Mahakarya Sang Pemenang

Dimulainya Malam yang Indah



Dimulainya Malam yang Indah

0Big John dan Skinny Bill terbangun dari tidur mereka dan terkejut setelah mengetahui bahwa saat itu sudah hampir jam sebelas siang. Mereka bergegas keluar dari kamar untuk mengetuk banyak pintu kamar yang lain. Tidak lama kemudian, koridor yang tadinya tenang berubah berisik. Sekelompok pria Inggris menguap sambil melangkah keluar dari kamar mereka. Semalam, mereka semua banyak minum alkohol dan sekarang kepala mereka berdenyut sakit.      

"Sial. Sekarang sudah jam sebelas? Aku pasti telat masuk kerja sekarang...." Beberapa orang masih bingung dengan dimana mereka berada saat ini.      

"Bangun, Gary. Kita ada di Spanyol sekarang! Di Madrid!" John mengetuk kepala si bodoh itu.      

"Madrid?" Si bodoh itu menatap kosong selama sesaat, lalu dia memegangi kepalanya dan berteriak, "Final Liga Champions!!"     

Pria disampingnya tertawa saat melihat Gary sudah kembali ke kenyataan.      

Suara tawa itu juga berhasil mengusir kantuk beberapa orang lainnya.      

"Yah, guys, hari ini adalah hari pertarungan suci! Bangunkan diri kalian. Cuci muka, lalu kita akan keluar untuk makan!"     

Ini bukan hotel berkualitas tinggi. Sekelompok orang dari kota kecil di Inggris tengah itu tidak mampu tinggal di hotel bintang empat atau lima. Tapi tidaklah mudah untuk menemukan hotel kecil semacam ini. Final Liga Champions diadakan di Madrid, yang langsung menaikkan tingkat hunian hotel disini.      

John dan kelompoknya tinggal di sebuah hotel di selatan Madrid, yang berada di sisi kota yang relatif tertinggal. Lingkungan di sekitar hotel itu tidak terlalu bagus, tapi harganya rendah. Itu adalah pilihan terbaik bagi mereka yang tidak kaya.      

Segera setelah John dan lainnya melangkah keluar hotel dengan syal Nottingham Forest di leher mereka, mereka menarik perhatian orang-orang Spanyol di sekitar mereka.      

Tapi para pria Inggris itu tidak merasa gugup. Mereka bahkan berteriak kepada orang-orang Spanyol itu, "Nottingham Forest akan menang!"     

Itu bukan sebuah provokasi, karena mereka tidak mabuk. Tapi, itu dimaksudkan untuk mengetahui situasi.      

Lalu terdengar balasan orang-orang Spanyol itu, "F*ck Real Madrid!"     

Mereka disini adalah kelompok fans Atletico Madrid. Meski mereka orang-orang Spanyol dan tinggal di Madrid, mereka paling ingin melihat rival bebuyutan mereka kalah di kandang.      

"Kita menemukan tempat yang bagus." John tertawa dan berkata, "Ayo, kita makan, guys!"     

※※※     

Javier Thomas, seorang guru sejarah sekolah menengah atas di Madrid, adalah orang Prancis. Tapi, sekarang ini dia adalah seorang penggemar Real Madrid.      

Selama periode kejayaan Real Madrid sepuluh tahun yang lalu, dia masih mengajar di Prancis dan sama sekali tidak tertarik dengan sepakbola. Saat itu, Real Madrid punya banyak pemain bintang. Tim itu bertabur bintang dan dikenal sebagai 'Galacticos'. Mereka memenangkan dua gelar juara Eropa dalam kurun waktu tiga tahun dan tak tertandingi oleh siapapun saat itu. Mereka adalah tim terhebat di dunia.      

Javier datang ke Madrid di tahun 2005 untuk mengajar. Dia sudah pernah mendengar ketenaran sepakbola Real Madrid sebelum ini, tapi sayangnya Real Madrid yang dilihatnya adalah tim yang baru bangkit setelah ditimpa musibah. Itu seperti tempat yang dulunya istana megah kini telah berubah menjadi reruntuhan yang ditutupi tanaman menjalar.      

