Mahakarya Sang Pemenang

Ledakan dalam Kesunyian



Ledakan dalam Kesunyian

0Ketika babak kedua dimulai, para fans Forest masih memperhatikan perkembangan terakhir di pertandingan yang lain. Ketika mereka mendengar bahwa Robinho sudah digantikan di awal babak kedua, mereka mulai memaki McClaren. Menggantikan striker utama dengan pemain muda, bahkan seorang idiot tahu apa arti tindakannya itu.      

Twain juga mendengar tentang ini dari Kerslake dan dia hanya mengangkat bahu. Mereka tidak bisa bergantung pada orang lain, mereka hanya bisa mempercayai diri mereka sendiri...      

Sunderland memulai babak kedua seolah-olah mereka semua mengkonsumsi steroid dan meluncurkan gelombang serangan tanpa henti ke gawang Forest. Ucapan manajer Nielson menunjukkan hasil yang diinginkan.      

Tapi, apa perkataan Twain tidak ada pengaruhnya?     

Sunderland sangatlah rentan terhadap kesalahan sendiri karena terlalu temperamental dan tekanan yang mereka berikan mereka di seluruh lapangan, yang artinya mereka akan "merebut bola dan kehilangan bola lagi."     

Forest mengambil keuntungan dari kesalahan sendiri ini dan meluncurkan serangan balik setelah mereka berhasil merebut bola, mengancam gawang Sunderland.      

Para pemain Sunderland tidak menduga bahwa mereka akan menjadi mangsa tim Forest saat mereka bermimpi mengalahkan Nottingham Forest di babak kedua. Kiper internasional Skotlandia, Gordon, menyerah setelah tembakan kedua.      

Saat itu, Forest meluncurkan serangan dari sayap. Bale maju dan memainkan taktik satu-dua dengan Fernandez lalu menembakkannya ke tengah. Bola itu ditinju Gordon hingga menjauh, tapi bolanya tidak memantul terlalu jauh. Gago melakukan tembakan panjang dari luar kotak penalti dan bola itu kembali memantul setelah membentur bek Irlandia, Paul McShane.      

Bola yang memantul itu tidak masuk ke gawang, melainkan jatuh di depan kaki striker Forest, Ibisevic. Pria Bosnia itu tidak perlu diundang dua kali dan mencoba menembak. Bola itu langsung melesat masuk ke dalam gawang yang kosong.      

"Nottingham Forest unggul atas Sunderland dengan 2:0!"     

Babak kedua baru saja berjalan empat menit dan Nottingham Forest sudah memperlebar keunggulan mereka. Gol ini menjadi pukulan berat bagi Sunderland --- Mereka ingin mencetak gol, tapi malah kebobolan. Mereka sudah berusaha keras untuk menghindari degradasi... Semua itu kelihatan seperti lelucon sekarang.      

Ibisevic meninju udara sebagai perayaan usai mencetak gol.      

Forest tidak bisa mengendalikan pertandingan antara Arsenal dan Manchester City. Satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan adalah mencetak gol sebanyak mungkin dalam pertandingan melawan Sunderland dan melampiaskan kekesalan mereka pada Sunderland.      

Tapi, kalau Manchester City tidak bisa bermain imbang atau mengalahkan Arsenal, tak peduli berapa banyak gol yang mereka cetak, itu hanya akan jadi perlawanan yang sia-sia.      

Twain tidak lagi gelisah seperti sebelumnya setelah timnya mencetak gol. Dia hanya mengayunkan kepalan tangannya dan kembali duduk untuk menunggu kabar berita dari stadion Emirates.      

※※※     

"Dua gol yang dicetak Arsenal membuat pertandingan ini segera memasuki waktu sampah. Ini bukan hal yang ingin kita lihat... Manchester City kelihatannya sama sekali tidak punya motivasi. Kalau babak kedua berlanjut seperti ini, ofisial dari Football Association bisa berjabat tangan dengan ketua klub Arsenal, Hill-Wood dan memberi mereka ucapan selamat lebih awal," komentator yang netral jelas tampak tidak senang karena pertandingan yang sangat dinanti-nanti ini hanya berjalan sepihak.      

