Mahakarya Sang Pemenang

Lolos Lebih Dulu ke Putaran Selanjutnya



Lolos Lebih Dulu ke Putaran Selanjutnya

0Musim baru telah berjalan selama dua minggu, dan sudah waktunya bagi timnas Inggris untuk kembali bermain.      

Tapi, Twain punya masalah. Dia kesulitan dalam menentukan daftar pemain yang harus dipanggilnya untuk tugas internasional ini.      

Baru tiga putaran pertandingan dimainkan di Liga Premier, tapi sudah ada beberapa pemain yang mengalami cedera. Wayne Rooney mengalami cedera paha dan harus beristirahat selama seminggu. Michael Carrick terkilir di pergelangan kakinya dan harus beristirahat minimal dua minggu. Bentley kembali mengalami cedera ligamen setelah baru saja pulih dari cedera sebelumnya dan harus beristirahat selama setidaknya sebulan. Stewart Downing mengalami cedera kram otot pada betis dalam pertandingan melawan Wales di tanggal 24 Agustus dan takkan bisa diturunkan selama setidaknya dua minggu. Selain itu, John Terry juga mendapatkan kartu merah di pertandingan melawan Wales dan dilarang bermain selama dua pertandingan.      

Semua pemain yang cedera harus digantikan. Twain harus menemukan pengganti yang cocok untuk mengisi posisi mereka.      

Oleh karena itu, Chris Cohen menerima panggilan pertamanya dari tim nasional. Mereka menyuruhnya mengemasi barang-barangnya dan pergi ke London untuk bertemu dengan tim nasional sebelum mereka berangkat ke Macedonia.      

Cohen memang anggota Tim Pertama di Nottingham Forest saat mereka memenangkan Treble, tapi dia tidak pernah terpilih untuk bermain di timnas karena posisi yang dimainkannya biasanya ditempati oleh Stewart Downing dan James Milner, yang bermain lebih baik daripada dirinya. Permainan Cohen lebih rata-rata dalam semua aspek permainannya dan satu-satunya kelebihan yang dimilikinya adalah dia sering bergerak mundur untuk bertahan.      

Twain kembali menunjukkan favoritisme dengan memilih pemain Forest yang lain. Tapi kali ini, kritik yang diarahkan padanya jauh lebih sedikit, karena timnya telah memenangkan pertandingan hingga saat ini. Selama tim nasional Inggris terus menang, siapa peduli kalau dia mengganti seluruh lineup tim nasional dengan lineup Nottingham Forest?     

Cohen merasa tersanjung setelah menerima panggilan telepon dari Football Association. Dia baru merasa yakin bahwa itu bukan mimpi atau lelucon yang dilakukan padanya oleh program realitas setelah dia menerima panggilan langsung dari Twain.      

"Chris. Akulah yang mempromosikanmu dari tim cadangan ke tim pertama. Sekarang, aku juga akan menjadi orang yang membawamu ke tim nasional dari Forest. Jujur saja, aku sedang berada di bawah tekanan besar. Kalau kau tidak bisa tampil bagus, aku akan menerima banyak kritik dari orang lain. Aku tidak peduli kalau mereka mengejekku, tapi kalau kalian tidak bisa tampil baik, itu pasti akan mengakibatkan perpecahan di dalam tim nasional Inggris..."     

Cohen paham apa yang dimaksud Twain. Dia menjawab, "Kau bisa tenang, boss. Aku takkan mempermalukanmu!"     

Cohen dipanggil ke tim nasional sebagai pengganti yang potensial untuk Downing. Twain tidak memberinya jaminan diturunkan dalam pertandingan, karena persaingan untuk posisi yang dimainkannya cukup sengit.      

Adriano Moke merasa iri dengan Cohen karena terpilih untuk bermain di tim nasional. Dia sama sekali belum pernah menerima panggilan telepon dari Twain meski telah menjadi pemain reguler di Forest belakangan ini. Twain juga memilih untuk menurunkan Walcott dan bukan dirinya saat Bentley cedera sebelum ini.      

Micah Richards dari Manchester City adalah pemain yang dipilih Twain untuk menggantikan John Terry. Richards adalah pemain berbakat dan ada banyak orang yang ingin melihatnya bermain di tim nasional, tapi Twain menolak membawanya ke tim karena penampilannya tidak konsisten belakangan ini. Twain lebih suka memicu kemarahan separuh Mancunian (penduduk asli kota Manchester yang bisa dikatakan sebagai penggemar ManCity) daripada mengambil resiko memainkan Richards.     

