Mahakarya Sang Pemenang

Konflik



Konflik

0Ketika Ribery terjatuh di kotak penalti Nottingham Forest, Edward Doughty, yang duduk di podium, memiliki ekspresi yang sangat menarik di wajahnya karena dia terlihat seperti baru saja memakan sepiring ulat hidup. Tapi insiden yang menarik justru terjadi di dalam lapangan dan bukan diluarnya.      

Pepe merasa dia telah mendorong Ribery dengan lembut dan itu hanya akan sedikit mengganggu aksi Ribery, sehingga mencegahnya melakukan tembakan voli. Tapi, dia sama sekali tidak mengira Ribery akan memanfaatkan itu dan sengaja menjatuhkan diri di kotak penalti. Karenanya dia mendapatkan tendangan penalti!     

Pepe tiba-tiba saja meledak marah saat melihat Ribery terbaring di tanah, gelombang kemarahan mendadak naik ke kepalanya dan membuat matanya memerah.      

Pertama-tama, dia menendang kaki Ribery dengan sangat keras sampai-sampai dia ikut kehilangan keseimbangan dan terjatuh di dekat Ribery.      

Masalah ini tidak selesai sampai disini. Dia menekan kepala Ribery dengan kedua tangan dan meraung di telinganya dengan gigi terkatup, "Kau pembohong, keparat tak tahu malu!! Bajingan! Kau... keparat!"     

Dia ingin terus berteriak tapi dia baru sadar bahwa wajah Ribery seolah berubah bentuk dibawah tekanan kuat darinya.      

Adegan ini benar-benar menakutkan bagi siapapun yang menyaksikannya.      

Pepe sama sekali tidak menyadarinya. Dia masih menggunakan kekuatannya dan dia masih berteriak. Bahkan setelah dia bangkit berdiri, dia masih berusaha menendang Ribery.      

"Pepe!" Bale berusaha keras menghentikan Pepe sementara Woodgate berdiri di depan Pepe, mencegahnya menerkam Ribery.      

Ribery masih terbaring di tanah.      

Para pemain Real Madrid sudah bergegas menghampiri untuk membela Ribery. Higuain bergegas maju untuk memulai pertengkaran dengan Pepe, tapi Pepe melancarkan pukulan ke wajah Higuain melewati bahu Woodgate!     

Pepe benar-benar berbeda dari kesan seseorang yang ramah dan tidak berbahaya seperti yang diberikannya pada orang-orang. Dia seperti badai yang mengamuk dan semua orang yang berdiri di hadapannya harus bersiap menerima amukannya.     

"Sial, dia berusaha memukul orang-orang!" Benzema bergegas maju untuk berusaha membalas Pepe. Dia melihat Higuain berjongkok sambil memegangi wajahnya dan kelihatannya itu tadi bukan pukulan yang ringan.      

Dia segera dihalangi oleh pemain Forest sebelum dia bisa pergi kesana.      

Para pemain dari kedua kubu berkumpul di area kecil itu, saling dorong dan sikut sambil melontarkan kata-kata kasar. Selama beberapa saat, situasinya sangat kacau.      

Meski Bale dan Woodgate memegangi Pepe dan berusaha menjauhkannya, Pepe masih berusaha melepaskan diri dari pegangan mereka untuk menyerang Ribery. Di waktu yang bersamaan, dia terus berteriak, "Dasar pembohong! Jangan diving kalau kau tak punya nyali! Dasar pengkhianat! Diving hanya untuk mendapatkan penalti, dasar tak berguna! Keparat!"     

"Sudah cukup, cukup!" Bale menahan Pepe dari belakang dan dia sudah merasa kelelahan. Pepe seperti banteng mengamuk yang berusaha dihentikannya, "Berhentilah mengamuk, Pepe! Kau dalam kesulitan besar! Kau akan dikeluarkan!"     

"Biar saja!" Pepe sangat marah sampai-sampai dia tidak peduli kalau dia akan diusir dari lapangan. Yang ingin dilakukannya hanyalah memberi pelajaran pada pengkhianat yang melakukan diving itu. Dia menghentakkan bahunya dengan kuat, berhasil melepaskan diri dari pegangan Bale dan Woodgate lalu kelihatannya dia akan bergegas maju ke depan.      

Tiba-tiba saja George Wood memegangi lehernya dengan satu tangan dan menghentikan makiannya sebelum mereka meninggalkan tenggorokannya. Tidak ada yang melihat darimana Wood datang dan tidak ada yang melihatnya bergerak mendekat.      

Dia memandang Pepe yang tampak terkejut dengan tatapan dingin, "Tenangkan dirimu."     

Urat-urat bermunculan di leher Pepe saat dia berusaha menyaingi kekuatan Wood. Sayangnya dia sama sekali tidak bisa mengalahkan sang kapten yang jauh lebih kuat darinya, jadi dia hanya bisa menggertakkan giginya dan melotot ke arah Wood.      

