Mahakarya Sang Pemenang

Tentang Kemungkinan Bertukar Jersey



Tentang Kemungkinan Bertukar Jersey

0Babak kedua berjalan persis seperti yang dikatakan Twain, Arsenal terus menunjukkan penampilan yang sama seperti di akhir babak pertama, berusaha merobek pertahanan Forest melalui operan-operan cepat.      

Setelah kritik Twain selama jeda turun minum, George Wood tampil lebih energik di babak kedua. Fabregas ingin membuat semuanya berada di bawah kendalinya, seperti di babak pertama, tapi dia sadar bahwa itu tidak lagi mudah untuk dilakukan.      

Penjagaan Wood sangatlah mengesankan saat dia berlari mengejar Fabregas seolah dia tidak peduli dengan staminanya. Sementara untuk pertahanan di belakangnya, dia menyerahkannya pada Gago. Forest sedang unggul satu gol; tidak jadi masalah kalau mereka harus mengorbankan kemampuan serang Gago. Kuncinya adalah membekukan Fabregas sepenuhnya.      

"Fabregas menerima bola dan dia akan mengoper... Ah! Tekel Wood sangat tepat waktu, dia menyodok operan Fabregas menjauh!" kata komentator.      

Fabregas bereaksi sangat cepat setelah melihat operannya disodok menjauh oleh Wood, dan bermaksud untuk mendapatkan bola itu lagi. Sayangnya, Wood lebih cepat darinya dan dia memblokir pria Spanyol itu dengan tubuhnya dan melindungi bola.      

Fabregas sedikit kesal dan mendorong Wood dari belakang, tapi tentu saja dia sama sekali tidak berhasil menggerakkan Wood. Meski begitu, dia berhasil memprovokasi Wood untuk menoleh dan menatapnya tanpa ekspresi.      

Setelah itu, Wood bermain seolah dia menempel pada Fabregas.      

Fabregas mengubah strateginya saat dia sadar bahwa Wood hanya memanfaatkan tubuhnya yang kuat untuk merebut bola. Dia tidak lagi mengoper bola setelah menerimanya, melainkan akan mengendalikan bola, membuat beberapa gerakan tipu sebelum kemudian mengoperkannya.      

Tadinya, strategi itu bekerja dengan baik dimana pemikiran lamban Wood memungkinkan Fabregas untuk melewati dirinya dengan mudah, tapi itu tidak berhasil lagi setelahnya.      

Wood punya triknya sendiri.      

Dia masih melakukan tekel, tapi dia menjaga satu kaki tetap tertinggal di belakang dan tidak sepenuhnya mendorong pusat gravitasinya ke depan. Fabregas mengira dia sudah berhasil lepas dari tekel Wood dan saat dia menyesuaikan diri untuk mengoper, tiba-tiba saja dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah.      

Setelah dilihat lagi, dia tersandung kaki Wood yang tertinggal di belakang.      

Dia mengangkat tangannya untuk mengisyaratkan bahwa dia dilanggar oleh Wood dan peluit wasit berbunyi seperti keinginannya.      

Wood tidak mencoba membela diri di hadapan wasit terkait pelanggaran yang dilakukan olehnya. Dia juga tidak membantu Fabregas bangkit berdiri sebelum berlari ke belakang untuk bertahan.      

Fabregas bangkit sendiri. Pelanggaran Wood tadi tidak ganas, tapi itu membuat serangan Arsenal gagal. Fabregas merasa tidak berdaya dengan pelanggaran itu, dia sudah terbiasa dengan ini setelah sering berhadapan dengan Wood.      

Hanya saat dia melakukan tendangan bebas, dia bisa merasakan kebebasan tanpa adanya gangguan Wood disisinya.      

Kemudian, Wood menggunakan setiap metode yang diketahuinya untuk membuat segalanya sulit bagi Fabregas... Pelanggaran, aksi licik, benturan bahu yang legal – meski dia tidak sepenuhnya dibekukan oleh Wood, dia harus menghabiskan banyak energi untuk melawannya, membuat akurasi operannya menurun drastis jika dibandingkan dengan di babak pertama, mengarah pada penurunan tajam kontribusinya terhadap serangan tim.      

Tidak hanya itu, dia menggunakan banyak energi saat melawan Wood sampai-sampai dia terengah-engah kelelahan setelahnya.      

Di sisi lain, Wood tidak terengah atau memerah, segalanya berjalan normal baginya. Kekuatan fisiknya sangat bagus sampai-sampai itu menjadi sumber keputusasaan bagi lawan-lawannya.      

Karena penampilan George Wood yang tiba-tiba bagus, Arsenal tidak punya pilihan kecuali memberikan tugas menyusun serangan tim pada Wilshere.      

