Mahakarya Sang Pemenang

Si Penjaga Tua Itu Masih Kuat



Si Penjaga Tua Itu Masih Kuat

0Ketika Chen Jian berdebat dengan agennya di Belanda tentang masa depannya, Nottingham Forest menghadapi lawan yang berada di posisi kedua dari bawah – Newcastle.      

Pertandingan ini terjadi di waktu yang sama dengan kunjungan Arsenal ke Tottenham.      

Derby London Utara antara Arsenal dan Tottenham Hotspur bisa dikatakan sebagai pertandingan terberat yang harus dihadapi Arsenal dalam delapan pertandingan terakhir musim ini. Itu karena ini bukan pertandingan biasa, melainkan pertandingan derby.      

Twain juga memperhatikan pertandingan ini, Kerslake mendengarkan informasi pertandingan terakhir di radio dengan headphone. Kalau ada kejadian baru, dia akan segera memberitahu Twain yang duduk disampingnya.      

Para pemain Nottingham Forest juga memahami arti pertandingan ini bagi mereka. Mereka turut memperhatikan pertandingan Arsenal. Bisa dikatakan seluruh tim Forest sedang sangat tidak fokus.      

Ini bukan situasi yang ingin dilihat Twain; karenanya dia tidak punya pilihan kecuali terus mengingatkan para pemainnya agar fokus sebelum pertandingan.      

Pertandingan itu memasuki babak kedua dan skor antara Nottingham Forest dan Newcastle masih 0:0. Di stadion yang lain, Arsenal memimpin Tottenham dengan 1:0.      

Skor ini agak menyedihkan.      

Twain juga merasa tidak baik kalau dia terus mempedulikan tentang orang lain jadi dia bangkit berdiri dari kursinya, menjauh dari "siaran lisan" Kerslake, dan berteriak ke lapangan agar pemainnya tetap fokus dan mencetak gol.      

Di waktu yang sama, di stadion kandang Tottenham, White Hart Lane, meski timnya memimpin 1:0, Wenger mengalami kesulitan.      

Kadang-kadang, skor itu tidak mencerminkan situasi di dalam pertandingan, khususnya dalam pertandingan derby.      

Meski Arsenal memimpin dengan satu gol, mereka berada dibawah tekanan besar dari Tottenham.      

Fans Tottenham juga tahu betapa pentingnya pertandingan ini. Beberapa orang bahkan menggantungkan spanduk penyemangat di tribun untuk Nottingham Forest yang sedang bermain di utara, "Berikan liga pada Forest, beri kami FA Cup."     

Sebagai musuh bebuyutan Arsenal, mereka tidak keberatan menjatuhkan Arsenal dan tidak keberatan melihat Arsenal kehilangan gelar liga. Rasa sakit lawan adalah kesenangan dan kebahagiaan terbesar bagi mereka.      

Wenger berdiri di pinggir lapangan dengan gugup, berulang kali meneriaki timnya untuk mengingatkan mereka agar mewaspadai serangan balasan. Alisnya saling bersentuhan karena kerutan di dahinya dan dia terlihat sangat serius.      

Di sisi lain, Twain menggertakkan giginya saat dia menatap tajam ke lapangan dengan tangan terkepal dan tubuh menegang.      

Sebagai manajer, tekanan yang dirasakan keduanya sangatlah intens.      

Kalau Arsenal memenangkan pertandingan ini, mereka bisa dikatakan sudah memenangkan gelar liga. Nottingham Forest hanya punya kemungkinan matematis dalam teori – berharap Arsenal kalah 0:8 di pertandingan terakhir dan Forest bisa menang 6:0. Kemungkinan hal itu terjadi sangatlah rendah...      

Twain memandang arlojinya, masih ada 27 menit lagi sebelum pertandingan berakhir. Dengan kata lain, hanya ada 27 menit sebelum liga ini berakhir.      

Carl Spicer berada di St. James Park karena dia ingin menyaksikan kegagalan Twain dengan mata kepalanya sendiri.      

