Mahakarya Sang Pemenang

Lawan Berikutnya



Lawan Berikutnya

0Bahkan setelah malam tiba, masih ada sejumlah pendukung Inggris yang tidak bisa mempercayai fakta ini – Mereka benar-benar mengalahkan Portugal dengan skor 4:2.      

Pertandingan itu seperti mimpi dan meninggalkan kesan yang mendalam bagi mereka.      

Bagaimanapun juga, Portugal masih tim yang dianggap kuat di Eropa dan logikanya, mereka sebanding dengan tim Inggris. Itulah sebabnya, meski bukan kejutan besar bahwa Inggris berhasil mengalahkan Portugal, menang mudah dengan skor 4:2 adalah hal yang tidak biasa.      

Meski Inggris tidak bermain lebih baik dibanding Portugal di sepanjang pertandingan, skornya menunjukkan semuanya. 4:2 adalah skor yang bisa membuat mereka mengangkat kepala tinggi-tinggi.      

Analisa media Inggris tentang pertandingan ini sangatlah sederhana dan konsisten – Ini bukan karena tim Portugal bermain buruk, melainkan karena mereka terlalu bagus! Inggris adalah tim kelas-dunia. Mengalahkan tim Eropa yang kuat seperti Portugal dengan skor 4:2 bukanlah hal yang tidak biasa. Para pendukung Inggris sudah terbiasa mempercayai semua yang dikatakan media. Karena media mengatakan Inggris sangat bagus, maka Inggris memang sangat bagus.      

Selama beberapa waktu, optimisme menyelimuti seluruh negeri dan kelihatannya seolah-olah tidak akan ada masalah bagi mereka untuk lolos dari penyisihan grup. Bahkan memenangkan Kejuaraan Eropa UEFA ini juga pasti akan mudah.      

Pada akhirnya, pemikiran semacam itu tidak hanya tetap tinggal di tengah masyarakat, melainkan mulai menyebar ke dalam tim.      

Pada mulanya, mereka mengira pertandingan akan sulit tanpa adanya George Wood. Tapi, mereka berhasil mengalahkan tim kuat seperti Portugal dengan skor tak terduga 4:2 dan ini membuat mereka merasa sangat bangga.      

Suasana selama latihan tim keesokan harinya tampak sangat rileks karena mereka masih mendiskusikan tentang pertandingan kemarin dan itu membuat mereka bersemangat.      

Twain tidak keberatan. Otaknya dipenuhi pikiran tentang bagaimana dia bisa menghadapi Jerman. Ya, dia telah melewatkan Wales... Di benaknya, Wales takkan bisa memberikan ancaman bagi mereka meski tanpa George Wood. Twain sangatlah jujur pada dirinya sendiri tentang level mereka, ditambah fakta bahwa semangat mereka sedang tinggi karena mereka baru saja mengalahkan Portugal. Pertandingan kedua yang akan diadakan lima hari lagi seharusnya tidak akan menjadi masalah.      

Twain mengumumkan bahwa mereka akan libur setelah latihan setengah hari. Libur setengah hari untuk hari ini dan libur sepanjang hari untuk besok tidak akan jadi masalah karena mereka masih punya cukup waktu. Liga Premier Inggris adalah liga dengan jadwal yang paling intensif dan para pemain Inggris jauh lebih lelah dibandingkan para pemain dari liga lain. Twain berusaha memanfaatkan kesempatan yang ada untuk memberikan hari libur bagi tim sehingga mereka tidak terlalu kelelahan.      

Para pemain merasa sangat senang karena mereka semua bisa jalan-jalan dan bersantai.      

Tapi, ada satu orang yang tidak bergabung dengan mereka.      

George Wood masih melakukan latihan pemulihan di kolam renang hotel. Meski staff pelatih memberitahunya bahwa dia tidak perlu berusaha sekeras ini, tidak ada yang bisa membujuk Wood untuk menangguhkan tekadnya itu.      

