Mahakarya Sang Pemenang

Jangan Sentuh Pantat Harimau



Jangan Sentuh Pantat Harimau

0Di depan publik, tanggal 12 Desember mungkin merupakan hari yang tak terlupakan bagi Tony Twain karena di hari itulah dia kembali menjabat sebagai manajer Forest dan memimpin timnya selama satu dekade. Tapi Tony Twain punya dua identitas. Jadi, sebenarnya, 1 Januari adalah hari yang meninggalkan jejak tak terhapuskan pada dirinya.      

Sudah sebelas tahun berlalu sejak dia bertransmigrasi pada tanggal 1 Januari 2004... Mungkinkah hari ini bisa dianggap sebagai "ulang tahun"?     

Terlepas dari apa yang terjadi setelahnya, sesuatu seperti transmigrasi tidak layak lagi untuk diingat. Karena sejak saat itu dia telah mendapatkan banyak hal, tapi juga kehilangan beberapa hal untuk selamanya. Hal yang diperolehnya mungkin tak terasa berharga, tapi kehilangannya tak lagi bisa diperoleh kembali.      

Oleh karenanya, pada tanggal 1 Januari, Twain sibuk bekerja dan mempersiapkan diri untuk FA Cup yang akan diadakan tiga hari lagi. Ini adalah pertandingan FA Cup pertama bagi tim liga Premier musim ini.      

Di dalam benak Twain, dia sudah memenangkan hampir semua gelar yang bisa diperolehnya, tapi dia punya satu penyesalan --- turnamen terpenting dan tertua di Inggris, rekornya sebagai seorang manajer juara masih kosong dalam hal FA Cup. Ini tidak sejalan dengan statusnya saat ini.      

Karenanya, dia membuat sebuah resolusi Tahun Baru pada tanggal 1 Januari. Salah satunya adalah, tak peduli bagaimana hasil turnamen lain musim ini, dia harus memenangkan FA Cup!     

Yang lainnya adalah --- aku ingin punya anak tahun ini.      

Setelah menikah dengan Shania selama empat setengah tahun, hal terpenting yang harus mereka lakukan adalah "membuat bayi" kapanpun mereka punya kesempatan. Meski setelah Shania hamil, hal itu jelas akan mempengaruhi karir Shania. Shania sendiri sama sekali tidak peduli dengan karirnya. Tapi, tahun lalu, Shania sudah jarang menyinggung tentang "bayi" dan fokus untuk bekerja.      

Sebenarnya, Twain tahu bahwa keinginan Shania untuk punya bayi masih belum menghilang. Gadis itu hanya tidak ingin memberikan tekanan pada dirinya sendiri... bahwa dirinya tidak subur. Dalam sebagian besar kasus, tanggungjawab ini terletak pada si pria. Terkadang, Twain memiliki dorongan untuk pergi ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan. Tapi dia mengurungkan niatnya. Akan lebih baik baginya untuk membayangkan bahwa semuanya baik-baik saja. Masalahnya tidak terletak pada dirinya. Ini pasti hanya karena dia sedikit bernasib buruk. Ini bukan berarti dia tidak pernah luput dalam menembak. Selama latihan militer di sekolah menengah, dia tidak pernah berhasil menembak lingkaran tengah selama praktek menembak target di lapangan menembak. Pria di sampingnya menembak sepuluh kali dan mendapatkan 101 poin – dia memang berhasil mencetak sepuluh poin dengan satu tembakan tapi pelurunya mengenai target di sebelahnya...      

Kadang kala, Twain juga ingin menghubungi Dunn, yang tinggal di kota yang sama, dan menggunakan pendekatan tidak langsung untuk bertanya apakah dia memang punya kondisi ini sebelumnya ataukah ini terhubung dengan sejarah genetik keluarganya. Tapi pada akhirnya, semua pikiran itu hanya ada di dalam kepalanya. Dia hanya bisa menghibur dirinya sendiri saat ini, "Masalahnya tidak terletak pada diriku, ini pasti hanya sedikit nasib buruk..."     

Kalau dia berhasil memenangkan FA Cup seperti keinginannya, dia penasaran apakah keinginannya untuk punya bayi juga akan menjadi kenyataan...      