Twain merasa ragu apakah dia ingin melakukan pergantian pemain. Newcastle sudah bertekad tidak akan memberikan tiga poin kepada Forest di stadion kandang mereka sendiri. Mereka sudah tidak lagi menyerang dan bertahan habis-habisan dengan semua pemain. Operan Bentley tidak bisa menembus pertahanan mereka. Dalam situasi semacam ini, haruskah dia mengganti Bentley?     

Dua menit berlalu, Forest masih mengepung gawang Newcastle. Tapi, gigitan itu lebih buruk daripada gonggongan. Twain sudah mengambil keputusan dan dia meminta Kerslake untuk memanggil Moke dari pemanasan yang dilakukannya.      

Newcastle jelas bertahan dari umpan silang, jadi mari kita beri mereka sesuatu yang berbeda.      

Moke berlari menghampiri Twain dan memanggil, "Boss."     

Twain yang sedang menonton situasi di lapangan menoleh ke arah Moke lalu menariknya mendekat. Dia menunjuk ke lapangan dan memberitahunya, "Aku perlu kau masuk kesana dan gunakan kemampuanmu untuk membuat kesulitan di lini belakang Newcastle. Apa kau mengerti?"     

Moke mengangguk. "Aku tahu apa yang harus kulakukan, Boss."     

"Ingat, kau harus membuat kekacauan di lini belakang mereka."     

"Itu pasti, boss."     

"Pergilah!" Twain memukul punggung Moke.      

Ofisial keempat mengangkat papan elektronik LED untuk pergantian pemain dari pinggir lapangan. Nottingham Forest membuat pergantian pemain, nomer 7 Bentley keluar, nomer 17 Moke masuk ke lapangan.      

Di White Hart Lane, Tottenham Hotspur juga melakukan pergantian pemain, Penjaga Tua Michael Owen yang berusia 34 tahun akan menggantikan bek asal Kroasia, Corluka.      

Saat mereka melihat Owen yang berusia 34 tahun memasuki lapangan, beberapa orang dari fans tim tamu tertawa.      

Apa Tottenham Hotspur sudah kehabisan pemain? Mereka benar-benar mengirimkan seseorang yang bahkan sudah tidak bisa berlari.      

Komentator sama sekali tidak bisa menebak apa yang ingin dilakukan Harry Redknapp dengan pergantian pemain ini.      

Owen sudah berusia 34 tahun dan dia sering cedera musim ini. Dia tidak banyak bermain untuk tim. Kenapa dia memasukkan seseorang yang kebugaran dan kondisinya tidak bisa dijamin?     

"Hey, Tony, ada pergantian pemain disana," Kerslake memberitahu Tony dengan tangan menekan headphone.      

"Hmm?" Tony tidak terlalu peduli dengan pergantian pemain yang terjadi di White Hart Lane, dia sedang memperhatikan penampilan Moke. Moke menggiring bola ke jalan buntu, membuatnya menghentakkan kaki karena kesal.      

"Pergantian pemain untuk Tottenham. Owen dimasukkan."     

Twain familiar dengan nama itu. Dia tertegun sejenak sebelum kembali tersadar, "Owen? Michael Owen? Yang dulu pernah bermain untuk Liverpool dan Newcastle?"     

Kerslake mengangguk.      

Twain memutar matanya dan berkata, "Apa dia masih belum pensiun? Kukira dia sudah pensiun karena aku tidak melihatnya musim ini."     

"Dia sering cedera. Dia masih belum pernah diturunkan satu pertandingan penuh musim ini," kata Kerslake.      

"Apa yang dipikirkan pak tua Harry itu? Lupakan saja..." Dia menghela nafas dan menunjuk ke radio mini di tangan Kerslake, "Simpan barang jelek itu. Kita tidak perlu mempedulikan orang lain. Kita hanya perlu memainkan pertandingan kita sendiri... dan tidak punya penyesalan."     

Saat dia mendengar bahwa pemain yang dimasukkan ke lapangan adalah pemain tua Owen, Twain bahkan sempat punya pikiran – Harry Redknapp berencana memberikan gelar Liga pada Arsenal. Karenanya, dia sudah memutuskan untuk membalas dendam pada Tottenham Hotspur di final FA Cup nanti. Tidak hanya harus menang, dia ingin memberi mereka perlakuan yang pantas dan mempermalukan mereka.      