Richards menjadi tenar saat dia masih menjadi pemain muda dan dia dikenal luas di Liga Premier serta kancah sepakbola Eropa. Dia tampil menonjol di antara pemain lain seusianya dan karenanya, dia seringkali dipilih untuk bermain di tim nasional saat Capello masih memimpin.      

Tapi, pengalamannya sejak masih muda telah membuatnya menjadi pemain yang suka berbangga hati dan arogan, dan hal ini mempengaruhi penampilannya di lapangan karena dia sering kehilangan fokus saat sedang bermain. Karenanya, Twain menolak untuk memanggil Richards ke tim nasional meski ada banyak orang yang ingin melihatnya dipilih. Dia tidak ingin wakil kapten Manchester City itu menjadi semakin sombong.      

Sejak Twain mengambil alih, Richards sama sekali tidak dipanggil sekalipun untuk bermain mewakili tim nasional, dan hal ini mengarah pada spekulasi diantara media Manchester bahwa mungkin ada konflik antara Richards dan Twain.      

Twain tidak pernah mengakui ada konflik diantara mereka berdua dan Richards hanya mengeluh disana sini tentang bagaimana dia tidak terpilih untuk tim nasional.      

Sekarang setelah Terry absen, Richards akhirnya mendapatkan tiket masuk ke tim nasional untuk yang pertama kalinya.      

Kalau ada yang pertama, biasanya akan ada yang kedua. Richards hanya perlu memanfaatkan kesempatan yang diberikan padanya kali ini.      

Michael Carrick tidak bisa berpartisipasi dalam pertandingan internasional karena cedera, dan Fabian Delph dari Tottenham Hotspur adalah pemain pendukung yang dibawa Twain ke dalam tim untuk menggantikannya. Pemain yang menggantikan Wayne Rooney adalah striker top Everton, James Vaughan dan pemain yang menggantikan Bentley adalah Matt Derbyshire dari Blackburn Rover.      

Twain pergi ke ibukota Macedonia, Skopje, dengan tim yang terdiri atas semua pemain yang disebutkan diatas.      

※※※     

Macedonia tidak akan bisa mengancam Inggris dalam cara apapun meski mereka memiliki keunggulan bermain di kandang. Itulah anggapan para fans Inggris sebelum pertandingan dimulai.      

Pemain Inggris juga berpikiran sama dengan para fans. Inggris berhasil mendapatkan sembilan kemenangan dan satu kali imbang di sepuluh pertandingan kualifikasi yang mereka mainkan sejauh ini. Lolos ke babak selanjutnya lebih awal seharusnya tidak menjadi masalah. Tidak satupun dari pemain Inggris yang mempedulikan lawan mereka di babak penyisihan grup ini.      

Setelah pertandingan melawan Macedonia dimulai, kelihatannya Inggris akan mendapatkan kemenangan kesepuluh mereka. Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan sebaliknya.      

Baru tujuh menit berlalu sejak pertandingan dimulai ketika Walcott berusaha memasuki kotak penalti dan kemudian mengumpankan bola ke tengah. Mitchell melompat di udara dan menyundul bola ke gawang.      

Inggris memimpin atas Macedonia dengan 1:0.      

Para pemain Inggris mulai bersantai setelah mereka berhasil unggul sejak awal. Mereka kehilangan fokus dan mulai bermain dengan benak di awang-awang.      

Twain merasa sangat kesal dengan apa yang dilihatnya. Dia mondar mandir di pinggir lapangan dan terus memberikan isyarat serta berteriak kepada para pemainnya untuk terus menyerang.      

Macedonia tampil jauh lebih baik dibandingkan dengan saat mereka bermain melawan Inggris dalam pertandingan tandang, dan mereka berhasil mengancam gawang Inggris beberapa kali.      

Inggris baru bisa mencetak gol kedua mereka di menit ke-72. Richards menyundul bola yang dikirimkan dari sudut ke dalam gawang dan Inggris mengakhiri pertandingan dengan skor 2:0.      

Richards tampak senang setelah mencetak gol. Dia berlari ke depan kamera dan berteriak keras. Dia merasa senang karena dia berhasil membuktikan kemampuannya setelah diperlakukan dingin oleh Twain sepanjang tahun.      

Twain tidak memuji penampilan tim setelah pertandingan berakhir. Sebaliknya, dia justru memarahi para pemain tanpa ampun di ruang ganti.      

