Mahakarya Sang Pemenang

Pengungkapan



Pengungkapan

0Pada tanggal 9 Juni, Kejuaraan Eropa yang banyak dinantikan akhirnya dimulai di ibukota Spanyol, Madrid.      

Setelah upacara pembukaan yang terinspirasi Latin, tuan rumah, Spanyol, akan memulai pertandingan pembukaan melawan Belgia.      

La Liga dikenal luas karena serangan mereka, dan gaya timnas Spanyol satu tingkat diatas liga. Kejuaraan Eropa di Spanyol terlihat seperti sebuah seremonial gaya sepakbola ofensif.      

Pertandingan pembukaan di Kejuaraan Eropa yang lalu selalu memberikan kesan membosankan, dimana kedua kubu bermain hati-hati karena takut melakukan kesalahan. Tapi kali ini, di Stadion Bernabeu di Madrid, Spanyol dan Belgia menampilkan pertunjukan ofensif yang luar biasa.      

Pada akhirnya, Spanyol lebih baik dalam hal teknik, mengalahkan Belgia dengan skor 3:1 untuk mendapatkan kemenangan pertama di grup. Striker Spanyol, Bojan mencetak gol pertama di turnamen ini, sementara Axel Witsel dari Belgia mendapatkan kartu kuning pertama.      

Stadion Bernabeu yang berkapasitas 80,000 orang sudah terisi maksimal dimana para fans menyaksikan aksi armada baru Spanyol yang tak terkalahkan, yang mereka harapkan bisa kembali mendominasi Eropa di tanah air mereka sendiri.      

Keesokan harinya, 10 Juni, Kejuaraan Eropa berjalan penuh. Di putaran pertama bagi masing-masing tim kuat, mereka tidak menghadapi kesulitan yang signifikan dan berhasil meraih kemenangan dengan mudah.      

Karena Kejuaraan Eropa telah diperluas, aturan untuk lolos dari babak penyisihan grup juga telah disesuaikan. Dua puluh empat tim dibagi ke dalam enam grup, yang masing-masing berisi empat tim. Dua tim pertama dari tiap grup akan bisa langsung melaju ke babak utama sementara empat tim terbaik diantara tim-tim yang berada diurutan ketiga juga akan lolos, sehingga memunculkan 16 tim untuk bermain di perempat final.      

Dengan adanya perubahan ini, persaingan untuk babak penyisihan grup tidak akan seketat sebelumnya, karena selama tim negara tertentu berhasil mencapai urutan ketiga dengan hasil yang bagus, mereka masih akan bisa lolos dari penyisihan grup. Selain tim-tim kuat, yang mengincar posisi teratas di setiap grup, sebagian besar tim level menengah akan lebih pragmatis dalam hal target mereka dan mengincar posisi kedua. Hanya di grup-grup yang kompetitif saja semua tim masih bersaing dengan intens terhadap satu sama lain, seperti di dalam "grup maut".      

※※※     

"Kelemahan Portugal ada pada lini belakang." Twain sedang memberikan pelajaran strategi untuk timnya di ruang konferensi; ini adalah pelajaran strategi terakhir sebelum pertandingan. Kalau ada taktik yang akan digunakan oleh tim keesokan harinya, para pemain akan harus mempelajarinya di hari yang sama. Sebenarnya, setiap pemain memiliki brosur taktik, yang secara spesifik telah dibuat oleh staf pelatih untuk tiap karakteristik individu dan tanggung jawab mereka di dalam tim, dan semua itu didistribusikan kepada para pemain. Kalau mereka tidak ingat, mereka hanya perlu melihat ke booklet itu untuk mengingat isinya. Tapi, Twain masih perlu menjelaskan tentang detil taktik dari perspektif umum.      

"Para pemain yang bertanggungjawab di lini tengah berusia lebih tua, dan mereka bergerak lebih lambat dari yang lain. Pepe adalah inti pertahanan mereka, dan meski dia baru berusia 33 tahun, cedera dan usia telah membuatnya kurang fit secara fisik dibanding dengan sebelumnya. Gerakan Ze Castro juga tidak selincah dulu. Dua bek sayap mereka, Ben Nello di kanan dan Antoines di kiri, adalah bek sayap pendukung dan memiliki kesempatan untuk bergerak maju, yang juga merupakan ciri khas serangan Portugal. Ini sering menciptakan situasi dimana setengah daerah pertahanan mereka akan selalu kosong."     