Twain juga tidak peduli dengan Wood. Dia memutuskan untuk memberi dirinya sendiri libur setengah hari dan pergi mencari Shania. Kejuaraan Eropa ini adalah pekerjaan baginya tapi merupakan liburan bagi Shania.      

Keduanya menjelajahi jalanan kota Barcelona dengan sedikit penyamaran. Ada beberapa penggemar sepakbola yang melewati mereka di jalan-jalan tapi bahkan para fans Inggris, apalagi fans Wales, tidak mengenali pria yang memakai kacamata hitam dan ditemani wanita cantik itu sebagai Tony Twain.      

Laga Inggris yang berikutnya juga akan dimainkan di Nou Camp. Setelah pertandingan melawan Wales, mereka akan harus pindah ke Valencia sebagai persiapan untuk pertandingan kunci melawan Jerman.      

"Mereka sedang ingin bersantai sekarang," kata Twain sambil melihat orang-orang di sekeliling mereka.      

"Apakah tekanannya akan lebih berat di tahap-tahap berikutnya?" Shania berpegangan pada lengan Twain dan bersandar di bahunya.      

"Tentu saja."     

"Bukankah akan lebih penting untuk bersantai di saat tekanannya sedang berat?" Shania tersenyum nakal.      

Twain menggunakan lengan yang tidak digelayuti Shania untuk memencet hidungnya.      

"Aku akan bisa rileks kalau aku memikirkan tentangmu di tempat tidur," kata Twain, bermakna ganda. Shania jelas memahami apa yang dibicarakan Twain dan tidak menahan diri dibawah sinar matahari Barcelona yang cerah saat dia mencium Twain.      

※※※     

Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Shania, Twain berjalan kembali ke hotel tempatnya menginap.      

Beberapa pemain sudah kembali lebih awal dan sedang beristirahat di kedai kopi. Saat mereka melihat boss mereka sudah kembali, mereka bangkit berdiri untuk menyapanya. Twain melirik sekilas ke arah mereka dan bertanya, "Dimana George?"     

Semua orang sudah tahu bahwa kepedulian boss pada George jauh lebih besar dari sekadar kepedulian antara seorang manajer kepada pemainnya. Oleh karena itu, mereka tidak menganggapnya aneh. Mereka saling pandang, mengangkat bahu dan berkata, "Tidak melihatnya. Dia mungkin ada di kamar, atau di kolam renang, atau mungkin di gym, boss."     

"Oke.. Kalian lanjutkan saja, guys." Twain melambai, meninggalkan kedai kopi itu dan berjalan ke arah gym.      

Dia mengira besar kemungkinannya dia akan menemukan Wood di gym.      

Seperti yang diduganya, dia baru saja tiba di gym saat dia mendengar dengung peralatan yang digunakan di dalam. Tim Inggris sudah menyewa gym hotel dan satu-satunya orang yang akan berlatih di sana pada waktu seperti ini adalah George Wood.      

Twain bisa melihat tubuhnya yang tegap memunggungi pintu masuk. Keringat tampak berkilauan di punggungnya dibawah sinar lampu.      

"Beristirahatlah, George," panggil Twain.      

Wood membalikkan badan dan melihat Twain berdiri di pintu masuk. Dia melakukan seperti yang diperintahkan dan melangkah turun dari atas mesin.      

"Bagaimana perasaanmu?" Twain melangkah menghampirinya dan memberinya handuk.      

"Sangat bagus," Wood mengambil handuk itu dan menyeka keringat dari wajahnya.      

"Kelihatannya kau pulih dengan sangat baik. Aku lega," Twain melihat jempol kaki kanannya. Sekilas pandang, seseorang takkan bisa tahu kalau ada sesuatu yang salah dengan jempol kakinya.      

Sebenarnya, Twain mencarinya karena dia ingin memberitahunya sesuatu. Sejak Inggris mengalahkan Portugal, dia selalu memikirkan pertanyaan ini.      