Lingkungan sosialnya dipenuhi penggemar Real Madrid. Dia tampak bingung dan terkejut karena ini. Jadi, dia memutuskan untuk mengeksplorasi akar penyebab semuanya. Sebagai seorang guru sejarah, dia mulai mempelajari tentang sejarah. Sejarah Real Madrid adalah kebanggaan mereka yang paling berharga. Saat mempelajari sejarahnya, berinteraksi dekat dengan para penggemar Real Madrid, menonton langsung pertandingan Real Madrid, pria Prancis jangkung berkacamata dan elegan ini akhirnya menjadi penggemar Real Madrid.      

Hal yang membuatnya jatuh cinta dengan Real Madrid bukanlah sejarahnya yang gemilang, melainkan karakter dan semangat juang yang ditunjukkan Real Madrid di musim-musim berikutnya. Mereka bisa membalikkan situasi dan mendapatkan gelar juara dalam pertandingan dimana mereka tertinggal dari Barcelona ketika pertandingan hanya tersisa lima belas menit, itu menunjukkan semangat Real Madrid, yang terabaikan selama bertahun-tahun. Saat dia melihat Higuain mencetak gol di menit-menit terakhir di Bernabeu dan membalikkan situasi menjadi kemenangan 4:3 atas tim RCD Espanyol, pria santun dan berperilaku baik ini merasa sangat senang dan tidak bisa menahan diri untuk ikut meraung di tribun dan memeluk orang asing di sampingnya.      

Pembalikan situasi yang menarik semacam ini terjadi lebih dari satu atau dua pertandingan, dan dia telah jatuh cinta dengan tim ini sejak saat itu.      

Sekarang, dia adalah seorang penggemar Real Madrid yang fanatik dan tak tergoyahkan. Dia memiliki identitas ganda. Biasanya, dia adalah seorang pria santun di sekolah dan tidak pernah berdebat dengan orang lain. Bahkan bahasa tubuhnya juga tampak lembut. Tapi saat akhir pekan tiba, dia berubah menjadi sosok berbahaya yang mudah bersemangat, dan semua orang lebih baik menjauh darinya.     

Bahkan istrinya yang sudah menemaninya selama dua puluh tahun tidak bisa memahami perubahan itu.      

Dia hanya bisa menyalahkan sepakbola sebagai olahraga yang membuat orang-orang jadi gila. Untungnya, anak mereka perempuan. Kalau anak mereka laki-laki, sang istri pasti akan menjauhkannya dari sepakbola...      

"Akhirnya sebentar lagi semuanya selesai." Sang istri hanya bisa menghela nafas panjang saat melihat suaminya mengecek ulang 'persiapan' sebelum menonton pertandingan malam ini lagi dan lagi di kamar mereka. Baginya, sakit jiwa kambuhan suaminya bisa pulih dengan cepat. Suaminya adalah penggemar Real Madrid dan bukan penggemar tim nasional Prancis maupun Spanyol. Jadi, Piala Dunia musim panas ini tidak ada hubungannya dengan dirinya. Pertandingan hari ini akan menjadi pertandingan terakhir Real Madrid untuk musim ini. Bagaimanapun hasilnya nanti, suaminya akan segera kembali normal.      

Suaminya keluar dari kamar tidur setelah bersiap-siap. Dia melihat istri dan putrinya sedang duduk di ruang tengah. Dia melangkah menghampiri mereka untuk mengelus rambut putrinya.      

"Jangan pernah berpikir untuk membawanya ke pertandingan," istrinya langsung waspada.      

"Aku hanya menyentuh kepalanya," suaminya tertawa masam. "Jangan melihatku seperti sedang melihat pasien sakit jiwa, Selena."     

"Kau memang sakit jiwa hari ini."     