"Ada total 16 kesempatan untuk menembak di sepanjang pertandingan, tapi hanya ada tiga yang tepat sasaran!" Twain benar-benar punya alasan untuk marah jika dilihat dari statistik. "Apa aku harus senang sekarang mengingat kita sangat efisien karena kita berhasil mencetak dua gol dari tiga tembakan yang tepat sasaran? Atau haruskah aku merasa menyesal karena melihat kalian melewatkan sembilan peluang untuk menembak? Ada juga 4 tembakan yang berhasil digagalkan lawan... semua itu adalah statistik kalian untuk pertandingan ini, tuan-tuan! Lihat saja bagaimana cara kalian bermain melawan tim Macedonia yang kecil dan lemah! Apa kalian pikir kalian sudah punya semua yang kalian butuhkan untuk menghadapi lawan yang lebih besar dan lebih kuat?"     

Tidak ada pemain yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Mereka tahu bahwa apa yang dikatakan boss memang benar, dan mereka telah menunjukkan penampilan yang biasa-biasa saja untuk pertandingan kali ini. Mereka tidak bisa menyemangati diri mereka sendiri mengingat mereka berhadapan dengan tim lemah seperti Macedonia.     

Twain memandang para pemain di hadapannya. Dia tahu bahwa kata-katanya takkan didengar kapanpun tim ini menghadapi tim yang sangat lemah. Para pemain itu memiliki benak pikiran mereka sendiri dan mereka takkan mendengarkan semua yang dikatakan olehnya. Mereka pasti meremehkan lawan yang mereka anggap lemah dan setelahnya mereka akan bermain sesuai dengan penilaian mereka.      

Bagaimanapun juga, mereka adalah manusia yang hidup. Mereka bukan boneka yang dikendalikan dengan tali.      

"Aku tidak ingin melihat pertandingan seperti ini lagi."     

Twain mengatakan itu dan langsung meninggalkan ruang ganti.      

Para pemain saling pandang dengan heran setelah Twain pergi. Mereka sama sekali tidak mengerti kenapa boss mereka sangat marah. Mereka mungkin telah meremehkan lawan mereka, tapi toh mereka berhasil menang.      

Mereka sama sekali tidak tahu bahwa apa yang paling dihargai Twain adalah semangat dan kemauan. Twain tidak peduli timnya kalah dalam pertandingan, tapi para pemainnya tidak boleh kehilangan pertandingan dan tekad mereka.      

Meremehkan lawan bukanlah hal yang buruk. Tapi bersikap santai di pertandingan apapun adalah hal yang buruk. Kalau pemainnya terus berperilaku dan berpikir seperti ini, itu akan menjadi kebiasaan yang sulit diubah, dan akhirnya akan memberikan pukulan fatal bagi tim.      

Hanya para pemain Forest yang paham mengapa boss mereka sangat marah, karena itu adalah tuntutan yang sama dengan yang dituntutnya dari para pemain Forest saat dia masih menjadi manajer disana.      

※※※     

Inggris berhasil menang atas Macedonia. Itu adalah hasil yang bagus, meski Twain merasa tidak senang dengan jalannya pertandingan.      

Saat ini, Inggris memiliki total 25 poin dan mereka menduduki peringkat pertama di grup. Denmark hanya bisa mengumpulkan 20 poin karena mereka bermain imbang melawan Irlandia yang berada di peringkat kelima dengan skor 1-1 di pertandingan terakhir. Sekarang ada selisih lima poin antara peringkat pertama dan peringkat kedua.      

Pertandingan Inggris selanjutnya adalah pertandingan tandang melawan Denmark. Pemenang pertandingan itu akan mendapatkan enam poin, dan karenanya, kalau Inggris berhasil mengalahkan Denmark, mereka akan bisa melaju ke babak berikutnya dengan menyisakan dua pertandingan.      

Bagi media Inggris, tiket menuju Spanyol sudah berada di genggaman tim nasional Inggris, karena mengalahkan Denmark di pertandingan tandang tidak akan menjadi masalah sama sekali. Inggris telah berhadapan dengan Denmark sebelum ini di pertandingan kualifikasi, dan pers yakin bahwa baik Denmark maupun tim lain di grup ini tidak akan menimbulkan masalah bagi Tony Twain dan timnya.      

Denmark dan Serbia mungkin pernah dianggap sebagai tim yang kuat di masa lalu, tapi sekarang, keduanya tampak lemah dan rentan saat melawan Inggris yang kuat.      

Pers Inggris mulai menyebut tim nasional Inggris saat ini sebagai tim terkuat di sepanjang sejarah dan mereka membanggakan bagaimana tim ini akan mendominasi seluruh Eropa. Tidak satupun dari Serbia maupun Denmark yang bisa menghentikan mereka, dan rekor tak terkalahkan yang dipegang Tony Twain akan bertahan.      