Pemain yang bertahan melawan Wilshere adalah Gago. Dalam hal kemampuan bertahan, dia masih dua level dibawah Wood.      

Sebagai pemain yang bisa menyusun serangan paling baik diantara generasi muda gelandang Inggris, Wilshere berhasil mendapatkan cukup ruang untuk beraksi dibawah pengawasan Gago saat dia memberikan tiga umpan yang indah. Sayang sekali pemain Arsenal yang lain tidak berhasil memanfaatkannya.      

Penampilan bagus Wilshere ini membuat pujian yang diberikan komentator kepada Fabregas dialihkan padanya.      

"Tidak heran kalau dia dipuji sebagai gelandang teknis dan paling kreatif di Inggris setelah Gascoigne! Gago kewalahan saat menjaganya! Orang-orang mengatakan bahwa Wenger memiliki kebiasaan menjual pemainnya setelah mereka berusia 30 tahun. Fabregas akan berusia 27 tahun tidak lama lagi, mungkin sudah saatnya bagi Wenger untuk menggunakan Wilshere dalam menggantikan posisi Fabregas di tim..." katanya.      

Serangan Arsenal yang bertempo tinggi hanya berhenti sejenak sebelum kemudian dimulai lagi. Tapi, titik fokus mereka kali ini berubah dari Fabregas ke Wilshere.      

Gawang Forest kembali berada dalam bahaya. Twain bergumam saat dia duduk di kursinya, "Dua titik fokus, hah?"     

Dia berpikir sejenak. Fabregas sudah mulai lelah dibawah siksaan Wood, dia takkan bisa pulih dengan cepat. Wilshere memang berbakat, dan agak sulit bagi Gago untuk menjaganya... Bagaimanapun juga, Wilshere adalah pemimpin lini tengah Inggris di masa depan.      

Ini tidak boleh berlanjut, kita harus menghentikan Wilshere.      

Dia berjalan ke tepi lapangan dan menarik nafas dalam.      

"George!!" serunya.      

Suaranya sangat keras... Mungkin untuk bekerjasama dengannya, saat itu, suara nyanyian di City Ground tiba-tiba menjadi pelan.      

Wilshere tiba-tiba saja merinding.      

Setelah itu, Twain kembali duduk di kursi manajer dan Wilshere menyadari bahwa orang yang berdiri di depannya telah berubah menjadi George Wood...      

Wilshere sedikit kaget dan dia menoleh untuk mencari kaptennya, Fabregas. Tapi, apa yang dilihatnya adalah Fabregas sedang membungkuk, terengah-engah dan Gago berdiri disampingnya.      

Dia punya firasat buruk...      

Komentator akhirnya paham bahwa Wilshere masih belum sebanding dengan Fabregas setelah melihat jalannya pertandingan... Dia tidak lagi menyinggung tentang menggantikan Fabregas dengan Wilshere.      

Dibawah penjagaan ketat Wood, Fabregas masih bisa mengoper bola ke rekan setimnya. Meski tingkat keberhasilannya jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang terjadi di babak pertama, dia masih berhasil mengoper bolanya. Dibawah penjagaan rekan timnasnya, Wilshere kesulitan dalam mendapatkan bola. Dibawah tantangan fisik Wood, dia selalu kehilangan bola dengan mudah.      

Pelanggaran, aksi licik, tantangan fisik yang hampir tidak masuk akal...      

Wood mengulang apa yang dilakukannya pada Fabregas kepada Wilshere.      

Wilshere menyerah kalah tidak lama kemudian. Dia tidak lagi berani membiarkan bola berada di kakinya terlalu lama, mengopernya ke Fabregas setelah dia menerima bola. Tanpa instruksi dari Wenger, dia mengembalikan posisi titik fokus ke kaptennya.      

Melihat Wilshere sudah menyerah kalah, Wood kembali menjaga Fabregas.      

Setelah bekerja keras, serangan Arsenal tidak membaik. Gonggongan mereka lebih buruk daripada gigitan mereka karena mereka masih tidak berhasil mencetak gol. Skornya masih 1:0 dengan keunggulan tim tuan rumah, Forest.      

Nottingham Forest bergerak maju untuk memperebutkan bola, tapi kembali mundur setelah melihat babak kedua masih lebih dari setengah jalan.      

Perubahan ini mengejutkan Wenger. Dia sudah menganalisa Tony Twain secara mendetil, dan dia tahu Twain tidak akan pernah memilih untuk bertahan saat timnya hanya unggul satu gol. Dia pasti akan terus menyerang sampai mereka berhasil mencetak gol lagi. Kenapa mereka sudah bertahan saat skornya hanya 1:0? Dan kelihatannya Forest juga tidak berada dalam situasi yang tidak menguntungkan di lapangan. Mungkinkah mereka melepaskan peluang yang bisa memperlebar selisih gol begitu saja?     

