Mahakarya Sang Pemenang

Yang Spesial



Yang Spesial

0Dua stadion, empat ruang ganti, tapi suasananya sangat berbeda.      

Di ruang ganti tim tuan rumah stadion Emirates, para pemain Arsenal tampak rileks sambil mendengarkan musik dan berdiskusi penuh semangat tentang bagaimana mereka akan merayakan gelar liga yang telah mereka perjuangkan dengan susah payah. Bahkan Wenger mengira Forest takkan bisa menciptakan keajaiban lagi, meski dia baru tahu Nottingham Forest unggul 1:0 di kandang.      

Penampilan Manchester City dalam pertandingan hari ini tidak mengejutkan Wenger – memang Manchester City tidak perlu berjuang keras untuk pertandingan ini. Tidak ada yang ingin cedera di pertandingan terakhir putaran liga musim ini. Kalau mereka bertarung dengan serius meski mengetahui bahwa lawan mereka adalah Arsenal yang akan melakukan segala cara untuk mendapatkan gelar juara liga, akan sulit bagi mereka untuk menghindari cedera. Mereka lebih baik hanya datang untuk bertanding dan kemudian pergi berlibur setelahnya.      

Berhadapan dengan lawan seperti ini di pertandingan terakhir musim ini adalah sebuah keuntungan tersendiri. Di sisi lain, lihat saja situasi Tony Twain – Sunderland, sebuah tim yang harus mengalahkan Forest untuk bisa tetap berada di Liga Premier.      

Dibawah situasi semacam ini, kalau Arsenal tidak bisa menjadi juara, Wenger tidak tahu peluang apa lagi yang bisa dimanfaatkan timnya untuk memenangkan gelar liga.      

Setelah dua tahun, mereka akan kembali mendapatkan gelar liga dari Nottingham Forest. Lalu takkan ada penyesalan meski mereka sudah dieliminasi dari Liga Champions oleh Forest.      

※※※     

Di dalam ruang ganti Sunderland di City Ground, manajer Nielson memberikan pidato penuh semangat di tengah timnya dengan tangan terkepal. "Itu hanya satu gol! Arsenal sudah memimpin dengan dua gol. Para pemain Nottingham Forest pasti tahu tentang ini selama jeda turun minum. Apa artinya itu? Itu artinya gelar liga mereka sudah hilang! Semangat dan kepercayaan diri mereka akan menghadapi pukulan berat dan ini akan menjadi peluang bagi kita... Kalahkan mereka dan buat kita tetap tinggal di Liga Premier!"     

Para pemainnya tampak bersemangat mendengar pidatonya. Boss benar, Nottingham Forest pasti akan terpengaruh oleh kabar itu, dan ini akan menjadi peluang bagi kita. Kita hanya perlu memanfaatkannya dengan beberapa serangan balik.. Demi kelangsungan hidup kita di Liga Premier, kita harus berjuang sekuat tenaga selama 45 menit ini!     

Kalau bukan sekarang, kapan lagi?     

※※※     

Ruang ganti Arsenal tampak penuh semangat dan santai, ruang ganti Sunderland dipenuhi kegelisahan dan harapan. Ruang ganti Nottingham Forest lebih terasa seperti tenang sebelum badai.      

Semua pemain di lapangan telah bertanya tentang situasi di stadion lain kepada para pelatih dan rekan mereka di bangku cadangan setelah mereka meninggalkan lapangan. Mereka mendengar suara cemoohan keras dari tribun dua kali selama pertandingan berlangsung dan mereka ingin mengkonfirmasikan apakah itu artinya Arsenal memimpin dengan dua gol.      

Jawabannya sama. Baik pelatih dan rekan setim mereka memberitahukan kenyataan yang kejam itu dengan tatapan tak berdaya dan anggukan kepala.      

Selama beberapa waktu, semua orang terdiam sambil duduk di ruang ganti, tidak tahu harus berkata atau melakukan apa. Mereka hanya bisa mengusap keringat di tubuh mereka seperti mesin yang bergerak otomatis.      

Twain juga berada di ruang ganti; dia tidak mengatakan apa-apa.      

Para pemain Forest berharap boss mereka akan mengatakan sesuatu saat itu, meski jika dia harus memarahi seseorang. Kalau tidak, keheningan ini terlalu tak tertahankan...      