Apa yang ingin dilihatnya adalah sebuah pertandingan yang menarik, dimana kedua tim sama-sama pantang menyerah dan berjuang sampai detik terakhir. Tambahkan pula pertandingan antara Forest dan Sunderland yang terjadi di stadion lain, mereka akan bisa menonton pertarungan sampai mati diantara keempat tim ini dan membuat juara liga masih menjadi misteri hingga detik terakhir.      

Itu akan menjadi pertandingan yang cocok untuk mewakili pertarungan intens dalam meraih juara Liga Premier Inggris musim ini.      

Kalau Arsenal memenangkan gelar juaranya dengan mudah, itu tidak adil bagi Nottingham Forest yang sudah berjuang keras untuk bisa menyusul mereka... Setidaknya, Manchester City seharusnya berusaha keras untuk membuat Arsenal bersemangat.      

Para fans Arsenal jelas memiliki pemikiran yang berbeda dibandingkan dengan komentator. Mereka sudah bernyanyi dan menari di tribun, melompat-lompat dan mereka tidak sabar lagi menunggu wasit meniup peluit yang menandakan akhir pertandingan. Bir yang disiapkan untuk perayaan gelar juara sudah dikeluarkan dan para fans yang tidak bisa menunggu lebih lama lagi, mengangkat spanduk dan tulisan-tulisan untuk merayakan kemenangan mereka.      

Para pemain cadangan Arsenal mengobrol dengan santai di bangku pemain cadangan. Wenger menjadi orang yang paling memperhatikan jalannya pertandingan. Dia tidak terlalu optimis, meski ada peluang 99% untuk menang, dia tidak ingin tampak senang sebelum pertandingan berakhir.      

Pat Rice baru saja memberitahunya bahwa Nottingham Forest sudah mencetak gol lagi di stadion yang lain. Mereka sama seperti Arsenal sekarang, unggul dua gol atas lawannya.      

Wenger tertawa karena dia tahu Sunderland takkan bisa mempersulit Forest. Meski mereka tampil hingga 200% dari kemampuan mereka demi kelangsungan hidup mereka, mereka masih punya jarak sejauh 300% antara mereka dan Nottingham Forest, apa gunanya berusaha keras kalau begitu?     

Itulah sebabnya sudah cukup baginya memiliki selisih satu poin lebih banyak bagi timnya. Sisanya sangatlah sederhana. Arsenal hanya perlu memainkan pertandingan mereka, memastikan mereka tidak membuat kesalahan dan tidak dipaksa bermain imbang melawan Manchester City, maka mereka akan menjadi juara Liga. Rice sangat khawatir dengan Nottingham Forest, tapi Wenger sendiri tidak terlalu peduli dengan situasi yang dihadapi Tony Twain.      

Jack Reed, yang diturunkan oleh Manchester City di babak kedua tidak punya banyak pengalaman. Selain bagus dalam berlari, dia tidak menjadi masalah bagi kubu Arsenal. Wenger tidak terlalu khawatir sampai harus mengirimkan seseorang untuk menjaganya. Sementara untuk Bendtner... Dia masih menjadi pemain yang berbahaya.      

Separuh pertahanan Arsenal sudah menjaganya dan dia masih bisa bermain aktif seperti di babak pertama. Dia adalah abnormalitas di Manchester City.      

Sebenarnya apa yang dia cari?     

※※※     

"Masih belum ada informasi dari kubu Arsenal. Arsenal telah memperlambat laju permainan mereka dan mulai memainkan penguasaan bola. Para fans mereka sudah mulai merayakan kemenangan lebih awal. Manchester City tidak punya banyak peluang..."     

Kerslake mendekati telinga Twain dan memberitahunya semua ini.      

Twain tetap diam selama beberapa saat, lalu dia meneriakkan nama-nama pemainnya agar mereka terus menyerang.      