Twain memiliki kesulitannya sendiri. Dia tahu Wenger ingin memecah timnya menggunakan permainan bertempo cepat karena dia pernah menggunakannya melawan tim lain sebelum ini. Itulah sebabnya kenapa dia memutuskan untuk menggunakan taktik defensif sehingga bisa menghemat energi karena mereka sudah unggul.      

Di waktu yang sama, dia mulai melakukan pergantian pemain. Cohen menggantikan Fernandez dan Moke menggantikan Bentley.      

"Bertahan dan serangan balik!" komentator berseru saat dia melihat semua ini dari boks komentator.      

Ini terlalu familiar, terlalu familiar sampai-sampai mereka bisa membayangkan bagaimana pertandingan akan berjalan dengan mata tertutup.      

Nottingham Forest akan bertahan di sisi lapangan mereka, dan kadang-kadang mengganggu lini pertahanan Arsenal. Arsenal akan mengelilingi kotak penalti Forest. Tapi, dengan kurangnya peluang untuk bisa mencetak gol... waktu akan berlalu begitu saja.      

Kenyataannya tidak jauh berbeda.      

Saat Nottingham Forest bergerak mundur untuk bertahan, itu membuat segalanya sulit bagi Arsenal. Operan-operan mereka yang mengesankan jadi tidak efektif saat hampir semua pemain Forest memadati kotak penalti.      

Wenger paham bahwa mereka akan berada di posisi yang tidak menguntungkan kalau mereka terus mengepung kotak penalti – Nottingham Forest hanya perlu melakukan serangan balik dan mereka bisa mencetak gol lagi.      

Ketika dia memikirkan tentang ini, dia menyesuaikan taktik tim. Daripada mengepung kotak penalti, mereka mulai menyusun serangan dari belakang dan bergerak maju dengan perlahan. Mereka tidak terburu-buru menempatkan bola ke dekat gawang Forest, memancing Forest untuk keluar dari sana.      

Fores akan menyerang tanpa terlihat antusias. Bertahan masih menjadi prioritas utama mereka.      

Pertandingan berlangsung sangat cepat saat kedua manajer mulai beradu taktik. Dalam sekejap, pertandingan sudah mencapai menit ke-80.      

Sekarang, Wenger memiliki pilihan, apakah dia akan membiarkan pertandingan berakhir seperti ini, atau haruskah dia mencoba mencetak gol dalam sepuluh menit terakhir.      

Meski Arsenal kalah di leg pertama dengan skor 0:1, itu masih bisa diterima. Bagaimanapun juga, selisihnya hanya satu gol, mereka masih bisa membalikkannya saat mereka bertanding di kandang mereka sendiri.      

Kalau dia berusaha dan mendapatkan gol tandang, skornya akan menjadi 1:1. Timnya sudah setengah jalan memasuki semifinal.      

Kedua hasil ini tidak buruk...      

Wenger berpikir keras.      

Kelebihan dari pilihan pertama adalah hasil pertandingan ini sudah bisa ditebak. Kelihatannya Nottingham Forest sudah tidak punya energi lagi untuk mencetak gol lain. Kalau Arsenal bisa menerima kekalahan tipis satu gol, maka itu takkan jadi masalah. Kekurangannya adalah lolosnya mereka ke putaran berikutnya akan didasarkan pada masa depan yang tak bisa diprediksikan, dan tak terjamin.      

Kelebihan dari pilihan kedua adalah dia akan mengendalikan takdir timnya setelah leg pertama. Kekurangannya adalah ada kemungkinan mereka justru akan kebobolan gol dan bukannya mencetak gol. Meski Wenger telah mempelajari Twain selama bertahun-tahun, ada satu aspek yang tidak pernah bisa dipahaminya. Itu adalah tindakan Tony Twain yang tidak bisa diprediksikan. Karakter orang itu tidak memiliki pola yang tetap, dan sama halnya dengan aksinya. Dia tidak pernah bisa tahu apakah kelelahan yang ditunjukkan Forest tadi hanya kepura-puraan dengan niat membuat timnya bergerak maju untuk menyerang... dan kemudian mereka akan berhasil melakukan serangan balik.      

Saat dia masih belum bisa memutuskan, Twain membuat pergantian pemain lain.      

Wenger menoleh untuk mengeceknya. Pemain yang sepatunya sedang dicek ofisial keempat adalah Aaron Mitchell yang tingginya lebih dari dua meter.      

Dan orang yang digantikannya adalah...      

Ofisial keempat mengangkat papan elektronik:     

Nomer 15 Nuri Sahin keluar. Nomer 9 Aaron Mitchell masuk.      