Bale membuka mulutnya untuk berbicara tapi kemudian menghentikan dirinya sendiri, dia menoleh ke sekeliling dan menemukan semua orang menundukkan kepala. Tiba-tiba saja, dia mulai membenci semua sikap mereka.     

Apa kita akan menyerah begitu saja? Bahkan Boss, yang biasanya sangat arogan, juga menerima hasil ini?     

Keheningan yang tak tertahankan ini berlangsung selama lima menit.      

※※※      

Musik samba Brasil diputar di ruang ganti. Manchester City punya banyak sekali pemain Brasil sehingga tim itu terlihat seperti tim nasional Brasil. Robinho, Elano, Jo, Alex... Semua pemain yang berasal dari Brasil ini menggerakkan dan memutar tubuh mereka seiring musik di ruang ganti, seolah-olah mereka sedang menikmati fiesta lagi tahun ini.      

Ada pula beberapa orang yang ikut bergabung, pikiran semua orang tidak lagi terfokus pada pertandingan.      

Bendtner adalah satu-satunya orang yang merasa kesakitan karena musik Samba itu terdengar seperti olok-olok fans Arsenal, yang berdering di telinganya. Dia merasa seolah kepalanya akan meledak. Dia membenci suasana di ruang ganti dan dia lebih suka melihat semua orang duduk tegak sementara manajer McClaren menendang pintu lalu memarahi mereka semua.      

Dia mungkin akan merasa lebih nyaman kalau ada teriakan dan makian, "Omong kosong apa itu tadi di babak pertama?"     

Dia menutupi kepalanya dengan handuk yang digunakannya untuk mengusap keringatnya, bersandar ke dinding, menutup matanya dan berusaha menenangkan diri.      

Tapi suara berisik dan irama musik yang ceria membuat semua usahanya itu sia-sia. Segala macam pikiran aneh bermunculan di dalam kepalanya seiring dengan irama musik.      

Apa kami akan terus bermain seperti ini di babak kedua?     

Bisakah aku minta agar aku diganti? Hmm... mungkin tidak, kurasa? Kalau begitu aku harus berusaha untuk mendapatkan dua kartu kuning, atau mencederai diriku sendiri... Bagaimanapun caranya, aku tidak mau main lagi.      

Pertandingan payah macam apa ini, kami sudah kehilangan keinginan untuk bertarung bahkan sebelum pertandingan dimulai. Apa melihat tim lain mengangkat piala juara di depan kita adalah hal yang membanggakan dan terhormat? Apa semua orang yang menari di ruang ganti ini tidak merasa malu dengan skor saat ini? Apa mereka memang ingin kalah? Bukankah kita bersama-sama membentuk tim untuk menang dan menjadi juara?     

Bendtner sedikit mengangkat kepalanya, dia melihat Ashley Young menonton penampilan Robinho dan teman-temannya sambil tersenyum dibawah handuk. Senyuman itu tampak dingin. Saat itu, dia mulai iri pada Ashley Young, karena... Dia akhirnya bebas.      

Bendtner punya ide.      

※※※     

Setelah membiarkan keheningan yang canggung dan tak tertahankan ini berlanjut selama lima menit, Tony Twain akhirnya bangkit berdiri dari kursinya. Seiring dengan tindakannya, mata semua orang tertuju padanya.      

"Semua orang tahu tentang situasi di pertandingan yang lain, jadi aku tidak akan membahasnya. Apa hasil ini membuat kalian depresi? Kita sudah berjuang keras di babak pertama dan kita hanya berhasil unggul satu gol sementara Arsenal unggul dua gol dengan mudah? Aku harus mengakui bahwa hasil ini memang tidak menguntungkan bagi kita. Aku tidak punya cara untuk meminta kalian menjadi juara karena jalan untuk menjadi juara tidak berada di tangan kita," kata Twain sambil membuka kedua tangannya.      

"Yang bisa kita lakukan sekarang adalah memainkan pertandingan kita sendiri. Lupakan tentang kejuaraan untuk sementara," kata Twain. Dia memandang para pemainnya dan menyadari bahwa mereka tidak banyak bereaksi. Dia tersenyum, "Apa kalian merasa tertekan setelah mendengar apa yang kukatakan? Kalian mengira aku akan berdiri disini, mengayunkan tinjuku dan berteriak bahwa kemenangan akan menjadi milik kita dan kejuaraan juga milik kita, bukan?"     