Twain menggambar lingkaran di sekeliling bek belakang Portugal.      

"Kita akan menggunakan serangan balik defensif untuk memancing mereka menyerang, lalu menggunakan kelincahan kalian untuk memanfaatkan celah-celah itu," kata Twain sambil membuat beberapa anak panah dari lini tengah Inggris ke bagian belakang lini pertahanan Portugal.      

"Serangan kubu Portugal akan efektif karena mereka punya Ronaldo, Nani, dan Quaresma. Jadi aku minta pemain sayap kita untuk tidak bergerak mundur selama pertandingan dan bertarung satu-lawan-satu melawan mereka." Lalu Twain mengayunkan tinjunya. "Kalau kalian mundur, kalian hanya membiarkan mereka menang. Serangan kita juga harus lebih memanfaatkan sisi sayap, dan bek sayap juga harus membantu serangan... Kita akan menggunakan serangan balik defensif, dan bukan hanya bertahan atau serangan balik biasa. Ketika ada peluang untuk melakukan serangan balik, kedua sisi harus bergerak ke depan; aku tidak ingin melihat situasi dimana bola kita sudah dioper ke depan sementara pemain kita masih belum melewati lingkaran tengah."     

Serangan balik adalah alasan utama Twain meminta mereka semua bertahan, dan kalau tidak ada serangan-balik, takkan ada gunanya meski mereka memiliki pertahanan yang kuat. Mereka juga tidak boleh kurang dalam hal bertahan ataupun menyerang-balik; mereka hanya bisa memenangkan pertandingan kalau mereka menggunakan keduanya.      

"Saat kalian menyerang balik, kalian harus cepat; semuanya harus serba cepat. Minimalkan operan di lini tengah kapanpun memungkinkan."     

Pada titik ini, Twain menyalakan proyektor di dekatnya dan layar yang putih menunjukkan pertandingan persahabatan antara Inggris melawan Argentina. George Wood membawa bola bersamanya dan setelah berlari beberapa saat, dia mengoper bolanya ke Downing di sayap kiri. Gerakan Downing yang menusuk masuk dengan cepat ke wilayah pertahanan lawan membuatnya bisa melewati Fazio sambil mengoper bolanya ke belakang, membuat Wood bisa menembakkan bola dengan kuat ke arah gawang.      

Itulah seluruh proses gol pertama Inggris melawan Argentina.      

"Di gol ini, kita melihat keuntungan dari menangani bola secara efektif di lini tengah..." Twain memutar kembali rekaman gol itu sambil menjelaskan prosesnya secara mendetil kepada para pemainnya.      

"Saat kita meluncurkan serangan balik, para pemain Argentina masih berusaha kembali dengan cepat ke posisi mereka. Kalau saat ini, George Wood menghentikan bola dan berbalik, mengangkat kepalanya untuk mengamati situasi, apa yang akan terjadi?"     

Dia menekan tombol di remote control dan adegannya mulai berjalan, lalu dia menghentikannya saat operan Wood baru melewati pertahanan Mascherano. "Besar kemungkinannya operan seperti ini takkan bisa diselesaikan dengan baik."     

Klip dilanjutkan, saat itu Downing terlihat bergerak melewati Fazio.      

"Meski operan itu dibuat, Downing takkan bisa melewati Fazio dengan mudah, karena akan ada bek Argentina di belakang Fazio untuk melindungi ruang itu, mungkin bek sayap yang kembali ke posisinya atau mungkin gelandang bertahan lawan yang datang untuk membantu. Tapi dalam kasus apapun, peluang keberhasilan serangan ini akan sangat menurun."     

"Kalian harus ingat, serangan-balik adalah berjuang dengan waktu saat melawan pertahanan lawan. Kalian bisa memenangkan separuh pertarungan kalau kalian bisa mendapatkan inisiatif. Jangan berhenti di lini tengah. Meski kalian tidak bisa menggiring bolanya ke depan pada saat itu, operlah dengan cepat ke rekan di dekatmu, lalu ciptakan rute untuk bola itu dengan berlari ke posisi."     

"Tentu saja, kalau sistem pertahanan lawan lebih baik, kecepatan mereka untuk kembali bertahan akan jauh lebih cepat. Tanpa posisi operan yang bagus, kita tak perlu bersaing dalam hal kecepatan, dan kita bisa mengurangi kecepatan kita lalu mengoper bola ke belakang, sambil memancing mereka maju." Twain membuat isyarat dengan tangannya, seolah mengilustrasikan kata-kata yang tadi diucapkan olehnya.      