Twain sudah muak mendengar komentar-komentar seperti itu.      

Pers yang terlalu positif pasti akan mempengaruhi emosi tim. Lihat saja apa yang terjadi di Skopje. Mereka beruntung bahwa mereka hanya melawan Macedonia. Bagaimana kalau saat itu mereka melawan Denmark? Tim yang dikenal sebagai 'Bajak Laut Eropa Utara' itu pasti tidak akan melewatkan kesempatan emas untuk mengalahkan Inggris.      

Twain merasa sedikit gugup dengan pertandingan Inggris selanjutnya. Hal yang membuatnya lebih cemas adalah arogansi dan harga diri pers justru akan mengacu pada hasil yang sangat buruk selama Kejuaraan Eropa.      

※※※     

Para pemain memperhatikan bahwa boss mereka tidak banyak tersenyum seperti dulu lagi sejak dia mengkritik penampilan mereka di Skopje.      

Dia juga lebih berhati-hati selama melakukan wawancara saat membahas tentang Denmark. Dia terus menekankan bahwa Denmark adalah sebuah tim yang kuat dan bahwa dia menghormati tim itu.      

Tidak ada yang percaya bahwa seorang manajer yang arogan sepertinya tiba-tiba saja bersikap begitu rendah hati.      

Perilakunya ini membuat lidah para pemain tak bisa diam.      

"Boss bertingkah aneh..."     

"Apa yang aneh tentang itu? Dia hanya melakukan pertunjukan di depan kita!"     

"Melakukan pertunjukan?"     

"Dia tidak ingin kita meremehkan lawan kita."     

"Tapi Denmark bukan tim yang bisa kita remehkan."     

"Tidak semua orang berpikiran seperti itu. Bagaimanapun juga, tim kita mengalami kemenangan beruntun. Bahkan aku juga beranggapan kita takkan punya masalah untuk menang melawan Denmark..."     

"Yeah, itu benar! Kita pasti akan lolos ke putaran berikutnya lebih awal. Aku tidak tahu apa yang dikhawatirkan boss..."     

"Mereka adalah tim yang bisa kita kalahkan dengan mudah! Aku sama sekali tidak bisa membuat diriku bersemangat untuk pertandingan itu."     

"Lihat saja dirimu! Kau baru saja meremehkan lawan kita!"     

"Ah..."     

Diskusi seperti ini sering terjadi di antara para pemain.      

Sehari sebelum pertandingan, Twain mengumpulkan seluruh tim untuk pertemuan taktis di hotel tempat mereka menginap. Tapi, saat pertemuan itu dimulai, Twain tidak membahas taktiknya.      

Beberapa kata pertama yang keluar dari mulutnya justru mengejutkan para pemainnya.      

"Aku bertanya-tanya apakah kita sebaiknya sengaja kalah dari Denmark."     

Twain mengelus dagunya saat mengatakan itu dan dia tidak terlihat seperti sedang bercanda. Semua pemain dan staff tampak terkejut dan mereka semua memandangnya dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Mereka tidak tahu kenapa boss mereka mengatakan itu.      

"Kita sudah pasti lolos ke putaran berikutnya. Tidak jadi masalah kalau kita kalah dalam satu pertandingan. Aku tidak terlalu peduli dengan rekor tak terkalahkan itu. Itu tidak ada artinya bagiku. Aku lebih suka meredam mood media dengan kalah dalam pertandingan... Tapi, apa kalian mau melakukan itu?"     

Twain menatap para pemain saat dia mengajukan pertanyaan itu.      

Sebagai kapten, Wood bangkit dan menjawab pertanyaan Twain, "Aku tidak suka melakukan itu, boss."     

"Dan alasanmu adalah?"     

"Aku tidak suka kalah. Dan aku sama sekali tidak suka kalah dengan sengaja."     

Beberapa pemain setuju dengan Wood dan mereka mengulangi kata-katanya.      

"Boss, sebenarnya..." Mitchell bangkit berdiri untuk berkata, "Kurasa kau tidak perlu khawatir tentang kami yang akan dipengaruhi oleh kata-kata media. Kami bukan anak-anak yang tidak tahu apa-apa."     

Kata-kata Mitchell kembali didukung oleh sejumlah pemain.      

Twain mengangkat tangannya untuk menghentikannya. "Apa menurutmu aku khawatir tanpa alasan? Aku sudah bisa melihat dari wajah kalian bahwa kalian meremehkan Denmark. Beberapa dari kalian pasti berpikir bahwa Denmark adalah tim yang bisa kita kalahkan dengan mudah, kan?"     

