Mahakarya Sang Pemenang

Kesulitan Dua Sahabat



Kesulitan Dua Sahabat

0Mulai sekarang, Edward Doughty pasti akan mulai merindukan hari-hari dimana Tony Twain masih ada di klub.      

Karena dia sadar bahwa menghadapi media sepanjang waktu bukanlah pengalaman yang menyenangkan.      

Saat mobilnya melaju ke gerbang kompleks pelatihan Wilford, sejumlah besar reporter benar-benar memblokir area itu dan mobilnya sama sekali tidak bisa bergerak maju. Seperti yang terjadi semalam, sejumlah besar reporter langsung menerkam saat mereka melihat Audi A6 merah gelap itu, seolah-olah mereka adalah sekelompok hiu yang mencium bau darah. Kilatan lampu kamera itu seperti gigi raksasa ikan hiu, yang memantulkan cahaya dingin sinar matahari pagi.      

Mereka mengajukan pertanyaan yang sama seperti kemarin, tapi kali ini mereka tampak lebih agresif. Edward merasa kalau dia tidak memberi mereka jawaban, dia takkan bisa memasuki gerbang Wilford.      

Dia membuka jendela mobil dan semua mikrofon itu langsung bergerak masuk seperti ular.      

Seandainya dia duduk di dekat jendela, wajahnya pasti sudah disodok oleh benda mirip tongkat kecil itu...      

"Akan ada konferensi pers nanti malam, tuan-tuan. Kalau kalian punya pertanyaan, tolong simpan saja sampai saat itu!" Edward meninggikan suaranya dan tidak terlihat seperti seorang ketua klub. Dia benar-benar kewalahan menghadapi para paparazzi yang haus darah itu.      

"Dan kami bisa mengajukan pertanyaan apapun?" tanya seorang reporter.      

Untuk menyingkirkan mereka, Edward Doughty terpaksa harus mengangguk dan menyetujuinya, "Pertanyaan apa saja juga boleh!"     

"Yah, bagaimana dengan surat terbuka Tony Twain... Bolehkah aku bertanya tentang itu?" Reporter itu sama sekali tidak ingin melepaskan kesempatan ini.      

Edward Doughty tidak menjawab pertanyaan itu. Dia mendorong mikrofon keluar dan menutup jendela mobil.      

Audi itu menderu melewati kerumunan orang, beringsut maju sedikit demi sedikit. Para reporter yang merasa tidak puas masih mengambil gambar di sekeliling mobil. Orang-orang bahkan mengetuk jendela dan pintu mobil lalu berteriak, berharap mereka bisa membuat orang yang ada di dalam mobil untuk melangkah keluar dan menjawab pertanyaan mereka.      

Para penjaga keamanan dari seluruh kompleks pelatihan Wilford telah berkumpul untuk ikut mengawal bos mereka. Meski begitu, dia masih tampak kewalahan menghadapi semua reporter itu.      

Ketika Edward akhirnya tiba di kantornya setelah melalui banyak kesulitan, Allan Adams sudah menunggunya disana.      

"Para reporter itu benar-benar sudah gila!" Edward mengeluh dengan getir. Seorang reporter berkeliaran di dekat rumahnya semalam. Kelihatannya dia takkan bisa menjalani hari yang damai.      

"Kau harus berterima kasih bahwa mereka hanyalah reporter dan bukan penggemar sepakbola fanatik. Kalau tidak, mobilmu mungkin akan digulingkan bersama dengan dirimu di dalamnya." kata Allan sambil tertawa.      

Membicarakan tentang fans sepakbola, Edward jadi waspada dan bertanya, "Apa?"     

"Para fans yang memprotes sudah muncul diluar kompleks latihan. Mereka membawa spanduk. Kata-kata di atasnya.... semuanya menyumpahimu, Edward," Allan memberinya kabar terbaru. Sebenarnya, dia memang datang menemuinya pagi ini untuk membahas masalah itu.      

Edward tampak terkejut. Akhirnya terjadi juga. Dan hanya akan ada badai yang lebih ganas di masa depan.      

"Para fans perlu ditenangkan," kata Allan.      

"Bagaimana kita bisa menenangkan mereka?"     

"Kita harus menemukan manajer secepat mungkin, mengembalikan tim ke kondisi normal dan membiarkan para fans mengalihkan perhatian mereka ke bursa transfer pemain... Lalu segera membeli pemain bintang yang cukup berbobot." Ini adalah rencana Allan.      

"Itulah masalahnya, Allan. Apa kau sudah punya kandidat untuk manajer baru?"     

Allan terkejut mendengar pertanyaannya itu. Saat ini, hanya ada sedikit sekali manajer bagus yang sedang menganggur karena mereka tidak tertarik pada manajer yang tidak cukup bagus. Tujuan yang ditentukan klub untuk tim Forest adalah terus berpartisipasi dalam Liga Champions musim depan dan setidaknya menjamin satu gelar juara. Mereka tidak bisa langsung menemukan seorang manajer dan memintanya memenuhi target itu.      

Kedua pria itu tidak bersuara dan ruangan kantor diselimuti kesunyian yang ganjil.      

※※※     

Para pemain Nottingham Forest berlatih di lapangan latihan dibawah arahan Kerslake, tapi benak mereka dipenuhi banyak hal lain. Mata semua orang tanpa sadar akan tertuju keluar lapangan.      

Sejumlah besar fans berkumpul disana, tapi mereka tidak datang untuk menonton para pemain berlatih dan mendapatkan kesempatan untuk meminta tanda tangan pemain favorit mereka. Mereka menggantung spanduk yang mereka bawa ke pagar kawat, dimana kata-kata berikut ini dituliskan:     

"Siapa orang yang mempermalukan tim? Edward Doughty!"     

"Edward Doughty harus pergi! Kembalikan Tony Twain!"     

"Si pelaku harus dihukum. Edward Doughty harus turun!"     

"Kami punya hak untuk tahu tentang kepergian Tony!"     

"Mati sana, Edward Doughty, mati sana!     

Tidak kurang dari sepuluh spanduk semacam itu digantungkan berdesak-desakan di pagar kawat. Kainnya berkibar tertiup angin dan menarik perhatian semua orang.      

Kalau para reporter bisa masuk, mereka pasti akan mengambil gambar dan membuat kehebohan disana.      

Itu akan menjadi bahan berita terbaik.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.