Mahakarya Sang Pemenang

Setelah Mendapatkan Mahkota



Setelah Mendapatkan Mahkota

0Sepanjang hari tanggal 12 Mei, kota Nottingham dipenuhi kegembiraan. Terdapat banyak artikel di media lokal tentang keberhasilan Nottingham Forest dalam mempertahankan gelar liga mereka dan banyak media berkumpul di kota Inggris tengah itu untuk mewawancarai juara Liga Premier yang baru saja dinobatkan.      

Pada tanggal 13 Mei, ofisial FA memberikan replika piala kepada Nottingham Forest dan media lokal mengkritik penghinaan FA terhadap Nottingham Forest. Sebagai akibatnya, keesokan harinya, FA menggantikan replika itu dengan piala yang asli. Perubahan ini dilakukan dengan cepat dan tidak lagi ada yang memprotes.      

Setelah memenangkan kejuaraan liga, Twain memberikan hari libur bagi timnya, tapi dia mengingatkan para pemainnya bahwa masih ada dua pertandingan penting lain jadi mereka masih belum bisa berlibur dan bermain-main.      

Para pemain berlibur satu hari dan karenanya Twain juga memberi dirinya hari libur. Pada hari ini, dia menghabiskan waktu bersama istrinya. Dia tidak pergi kemana-mana dan memilih untuk beristirahat di rumah. Shania menikmati waktu kebersamaan mereka karena di momen terakhir pertandingan kemarin, dia benar-benar ketakutan setengah mati.      

Dia melihat suaminya sejenak tampak gugup, lalu senang dan kemudian putus asa. Bahkan sebagai pengamat, jantungnya tidak bisa menghadapi semua ketegangan itu, apalagi Twain, yang sudah menjalani operasi jantung?     

Untungnya, jantung bertenaga nuklir itu sangat kuat dan tidak terjadi masalah apapun. Kalau tidak, Shania lebih suka tim Twain tidak mencapai hasil apapun di sepanjang musim daripada harus melihat Paman Tony-nya menderita.      

Shania masih punya banyak hal untuk dikhawatirkan, termasuk esok hari.      

Twain tentu saja mengetahui hal ini, jadi dia harus menebus kesalahannya pada Shania di hari ini. Untuk itu dia bertanya, "Kemana kau mau pergi? Apa yang mau kaubeli?"     

Shania menghampiri dan menempelkan tubuhnya, meniup ujung hidung Twain dan berkata manja, "Tidak mau pergi kemana-mana, biarkan aku memelukmu."     

Twain membuat wajahnya tampak datar, "Aku bukan boneka Totoro-mu!"     

Shania mengabaikannya dan memeluk suaminya seperti layaknya boneka, "Biarkan aku memelukmu, biarkan aku mendengar detak jantungmu. Aku takut kalau semua ini hanya mimpi," gumamnya.      

Twain tidak lagi berusaha memberontak, dia menempatkan dagunya dengan lembut ke atas kepala Shania. "Itu detak jantung yang kuat," Shania mendongak dan tersenyum ke arah Twain, "Aku lega!"     

Twain tidak memutar matanya melainkan mengelus rambut Shania dengan lembut. Ada banyak hal yang ingin dia katakan tapi tidak ada kata yang keluar dari mulutnya yang hanya berkedut sedikit.      

※※※     

Saat Shania dan Twain menghabiskan waktu mereka di rumah, Bale sedang mengetuk pintu Shannon dengan sebuah hadiah.      

Gadis itu kelihatannya masih marah dengan Bale, jadi dia membuka pintunya cukup lebar hanya untuk melihat Bale tapi tidak membiarkannya masuk. Jadi Bale, dengan hadiah dan bunga di depan pintu, menunggu hampir sepanjang hari sampai akhirnya dia bisa meyakinkan pacarnya itu untuk membukakan pintu dan hatinya.      

"Kurasa kau sama sekali tidak mencintaiku." Meski Bale sudah memasuki rumahnya, mulut Shannon masih tidak mau menyerah.      

Bale tersenyum dan menjejalkan bunga dan hadiah itu ke tangan Shannon, lalu memeluknya dari belakang dan berkata, "Siapa yang menyuruh Tuhan untuk membuatku jadi seorang pemain sepakbola profesional? Kadang-kadang kau harus mengalah sedikit, kau tidak boleh cemburu. Kau pasti tahu tentang pelatihku kan? Istrinya yang superstar tidak suka melihatnya berhubungan dengan sepakbola karena dia mengkhawatirkan jantung suaminya."      

Membicarakan tentang Twain dan Shania, gadis itu akan menyerah. Saat Twain menikahi Shania, yang berusia dua puluh tahun lebih muda darinya, dia telah membuat banyak pria merasa cemburu, tapi dari sudut pandang si gadis, pernikahan itu membuat banyak orang merasa iri dan Shannon juga termasuk salah satunya. Meski dia bukan penggemar, tapi sebagai penduduk Nottingham, dia tahu tentang kisah Tony Twain.      