Kerslake menggerakkan bibirnya dan meletakkan tangannya ke dalam pakaiannya, tapi dia tidak mematikan radio. Jauh di dalam hati, dia masih mengantisipasi keajaiban...      

Tanggal 14 Desember tahun lalu, Michael Owen baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 34 di atas ranjang rumah sakit. Saat itu, dia mengalami cedera yang cukup serius selama latihan dan semua orang berkata bahwa dia pasti akan pensiun saat itu. Pada akhirnya, dia tidak mengumumkan pensiunnya dan menyatakan bahwa dia akan melakukan segalanya untuk pulih lalu kembali ke lapangan. Banyak orang menganggapnya sebagai lelucon saat itu.      

Tapi sekarang, dia memang kembali ke lapangan, meski musim ini hanya menyisakan satu pertandingan dan 21 menit lagi.      

Gawang Arsenal berada tepat dibawah tribun fans tim tamu. Dia bisa mendengar suara ejekan dari tribun itu dengan jelas.      

"Hey, pak tua! Kenapa kau masih belum pensiun?"     

"Apa kau masih bisa berlari, Michael?"     

"Hati-hati, jangan sampai cedera lagi! Kalau kau harus jatuh, ingatlah agar jangan jatuh di kotak penalti kami!"     

Dia mengabaikan mereka semua.      

Dia sudah mengalami pasang surut di dalam karir profesionalnya dan dia juga sudah melihat semua yang bisa dilihat. Ejekan semacam itu tidak lagi mempengaruhi semangatnya.      

"Ini benar-benar pasukan serang berusia tua..." Komentator menggelengkan kepalanya saat dia melihat hal ini, "Pavlyuchenko yang berusia 32 tahun, dan Michael Owen yang berusia 34 tahun. Mungkinkah Harry Redknapp berencana untuk menembus pertahanan Arsenal dengan kekuatan serang semacam ini?"     

Wenger menoleh ke arah manajer Tottenham Hotspur, Redknapp, yang juga sedang berdiri di pinggir lapangan. Pria tua itu tampak tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apapun.      

Dia tertinggal tapi dia tampak lebih tenang daripada Wenger, yang memimpin.      

Banyak fans Tottenham juga tidak bisa mengerti kenapa Michael Owen dimasukkan ke lapangan. Mereka mengira Redknapp pasti sudah melepaskan pertandingan ini, kalau tidak begitu kenapa dia harus memasukkan seorang pria tua? Suara cemoohan yang ditujukan pada Owen terdengar dari tribun.      

Bagi Owen, ini adalah pengkhianatan... bahkan fans timnya sendiri juga mencemoohnya.      

Moke berhasil menerobos pertahanan bek kiri Spanyol, Jose Enrique, tapi dia tidak berniat mengoper bolanya. Dia terus menggiring bola ke area ini dan membuat pertahanan Newcastle mengalami kepanikan.      

Bek Argentina Coloccini meninggalkan Ibisevic sendirian dan maju untuk menutupi celah. Moke melakukan step-over dan mendorong bola ke arah garis akhir. Coloccini tidak tertipu dengan trik ini dan terus mengikutinya, tidak membiarkannya bergerak memotong ke tengah.      

Memunggungi Coloccini, Moke tiba-tiba saja melewati pria Argentina itu dengan tumitnya dan berputar 180 derajat menggunakan Coloccini sebagai porosnya lalu memotong masuk dekat garis akhir!     

Coloccini menjulurkan kakinya untuk merebut bola karena refleks tapi dia melihat Moke menggiring bola di depan matanya dan kakinya berhasil menyandung kaki Moke...      

Siapapun bisa menebak apa yang terjadi setelahnya.      

Coloccini merasakan hawa dingin di dalam dirinya.      

Moke terjatuh sambil berteriak.      

Kiper, Tim Krul, menangkap bola dan dia mendengar peluit wasit.      

"Penalti!" Komentator berseru dengan gembira. Nottingham Forest tidak bisa mencetak gol setelah mengepung gawang selama lebih dari 70 menit, tapi mereka berhasil mendapatkan peluang mencetak gol dari giringan bola.      