Logikanya, sebuah tim yang berhasil menang tidak boleh diubah susunannya kecuali ada situasi khusus seperti terjadinya cedera. Kalau mereka beruntung, tim tanpa George Wood ini akan terus menang sampai mereka lolos dari penyisihan grup tanpa cedera, dan kemudian setelah Wood pulih, masihkah ada tempat baginya di dalam tim?     

Twain memang menyukai Wood; kalau tidak, dia takkan bersikeras membawa Wood ke Spanyol meski dia masih belum pulih. Tapi, dia juga bukan orang yang sentimental dan termasuk manajer yang cukup praktis. Karena lineup ini bisa memberinya kemenangan, maka alasan apa yang ada bagi Wood untuk merusaknya? Baik itu skor ataupun kesatuan di ruang ganti, dia tidak punya alasan untuk mengubah tim yang berhasil menang hanya untuk memberikan tempat bagi Wood di dalamnya.      

Itu adalah tindakan yang salah dan kalau dia melakukannya, dia beresiko merusak kredibilitas yang telah dibangunnya secara internal di dalam tim.      

Tapi, kalau dia tidak membiarkan Wood bermain, apa gunanya membawa Wood ke Spanyol? Wood jelas tidak ingin tetap duduk diam di bangku cadangan. Tidak akan jadi masalah kalau mereka berhasil memenangkan Kejuaraan Eropa, tapi bagaimana kalau mereka kalah? Wood mungkin akan membencinya seumur hidup.      

Itulah sebabnya mengapa dia ingin berbicara dengan Wood.      

"Apa ada sesuatu yang ingin kaukatakan padaku?" Wood melihat Twain tampak agak bingung dan karenanya dia mengambil inisiatif untuk bertanya lebih dulu.      

"Ya..." Twain menggaruk kepalanya. "George, apa kau ingat apa yang kuberitahukan padamu tempo hari? Di dekat kolam renang hotel ini, ingat? Kubilang meski kau menunggu sampai babak utama, aku tidak bisa menjamin kau akan bisa diturunkan. Apa kau tahu artinya?"     

Wood mengangguk dan tidak mempersulit Twain. "Aku tahu. Tim sedang menang sekarang dan kita tidak boleh mengubah starting lineup dengan mudah."     

Twain menghembuskan nafas lega melihat Wood tampak pengertian.      

Twain tidak memberinya pembicaraan omong kosong seperti, "Kau adalah kapten, kau harus memimpin dengan tindakan," dan lain-lain. Dia tahu Wood sudah menerima fakta ini setelah dia mengatakannya.      

Tapi, Wood tiba-tiba saja menambahkan, "Aku akan bekerja keras untuk mendapatkan peluang diturunkan."     

Twain tersenyum. "Jangan terlalu berlebihan, berhati-hatilah agar tidak mencederai kakimu lagi. Beristirahatlah dan bersantai." Dia menepuk bahu Wood.      

Wood menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku masih harus melakukan sit up..."     

Twain mengangkat bahu. "Kalau kau mencederai dirimu lagi, kau takkan punya kesempatan kedua, kau tahu."     

"Aku tahu," Wood sudah mulai menyibukkan diri.      

Twain melambai dan berbalik untuk pergi.      

Bocah itu benar-benar fit, bagaimana mungkin dia bisa mencederai dirinya sendiri? Pikirnya.      

Apa Tuhan merasa tidak senang karena aku sudah mendominasi selama sebelas tahun dan sekarang Dia ingin memberiku masalah?     

Sialan kau, Tuhan!     

※※※     

Saat para pemain Inggris bersantai di jalanan kota dan pantai-pantai Barcelona yang cerah, tim Wales berlatih keras dibalik pintu tertutup. Mereka berlatih seolah mereka bukan bertanding untuk babak penyisihan grup melainkan untuk babak final Kejuaraan Eropa.      

Gareth Bale menjadi titik fokus utama tim karena latihan selama beberapa belakangan ini berpusat pada keahliannya – taktik bola mati.      