Para pemain tidak menjawab, tapi Twain bisa menebaknya dari ekspresi mereka semua.      

"Aku hanya ingin kalian meletakkan beban kalian. Aku sudah berpikir tentang pertanyaan ini sebelumnya, kalau kita terus bermain dengan beban menjadi juara di pundak kita, kita mungkin akan kalah dari Sunderland di babak kedua... Jangan, jangan terlihat tidak mempercayainya," Twain menunjuk beberapa pemain dan berkata, "Benak pikiran kalian dipenuhi Arsenal, Arsenal, Arsenal... Kalian bahkan tidak tahu siapa lawan kita hari ini, bukan? Newcastle? Tottenham Hotspur? Atau ... Real Madrid? Guys, saat kalian melihat target yang jauh, perhatikan apa yang ada di bawah kaki kalian. Kalau kalian tersandung batu kecil, kalian akan jadi bahan tertawaan orang lain. Saat itu terjadi, tidak hanya Arsenal berhasil memenangkan gelar juara liga, mereka juga akan mengejek ketidakmampuan kita tanpa perlu menahan diri!"     

"Memang, kita tertinggal satu poin dari Arsenal. Arsenal memiliki keunggulan yang cukup besar, itu juga fakta. Tapi ini seharusnya tidak menjadi alasan bagi kita untuk menyerah. Mainkan pertandingan melawan Sunderland dengan benar, jangan beri mereka peluang untuk bangkit, lalu..." Twain berhenti sejenak. Apa yang harus dikatakannya sekarang? Berdoa pada Tuhan agar mereka bisa menjadi juara? Menunggu berkat dari dewi keberuntungan?     

"Tidak," Twain menggelengkan kepalanya, "Meski seluruh dunia tidak mempercayai kita, kita harus mempercayai diri kita sendiri. Arsenal tidak bisa mengumumkan bahwa mereka adalah juara hingga detik terakhir pertandingan! Sama seperti ini, kalian juga tidak bisa menyatakan bahwa inilah akhirnya! Biar kukatakan pada kalian, guys, aku masih belum menyerah, aku tidak pernah menyerah! Aku selalu percaya bahwa timku adalah tim terbaik di dunia, dan kita seharusnya mencapai semua kehormatan yang ada. Beberapa orang mengkhawatirkanku, kalau aku kalah dalam perebutan juara liga, bagaimana aku bisa memakan meja? Biar kukatakan... aku tidak pernah memikirkan tentang itu sebelum ini karena aku yakin kita tidak akan kalah!" Twain mengayunkan kedua tinjunya kuat-kuat, nada suaranya tiba-tiba jadi penuh semangat. "Kalau kalian tidak punya pikiran yang sama sepertiku, kalian takkan bisa tersenyum di akhir pertarungan yang intens ini! Selalu lebih baik untuk percaya pada dirimu sendiri daripada mempercayai orang lain! Aku sudah tanya sebelum ini, apa kalian ingat siapa lawan kalian di pertandingan ini? Biar kukatakan, itu Sunderland! Tim tidak beruntung yang ditakdirkan untuk didegradasi! Hancurkan mereka!"     

Kalau ada apel di tangan Twain saat ini, mungkin dia akan bisa menghancurkannya.      

※※※     

Nielson sedang melakukan penyesuaian terhadap taktik tim untuk babak kedua. Dia percaya bahwa dia telah menemukan celah yang bisa dimanfaatkan dari Nottingham Forest.      

"Kondisi pikiran mereka sedang tidak seimbang saat ini. Unggul satu gol tidaklah cukup bagi Twain. Itulah kebiasaan Tony Twain, dia pasti ingin agar timnya terus menyerang, ini akan menjadi peluang kita... Dua bek belakang Forest sangatlah aktif di babak pertama, mereka mungkin akan lebih aktif lagi di babak kedua. Semua orang bilang Tony Twain adalah orang yang konservatif, tapi jauh di dalam hatinya, dia adalah pria yang sangat gila, dia bisa terus menekan lawan di babak kedua untuk menang. Itulah sebabnya kenapa aku ingin kalian langsung meluncurkan serangan setelah kalian berhasil merebut bola, tendang bolanya ke depan. Selama kita bisa memasuki kotak penalti, itu sudah cukup!"     