Para pemain Forest di lapangan tampak senang saat mereka bergegas berlari untuk memeluk Moke, menepuk kepalanya dan memukul dadanya. Jelasnya, semua orang ini tidak tahu bahwa Arsenal masih memimpin di stadion yang lain.      

Dibandingkan dengan ini, area teknis Nottingham Forest tampak jauh lebih tenang, para pelatih tahu apa yang terjadi di White Hart Lane. Meski mereka mencetak gol melalui penalti, selama Arsenal berhasil mempertahankan skor mereka sampai akhir, Forest takkan bisa memenangkan gelar liga.      

"Forest mendapatkan tendangan penalti," asisten Wenger mencondongkan tubuh ke arahnya dan memberitahunya.      

Wenger tersenyum.      

Bahkan jika Forest mendapatkan penalti, itu takkan ada gunanya. Selama mereka memenangkan pertandingan ini, gelar liga sudah hampir pasti menjadi milik Arsenal. Dia tidak ingin menilai lawannya, apalagi lawan yang sudah kalah.      

Meski begitu, dia masih mengingat satu hal, Twain menyebutkan sebelumnya bahwa unggul satu gol adalah skor yang paling berbahaya di dunia ini. Memang berbahaya bagi Arsenal untuk unggul hanya 1:0. Dia harus mengingatkan para pemainnya agar meningkatkan serangan mereka dan berusaha mencetak gol lain. Dengan begini, mereka bisa merayakan kemenangan gelar liga di stadion musuh bebuyutan mereka. Di dunia ini, tidak ada hal lain yang lebih baik daripada itu.      

Dia bangkit berdiri dari kursinya dan tidak peduli apakah Forest berhasil mencetak gol dari tendangan penalti mereka.      

"Penalti Ibisevic! Bolanya masuk!!"     

Komentator tampak sangat senang tapi perayaan di area teknis tim Forest sangat terbatas. Mereka hanya berdiri dan bertepuk tangan, mereka bahkan tidak saling memeluk.      

Di dalam lapangan, para pemain Forest tampak sangat gelisah saat mereka saling memeluk. Mereka tidak saling bertumpukan satu sama lain.      

Twain melihat para pemainnya lalu menoleh ke arah Kerslake.      

Kerslake bisa menebak apa yang ingin diketahuinya dan menjawab, "Skornya masih 1:0 di sana."     

Twain berpikir sejenak dan berkata, "Jangan beritahu mereka kebenarannya dulu."     

"Tapi kalau mereka bertanya pada kita..."     

"Kalau begitu bilang saja Tottenham menyamakan kedudukan!" Twain meledak marah.      

Ibisevic membebaskan diri dari pelukan rekan setimnya dan berlari ke arah pinggir lapangan setelah berhasil mencetak gol. Dia ingin tahu tentang situasi di stadion yang lain.      

"Imbang! Imbang!" Kerslake melambaikan tangannya dan berkata, "Tottenham menyamakan kedudukan!"     

Ibisevic menoleh ke arah Twain dengan curiga karena dia tidak melihat kegelisahan di wajah Boss.      

"Kembalilah dan lanjutkan pertandingan! Apa pedulimu bagaimana situasi tim lain?!" Twain harus memarahinya dengan suara keras, "Pastikan kau memainkan pertandinganmu dengan benar lebih dulu!"     

Ibisevic dan para pemain lain berbalik untuk berlari kembali ke lapangan, hanya Wood yang berdiam diri disana sambil memandang Twain, dan tidak langsung bergerak pergi.      

Meski para pelatih memberitahu mereka bahwa Tottenham sudah menyamakan kedudukan, orang-orang disana tidak terlihat senang dan para fans Forest di tribun juga tidak menggunakan aksi khusus untuk mengingatkan mereka. 'Fakta' ini sangat mencurigakan.      

"Kurasa kita adalah aktor yang buruk..." keluh Kerslake saat dia berjalan kembali ke kursi pelatih.      

Twain melipat tangannya di dada, mengabaikan keluhannya.      

"Serang. Tekan mereka! Tekan mereka!" Wenger mengisyaratkan pada timnya dari pinggir lapangan, "Baik Owen dan pria Rusia itu bukan striker yang cepat, jangan mengkhawatirkan serangan balik mereka!"     