Dia menikmati pelukan Bale, menantikan kapan pacarnya itu memberinya pengalaman romantis yang tak terlupakan.      

"Kalau begitu... selain sepakbola, kau tidak boleh mencintai gadis lain." Gadis itu mulai bersikap centil.     

Bale mencium telinganya dengan lembut, "Oke, aku janji."     

Gadis itu tertawa puas dan mengikuti Bale ke dalam kamar tidur tanpa ragu.      

※※※     

"Cuacanya bagus, George."     

Sophia menaungi matanya dengan tangan saat dia menyipitkan mata dan memandang ke langit. Dia ditemani putranya berjalan-jalan keluar rumah untuk berjemur di bawah sinar matahari. Wajahnya yang pucat diterpa sinar matahari yang hangat dan dia mendapatkan kembali semangatnya.      

Wood bergumam setuju.      

"Rasanya menyenangkan karena memenangkan kejuaraan liga, apa kau senang?"     

"Hm, iya."     

"Bagus juga Tn. Twain tidak harus memakan meja dan mempermalukan dirinya sendiri... Selama beberapa menit terakhir, aku khawatir dia tiba-tiba jatuh pingsan di pinggir lapangan. Untunglah tidak ada hal buruk yang terjadi." Sophia menundukkan kepala saat mengucapkan itu dengan lembut.      

Keduanya berjalan sampai mereka lelah dan duduk di bangku untuk beristirahat.      

Sophia menoleh dan memandang putranya. Putranya sedang menatap ke arah para pejalan kaki di kejauhan.      

Kelihatannya ada yang sedang dia pikirkan.      

Sophia tidak ingin mengganggunya, dan dia bersandar di bangku untuk menikmati sinar matahari. Dia merasa dia berhutang banyak pada putranya. Saat ini, rekan-rekan setimnya pasti sedang sibuk berkencan dengan pacar mereka, pergi berbelanja, pergi ke klub malam, bar atau lokasi hiburan lainnya. Hanya George yang merasa perlu menemani dirinya karena dia tidak berguna sebagai manusia.      

Mungkin akan lebih baik bagi George kalau dia meninggal dunia?     

Sayangnya dia tidak tega meninggalkan George sendirian. Dia mencintai George dan merasa bahwa dialah satu-satunya yang paling mencintai George di dunia ini, dan dia tidak ingin meninggalkannya sendirian. Kecuali ada wanita lain di dunia ini yang lebih mencintai George daripada dirinya, dia akan selalu bersamanya.      

Wood terkejut ketika dia menyadari seseorang bersandar di bahunya. Dia menemukan bahwa orang itu adalah ibunya.      

Ibunya saat ini terlihat seperti gadis kecil yang meringkuk sendirian. Dengan mata tertutup, sudut bibirnya sedikit terangkat dan menunjukkan kebahagiaan. Cahaya matahari pagi menyinari wajahnya, dan kilau penuh warna terlihat di wajahnya.      

Wood sedikit terpana, karena sudah lama ibunya tidak menunjukkan kilauan bercahaya. Ibunya sedang tidak sehat, jadi dia sering memiliki pemikiran yang buruk. Mungkinkah ini karena matahari?     

Dia menegakkan tubuhnya dan tidak berani bergerak karena takut mengganggu ibunya. Mungkin ibunya sedang bermimpi indah?     

※※※     

Kenny Burns berdiri sendirian di hadapan patung perunggu Brian Clouth di pusat kota Nottingham. Sejumlah buket bunga diletakkan di dasar patung perunggu itu. Sekarang jauh lebih ramai dibandingkan sebelumnya. Ini semua karena Nottingham Forest telah berhasil memenangkan gelar juara dan Stadion City Ground yang akan dihancurkan, sehingga mengingatkan banyak orang tentang kejadian masa lalu.      

Saat dia berdiri disana, beberapa fans lain datang untuk meletakkan bunga. Tanpa terkecuali, ada pula beberapa pria tua berambut putih.      

Hal yang tidak mereka kenali tentang pria tua yang sedang berdiri di dekat mereka adalah bahwa dia sebenarnya salah satu arsitek era kejayaan awal Nottingham Forest, yang memenangkan penghargaan Pesepakbola Terbaik oleh FWA. Saat ini, Burns tidak terlihat berbeda dari pria tua Inggris lainnya, dimana kau tidak bisa melihat kejayaan masa lalu yang dulu menjadi miliknya.      