Putri mereka yang berusia enam tahun menyaksikan dengan rasa ingin tahu ketika orang tuanya berdebat tentang sesuatu yang tidak dia pahami. Dia menyukai ayah dan ibunya, tapi dia seolah-olah memiliki dua ayah dan dua ibu. Di hari seperti ini, ibunya yang cantik dan lembut tiba-tiba saja akan mudah gugup dan ayahnya yang selalu tersenyum akan menjadi orang yang mudah emosi. Benaknya yang masih muda bisa mengingat ayahnya yang tiba-tiba saja marah dan melemparkan barang-barang. Dia tidak tahu kenapa. Ada pula saat ayahnya mendadak tampak sangat bahagia, membelikannya hadiah, menemaninya bermain game sampai larut malam, atau memeluknya erat sampai membuatnya merasa tidak nyaman. Dia juga tidak tahu alasan dibalik itu semua.      

Thomas tidak ingin bertengkar dengan istrinya di hari yang penting ini. Dia memilih untuk diam.      

Istrinya juga tidak ingin berdebat dengannya. Dia duduk di satu sisi dan memeluk putrinya yang sedang menonton film kartun favoritnya.      

Thomas duduk sejenak di tengah situasi ini. Dia merasa suasananya sangat canggung. Dia ingin membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi istrinya akan menatap tajam ke arahnya. Jadi, dia memutuskan untuk pergi lebih awal, berjalan-jalan, menemukan bar, minum bersama fans Real Madrid untuk membahas pertandingan malam ini dan akhirnya pergi ke Bernabeu saat pertandingan akan dimulai.      

Selama dua jam ini, dia akan sepenuhnya lupa bahwa dia punya anak dan istri di rumah. Dia bisa menikmati sepakbola yang membuatnya gembira dan tentu saja, kadang membuatnya sedih..      

Dia tidak lupa mengecup kening istri dan putrinya sebelum beranjak keluar rumah. Kali ini, istrinya tidak menjauh darinya.      

"Aku akan pulang lebih awal." Thomas mengatakan ini dan membuka pintu rumah lalu melangkah keluar.      

※※※     

"Ah... Madrid dalam dua warna. Kalian tidak sering melihat kota Madrid seperti ini. Di bagian utara Madrid berwarna putih dan selatan Madrid berwarna merah. Sekarang mereka semua akan bercampur disini, meski warna merah tidak berasal dari selatan..."     

Seorang pemandu tur menjelaskan kepada kerumunan orang di belakangnya saat mereka berada di depan stadion Bernabeu. Sekelompok wisawatan dari Asia Timur dengan warna kulit Asia dan wajah berbingkai rambut berwarna gelap memegang ponsel, kamera dan video digital mereka untuk mengambil foto dan memfilmkan stadion Bernabeu yang megah sambil menyerukan kekaguman mereka. Tidak ada yang peduli dengan apa yang dikatakan oleh pemandu tur itu.      

"Hey, lihat orang-orang itu, mereka bukan orang Spanyol, mereka fans dari Inggris... Jangan memfoto mereka! Jangan mengarahkan lensa kamera ke arah mereka!" Pemandu tur segera memberikan isyarat kepada para wisatawan yang penasaran agar mereka segera menurunkan kamera di tangan mereka.      

"Fans Inggris. Hanya Tuhan yang tahu apakah mereka baru saja menghabiskan sepuluh galon bir. Fans Inggris yang mabuk adalah yang paling berbahaya!"     

Seolah menyetujui kata-katanya, polisi yang bertugas perlahan mulai mendekati sekelompok fans Inggris yang berpakaian jersey merah untuk memisahkan mereka dari orang-orang lain di sekeliling mereka. Para fans Inggris itu tidak keberatan dengan perlakuan itu. Mereka bahkan memberi hormat kepada polisi itu dan meneriakkan yel-yel dalam bahasa Inggris.      

"Apa yang mereka teriakkan?" Beberapa wisatawan mengajukan pertanyaan.      

Pemandu tur Spanyol itu mengangkat bahu dan berkata, "Nottingham Forest akan menang... sesuatu seperti itulah. Malam ini akan diadakan final Liga Champions UEFA. Tapi sayangnya, kalian semua tidak memiliki tiket. Kalau ada, dengan senang hati aku akan menemani kalian semua menonton pertandingan sepakbola level papan atas di Eropa."     

Sebenarnya, dia ingin sekali menonton pertandingan final, tapi dia harus membawa kelompok wisatawan ini berkeliling...      