Wenger menggumamkan kata 'licik' di dalam hati. Kalau dia menyesuaikan taktiknya lebih dulu dan timnya mulai menyerang, langkah Twain barusan jelas dipersiapkan untuknya. Mengeluarkan gelandang serang dan memasukkan penyerang tengah yang jangkung akan meningkatkan serangan Forest. Taktik yang sederhana dan kasar seperti bermain di sayap lalu memberikan umpan silang atau tembakan panjang sangatlah efektif di beberapa menit terakhir pertandingan.      

Kelihatannya Twain tidak bisa menahan diri, dia ingin meningkatkan keunggulan...      

Perubahan ini membuat Wenger memutuskan untuk bertahan. Arsenal lebih baik kalah satu gol dalam pertandingan tandang daripada membuat kekalahan mereka menjadi dua gol di saat-saat terakhir.      

Dalam sepuluh menit terakhir, situasi di lapangan berubah arah. Forest mulai menyerang dengan aktif sementara Arsenal bergerak mundur untuk bertahan. Seperti yang diduga Wenger, tim Twain menggunakan bola-bola atas selama sepuluh menit terakhir. Umpan silang terus mengarah ke gawang Arsenal, membuat Almunia dan pertahanan Arsenal sibuk. Ada kalanya perselisihan timbul saat Mitchell jatuh di kotak penalti. Para pemain Nottingham Forest bersikeras bahwa pemain Arsenal telah melakukan pelanggaran terhadap Mitchell saat bertahan sementara para pemain Arsenal percaya bahwa itu semua omong kosong. Bagaimana mungkin seseorang sejangkung Mitchell bisa jatuh begitu saja dengan hanya satu sentuhan? Dia pasti berpura-pura!     

Kedua kubu terlibat dalam perselisihan dan para pemain Arsenal berniat untuk membuang-buang waktu. Wasit mengambil keputusan akhir. Itu bukan pelanggaran dan juga bukan diving. Suara cemoohan yang memekakkan telinga terdengar dari tribun.      

Hingga detik terakhir, gempuran serangan Nottingham Forest tidak berhasil membuahkan hasil. Komentator menyalahkannya pada keterlambatan serangan mereka. Mereka baru berpikir untuk menyerang dalam sepuluh menit terakhir, dan itu sudah terlambat. Tapi, kau sama sekali tidak bisa menemukan ketidaksenangan di wajah Twain. Kelihatannya dia cukup menerima hasil 1:0 ini.      

Saat dia berjabat tangan dengan Wenger, keduanya tersenyum. Keramahan ini membuat pertandingan yang baru saja berakhir seolah bukan putaran perempat final Liga Champions UEFA, melainkan pertandingan persahabatan pra-musim.      

"Sampai jumpa di rumah kami, Tony," kata Wenger sambil mengulurkan 'undangan hangat' untuk Twain.      

Twain hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.      

Saat pertandingan berakhir, Wilshere ragu sejenak dan dia memutuskan untuk meminta George Wood bertukar jersey dengannya. Meski dia dijaga ketat sampai tak berkutik selama pertandingan, sebagai sesama pemain Inggris, dia masih mengagumi Wood. Hal yang membuatnya ragu adalah dia tahu Wood punya temperamen aneh dan khususnya, dia tidak suka bertukar jersey.     

Tapi saat akhirnya dia memutuskan untuk mencari Wood dan bertukar jersey dengannya, dia terkejut karena melihat Fabregas sudah mendahuluinya.      

Setelah kapten Arsenal membuat isyarat untuk bertukar jersey di depan kapten Nottingham Forest, Wood melepaskan jerseynya dan memberikannya pada Fabregas tanpa mengatakan apa-apa.      

Dia melakukannya dengan begitu mudah sampai-sampai membuat Wilshere tercengang.      

Setelah Fabregas kembali berjalan usai bertukar jersey, Wilshere mendekatinya dan bertanya dengan heran, "Bukankah mereka bilang kalau dia..." dia menunjuk ke arah George Wood yang berjalan menjauh, "tidak suka bertukar jersey dengan lawannya?"     

Mendengar ini, Fabregas tampak terkejut saat dia bertanya, "Siapa yang memberitahumu itu?"     

"Err.. semua orang mengatakannya," jawab Wilshere. Dia tidak tahu darimana rumor itu berasal, tapi dia memiliki kesan yang sama.      

Melihatnya seperti itu, Fabregas tertawa. "Dia hanya menolak bertukar jersey kalau Forest kalah."     

Wilshere menghela nafas lega.      

Fabregas bisa membaca pikirannya saat dia menepuk kepala Wilshere dan berkata, "Jangan terlalu senang, Jack. Kau takkan punya kesempatan lagi musim ini."     

"Eh?" Wilshere tidak paham.      

"Kita akan memenangkan dua pertandingan yang tersisa," kata Fabregas penuh percaya diri sambil melangkah menjauh dengan jersey Wood di pundaknya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.