Tepat setelah pertandingan kemarin, dia dan teman-temannya kembali kemari, dan berfoto bersama. Tapi itu hanyalah sebuah aktivitas yang diatur oleh media. Dia kembali lagi kemari hari ini, karena tiba-tiba saja dia ingin mengatakan sesuatu pada pelatihnya.      

"Tiga gelar juara Liga, chief. Mungkin akan ada gelar Eropa ketiga dan piala ketiga musim ini... Dia tidak buruk kan, chief? Mungkin malah lebih baik daripada dirimu..." Burns memandang ke langit. Langit tampak biru cerah dan sama sekali tidak mungkin ada petir yang akan menyambar kepalanya.     

Setelah menyadari apa yang dilakukannya, Burns tertawa, "Ha!"     

Dia ingat chief meninggalkan mereka pada bulan September 2004 karena kanker perut dan meninggal di usia enam puluh sembilan tahun di Derby City General Hospital. Ferguson yang berusia 69 tahun masih memimpin timnya di Liga Premier dan memenangkan Liga Champions. Itu adalah Juara Eropa kedua dalam karirnya.      

Sekarang satu dekade akan berlalu dalam sekejap mata.      

Sepuluh tahun yang lalu, Nottingham Forest mengantarkan kepergian bangsawan nomer satu di sepanjang sejarah klub dan menyambut yang kedua. Kebetulan ini benar-benar menunjukkan signifikansi beraroma takdir di dalamnya.      

Sepuluh tahun yang lalu, Burns mengira chief akan tetap hidup, karena dia bisa melihat Nottingham Forest bangkit kembali seolah dalam mimpi. Seorang pelatih baru yang ditabrak pemainnya sendiri di pinggir lapangan tiba-tiba saja menjadi juara terpanas di Eropa.      

Setelah berdiri beberapa lama, Burns mengucapkan selamat tinggal pada pelatihnya dan berbalik untuk pergi.      

Di belakangnya tampak Clough memakai cardigan, dengan kedua tangan disatukan dan kepala ditegakkan. Itu adalah pemandangan dimana dia memutuskan untuk pensiun dan mengucapkan selamat tinggal kepada puluhan ribu fans di Stadion City Ground, yang sekarang akan dihancurkan.      

Di dasar patung perunggu itu, masih ada fans yang berdatangan dan meletakkan bunga serta mengenang masa lampau. Beberapa orang, seperti Burns, berdiri di depan patung perunggu Clough dan berbicara tentang tahun-tahun masa lalu dan kejayaan mereka di masa kini. Itu seperti berbicara pada seorang teman lama.      

※※※     

Saat menunggu di Bandara Heathrow London, Tn. Bendtner, yang akan kembali ke Denmark, sudah memakai kacamata hitam dan masih bisa dikenali. 'Pria putaran terakhir' dari kejuaraan itu baru saja membuat kehebohan karena dia mudah dikenali.      

Mendorong troli kopernya, dia dihentikan oleh beberapa orang saat sedang dalam perjalanan menuju gerbang penerbangan.      

"Hey, Nikki!"     

Karena mereka memanggil nama panggilan Bendtner, dia tidak bisa menahan diri kecuali berhenti berjalan.      

"Ha, itu Nikki! Itu benar-benar kau!"     

Beberapa orang datang menghampiri dan Bendtner tadinya ingin menolak wawancara. Tapi dia baru sadar bahwa mereka bukanlah reporter, karena mereka tidak membawa tas untuk melakukan wawancara, kamera di tangan mereka terlalu amatir, wajah mereka juga tampak sangat terkejut, bukan terkejut karena melihat bahan berita secara langsung, melainkan jenis kegembiraan yang langsung dari dalam hati.      

Dia menganggap ini agak aneh, apa dia juga punya fans di London?     

Tidak ingin mengecewakan para fans, dia tersenyum dan menunggu mereka meminta foto bersama atau tanda tangan.      

Keempat pria yang menghampirinya itu tidak berniat berfoto dengannya atau meminta tanda tangan. Mereka hanya mengacungkan jempol pada Bendtner, "Bagus sekali, dua gol itu! Kami menonton pertandingan, itu benar-benar bagus!"     

"Yeah, bagus sekali, Gini...," terbatuk, "Sudah cukup lama, aku masih belum terbiasa dengan ini..."     

"Jujur saja, tadinya aku tidak berharap banyak pada kalian. Tapi aku senang aku salah!"     

Beberapa fans yang antusias itu memuji Bendtner sambil menepuk bahu dan lengannya lalu mereka beranjak pergi.      

Bendtner berbalik untuk melihat mereka dari belakang, mereka semua berjalan dengan gembira seolah sedang melayang. Tiba-tiba saja dia sadar bahwa mereka adalah fans Nottingham Forest!     

Setelah memikirkan tentang hubungan ini, dia tersenyum di dalam hati.      