Dia hanya bisa melampiaskan frustasinya pada Sunderland sekarang...      

10 menit kemudian, Nottingham Forest mencetak gol ketiga mereka. Pepe adalah pemain yang mencetak gol.      

Bolanya berasal dari tendangan sudut. Bale mengeksekusinya dan Pepe melompat untuk mendapatkan bola lalu menyundulnya masuk ke dalam gawang.      

Tertinggal tiga gol, Sunderland sudah kehilangan semangat juang mereka. Sentimen dan aspirasi mereka yang berapi-api dari jeda turun minum telah dihilangkan oleh dua gol yang dicetak di babak kedua. Sekarang adalah waktunya bagi Nottingham Forest untuk tampil.      

※※※     

Ketika kabar berita Nottingham Forest unggul 3:0 mencapai stadion Fratton Park milik Portsmouth, mereka bersorak keras. Para fans Portsmouth tahu bahwa timnya akan tetap tinggal di Liga Premier dan Sunderland akan mengambil tempat mereka untuk didegradasi ke EFL Championship. Semua orang berterima kasih kepada Nottingham Forest atas 'tindakan murah hati' mereka dan berharap mereka bisa meraih gelar juara liga seperti yang mereka inginkan.      

Para fans Tottenham juga tidak ingin melihat rival sekota mereka mengangkat piala juara Liga Premier. Karena hasil pertandingan ini tidak lagi penting, mereka tidak perlu lagi saling tatap dengan penuh permusuhan di tribun. Karenanya, para fans Tottenham juga ikut bersorak bersama fans Portsmouth, memberi Forest ucapan selamat karena bisa terus unggul dan mengutuk Arsenal agar kehilangan gelar liga di saat yang bersamaan.      

Satu-satunya yang kurang adalah fans dari kedua kubu tidak saling berpelukan dan bersorak bersama.      

※※※     

"67 menit telah berlalu. Nottingham Forest masih unggul 3:0 atas Sunderland sementara Arsenal masih unggul 2:0 melawan Manchester City. Masih ada 23 menit menjelang akhir pertandingan. Tadi, aku berkata bahwa Arsenal memiliki 99% peluang untuk memenangkan gelar juara, aku harus mengoreksi diriku sendiri, peluang ini sekarang menjadi 99.5%," kata komentator yang mengomentari pertandingan antara Arsenal dan Manchester City.      

"Gol keempat akan segera dicetak... yak, bolanya masuk! Nottingham Forest unggul atas Sunderland 4:0... Sunderland yang malang," komentator yang mengomentari pertandingan antara Nottingham Forest dan Sunderland tidak terdengar antusias. Dia merasa tidak ada gunanya bagi Nottingham Forest untuk mencetak begitu gol. Di benak pikirannya, tim Twain sudah kehilangan akal sehat mereka dan sekarang hanya melampiaskan kekesalan mereka tanpa mempedulikan perasaan Sunderland. Tidak hanya mereka membuat Sunderland didegradasi, mereka juga melampiaskan kekesalan mereka karena tidak bisa memenangkan gelar juara liga kepada Kucing Hitam (Black Cats – julukan Sunderland) yang malang.      

Para penggemar Forest tidak lagi bersorak keras untuk gol itu. Perhatian mereka sudah meninggalkan pertandingan ini, dan terbang ke London. Kalau Manchester City tidak bisa melawan, tak ada artinya berapa banyak gol yang dicetak Forest.      

Big John berdiri disana menonton pertandingan. Pantatnya meninggalkan kursi sejak pertandingan dimulai dan dia dikelilingi teman-temannya. Mereka semua memiliki perasaan khawatir yang sama untuk masa depan tim Forest.      

Seseorang bahkan memikirkan tentang perseteruan pribadi antara Manchester City dan Forest.      

"Kudengar Ashley Young tidak diturunkan sejak awal dan Bendtner adalah satu-satunya mantan pemain Forest di lapangan... Mungkinkah dia sengaja mengalah?"     

"Manchester City tidak punya hubungan yang baik dengan kita, sulit untuk mengatakan apa-apa tentang ini..."     