Toshack merancang tidak lebih dari sepuluh taktik bola mati yang berbeda dan menuntut Bale untuk sukses. Seluruh Eropa tahu bahwa Bale adalah seorang pemain yang ahli dalam melakukan tendangan bebas. Selama dia berdiri di depan bola, kiper lawan akan merasa gugup.      

Seperti yang diharapkan, Wales kalah dalam pertandingan pertama penyisihan grup melawan Jerman dengan skor 0:3. Mereka bahkan tidak bisa mencetak gol dan benar-benar dihancurkan. Meski itu adalah hasil yang sudah bisa diduga oleh para pendukung Wales, para pemain Wales sendiri tidak ingin menerima hasil ini. Mereka akhirnya berhasil lolos untuk berpartisipasi dalam Kejuaraan Eropa UEFA setelah 40 tahun, jadi bagaimana mungkin mereka hanya akan tampil untuk pertandingan penyisihan grup dan kemudian pulang? Para pemain Wales yang tadinya merasa tidak punya harapan untuk berpartisipasi dalam turnamen skala besar semacam ini mulai memiliki ambisi dan ingin membuktikan kelayakan diri mereka.      

Toshack menduga Inggris akan meremehkan mereka setelah berhasil mengalahkan Portugal dengan telak, dan Tony Twain mungkin hanya akan memikirkan tentang pertandingan melawan Jerman. Itu adalah sesuatu yang bisa dimanfaatkan olehnya.      

Setelah latihan usai, Bale tetap tinggal di belakang untuk melatih tendangan bebasnya.      

Seperti yang dijanjikannya, dia telah tiba di Spanyol. Tapi, dia tidak berniat untuk berhenti sampai disini. Meski harus berhadapan dengan pria yang paling berjasa baginya, dia sudah bertekad untuk mengalahkannya.      

Toshack berhenti diluar lapangan, "Gareth," katanya.      

Bale menoleh ke arah manajernya, bernafas melalui mulutnya.      

"Sudah waktunya untuk pergi."     

Tempat ini bukan klubnya dimana dia bisa pulang sendiri setelah melakukan latihan tambahan. Mereka meminjam stadion Espanyol, Estadi Olimpic Lluis Company dan setelah berlatih disini, seluruh tim akan harus naik bus untuk kembali ke hotel tempat mereka menginap. Bale tidak bisa berlatih sendiri terlalu lama, kalau tidak, itu akan mempengaruhi jadwal seluruh tim.      

Bale melakukan tembakan terakhirnya ke arah gawang. Bola itu melengkung melewati dinding manusia, membentur mistar gawang dan memantul keluar.      

Seseorang akan mengemasi perlengkapan di lapangan setelah ini dan Bale meninggalkan lapangan dengan kepala tertunduk.      

Bale terlihat jauh lebih dewasa dibandingkan sebelumnya setelah kini dia berusia 26 tahun, pikir Toshack setelah melihat punggungnya yang bergerak menjauh.      

※※※     

Media Inggris sudah mulai berspekulasi tentang pertandingan antara Inggris melawan Jerman. Setiap surat kabar akan menunjukkan hitung mundur, menyatakan waktu yang tersisa sebelum pertandingan antara Inggris dan Jerman.      

Di bus, di kereta bawah tanah, di kantor, di dapur, di bar, ataupun di jalanan... Di semua tempat dimana orang-orang berkumpul bersama, mereka akan membicarakan tentang Jerman.      

Perseteruan antara Inggris dan Jerman sudah berlangsung lama, sedemikian lamanya sehingga memberikan kesan yang salah bagi sejumlah orang – Apakah konflik diantara mereka dimulai sejak lahirnya sepakbola modern?     

Di waktu yang bersamaan, Wales, sebagai tim terlemah di grup yang sama, sama sekali tidak cukup kuat untuk membangkitkan minat orang-orang Inggris yang arogan itu.      