"Tn. Martin, apa kita masih bisa membeli tiket sekarang?" Salah satu wisatawan itu bertanya lagi.      

Martin tersenyum pada orang yang mengajukan pertanyaan itu dan berkata, "Tiket untuk pertandingan ini sudah terjual habis seminggu yang lalu." Dia menunjuk ke arah lokasi teduh dibawah sebuah pohon tidak jauh dari sana, dimana banyak orang, pria dan wanita dengan pakaian yang beraneka ragam, sedang berdiri. Satu-satunya kesamaan mereka adalah masing-masing dari mereka membawa sebuah papan bertulisan "Aku butuh tiket."     

"Ayo, tuan-tuan dan nyonya-nyonya. Pemberhentian kita selanjutnya adalah Fuente de Cibeles..." Martin menoleh kembali ke arah Bernabeu di bawah sinar matahari sore, dengan dinding putihnya yang tampak menyilaukan. Dia enggan pergi dari sana. Dia benar-benar menyesal karena tidak bisa menonton pertandingan secara langsung sebagai penggemar Real Madrid.      

Setelah selesai memandu kelompok wisatawan ini malam nanti, dia harus menemukan kesempatan untuk menonton siaran langsung pertandingan.      

Ada pula beberapa wisatawan yang menoleh ke arah Bernabeu dengan tatapan penuh kerinduan. Mereka benar-benar datang kemari di waktu yang tidak tepat. Kalau hari ini tidak ada pertandingan, mereka akan berkesempatan untuk melihat sekilas ke dalam stadion, mengunjungi ruang piala di Bernabeu dan membandingkannya dengan ruang piala Nottingham Forest...      

※※※     

"Cuacanya bagus hari ini. Malam ini takkan hujan dan mungkin akan ada angin sejuk yang berhembus." Pierce Brosnan duduk di cafe yang terletak di seberang stadion Bernabeu dengan sebatang rokok di bibir. Duduk di sebelahnya adalah asisten yang datang bersamanya untuk meliput pertandingan ini.      

Dia tampak tenang dan santai, sementara asistennya tampak berkeringat. Pertandingan yang sangat menarik akan segera dimulai, membuatnya gugup dan bersemangat sekaligus.      

"Tn. Brosnan, apa menurut Anda tim Forest akan menang?"     

"Bagaimana mungkin aku bisa tahu itu?" Brosnan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku bukan nabi, juga bukan peramal dengan bola kristal."     

"Kenapa kita tidak kembali ke hotel mereka menginap dan menunggu disana. Tidak ada berita yang bisa diliput disini." Asistennya jadi banyak bicara. Dia terlihat benar-benar gugup dan penuh semangat.      

"Kau sudah bekerja bersamaku selama dua tahun, Paul. Apa kau masih tidak tahu jenis orang seperti apa yang akan kita wawancarai?" Brosnan melirik sekilas ke arah asistennya dengan tatapan sedikit kecewa dan tidak senang. Dia berkata, "Di pertandingan sepenting ini, Tony Twain pasti akan menjauhkan para reporter yang mengerumuni pintu masuk hotel, seperti sedang mengusir sekawanan lalat. Dia melindungi timnya seperti hewan yang melindungi anaknya. Dia tidak akan membiarkan siapapun berada dekat timnya. Kau ingin berita? Tidak ada kabar baru yang bisa dituliskan kecuali mendeskripsikan betapa kasar dan tidak sopannya Tony Twain lagi dan lagi. Para pembaca sudah bosan membaca semua itu."     

"Kalau begitu, kita akan menunggu disini, minum kopi... dan menikmati pemandangan?"     

Brosnan mengangguk dan berkata, "Beristirahatlah dan bersantailah. Kau akan sibuk malam ini, nak."     

Di hadapan Tony Twain, dia berperilaku seolah dia adalah reporter magang. Tapi di hadapan rookie yang sebenarnya, dia masih akan menunjukkan tampilan dan harga diri 'seorang reporter'.      