"Itu karena dulu kita terlalu arogan, mencari musuh dimana-mana..."     

"Omong kosong!" Skinny Bill menatap marah pada orang yang mengatakan itu, "Pemenang selalu punya hak untuk bersikap arogan. Salah mereka sendiri kalau mereka membenci kita, apa hubungannya itu semua dengan kita? Sialan!" Dia juga khawatir tentang Forest dan dia mengerutkan kening serta tidak peduli lagi dengan pria sial itu.     

"Sebenarnya...." Big John mulai angkat bicara. Suaranya rendah, seperti suasana hatinya saat ini, "Kita seharusnya melakukan sesuatu untuk menyemangati tim kita, tapi aku sama sekali tidak mood untuk bernyanyi..."     

"Bernyanyilah, John! Lakukan apa harus kita lakukan! Jangan biarkan para bajingan itu memperlakukan kita seperti lelucon!" Bill marah lagi, dia mengepalkan tangannya dan berkata pada John, "Meski Forest tidak memenangkan gelar liga musim ini, kita akan berjalan dengan kepala tegak! Bernyanyi!"     

John menoleh ke arah partnernya itu dan menganggukkan kepala kuat-kuat, "Bernyanyi!"     

Setelah itu, suara lagu penyemangat Nottingham Forest dinyanyikan dari tribun. Suara nyanyian mereka menyadarkan banyak fans yang merasa ragu dan menarik perhatian mereka kembali ke pertandingan. Semakin banyak orang yang bergabung, suara nyanyian itu semakin keras dan jelas.      

"Dengan pertandingan memasuki menit terakhir, apa kau pikir ini sudah berakhir?"     

"Hanya ada sedikit waktu saat wasit memandang arlojinya dan hatimu berkata, 'Lupakan saja, kita masih punya masa depan.'"     

"Lagu untuk sorakan itu perlahan kehilangan suaranya dan beberapa orang mulai pulang lebih awal. Banyak gelas bir berserakan di tribun dan itu kacau sekali!"     

"Pemain lawan menertawakan perjuangan terakhir kita dan fans lawan merayakan kemenangan mereka lebih awal!"     

"Pemain nomer 11 tim Forest melangkah maju dan berkata, 'Tidak! Pertandingan masih belum berakhir! Jangan senang dulu!"     

"Jangan-senang-dulu!!!"     

"Jangan terlalu senang! Jangan senang dulu!"     

Para fans Forest itu seolah sedang meraung ke arah Arsenal.      

※※※     

Para penggemar Nottingham Forest meraung histeris dengan putus asa, sementara di Stadion Emirates, lagu "Kami adalah Juara" terdengar dari tribun.      

"... Kami adalah juara, teman! Dan kami akan terus berjuang sampai akhir! Tak ada waktu untuk pecundang, karena kami adalah juara dunia!!"     

Tentu saja, ada beberapa fans Arsenal yang memasang spanduk untuk menyindir Nottingham Forest agar menghemat energi mereka.      

Bendtner tidak bisa melihat spanduk mereka, dan dia juga tidak peduli, tapi lagu "Kami adalah Juara" benar-benar membuatnya kesal.      

Kerja kerasnya hanya akan menjadi kontras untuk perjamuan perayaan orang lain. Dia seperti badut yang berlari hingga kelelahan selama 70 menit.      

Untuk apa aku bekerja keras di lapangan?     

Lihat saja sekelilingku, lihat saja semua rekan setimku, mereka semua hanya berakting tanpa harus menderita. Dibawah cuaca panas seperti ini, aku sudah berlari sampai kakiku nyaris kram sementara kaus mereka bahkan tidak basah oleh keringat!     

Bendtner merasa tidak senang dengan ini, rekan setim seperti apa yang bermain bersamanya?     

Kenapa dia bermain bola dengan orang-orang ini...      

Saat para bek Arsenal mengoper bolanya kesana kemari di depannya, Bendtner hanya bisa mengepalkan tinjunya.      