"Pancing mereka, dan kemudian oper bolanya dengan tegas ke depan! Oper bolanya ke tempat yang paling berbahaya!"     

"Mitchell, kau akan mengambil posisi di depan, cobalah untuk menarik perhatian semua perhatian defensif mereka padamu. Rooney dan Gerrard akan bersembunyi di belakangmu dan menunggu peluang untuk bergerak maju. Kau bukan pencetak gol di pertandingan ini, kau adalah jembatan penghubung, kau paham?" Twain menoleh ke arah anak buahnya dari Nottingham Forest.      

Aaron Mitchell mengangguk. Selama itu adalah pengaturan dari manajernya, dia takkan merasa keberatan meski dia disuruh bermain sebagai bek tengah. Manajer Twain selalu punya alasan dibalik setiap pengaturan yang dibuatnya.      

"Cobalah untuk menarik perhatian pertahanan Portugal, ciptakan peluang untuk rekan setimmu dan cetak gol kalau kau memang punya peluang yang bagus untuk itu. Saat kita meluncurkan serangan balik kita sendiri, kau harus menjadi yang pertama untuk maju, tekan lini pertahanan belakang Portugal dan berikan ruang bagi Wayne Rooney dan Gerrard untuk masuk ke wilayah pertahanan mereka."     

"Tidak masalah, boss," jawab Mitchell.      

"Kalau Portugal memfokuskan pertahanan mereka padamu saat kita sedang berada dalam formasi menyearng, maka lini tengah akan harus membantu. Kalau Portugal ganti bergerak mundur untuk bertahan, maka oper bolanya ke sayap."     

Bagaimanapun juga, masih ada sundulan Mitchell yang luar biasa, yang akan mendominasi bola atas meski Portugal merasakan ada sesuatu yang salah lalu bergerak mundur untuk bertahan melawan Inggris, jadi Twain tidak terlalu khawatir.      

Dia tidak menggunakan kombinasi kecepatan-ganda antara Agbonlahor dan Rooney, karena dia perlu bertahan nanti.      

"Di pertandingan ini kita tidak akan memainkan pertahanan satu-lawan-satu; ingat bagaimana kita menjebak pemain depan Argentina? Kita akan menggunakan taktik yang sama, pertahanan zonasi. Setelah lini pertahanan merebut bola, mereka akan mengoper bolanya ke depan, mengurangi jumlah operan horisontal dan operan balik. Kalau tidak ada peluang operan yang bagus, Michael Johnson harus bergerak mundur untuk menerima bola. Kau adalah penghubung di lini tengah."     

Gelandang berusia dua puluh tujuh tahun, Michael Johnson, dari Tottenham Hotspur, mengangguk. Dia adalah pemain yang ditemukan Twain untuk menjadi pengganti sementara George Wood. Tapi dia bukanlah satu-satunya kandidat, dan meski Gerrard perlu berada lebih dekat dengan kotak penalti tim lawan, dia bisa melakukan pekerjaan Johnson jika memang diperlukan. Kemampuan George Wood yang luar biasa dalam hal berlari, bertahan dan menyerang harus dibagi diantara beberapa orang, dan itulah "strategi non-inti" ala Twain. Sampai sekarang, lawan Inggris hanya perlu mencari cara untuk menjaga George Wood, tapi kali ini, itu saja tidak akan cukup.      

Saat Twain terus menjelaskan strategi, George Wood duduk di sudut ruangan dan mendengarkan. Sebenarnya, dia tidak perlu ikut berpartisipasi karena dia tidak akan diturunkan, jadi tidak ada bedanya apakah dia mendengarkan pengarahan itu atau tidak. Tapi sebagai pemimpin tim, dia masih duduk disana, mendengarkan dengan serius pengaturan taktis Twain, meski dia tidak punya alasan karena dia hanya perlu mengalami suasana yang kompetitif.      

Sekarang, sambil mendengarkan pengarahan itu, menonton klip video terjadinya gol, Wood merasa seolah tubuhnya melewatkan kesempatan ini disaat dia masih sehat.      

Dia sudah haus dengan kompetisi.      