Lini pertahanan Arsenal semakin bergerak maju. Mereka bahkan lupa bahwa ini adalah pertandingan derby.      

Umpan Wilshere berhasil dicegat tapi bek Arsenal tidak bergerak mundur untuk bertahan. Mereka menunggu gelandang mereka untuk merebut bolanya lagi dan melanjutkan serangan.      

Tottenham memulai aksi mereka. Sebuah kilatan cahaya putih berlari melewati lini pertahanan Arsenal dan menerima bola dari udara saat Modric memberikan umpan panjang dari lini belakang.      

"Michael Owen?"     

Bahkan komentator tampak terkejut saat dia mempertanyakan apa yang barusan dilihatnya.      

Owen menoleh untuk memandang para bek Arsenal di belakangnya dan kemudian memandang hakim garis untuk mengkonfirmasi bahwa dia tidak offside. Hakim garis tidak melakukan apa-apa, dia hanya terus berlari bersamanya di garis tepi lapangan.      

Owen memandang ke depan, Almunia merasa ragu apakah dia harus bergerak maju atau tetap tinggal di tempatnya.      

Owen tidak ragu, dia tidak lagi memandang ke sekeliling dan menggiring bola ke depan!     

Suara sorakan yang memekakkan telinga meledak dari tribun saat semua orang bersorak untuk Owen saat itu. Para fans Tottenham berharap dia bisa berubah 10 tahun lebih muda dan menjadi 'Wonder Boy' lagi. Fans Arsenal mengutuknya agar dia terjatuh.      

"Michael Owen..." Kerslake tiba-tiba saja berhenti berjalan, mendengarkan dengan seksama dan bergumam pelan.      

"Apa?" Twain mengerutkan kening saat dia bertanya.      

"Dia menggiring bola... onside... satu lawan satu..." Kerslake terus bergumam.      

"Dia menggiring bola! Dia sangat cepat, onside! Benar-benar onside! Apa yang dilakukan Senderos? Kenapa dia mengangkat tangannya? Mundur! Dia akan bertarung satu lawan satu!" Komentator tidak bisa menahan diri kecuali mengeluh, "Ini bukan kecepatan berlari yang dimiliki penjaga tua berusia 34 tahun! Michael Owen! Kelihatannya dalam sekejap dia sudah kembali ke 16 tahun yang lalu...'     

Owen memang sangat cepat, begitu cepat sampai membuat Wenger terkejut.      

Almunia memutuskan untuk bergerak maju karena Owen akan memasuki kotak penalti.      

Dia melihat kaki kanan Owen sedikit mendorong bola sambil berlari ketika dia bergegas maju...      

Bola itu melayang di atas kepalanya dan berakhir dalam gawang di belakangnya.      

Pada saat itu, White Hart Lane terdiam.      

"Satu lawan satu.. Almunia bergerak keluar... lob. Gol!! Itu gol!!" Kerslake tiba-tiba saja berteriak dan melompat seolah-olah dia sudah gila, "Itu gol! Tony!! Tony! Itu gol!! Tottenham menyamakan kedudukan! Mereka benar-benar sudah menyamakan kedudukan kali ini!!"     

Dia menoleh dan berteriak ke arah Twain sambil menunjuk ke radio di tangannya.      

Twain tidak bertanya, "Sungguh?" Melainkan, dia merebut headphone darinya dan meletakkannya di telinganya.      

"... Lob yang cantik sekali dari Michael Owen! Almunia sama sekali tidak bisa bereaksi! Aku bisa memahaminya. Tim Arsenal sama sekali tidak mengira Owen masih memiliki kecepatan seperti itu! Satu kesalahan penilaian dalam pertahanan mereka membuat Owen mendapatkan peluang seperti ini. Dia menggiring bola sejauh 30 meter dan menyamakan kedudukan menjadi 1:1 dengan tendangan lob yang cantik!! Kudengar Nottingham Forest berhasil unggul di Newcastle dengan tendangan penalti. Tim Tony Twain mendapatkan tali penyelamat sekarang!!"     

Di waktu yang sama, suara sorakan terdengar dari tribun tim tamu. Fans Forest yang lebih dekat ke lapangan melambaikan ponsel dan radio di tangan mereka dan berteriak ke arah lapangan.      