Keringat menetes dari keningnya, mengalir ke pipinya. Dia merasa bagian dalam tubuhnya lebih panas daripada cuaca terik ini.      

Main saja sesukamu! Aku tidak mau main lagi!     

Serangan Arsenal berakhir. Joe Hart melemparkan bola ke depan dan Bendtner bekerja keras untuk mendapatkan bola pertama. Dia menyundul bola itu ke Jack Reed di sampingnya, pemuda yang baru saja dimasukkan di babak kedua.      

Bocah itu bisa berlari, punya kecepatan dan stamina, tapi teknik dan kesadaran posisinya sangat kurang. Dia sudah berusia 20 tahun dan tidak ada yang tahu apa dia masih punya masa depan. Dia ingin menggiring bolanya sendiri dan menembakkan bola setelah merebutnya – dia sudah menyia-nyiakan begitu banyak peluang sebelum ini – Dia ingin membuktikan dirinya sendiri di depan McClaren. Dia, bersama Bendtner, mungkin merupakan satu-satunya pemain di tim Manchester City yang masih punya keinginan untuk bertarung.      

Tapi dia mendengar Bendtner meraung, "Berikan bolanya padaku!!"     

Bagi Reed, Bendtner adalah sosok yang berwibawa di tim, dan dia adalah salah satu striker yang kondisinya paling stabil di dalam tim. Status dan wibawanya bukan sesuatu yang bisa ditantang oleh pemain muda sepertinya.      

Karenanya, saat Bendtner meraung seperti itu, dia hanya bisa mengoper bolanya seperti yang diinstruksikan.      

Tapi dia terus berlari ke depan setelah mengopernya dengan harapan bisa memainkan operan satu-dua dengan Bendtner. Dia tidak berani meraung balik, "Oper lagi bolanya!" Seperti yang dilakukan Bendtner, dia hanya berlari ke depan, berharap Bendtner bisa memahami keinginannya.      

Tak jadi masalah kalau Bendtner bisa memahami niatnya, tapi para bek Arsenal jelas memahaminya – Operan dan dirinya yang terus berlari menunjukkan niatnya dengan terlalu jelas, hanya orang bodoh yang akan tertipu.      

Arsenal ikut bergerak mundur bersama Reed dan ada ruang kosong antara Bendtner dan lini belakang Arsenal. Yang lebih buruk lagi.... Bendtner benar-benar bebas tanpa penjagaan.      

Jenis peluang semacam ini jarang terjadi, khususnya saat lawan mereka adalah Arsenal. Ini mungkin dikarenakan Arsenal mulai mengendur setelah unggul dua gol dan mengira mereka bisa menang mudah, serta menganggap Manchester City bukan ancaman bagi mereka. Itulah sebabnya kenapa tercipta ruang kosong di dalam pertahanan. Bendtner tidak punya waktu untuk memikirkan bagaimana ruang kosong itu tercipta. Dia menggiring bolanya ke depan, mengambil satu langkah dan mengangkat kakinya...      

Dia berjarak 32 meter dari gawang...     

Sebuah tembakan jarak jauh yang luar biasa!     

Almunia melakukan penyelamatan dan mengulurkan tangannya sejauh mungkin, tubuhnya meregang tapi dia tidak berhasil menyentuh bola. Tidak ada seorangpun di kotak penalti yang bisa menyentuh bola.      

Bola berwarna keperakan itu melesat di atas rumput Stadion Emirates, melewati para pemain dan menembus pertahanan jari-jari Almunia!     

Bola itu membentur gawang dengan suara "wuuusss".      

"Ah... Ahhhh! Itu gol! Itu gol!!" Komentator melompat bangkit dari kursinya dan meraung dengan tangan terangkat.      

Para fans Arsenal yang menonton pertandingan di TV agak tidak senang mendengar teriakannya barusan – Kenapa kau tidak terlalu bersemangat saat tim kami yang mencetak gol?     

"Nicklas Bendtner! Nicklas Bendtner!! Gol yang cantik sekali! Dia mengejutkan semua orang! Termasuk rekan-rekan setimnya!"     

