidak rela diusir begitu saja, para reporter melemparkan pertanyaan mereka pada Twain secara beruntun, tapi Twain tidak memperhatikan mereka. Dia segera berbalik dan berjalan kembali ke lapangan latihan. Dia berteriak pada para pemain yang tertegun, "Teruskan berlatih!"     

Para reporter akhirnya bubar dan ketenangan kembali pulih di tempat latihan. Cedera yang dialami Bentley tidak mempengaruhi kualitas latihan tim atau memperpendek waktu latihan. Perhatian para pemain juga kembali terfokus pada latihan. Bagaimanapun juga, cedera adalah hal yang sangat umum, apalagi Bentley bukanlah salah satu pemain inti mereka. Meski dia tidak bisa ikut bermain melawan tim Jerman, itu takkan mempengaruhi kekuatan tim.      

Hanya saja kerutan di dahi Twain jadi semakin dalam.      

George Wood telah menyelesaikan sesi latihannya dan pergi ke pinggir lapangan untuk beristirahat. Dia duduk disamping Bentley.      

"Hey, George..." Bentley merasa sedikit kecewa. Dia meletakkan kompres dingin berisi es batu di pahanya. "Aku benar-benar sial..."     

Wood melirik pahanya dan berkata, "Itu hanya kram otot, dan itu akan baik-baik saja." Dia menghibur rekan setimnya di Nottingham Forest.      

"Tak peduli seberapa cepat ini sembuh, aku masih takkan bisa bermain melawan Jerman..." Bentley memijat paha kanannya yang cedera. Akan lebih baik kalau kram otot ini terjadi di paha kirinya. Dia masih bisa menggertakkan giginya dan bertahan. Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa kalau cederanya terjadi di paha kanannya. "Saat waktunya tiba, ayo kita bersorak untuk mereka di bangku cadangan."     

Wood menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, aku ingin bermain."     

Bentley mengira dia salah dengar. Dia menoleh untuk memandang Wood dengan mata terbelalak. "Kalau aku tidak salah, dokter mengatakan kau harus melewatkan tiga putaran pertandingan penyisihan grup..."     

"Aku merasa sudah tidak ada yang salah dengan kakiku."     

Bentley menatap jempol kaki kanan Wood dan bertanya, "Apa rasanya sakit?"     

Wood menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Tidak, sama sekali tidak."     

Bentleh kembali memandang Tony Twain yang berdiri di kejauhan sambil berkata, "Kurasa boss takkan membiarkanmu bermain."     

"Kalau kita tidak bisa mengalahkan Jerman, dia akan menurunkanku."     

"Apa kau akan membahayakan karirmu, George?"     

"Aku serius." Wood menyelesaikan istirahatnya dan berjalan kembali ke dalam lapangan untuk meneruskan latihan individualnya.      

Bentley menatap punggungnya dan mengerucutkan bibirnya.      

"Kau belum berlatih bersama kita. Bagaimana mungkin dia akan membiarkanmu bermain? Jangan berkhayal, George..." gumamnya.      

※※※     

"Mereka baru saja kalah dari Wales dan sekarang David Bentley mengalami cedera. Tim Inggris mengalami tahun yang sial..." liputan Kejuaraan Eropa UEFA di stasiun BBC 5 menyiarkan berita yang baru saja mereka terima. Adegan kacau di lapangan latihan disiarkan di televisi. Kalau seseorang mendengarkan dengan seksama, suara Tony Twain bsia didengar jelas –"Apa yang terjadi... Sialan, suruh mereka keluar dari sini! Berhenti mengambil gambar!"     

"Meski Tony Twain membatalkan konferensi pers reguler, Derek Wright memberi kami wawancara. Dia menginformasikan pada kami bahwa Bentley mengalami cedera otot paha kanan dan akan melewatkan pertandingan melawan Jerman... Sejauh yang kita tahu ini bukan pertama kalinya Bentley mengalami cedera otot paha kanan. Di waktu yang sama ketika George Wood mengalami cedera, Bentley juga berada di daftar pemain yang cedera. Sepertinya keberuntungan sedang tidak berada di pihak kita...     

Akan tepat untuk menggunakan kata suram dan muram dalam menggambarkan perasaan para fans Inggris. Bisakah "tim Inggris terkuat sepanjang sejarah" ini berhasil lolos dari penyisihan grup?     

※※※     

"Yang cedera bahkan bukan pemain utama kita. Lihat saja bagaimana retorika media.. Inilah sebabnya kenapa aku benci media. Mereka selalu mengirimkan es saat kau membutuhkan arang untuk menghangatkan sesuatu, dan saat kau membutuhkan air untuk menghapus dahagamu, mereka justru memberimu roti kering – bagaimanapun, mereka hanya menambah kekacauan." Twain tidak senang mendengar penggambaran media tentang cedera Bentley karena semua itu justru menciptakan suasana yang tegang. "Tabloid Inggris ini memang benar-benar menyebalkan!"     

"Mau bagaimana lagi, Tony. Setelah kita kalah dari Wales, pesimisme mengambil alih... Kesalahan kecil saja akan dibesar-besarkan tanpa kenal batas." Walker meletakkan surat kabar Inggris lokal, yang hampir seluruhnya dipenuhi artikel-artikel yang mengecilkan hati.      

Kedua pria sedang berbicara saat terdengar ketukan di pintu.      

"Masuk."     

Orang yang mendorong pintunya hingga terbuka adalah George Wood. Ini mengejutkan Twain dan Walker.      

Wood juga tidak menduga kalau akan ada orang lain di kantor Twain. Dia hanya memandang asisten manajer, Des Walker dan berdiri di dekat pintu tanpa mengatakan apa-apa.      

Walker tahu Wood pasti ingin berbicara dengan Twain, dan dia tidak ingin menjadi orang luar yang mencampuri urusan mereka. Itu pasti pembicaraan pribadi.      

"Yah... kalau begitu aku pergi dulu." Walker segera bangkit dan memutuskan untuk pergi.      

"Sampai nanti, Des. Hubungi aku nanti untuk makan malam," Twain melambaikan tangan ke arahnya.      

"Sampai nanti, Tn. Walker," Wood melihat Walker melangkah keluar dari pintu.      

"Sampai nanti, George," kata Walker.      

Setelah Walker meninggalkan ruangan, Twain berkata, "Tutup pintunya, George. Apa yang kubantu?"     

Wood menutup pintunya dengan patuh. Tapi dia masih berdiri di dekat pintu saat dia berkata pada Twain, "Kuharap kau mau menurunkanku... di pertandingan melawan Jerman besok."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.