Pria muda itu menggumamkan beberapa patah kata dan meminum kopinya dalam tegukan besar. Lalu dia menoleh untuk memandang sekumpulan fans di jalanan. Matanya terpaku pada minoritas fans wanita. Setelah setengah jam mengamati, dia menyimpulkan bahwa Real Madrid memiliki mayoritas fans wanita dan sebagian besar diantaranya adalah fans wanita yang masih muda dan cantik. Dia bahkan melihat fans wanita yang jelas tidak menunjukkan wajah Eropa... Semua orang itu mungkin sudah gila, datang jauh-jauh dari belahan dunia yang lain hanya untuk menonton pertandingan final.      

Sebaliknya, sebagian besar fans Nottingham Forest berasal dari Inggris. Mereka tidak memiliki pengaruh internasional seperti Real Madrid, meski mereka sudah memenangkan banyak kejuaraan. Di satu sisi, gaya sepakbola mereka tidak terlalu indah ditonton dan disisi lain, kepribadian unik Tony Twain telah membuat mereka kehilangan banyak fans netral. Ketiga, karena Nottingham Forest masih termasuk klub kecil, mereka tidak punya uang untuk berekspansi ke pasar global dan tidak punya uang untuk menyebarkan pengaruh mereka secara global. Alasan keempat adalah.. Real Madrid bisa menarik para fans karena terus membeli pemain-pemain bintang, sementara siapa pemain bintang terhebat di Nottingham Forest? George Wood, robot yang serius dan tidak pernah tersenyum...      

Kalau keduanya dibandingkan... Nottingham Forest jelas kalah.      

Hasil ini sangatlah membuat frustasi – hanya ada sedikit sekali wanita cantik di kubu Forest. Si reporter muda itu mengeluh dalam hati.      

※※※     

Pada pukul 5.30 sore, kedua bus berangkat dari dua hotel bintang lima.      

Bus putih diikuti sekelompok media, yang mengikuti bus menuju Bernabeu, seperti ikan hiu di belakang kapal budak.      

Bus merah hanya ditemani beberapa mobil polisi. Seperti yang dikatakan Pierce Brosnan, para reporter yang berada diluar hotel sudah diusir Twain. Dia tidak ingin timnya diganggu di pertandingan sepenting ini. Ketika para reporter itu mengutuk Tony Twain dibawah terik matahari saat mereka meninggalkan tempat itu tanpa daya, Brosnan dan asistennya dengan tenang menyesap kopi mereka dibawah keteduhan payung, menikmati pemandangan banyak wanita cantik dan merasakan suasana sore yang santai.      

Brosnan melihat arlojinya, menepuk bahu asistennya dan bangkit berdiri. Dia berkata, "Saatnya bekerja, nak."     

Di alun-alun di hadapan mereka, sebuah keributan mendadak terdengar.     

Tidak lama kemudian, semua orang bisa melihat kedatangan sebuah bus putih yang disinari sisa-sisa cahaya matahari terbenam. Badan bus yang berwarna putih susu seolah berubah menjadi kuning gading dibawah sinar matahari. Para fans tampak bersemangat dan gelombang raungan mulai terdengar di alun-alun itu.      

Suara raungan itu tampaknya memicu kegembiraan di sekitar Bernabeu dan Brosnan akhirnya merasakan suasana final Liga Champions yang semakin mendekat.      

Kedua pria itu berjalan cepat menyeberangi jalan dan berlari ke alun-alun. Asistennya mengeluarkan kamera dan mengganti lensanya sementara dia mencari posisi terbaik.      

Bus yang membawa para pemain Real Madrid mulai melambat di alun-alun, para pemain tampak melambai ke arah para fans, memicu jeritan sejumlah wanita. Seolah-olah semua orang disini adalah penggemar Real Madrid.      

"Inilah keuntungan bermain di stadion kandang..." gumam Brosnan. Asisten disampingnya masih terus mengambil gambar.      

Javier Thomas juga berada di tengah kerumunan itu, melambai penuh semangat ke arah para pemain di dalam bus.      

"Hidup, Madrid!"     

Seruan semacam itu terdengar di seluruh Bernabeu, dimana puluhan ribu fans Real Madrid berkumpul untuk menyaksikan malam gemilang yang menjadi milik mereka.      