"Kami mengalahkan Portugal dengan skor 4:2, apa kami masih perlu khawatir tentang Wales? Tetangga kita itu berjuang keras dibawah mata kita, begitu lemah sampai-sampai kami tidak tega untuk membunuh mereka."     

Kalau seseorang mau repot-repot mengadakan survei, mereka mungkin menemukan bahwa hampir seratus persen pendukung Inggris berpikiran seperti itu.      

Bukan hanya pendukung dan media Inggris saja yang memandang rendah Wales; bahkan para pemain Inggris sendiri yakin bahwa pertandingan melawan Wales nanti tidak akan signifikan.      

Ketika diwawancara, Michael Johnson mengekspresikan bahwa dia tidak ragu kalau timnya akan bisa mengalahkan Wales dan bahwa tim yang harus mereka khawatirkan saat ini adalah Jerman.      

Mitchell memang sempat menyinggung Wales, tapi itu hanya karena teman baiknya, Gareth Bale, berada disana.      

"Bale adalah seorang pemain yang sangat bagus. Kurasa kami harus mewaspadai tendangan bebasnya..." Dia hanya membicarakan tentang seberapa bagus kemampuan Bale dan dia mungkin tidak tahu pemain Wales yang lain.      

Di sisi lain, para pemain Wales mengekspresikan rasa hormat yang besar untuk Inggris dan menganggap pertandingan melawan Inggris dengan sangat serius. Mereka tidak tampak marah dengan sikap orang-oarng Inggris itu dan saat membicarakan tentang Inggris, mereka semua mengungkapkan keyakinan mereka bahwa tim Inggris memang sangat kuat.      

Kelihatannya mereka benar-benar terpesona dengan Inggris yang perkasa dan sama sekali tidak berani berpikiran lain.      

Media Wales juga mengatakan bahwa mereka merasa sangat puas karena Wales bisa berpartisipasi dalam Kejuaraan Eropa dan bahwa ini adalah terobosan besar bagi sepakbola Wales dalam 40 tahun terakhir. Mereka benar-benar tidak beruntung karena diundi ke dalam Grup Maut dan tak terelakkan bagi mereka kalau mereka tidak bisa lolos ke babak utama....      

Kalah dari Jerman di putaran pertama memberikan pengukuran yang sangat bagus terhadap kemampuan Wales. Harapan yang tidak realistis tidak akan membantu tim; mereka hanya harus bermain bagus dalam tiga pertandingan penyisihan grup, dan itu saja. Setidaknya, saat mereka meninggalkan turnamen ini, mereka takkan pergi sebelum mencetak satu gol pun.      

"Dalam pertandingan melawan Inggris nanti, target kami adalah mencetak gol," kata Toshack dengan rendah hati. "Kami ingin meninggalkan semacam bukti untuk menunjukkan kemampuan kami."     

Tapi bagaimana pendapat Tony Twain tentang ini?     

"Wales adalah lawan tangguh yang akan kami hadapi dengan serius," Dia terlihat kurang fokus saat mengatakan itu.      

"Bicara dari pantatnya!" batin para reporter Wales yang menilai sikap Twain di benak mereka, "Aku yakin dia hanya memikirkan tentang Jerman sekarang."     

Meski mereka mengeluh Inggris tidak menghormati lawan mereka, para reporter Wales sendiri juga tahu bahwa sebaiknya mereka tidak punya harapan tinggi untuk pertandingan esok hari. Semangat Inggris sedang tinggi dan meski mereka berhadapan dengan Jerman, mereka masih memiliki kemampuan untuk menang. Tidak bisa dibandingkan dengan Wales yang lemah...      

Berhasil lolos kualifikasi ke Kejuaraan Eropa setelah 40 tahun, tapi mereka hanya bisa menjadi peran pendukung bagi karakter utama, daun di tangai bunga mawar....      

Meski itu adalah fakta, mereka masih merasa tidak senang...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.