Kali terakhir, kapanpun dia kembali ke Stadion City Ground, hal yang menyambutnya adalah cemoohan dan ejekan keras dari para fans Nottingham Forest. Seperti Judas, dia dituliskan di dalam kisah Alkitab agar generasi mendatang bisa mencemoohnya ratusan juta kali dan tidak punya peluang dan kekuatan untuk membela dirinya sendiri.      

Sekarang situasinya benar-benar terbalik dan dia mendapatkan pujian setulus hati dari para fans Nottingham Forest. Mereka bahkan meneriakkan nama panggilan yang digunakannya di masa lalu dan menepuk bahu dan lengannya.      

Nottingham Forest memenangkan kejuaraan liga karena dirinya. Ini benar-benar seperti plot dalam sebuah drama. Dia tidak ingin membantu Nottingham Forest memenangkan kejuaraan liga, dia hanya tidak mau dipandang rendah oleh lawan.      

Berdiri di tempatnya dan merenungi nasibnya, Bendtner kembali mendorong troli kopernya dan mencari ruang tunggu untuk penerbangannya. Pertandingan kemarin sudah hampir dilupakan olehnya. Kebahagiaan orang-orang Nottingham Forest sudah tak ada hubungannya dengan dirinya.      

Memori merah itu semakin memudar, dia punya masa depannya sendiri, yang tidak ada hubungannya dengan Nottingham Forest.      

※※※     

Setelah pertandingan kemarin, Wenger mengunci dirinya dalam kamar kerjanya setelah tiba di rumah. Dia bahkan tidak mau berdekatan dengan istrinya. Ini adalah cara khusus baginya untuk mengekspresikan dan melampiaskan kemarahannya – tidak mau makan atau tidur, dan mengunci dirinya sendiri. Tidak ada yang tahu apa yang dilakukannya di dalam disana, tapi setelah dia keluar dari pengisolasian itu, sebagian orang akan bisa tahu bahwa suasana hatinya sudah kembali normal.      

Kali ini, dia keluar dari kamar kerjanya menjelang subuh dan tersenyum minta maaf pada istrinya.      

Matanya merah, mungkin karena terjaga sepanjang malam. Istrinya sibuk mempersiapkan makan malam untuknya sementara dia duduk sendirian di sofa, menutup matanya untuk beristirahat.      

Setelah satu hari satu malam, adegan kegagalan itu masih terlihat jelas. Setelah dia menutup matanya, dia bisa mengingatnya dengan jelas. Dia punya peluang yang lebih tinggi untuk menang, tapi dia kehilangan kejuaraan, apa yang salah? Bendtner tidak dijaga? Secara spesifik, dia mengatur agar semua pemain memperhatikannya, tapi Bendtner hanya perlu dua peluang untuk mencetak gol. Ini benar-benar tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Secara taktis, dia tidak melakukan kesalahan sama sekali, dan masuk akal untuk mengatakan bahwa dia tidak seharusnya mendapatkan hasil seperti ini. Tapi inilah sepakbola, semuanya tidak bisa diprediksikan.      

Untungnya, jantungnya sedikit lebih kuat daripada jantung Twain dan tidak ada masalah yang terjadi dengan jantungnya saat dia harus menghadapi ketegangan seperti itu. Sebenarnya, mereka yang terlihat lebih beradab justru akan menunjukkan reaksi yang lebih kuat dibandingkan mereka yang punya temperamen buruk, begitu mereka berada dibawah tekanan yang besar.      

Dia menutup matanya, berusaha menghilangkan adegan itu dari benaknya dan perlahan merasakan lelah di sekujur tubuhnya.     

Saat istrinya membawakan makan malam untuknya, dia melihat suaminya sudah jatuh tertidur dan mendengkur pelan...      

Dia meletakkan makan malam yang dibawanya, mengambil selimut dan menutupi tubuh suaminya dengan lembut.     

※※※     

Hari ini, Shania sangat menggairahkan. Dia mengerang bahagia sambil memejamkan mata dan memeluk erat kekasihnya, kesepuluh jarinya meninggalkan bekas goresan di punggung Twain. Seolah-olah Shania khawatir kalau dia melepaskan pelukannya, kekasihnya akan menghilang. Hanya dengan memeluknya erat-erat, merasakan kehangatan dan detak jantungnya, mendengarkan suara nafasnya, dan menikmati setiap dorongannya, semua itu akan memberinya rasa aman.      

Bagi Bendtner dan Arsene Wenger, musim liga yang intens sudah berakhir, tak peduli apakah semuanya berjalan lancar atau sulit, mereka hanya bisa menerima hasil ini.      

Tapi bagi Twain yang masih bertarung tanpa istirahat di tempat tidur, ini adalah awal bagi musim panasnya yang menyenangkan. Jantungnya masih harus menjalani ujian yang belum berakhir.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.