Tidak lama setelahnya, bus Nottingham Forest pun tiba, dan para fans Nottingham Forest yang menyapa mereka ada sekitar puluhan ribu orang. Suara mereka jauh lebih kecil dibandingkan dengan fans Real Madrid. Ditambah lagi fakta bahwa polisi disana membatasi jangkauan aktivitas fans Inggris, sehingga mereka tidak bisa mendekati bus Forest. Mereka hanya bisa melihat dari kejauhan saat bus itu berjalan tanpa terhambat melewati alun-alun dan berbelok ke tempat parkir yang terletak di belakang stadion.      

John dan Bill memimpin orang-orang mereka di tengah kerumunan untuk meneriakkan beberapa kalimat, "Nottingham Forest akan menang!" lalu menutup mulut mereka. Mereka memandang ke arah para polisi yang tampak tidak ramah dan meludah ke tanah sambil berkata, "Kami akan memberi kalian semua pelajaran setelah pertandingan dimulai!"     

※※※     

Martin masih bisa mendengar suara seruan di Bernabeu, meski posisinya lebih dari dua belas kilometer jauhnya. Sekarang dia mengkhawatirkan tentang bagaimana caranya dia bisa menyingkirkan kelompok wisatawan Cina ini dan pergi menonton pertandingan. Kalau kelompok wisatawan ini mendatanginya dan ingin melihat-lihat kota Madrid di malam hari setelah mereka makan malam, dia benar-benar tidak tahu apakah dia bisa menolak permintaan mereka.      

Saat dia mencemaskan ini di dalam bus, dia mendengar suara ketukan di kaca jendela.      

Seorang pria Cina dari kelompok tur itu berdiri di luar bus dan tersenyum ke arahnya.      

"Apa kalian sudah selesai makan? Bagaimana makan malamnya? Ini adalah restoran Cina terbaik di Madrid!" meski wajah Martin masih tampak cemas hingga detik terakhir, kali ini dia tersenyum penuh perhatian. Dia menambahkan, "Aku tidak bohong."     

"Makanannya benar-benar otentik. Tidak diragukan lagi, ini memang restoran Cina terbaik di Madrid, Tn. Martin. Tapi malam ini, kami ingin..."     

Bibir Martin sedikit berkedut. Hal yang paling ditakutinya menjadi kenyataan. Ah, ah! Memikirkan bagaimana dia tidak akan bisa menonton pertandingan sepenting hari ini membuatnya membenci pekerjaannya. Di final Liga Champions di Bernabeu, salah satu tim yang bertanding adalah tim favoritnya, Real Madrid! Berapa kali dia bisa mendapatkan kesempatan seperti ini dalam hidupnya?     

"Ah, aku tahu, kemana kalian ingin pergi? Bagaimana kalau pergi berbelanja di Calle de Serrano? Itu adalah jalan yang terkenal di Madrid! Kalau kalian tidak mau pergi kesana, kalian bisa pergi..." Martin menyela si wisatawan dan mulai memberikan banyak rekomendasi, melakukan pekerjaannya sebagai pemandu tur.      

Pria Cina itu mendengarkan bagaimana Martin merekomendasikan semua tempat yang layak untuk dikunjungi di Madrid sebelum dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kami tidak ingin pergi ke semua tempat itu, Tn. Martin. Kami sudah berdiskusi dan ingin mencari sebuah tempat yang murah tapi ramai untuk menghabiskan malam ini dan menikmati kehidupan malam yang biasa di Madrid. Khususnya di malam seperti ini..."     

Pria Cina itu sudah memberikan banyak petunjuk dan Martin bukan orang bodoh. Dia menjawab dengan senyum lebar dan berkata, "Aku punya ide bagus! Bagaimana kalau aku membawa kalian ke bar dengan suasana terbaik di Real Madrid untuk minum dan menonton pertandingan? Ada banyak wanita Spanyol yang cantik dan ramah, dan yang lebih bersemangat dari mereka adalah sepakbola dan bir! Haha!"     

Itu memang malam yang indah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.