Hari ini, Twain melakukan sesuatu yang akan terlihat aneh bagi orang luar. Dia mengambil secarik kertas dan menulis di atasnya: "Aku ingin bayi, boleh perempuan atau laki-laki, selama dia sehat. Terlepas dari dewa mana yang mendengarkan, tolong bantu aku kalau kau melihat permintaan ini!"     

Lalu dia melipat kertas itu dengan seksama dan memasukkannya ke dalam sebuah botol kaca kecil. Dia menguburnya dibawah sebuah pohon di kebunnya. Saat dia menguburnya, dia bahkan menggumamkan kata-kata, "Aku menanam benih di musim semi dan di musim gugur nanti, aku akan punya anak..."     

Untungnya, Shania tidak ada disana. kalau tidak, dia akan marah melihat tindakan Twain --- karena kau punya waktu untuk "menanam seorang anak", akan lebih baik kalau kau "menabur benihmu" di dalam tubuhku.      

Twain pasti sudah benar-benar putus asa sehingga menggunakan berbagai cara...      

Twain hanya kadang-kadang saja memikirkan tentang bayi. Dia takkan bisa menanggungnya kalau dia memikirkan tentang bayi setiap hari. Masalah ini tidak bisa diburu-buru. Punya bayi dan memenangkan gelar juara adalah dua hal yang benar-benar berbeda. Setelah memenangkan gelar juara dijadikan tujuan bersama, maka seluruh tim akan bekerja keras untuk mencapai tujuan itu. Masalah punya bayi tidak selalu efektif meski mereka sudah bekerja keras. Tak terhitung banyaknya pasangan yang berhasil melakukannya tanpa sengaja karena mereka tidak memakai kondom di hari itu sementara bagi suami istri yang sangat menginginkan anak justru tidak selalu mendapatkan hasil setelah berusaha selama bertahun-tahun...      

Lawan Nottingham Forest di putaran pertama FA Cup adalah tim EFL Championship, Leeds United. Tim "pengawal muda" orisinal ini tidak sebagus sebelumnya. Saat ini mereka menghadapi kekacauan finansial dan hasil yang mereka peroleh juga naik turun, sehingga mereka hampir didegradasi kembali ke Liga Satu musim lalu. Di mata orang luar, mereka tidak beruntung karena harus bertemu dengan Nottingham Forest di FA Cup. Tapi sebenarnya, mereka adalah salah satu lawan yang ingin dihadapi Leeds United --- pertandingan ini diadakan di stadion kandang Leeds United dan pendapatan tiket akan mengalir pada Leeds United. Nottingham Forest saat ini adalah sebuah tim dengan banyak pemain bintang. Kedatangan Tony Twain saja sudah cukup untuk memancing orang-orang datang, belum lagi para pemain bintang itu. Kedatangan mereka sudah pasti bisa menjual tiket. Bagi Bates, yang bukan pria kaya, setiap pound sangatlah berarti. Dia tidak akan pernah menolak uang.      

Lawan untuk pertandingan ini tidak terlalu kuat. Twain menurunkan separuh pemain dari Tim Pertama dan separuhnya lagi dari tim pemuda. Hasilnya adalah kemenangan mudah 3:0 melawan Leeds United.      

Adriano Moke adalah pemain terbaik di pertandingan itu. Dia memberikan kontribusi berupa satu gol dan dua assist. Tiga gol tim Forest semuanya ada hubungannya dengan dirinya. Terobosan tajamnya di sayap dan kemampuannya yang luar biasa membuat lawannya tidak bisa menjaganya dengan efektif dan para penonton bersorak gembira melihatnya.      

Meski kepergian Lennon membuat Twain sedikit tidak senang, Moke sudah memenuhi ekspektasinya dan berkembang dengan pesat. Kelihatannya tahun-tahun dimana dia berlatih di luar tim telah sangat membantunya. Twain percaya bahwa cobaan dan kesengsaraan akan membuat seseorang tumbuh dan berkembang, jadi dia sengaja membuat karir Moke tidak berjalan dengan lancar. Sekarang kelihatannya upayanya itu telah terbayar dan sudah saatnya untuk menuai hasilnya... Dia hanya berharap Lennon juga bersenang-senang di Inter Milan.      

FA Cup adalah pertandingan pertama yang dimainkan tim Forest di tahun baru ini. Twain menganggap penting pertandingan pembuka ini. Skor 3:0, kemenangan penuh, dan kegagalan tim lawan dalam mencetak gol tampaknya menjadi pertanda baik untuk tahun yang baru ini.      