Sejumlah pemain memendekkan leher mereka dan menundukkan kepala.      

"Aku akan harus membuat sejumlah perubahan di starting lineup, karena kalian semua tidak ingin kalah dalam pertandingan..."     

Setelah itu, Twain memasukkan semua pemain Nottingham Forest ke dalam starting lineup.      

Joe Mattock, Chris Cohen, Mitchell, Agbonlahor, dan kapten, George Wood, semuanya akan diturunkan sejak awal.      

Kemudian Twain menghadapi timnya yang sebagian besar terdiri atas pemain Nottingham Forest.      

"Kalian semua tahu apa yang kuinginkan!" teriaknya.      

"Kemenangan!!"     

※※※     

Denmark berusaha keras untuk memberikan perlawanan terhadap serangan Inggris dan karena inilah mereka berhasil mencetak gol.      

Tapi, Inggris masih terlalu kuat bagi mereka. Inggris seperti badai yang mengamuk dan orang-orang Denmark itu bahkan tidak bisa mengangkat kepala mereka di tengah hujan lebat.      

Skor akhir untuk pertandingan itu adalah 2:1. Inggris berhasil mengalahkan Denmark dalam pertandingan tandang dan kemenangan itu membuat mereka lolos lebih awal ke putaran selanjutnya dengan menyisakan dua pertandingan.      

Saat wasit meniup peluitnya yang menandakan akhir pertandingan, para pemain Inggris berlari ke lapangan untuk memeluk rekan setim mereka yang telah bermain selama 90 menit. Mereka berhasil mendapatkan tempat untuk berlaga di Kejuaraan Eropa yang akan diadakan di Spanyol dan tidak ada yang bisa mengubah itu.      

Twain menghembuskan nafas lega sebelum akhirnya bangkit berdiri. Lalu dia mengepalkan tangannya dan mengayunkannya tinggi-tinggi di udara. Koleganya segera memeluknya.      

Tujuan pertama yang dinyatakan di dalam kontrak sudah berhasil dicapai.      

Mulai saat ini, yang perlu dilakukannya hanyalah memikirkan tentang Kejuaraan Eropa.      

Shaun Harvey, chief executive Football Association Inggris, bangkit berdiri untuk bertepuk tangan bagi Twain dan timnya dari tribun. Dia tersenyum bangga pada pria disampingnya sebelum kemudian membanggakan diri tentang bagaimana dia memiliki mata yang jeli.      

"Kalau aku tidak menghubunginya waktu itu, mungkinkah kita bisa melihat pemandangan seperti ini?"     

"Mereka bilang kalau Tony Twain adalah pria yang keras kepala. Tapi aku tidak bisa mengatakan itu sekarang mengingat dia bekerja dibawah Tn. Harvey."     

Twain telah menjadi orang yang patuh setahun belakangan ini setelah dia menjadi manajer tim nasional. Ada beberapa orang yang percaya bahwa perubahan perilakunya ini takkan mungkin terjadi kalau bukan karena karisma Shaun Harvey.      

※※※     

Berita bahwa Inggris berhasil lolos ke putaran berikutnya menjadi semacam motivasi bagi beberapa tim lain yang berharap mereka juga bisa lolos.     

Salah satu pertandingan yang diadakan sehari setelahnya adalah antara Wales dan Serbia. Pada akhirnya, Wales berhasil mengalahkan Serbia dengan skor 2:1 dalam pertandingan yang melelahkan. Karena Denmark kalah terhadap Inggris, Wales berhasil naik dari peringkat keempat menjadi peringkat kedua dan mereka unggul atas Denmark dengan dua poin.      

Saat ini, Wales memiliki peluang yang cukup besar untuk lolos ke putaran berikutnya jika mereka bisa mempertahankan peringkat kedua di grup.      

Satu hal yang layak untuk disinggung adalah dua gol yang dicetak Wales dalam pertandingan itu dicetak oleh satu orang.      

Gareth Bale mencetak dua gol dari tendangan bebas, dan sendirian saja membuat Wales berada di peringkat kedua di grup.      

Golnya juga menggemparkan seluruh Wales, karena tim sepakbola mereka akhirnya berpeluang untuk berpartisipasi dalam sebuah kompetisi internasional. Ketenaran Bale meroket tajam dan seluruh negeri memuji penampilannya. Tapi, tidak satupun dari semua itu yang penting bagi Bale. Satu-satunya yang ada di benaknya adalah janji yang dibuatnya dengan Twain di pinggir lapangan.      

Aku harus pergi ke Spanyol!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.