Wood mengerahkan kekuatannya dan mendorong Pepe menjauh, "Keluar dari sini!"     

"Sialan...!" Pepe menggeram pelan.      

"Ini bukan ring tinju," Wood menatap Pepe dan menyerbu ke arahnya setelah mengatakan itu, memeganginya dengan erat sambil menyeretnya keluar lapangan.      

"Lepaskan aku, aku akan memberi pelajaran pada pengkhianat lemah itu!"     

Pepe masih berusaha melepaskan diri, tapi itu sia-sia saja. Dia sama sekali tidak bisa mengalahkan Wood dan dia diseret hingga pinggir lapangan.      

Saat Pepe masih berusaha memberontak lepas, wasit berhasil keluar dari kerumunan pemain yang tampak impulsif dan berlari ke arah Pepe sambil menunjukkan kartu merah!     

Para fans Real Madrid mengarahkan ejekan mereka pada Pepe sementara fans Nottingham Forest mengejak Ribery yang melakukan diving. Saat itu, hanya terdengar suara ejekan dari tribun.      

Setelah Wood menyeret Pepe ke pinggir lapangan, dia mendorongnya keluar dengan satu tangan. Kali ini, Pepe tidak kembali ke lapangan. Dia hanya berteriak ke arah hakim garis yang mendukung keputusan wasit memberikan tendangan penalti, "Wasit keparat, saranku sebaiknya kau membeli kacamata! Tidak, sebaiknya kau membawa otakmu juga!"     

Hakim garis tidak tinggal diam dan membalasnya, "Kau adalah orang yang kasar dan kau tidak berhak memberitahuku bagaimana caranya melakukan pekerjaanku."     

Pepe tidak lagi memperhatikannya dan melangkah ke arah terowongan, melontarkan makian seperti "sialan", "dasar keparat" dan dia masih mengomel saat melangkah melewati Twain. Twain memukul bagian belakang kepalanya.      

"Apa yang kau lakukan?" Twain menatap Pepe, yang tampak terkejut, dengan marah. "Lihat apa yang sudah kaulakukan! Kita memberi mereka tendangan penalti dan kita juga kekurangan satu orang!"     

Pepe berusaha membela dirinya sendiri, "Aku tidak melakukan pelanggaran, dia yang berpura-pura..."     

"Meski dia hanya berpura-pura, tidak bisakah kau menenangkan dirimu sendiri? Keparat!" Twain menarik Pepe ke arah terowongan, "Pikirkan baik-baik di ruang ganti!"     

Pepe menolak menerima perintah itu dan dia menunjuk ke arah lapangan dan berteriak dengan marah, "Meski aku tetap tenang, setenang gunung es sekalipun, wasit pasti akan tetap memberiku kartu kuning. Boss, aku sudah punya satu!"     

Twain terkejut melihat ledakan kemarahan Pepe. Dia menatap Pepe dan membuka mulutnya tanpa mengatakan apa-apa.      

"Aku benci bajingan Ribery itu! Aku membencinya! Tapi aku tidak hanya membencinya sekarang! Aku benar-benar membencinya sampai ke tulang! Dia melakukan diving untuk mendapatkan tendangan penalti dan membuatku diusir! Ini semua rencana si brengsek itu! Aku ingin dia membayarnya! Aku takkan diam saja menerima ini semua!"     

Pepe berteriak dengan tangan terkepal.      

"Tapi kau membuat tim kita harus membayarnya..." Twain membuka kedua tangannya dan nada suaranya tidak lagi semarah sebelumnya.      

Di dalam terowongan dimana tidak ada orang yang bisa melihat mereka, Pepe akhirnya mulai bisa menenangkan diri meski masih terdengar suara cemoohan dari luar. Dia terdiam sejenak lalu tampak seolah kehilangan semua kekuatannya dan bahunya mulai rileks.      

"Sorry. Sorry, boss..." gumamnya dengan suara rendah, seolah dia adalah anak kecil yang mengakui kesalahannya dan meminta maaf pada ayahnya.      

Twain bergerak untuk menyentuh kepala botaknya, "Franck sudah menjadi pemain Real Madrid, jadi wajar baginya untuk berpikir dari sudut pandang Real Madrid. Kalian hanyalah musuh di pertandingan ini, bukan musuh bebuyutan seumur hidup. Kalau kau ingin membalasnya, kau seharusnya bekerja keras untuk tetap tinggal dalam pertandingan dan mengalahkan dia dan timnya lalu mengangkat piala itu di depan matanya," Twain menghela nafas sambil mengatakan semua itu. "Tapi tidak ada gunanya mengatakan semua itu sekarang, kau sudah diusir. Kembalilah ke ruang ganti..."     