"Mereka mencetak gol! Mereka mencetak gol!! Tottenham, Tottenham mencetak gol!"     

"Tony!" Kerslake mengepalkan tangannya dan menggertakkan giginya sambil memandang Twain. "Keajaiban telah terjadi!!"     

Twain tidak tersenyum, dia masih tertegun. Apa ini benar-benar terjadi? Arsenal benar-benar disamakan? Apa ada penundaan dalam laporan ini dan Arsenal sudah mencetak gol lagi? Dia memandang berkeliling dengan bingung dan memberikan headphone kembali ke Kerslake, "Pertandingan masih belum berakhir, terlalu awal untuk merayakan."     

Dia berbalik dan berteriak ke arah lapangan:     

"Cetak satu gol lagi! Cetak satu gol lagi! Amankan kemenangan! Hati-hati dengan serangan balik... fokus!!"     

Kali ini, para pemain Forest percaya bahwa Tottenham benar-benar menyamakan kedudukan dan semangat mereka meningkat. Selama sesaat, mereka memaksa seluruh tim Newcastle untuk terjebak di wilayah mereka sendiri.      

"Owen! Owen! Owen!" Suara dari tribun di White Hart Lane menggelegar ke langit.      

Si Penjaga Tua, Owen, merentangkan kedua tangan dan berlari di lapangan. Sudah sangat lama sejak dia menikmati sorakan semacam ini dan merasakan hembusan angin di wajahnya. Dia merasa dia punya sayap dan terbang bebas di langit yang luas.     

Saat dia cedera serius musim ini, beberapa orang menyuruhnya untuk pensiun dengan penuh harga diri. Tapi dia berkata, "Cedera itu seperti istriku. Aku sudah terbiasa dengannya sepanjang waktu. Aku tidak akan pensiun karena aku masih ingin terus bermain, aku merasa aku masih bisa terus bermain."     

Semua orang bercanda bahwa dia hidup dalam penyangkalan dan bersikap sombong saat itu.      

Tapi sekarang, semua orang yang mengejek dan menertawainya telah tutup mulut. Apa yang terlihat di wajah mereka adalah shock, canggung, malu dan rasa hormat.      

Saat itu, bahkan cedera telah dikalahkan oleh penjaga tua yang kuat ini. Dia memberikan sebuah tamparan keras di wajah mereka yang berseru, "Apa pria tua itu masih belum pensiun?". Memberikan tamparan itu terasa sangat nikmat...      

Wenger menundukkan kepalanya dan tidak ada yang bisa melihat ekspresi di wajahnya. Kesal? Marah? Penuh penyesalan? Ragu? Tidak berdaya?     

Semua itu tidak penting lagi sekarang.      

Wenger selalu percaya bahwa karir seorang pemain profesional dan daya saing mereka akan mulai menurun setelah usia 30 tahun. Itulah sebabnya mengapa dia selalu melakukan apa yang dia bisa dan membersihkan timnya dari semua 'pemain tua' diatas 30 tahun, mengapa bakat muda yang dilatihnya bisa memiliki banyak ruang untuk berkembang. Tidak ada yang salah dengan itu dan Arsenal juga setuju dengan filosofi klub itu.      

Tapi pemandangan hari ini memang agak ironis. Dia dikalahkan oleh seorang penjaga tua yang tidak pernah dianggapnya penting. Dia benar-benar dikalahkan dan dia bahkan tidak bisa menemukan alasan untuk ini...      

Apa yang bisa dia katakan? Ekspresi seperti apa yang harus ditunjukkannya di depan kamera?     

Dia hanya bisa menunduk dalam diam.      

Keesokan harinya, saat Nottingham Forest memenangkan harapan untuk bersaing mendapatkan gelar liga, dan kabar berita Arsenal yang bermain imbang setelah gol dari penjaga tua Owen dipublikasikan di surat kabar, Owen menerima sebuah kartu pos di kotak posnya.      

Tertulis diatasnya adalah:     

Golmu telah menyelamatkan hidup seseorang. Terima kasih, Michael.      

Kartu itu tidak ditandatangani.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.