※※※      

Pertemuan taktis itu diselenggarakan di pagi hari. Selepas tengah hari, Twain pergi ke Nou Camp untuk menghadiri konferensi pers pra-pertandingan. Dia akan hadir disana bersama pelatih Portugal, Queiroz. Media memiliki harapan besar untuk ini, karena Queiroz dikatakan tidak senang pada Twain saat dia masih berada di Manchester United. Itu juga karena Ferguson dikatakan lebih memilih Twain dibanding Queiroz sehingga dia tidak menjadi penerus Ferguson dan karenanya memilih untuk melatih tim nasional Portugal.      

Sekarang, akhirnya dia punya kesempatan untuk membuktikan di hadapan seluruh dunia bahwa dia juga seorang pelatih yang bagus dan tidak kalah dari Twain.      

Karena hubungan ini, Twain merasa suasananya agak tidak enak saat dia dan Queiroz saling berjabat tangan.      

Queiroz tidak tersenyum, Twain juga menyembunyikan senyumnya.      

Kedua pelatih itu berpose untuk foto bersama di hadapan kerumunan reporter dengan wajah datar.      

Di awal konferensi pers, Twain membuat pernyataan yang mengejutkan: "Aku sudah mengenal Tn. Queiroz sejak lama dan kami sudah familiar terhadap satu sama lain di Liga Premier. Banyak pemain Portugal bermain di Liga Premier, dan aku sudah familiar dengan banyak diantaranya, seperti misalnya Nani dan Adrian dari Manchester United, Danny dan Moutinho dari Manchester City, Postiga di Middlesbrough, Pepe di AC Milan... Aku mengenal mereka semua dengan baik, jadi tim Portugal ini bukan tim yang asing bagiku. Aku cukup yakin aku bisa mengalahkan mereka."     

Begitu kata-kata itu diucapkan, terjadi keributan di tempat konferensi.      

Semua orang mengatakan bahwa Tony Twain adalah seorang pria gila (mad man). Hari ini, gelar itu seolah layak disandangnya.      

Siapa yang akan mengekspresikan pendapat mereka dengan cara seperti itu tepat sebelum pertandingan dimulai? Dia jelas tidak menghormati lawannya, dan dia juga tidak takut mengobarkan semangat juang lawannya.      

Tentu saja, wajah Queiroz langsung muram.      

Dia membantah, "Aku juga sudah mengenal Tn. Twain, karena kami sering bertanding melawan satu sama lain di Liga Premier. Aku menghormati semua yang telah diraihnya. Selain itu, aku sama sekali tidak menyukainya sebagai pribadi. Jujur saja, aku sudah cukup lama berada di Liga Premier, dan aku mengenal tim Inggris dengan sangat baik. Sebenarnya, kupikir Tn. Twain sedang bercanda saat dia mengatakan mereka yakin akan bisa mengalahkan kami."     

Setelah mengucapkan itu, dia tertawa. Terdengar pula suara tawa dari kerumunan.      

Twain ikut tertawa – lelucon itu benar-benar konyol.      

Dia tidak lagi berusaha mempermalukan Queiroz. Ucapan Queiroz yang mengatakan, "Kupikir Tn. Twain sedang bercanda saat dia mengatakan mereka yakin akan bisa mengalahkan kami" adalah tanda-tanda kelemahan.      

Tidak ada gunanya menghancurkannya lebih jauh lagi.      

Tapi Twain yakin bahwa dia sudah berhasil mengobarkan api semangat lawannya. Serangan balik defensif... kalau dia tidak membuat lawannya berusaha menyerang lebih dulu, bagaimana mungkin timnya akan bisa meluncurkan sebuah serangan-balik?     

Para reporter lebih peduli tentang apa yang akan dilakukan tim Inggris ketika Wood sedang absen. Twain tidak menjawab pertanyaan semacam ini.      

Kapanpun ada isu terkait taktik dan formasi, dia akan selalu menemukan alasan untuk mengelak. Kalau dia dipaksa untuk menjawab, dia akan berusaha memberikan jawaban sesedikit mungkin.      

Tidak ada hal lain yang cukup signifikan untuk disebutkan, selain ucapan mengejutkan yang dibuatnya dalam konferensi pers berdurasi sepuluh menit itu.      

Ganti Queiroz-lah yang berbicara dengan bebas, karena dia tidak bisa bersaing dengan Twain.      

"Kami akan berusaha yang terbaik untuk menyerang, karena sepakbola Portugal identik dengan sepakbola ofensif."     