Dia sama sekali tidak mengira Pepe akan menggelengkan kepalanya dan berkata tegas, "Tidak, boss. Aku akan tinggal disini, aku ingin melihat tim kita mengalahkan Real Madrid."     

Twain mengangkat bahunya, "Terserah kau saja."     

Lalu dia berbalik, melangkah keluar dari terowongan dan kembali ke kursi manajernya di area teknis.      

Konflik di lapangan sudah berakhir. Setelah George Wood mendorong Pepe keluar dari lapangan, orang-orang yang terlibat dalam insiden itu juga sudah bubar. Wasit memberikan kartu kuning kepada Mitchell dan Benzema yang sama-sama mengayunkan tinju di konflik ini, dan menyalahkan kedua pihak sama rata. Tapi, hal ini tidak mengurangi ketegangan antara kedua tim. Para pemain Forest masih melotot marah pada para pemain Madrid.      

Franck Ribery, pemain yang memulai segalanya, dikelilingi rekan setimnya di Real Madrid. Semua orang di sekelilingnya tersenyum senang, dan bahkan tampak penuh semangat, tapi Ribery sendiri hanya menunjukkan senyum terpaksa dan tidak tampak emosional.      

Tentu saja, dia tahu dia memang berlebihan saat bereaksi terhadap kekuatan dorongan Pepe. Dorongan itu begitu ringan sampai-sampai titik keseimbangannya takkan berubah sedikitpun karenanya. Tapi kalau dia tidak melakukan ini, dia tidak yakin bisa mencetak gol. Kalau begitu, kenapa menolaknya? Hampir 80% pemain penyerang akan memilih untuk terjatuh dibawah situasi ini agar mereka bisa mendapatkan tendangan penalti... Tidak, ini bukan melakukan 'kecurangan', ini artinya memanfaatkan peraturan secara logis...      

Saat dia memikirkannya seperti ini, rasa bersalah yang dirasakannya sedikit berkurang. Dia meninggalkan kotak penalti dan menunggu rekan setimnya melakukan tendangan itu.      

Kalau bola ini masuk, Real Madrid akan berhasil selamat dari tepi jurang. Ketegangan pertandingan akan berlanjut dan para fans Real Madrid tidak perlu meninggalkan stadion lebih awal.      

Dia berdiri di luar kotak penalti dan menyaksikan Higuain menempatkan bola di titik penalti. Telapak tangannya berkeringat.      

※※※     

Kerslake melihat Twain berjalan kembali ke area teknis dan dia bertanya, "Bagaimana Pepe?"     

"Kurasa dia sudah tenang," Twain memandang ke lapangan sambil berjalan mendekati area teknis, "Kelihatannya Higuain yang akan mengeksekusi tendangan penalti ya..."     

"Jujur saja, Tony... Pepe membuatku takut barusan. Aku tidak pernah melihatnya semarah itu."     

"Aku juga," Twain memandang asistennya, "Tapi... mungkin memang selalu ada sesuatu yang bisa memprovokasi seseorang, sesuatu yang takkan pernah bisa mereka tolerir..."     

Jujur saja, Twain harus berterima kasih pada Pepe. Kalau Pepe tidak meledak marah, mungkin dirinyalah yang akan diusir keluar lapangan. Saat dia melihat Ribery melakukan diving, dia hampir memaki sebelum kemudian dia melihat Pepe mengamuk. Jadi Twain berhenti memaki karena dia tertegun melihat Pepe. Setelah itu, Pepe menarik perhatian semua orang dan Twain tidak perlu lagi marah-marah...      

※※※     

"Menyaksikan tayangan ulang dari apa yang dilakukan Pepe tadi... itu benar-benar mengejutkan," meski Pepe sudah diusir dari lapangan, aksinya tadi masih mengejutkan si komentator, "Pepe adalah pemain yang tidak pernah kehilangan kendali di Nottingham Forest dan aksi bertahannya di lapangan selalu bersih. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan kartu merah musim ini dan di sebagian besar waktu, dia tidak akan terlibat dalam insiden apapun di lapangan. Bagi pemain yang cukup sabar seperti dirinya tiba-tiba saja bertindak seolah dia sudah gila. Ini mungkin tekanan karena bermain di final..."     

"Pelanggaran yang dilakukan olehnya memberikan peluang bagi Real Madrid untuk menyamakan kedudukan tepat sebelum pertandingan berakhir. Dia mungkin meledak marah gara-gara ini. Melihat tayangan ulang gerak-lambat, tidak ada keraguan bahwa Pepe memang mendorongnya, tapi Ribery juga bersalah... Untuk dorongan seringan itu, dia terjatuh seolah-olah dia ditabrak truk..."     

Komentator tidak mengatakan bahwa itu adalah aksi diving, tapi dia merasa bahwa akting Ribery terlalu berlebihan. Nottingham Forest mungkin merasa dirugikan dengan tendangan penalti ini...      