Setelah mencetak gol, Bendtner berlari ke arah tribun dimana terdapat paling banyak fans Arsenal, dia meletakkan tangan kirinya di belakang tubuhnya dan meletakkan jari tangan kanannya ke bibirnya untuk membuat isyarat 'jangan berisik'.      

Rekan-rekan setimnya terpaku di tempat mereka berada, sama sekali tidak menduga akan terjadi gol. Saking terkejutnya, tidak satupun dari mereka yang berlari ke depan untuk memeluknya dan merayakan gol itu. Baru setelah suara cemoohan para fans Arsenal terdengar, mereka mulai bereaksi dan bergegas ke depan untuk memeluk Bendtner dengan erat, menepuk kepalanya dan memberinya selamat atas gol barusan.      

Meski Manchester City tidak punya keinginan untuk mendapatkan hasil apapun dari pertandingan ini, itu bukan berarti mereka melepaskan pertandingan ini. Kalau rekan setim mereka mencetak gol, itu masih sesuatu yang membahagiakan.      

Menghadapi rekan-rekan setimnya yang bergegas merayakan gol itu dengannya, Bendtner hanya menggertakkan giginya karena dia ingin menyingkirkan mereka semua dan melanjutkan perayaan golnya sendiri. Tapi mereka memeluknya terlalu erat...      

※※※     

"Tony!" Kerslake yang mendengarkan radio, tiba-tiba saja berteriak.      

Tapi, Twain mengibaskan tangan ke arahnya dan membuat tanda 'sstt' dengan tangannya. Di waktu yang sama, terdengar suara sorakan keras dari tribun. Sunderland mendapatkan bola...      

"Aku sudah tahu, David."     

Twain menoleh dan tersenyum ke arahnya.      

David Kerslake tampak sangat bersemangat sampai dia mengepalkan tangannya, hampir melompat kegirangan, "Bendtner! Itu gol yang dicetak bocah itu, Bendtner!"     

Nama pencetak gol itu sedikit mengejutkan Twain.      

Suara sorakan masih terus berlanjut saat suara penyiar terdengar dalam siaran langsung di stadion, "Menit ke-73, Arsenal 2:1 Manchester City, pencetak gol... Nicklas Bendtner!"     

"Horreee---!!" Para fans Forest berteriak bersama-sama, benar-benar melupakan kebencian mereka pada pengkhianat itu saat dia meninggalkan tim.      

Saat ini, mereka memuja Bendtner seolah dia masih bocah Denmark dalam balutan jersey merah. Dulu, dia memang masih dianggap sebagai striker utama Nottingham Forest untuk 10 tahun ke depan...      

※※※     

Wenger sangat marah dengan kebobolan gol ini. Dia terus menggerakkan lengannya ke arah asisten manajernya, Pat Rice, yang duduk disampingnya dan mengeluh, "Apa yang dilakukan bek kita? Apa yang dilakukan gelandang kita? Apa mereka mengira kita sudah menang? Lima detik sebelum Bendtner menembak, tidak ada satupun pemain kita yang berjarak 10 meter darinya!"     

Setelah selesai mengeluh, dia bangkit berdiri dan berjalan ke pinggir lapangan, mengangkat dua jari di tangan kiri dan jari telunjuk tangan kanan sambil berteriak ke arah lapangan, "Skornya sekarang 2:1! 2:1!"     

Skor ini membuatnya gugup. Ledakan semangat Bendtner setelah ditindas selama 70 menit juga membuatnya tidak tenang.      

Dia tidak tahu kenapa, padahal timnya masih unggul dan lagipula, selain Bendtner, para pemain Manchester City yang lain bukanlah ancaman.      

Tapi, jantungnya berdetak lebih cepat tanpa alasan. Dia adalah seorang manajer yang sangat rasional, tapi kadang dia akan mempercayai instingnya.      

Instingnya mengatakan: mereka tidak boleh membiarkan pria Denmark itu terus tampil seperti ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.