Twain tertawa diam-diam dari samping; akan bagus baginya kalau ini terjadi.      

"Kalau tidak ada yang cedera atau bermasalah, kami akan bisa menurunkan lineup terkuat kami."     

Twain mengangguk. Dengan begini, lineup yang mereka turunkan akan sama persis seperti yang telah diprediksikan olehnya.      

"Grup maut? Tujuan kami tidak hanya meninggalkan grup ini; meninggalkan grup ini sama sekali bukan masalah."     

Twain menanggapi dalam hati, "Empat tim urutan ketiga terbaik juga bisa meninggalkan babak penyisihan grup."     

...     

Semuanya terus berlangsung seperti ini hingga konferensi pers berakhir, dimana Twain kembali bangkit untuk berjabat tangan lagi dengan Queiroz.      

"Sampai jumpa di pertandingan nanti, Tn. Queiroz."     

Queiroz terkejut dengan pernyataan tiba-tiba Twain itu. Tanpa menunggunya memberikan respon, Twain sudah melepaskan tangannya dan berbalik untuk berjalan menjauh. Queiroz memandang punggung yang tampak arogan itu, bibirnya mengerucut.      

Kau sudah memenangkan beberapa kejuaraan untuk klub; apa kau sudah puas, Tn. Twain?     

Kau mengalahkan beberapa tim yang lebih lemah dalam pertandingan kualifikasi; menurutmu kau bisa melakukan apapun sesuka hatimu, Tn. Twain?     

Di bidang tim nasional, kau hanyalah pemula yang lain; kita lihat saja berapa lama kau bisa terus sekurang ajar ini!     

※※※     

Twain tidak tahu Queiroz menyumpahinya dalam hati saat dia mandi dan menghilangkan semua keringatnya setelah kembali ke hotelnya. Dia mengganti pakaiannya dan berbaring di ranjang, mengobrol dengan Shania di telepon.      

Dia merasa sangat santai sekarang, dan dia sama sekali tidak merasa gugup saat akan membawa tim nasional berpartisipasi dalam kompetisi global untuk yang pertama kalinya.      

Bagaimana dengan Kejuaraan Eropa? Aku sudah memenangkan kejuaraan sampai aku muak dengan itu; situasi seperti apa yang belum pernah kulihat?     

Di akhir percakapannya dengan Shania, dia memutar tubuhnya di atas ranjang dan jatuh tertidur.      

Dia tidak memimpikan timnya mengangkat piala kejuaraan. Tapi, dia bermimpi dia punya anak. Dia adalah seorang gadis kecil yang manis, terlihat menarik dan cantik seperti ibunya. Kalau dia besar nanti, dia pasti akan terlihat sangat cantik.      

Tentu saja dia akan lengket dengan Twain, terus menerus memanggilnya 'ayah', tapi Twain takkan pernah bosan mendengarnya.      

Dia tidak ingin putrinya tumbuh dewasa, tapi dia akan menantikannya berkembang. Dia akan membawa emosi yang berkontradiksi semacam ini saat melihatnya tumbuh dan menjadi dewasa setiap hari.      

Bahkan saat Twain dibangunkan untuk makan malam oleh Walker, masih ada senyum yang ganjil di wajahnya.      

"Apa suasana hatimu hari ini sedang bagus, Tony?" tanya Walker di lift.      

"Oh, kau bisa tahu?" tanya Twain.      

"Dulu aku pernah dengar bahwa kau harus melihat ekspresi seseorang tepat setelah mereka bangun tidur untuk bisa menebak emosi orang itu. Kau jelas-jelas tersenyum, jadi..."     

Twain kembali tertawa. "Aku sedang dalam suasana hati yang bagus karena aku baru saja bermimpi indah."     

"Apa kau bermimpi memenangkan kejuaraan?" Walker tidak bisa memikirkan hal lain yang bisa membuat Twain tersenyum setelah bermimpi.      

Twain menggelengkan kepalanya. "Tidak, ini mimpi yang lebih indah dan akan membuatku merasa lebih senang dibandingkan dengan memenangkan kejuaraan."     

"Dan apa itu?" tanya Des Walker, terkejut mendengar jawabannya.      

Twain tidak menjawabnya. Dari senyum yang tersungging di wajahnya, mungkin dia sedang membayangkan kembali adegan dalam mimpi itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.