※※※     

Tidak ada gunanya merasa dirugikan. Meski Ribery benar-benar melakukan diving, wasit sudah memberikan hadiah tendangan penalti, jadi keputusan itu tidak bisa diubah. Para pemain Nottingham Forest semuanya terlihat seolah mereka tidak bisa menerimanya saat mereka berdiri diluar kotak penalti, menunggu Higuain mengeksekusi tendangan penalti.      

Saat Higuain bersiap untuk melakukan tendangan penalti, para fans tim tamu dibelakang gawang Forest terus mencemoohnya dengan harapan bisa mempengaruhi mental striker Argentina itu.      

Dibawah tekanan yang besar, Higuain dengan tenang membuat Akinfeev salah menebak arahnya dan memasukkan bola ke dalam gawang.      

Tribun meledak dengan sorakan dan rasanya seolah ada gempa.      

Emosi para fans Real Madrid yang selama ini tertekan akhirnya bisa tersalurkan. Mereka mengayunkan kepalan tangan mereka dan bernyanyi sekuat hati. Saat itu, hanya ada satu suara yang terdengar di Stadion Bernabeu yang besar.      

"Viva La Madrid!!!"     

※※※     

Akinfeev benar-benar tertipu dengan mata Higuain. Dia baru sadar bahwa dia salah arah setelah dia melompat dan dia menoleh untuk melihat bola melesat ke tengah gawang saat dia masih melayang di udara...      

Sebelum Higuain menendang bola, para pemain dan fans Forest masih punya harapan di hati mereka --- dibawah tekanan sebesar ini, mungkin pria Argentina itu akan luput?     

Sayangnya, kekuatan mental Higuain jelas lebih kuat daripada Lu Meng dari Kerajaan Wu.      

Usai mencetak gol, Higuain berlari ke bagian tribun dimana fans Nottingham Forest berkumpul lalu membuat isyarat 'jangan berisik'. Apa yang diperolehnya adalah cemoohan yang luar biasa keras.      

Karena kesal, Akinfeev menendang bola dan bola itu memantul ke tengah gawang setelah membentur jaring. Kebobolan gol di momen terakhir pertandingan benar-benar merusak semangat mereka.      

Michel berdiri di pinggir lapangan dan bertepuk tangan untuk tendangan penalti ini. Di sisi lain, Twain berdiri dengan lengan terlipat di dada dan tidak mengatakan apa-apa.      

Seseorang bisa tahu apa yang sedang dipikirkan oleh kedua manajer ini dari melihat ekspresi mereka.      

Michel pasti sedang merayakan bagaimana timnya berhasil lolos dari kekalahan dan Twain pasti sedang memaki dalam hati tentang tendangan penalti tak terduga ini.      

Para pemain Real Madrid masih merayakan gol sementara para pemain Nottingham Forest terlihat kecewa. Tepat setelah gol yang dicetak melalui tendangan penalti, ofisial keempat mengumumkan perpanjangan waktu dari pinggir lapangan.      

Karena insiden yang melibatkan Pepe, perpanjangan waktu yang diberikan adalah lima menit.      

Baik fans Real Madrid maupun Nottingham Forest merasa puas dengan lamanya perpanjangan waktu ini karena mereka masih tidak ingin menyerah disini dan memasuki babak tambahan.      

Para pemain Real Madrid tampak lebih bersemangat tentang ini. Semangat mereka sedang tinggi karena mereka baru saja menyamakan kedudukan dan mereka tidak sabar menunggu pertandingan kembali dimulai agar mereka bisa segera menyerang.      

Di sisi lain, Nottingham Forest masih terkejut dengan gol itu. Masih ada beberapa pemain Forest yang mendatangi wasit, berusaha untuk menjelaskan apa yang terjadi di kotak penalti itu padanya.      

Twain melihat semua ini terjadi dan dia tahu bahwa hampir mustahil bagi timnya untuk mencetak gol lain yang bisa menghabisi Real Madrid. Dia memutuskan untuk melepaskan gagasan mencoba mencetak gol.      

"Katakan pada mereka kita akan bermain bertahan selama lima menit terakhir," Twain menggerakkan tangannya dengan lesu saat dia memberitahu Kerslake di sampingnya. Lalu dia berbalik dan berjalan kembali untuk duduk di kursi manajer.      

Eastwood tampak sedikit khawatir, dia mendekati Twain dan tepat saat dia akan berbicara, Twain menyelanya dan berkata, "Aku baik-baik saja, Freddy. Biarkan aku sendiri sebentar, aku harus memikirkan apa yang harus kita lakukan di babak tambahan nanti..."     

Dia menunduk sambil menggosok pelipisnya dan berpikir keras.      

※※※     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.