Papan taktis sudah tidak karuan lagi bentuknya oleh coretan-coretannya dan dia terus berbicara tanpa henti. Dia tidak peduli apakah para pemainnya memahaminya, karena yang bisa dia pikirkan saat ini adalah, "Tidak ada waktu lagi, aku harus memberitahu mereka apa yang harus mereka lakukan di babak kedua!"     

"Terus tekan mereka di seluruh lapangan dan gunakan pelanggaran taktis... Tentu saja, cobalah melakukan pelanggaran yang jauh dari kotak penalti kita. Jangan takut kelelahan, aku akan menekankannya sekali lagi – Ini adalah pertandingan terakhir musim ini, kalau kalian tidak bertarung habis-habisan, ini akan menjadi pertandingan terakhir kalian di Liga Premier. Berlarilah meski kaki kalian kram! Kalau kalian tidak bisa terus menciptakan tekanan bagi mereka, kalian-lah yang akan berada dalam situasi yang tidak menguntungkan!"     

"Jangan takut melakukan kesalahan, rebut lagi kalau kalian kehilangan bola. Beraksilah lebih ganas dan mereka akan takut pada kalian! Pikirkan tentang apa yang sedang dirasakan Forest saat ini. Piala juara mereka sudah hilang!" Nielson bahkan mengulangi kalimat terakhir ini sampai tiga kali.      

Nielson bukanlah ahli taktis yang bagus, kalau tidak Sunderland takkan berada di situasi ini --- Quinn si pria Irlandia itu masih memiliki dukungan dari grup finansial yang kaya. Nielson juga bukan pembicara yang mengesankan, tapi dibawah situasi khusus saat ini, apa yang dia ucapkan masih memberikan pengaruh provokatif. Mata para pemain Sunderland memerah dan mereka siap untuk bertarung hingga akhir di babak kedua.      

Tumbangkan Nottingham Forest yang arogan dan hancurkan mimpi mereka untuk memenangkan gelar juara sekaligus mengamankan posisi mereka sendiri. Musim ini akan sempurna.      

※※※     

Musik Samba itu akhirnya berhenti, tapi Bendtner merasa siksaannya masih belum berakhir. Karena McClaren mempersiapkan taktik untuk babak kedua...      

Robinho masih mengangguk-anggukkan kepala di bangkunya, seolah musik tadi masih belum berhenti. Dia sudah digantikan. Di awal babak kedua, striker utama itu sudah diganti oleh striker muda di dalam tim, Jack Reed yang berusia 20 tahun. Reed baru diturunkan lima kali untuk tim musim ini, semuanya sebagai pemain pengganti.      

McClaren bahkan sudah menggunakan pertandingan ini untuk melatih pemain muda.      

Sebagai top scorer di tim, Bendtner masih dianggap sebagai pemain penting dan dia masih akan diturunkan di babak kedua.      

Bendtner sama sekali tidak tahu apakah ini hal yang bagus atau buruk baginya. Saat McClaren mengumumkan bahwa Jack Reed akan menggantikan Robinho, diam-diam dia melirik ke arah Ashley Young dan melihat Young sedang memandang ke arahnya, hanya saja dia tidak bisa menyembunyikan simpati yang tampak di matanya.      

Pada saat ini, sebuah kalimat muncul di benaknya.      

Orang-orang dari Nottingham Forest selalu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada. Itu karena pria itu terlalu spesial, jadi tim yang dipimpinnya juga terlalu spesial dan orang-orang yang keluar dari tim itu juga pasti akan spesial.      

Kalau Nottingham Forest berada di situasi yang sama saat ini, pria itu pasti akan mengomeli semua orang di ruang ganti. Dia tidak mentolerir kegagalan, apalagi kegagalan yang disebabkan karena kurangnya semangat juang seperti sekarang. Sangatlah melelahkan bermain untuknya, serius, seolah-olah dia dipaksa berlari maju dengan tongkat kebesaran setiap hari tanpa istirahat.      

Tapi suatu hari, saat mereka diijinkan untuk berhenti dan beristirahat, untuk mengatur nafas mereka, mereka akan sadar bahwa mereka sudah berlari menaiki gunung setelah mereka mengangkat kepala mereka. Itulah saat dimana mereka akhirnya bisa menegakkan tubuh mereka yang kelelahan, mengambil nafas dalam-dalam dan memperhatikan sekeliling mereka dengan seksama.      

Mereka bisa melihat seluruh pegunungan itu dalam satu pandangan sekilas...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.