Bulan berikutnya juga mengkonfirmasikan firasatnya. Perseteruan lama antara Eastwood dan George Wood telah hilang dan suasana tim kembali harmonis. Semangat tim sedang tinggi dan semua orang bersatu.      

Nottingham Forest memiliki rekor empat kemenangan beruntun yang membanggakan di turnamen liga dalam empat pertandingan yang dimainkan di bulan Januari. Twain terpilih sebagai manajer terbaik bulan Januari dan Nottingham Forest dinobatkan sebagai tim terbaik bulan itu sementara George Wood adalah pemain terbaik untuk bulan Januari. Tim Forest juga kembali ke bagian atas klasemen liga dan menduduki peringkat keempat.      

Saat waktu bergulir memasuki bulan Februari, turnamen penting yang lain dimulai. Liga Champions UEFA kembali dilanjutkan dimana Nottingham Forest adalah salah satu dari enam belas tim teratas. Mereka akan menghadapi Eindhoven di putaran 16 besar. Lawan mereka kali ini adalah lawan terlemah yang dihadapi tim Forest di putaran sistem gugur Liga Champions beberapa tahun terakhir.      

Apa ini terlihat seolah UEFA memberikan perlakuan istimewa pada mereka?     

Eindhoven bermain di kandang lebih dulu. Mereka berjuang keras untuk mendapatkan hasil imbang melawan Nottingham Forest di kandang dan berhasil menjaga agar tim Forest tidak mencetak gol. Kegagalan Aaron Mitchell, Ibisevic dan striker lainnya yang mendominasi Liga Premier dalam menjebol gawang Eindhoven membuat Twain marah. Dia meraung selama lima menit kepada para pemainnya di ruang ganti dan menegur semua orang selama lima menit sampai tidak ada yang berani mengangkat kepala mereka.      

Pada akhirnya, dia bahkan berkata dengan licik, "Kalian sebaiknya berdoa agar hasil pertandingan di kandang kita tidak lagi imbang, apalagi imbang dengan gol tercetak!"     

Pertandingan 0:0 yang membuat kesal ini membuat banyak orang lain senang. Tony Twain terlalu arogan di kancah sepakbola Eropa. Semua orang ingin melihatnya jatuh. Dipaksa bermain imbang dalam pertandingan tandang melawan Eindhoven yang 'lemah' dan tidak berhasil mencetak gol tandang yang penting, orang-orang Belanda dan media memberikan prediksi optimis bahwa Eindhoven mengeliminasi tim Forest untuk bisa melaju menjadi delapan besar bukanlah hal yang mustahil. Dunia sepakbola memiliki banyak hasil tak terduga dan kejutan semacam ini. Tim-tim yang kuat tidak selalu layak untuk menang. Bukankah Nottingham Forest memulai semuanya ini sebagai kuda hitam? Belum lagi, jujur saja, Eindhoven adalah sebuah klub papan atas dan bukan kuda hitam.      

"Tujuan kita: Delapan besar!"     

Sebelum Eindhoven pergi ke Nottingham, media lokal di Belanda memuatnya sebagai tajuk berita yang menarik.      

Twain memberikan respon di Nottingham, "Tujuan mereka hanya delapan besar? Dasar tak berguna..."     

Meski dia bicara sok tangguh, dia tidak boleh lalai dengan persiapan dibalik-layar. Twain melepaskan pertandingan liga untuk pertandingan ini, dimana timnya akhirnya menghentikan rekor kemenangan beruntunnya. Mereka, yang anti-Twain, pasti melihatnya sebagai "Nottingham Forest baru-baru ini bertanding dengan buruk. Setelah kalah di Liga Champions, kemenangan beruntun mereka di turnamen liga juga terhenti. Kelihatannya mereka sedang dalam kondisi tidak bagus belakangan ini..."     

Twain mengabaikannya. Mereka hanya akan tahu apakah situasi saat ini buruk atau tidak setelah mereka menjalaninya.      

Sebelum pertandingan, Twain menanamkan sebuah keyakinan dalam diri para pemainnya bahwa mereka harus menang.      

"Kalau kalian dieliminasi oleh Eindhoven di kandang sendiri, maka kalian bisa membayangkan sendiri bagaimana konsekuensinya nanti."     

Komentar ini jauh lebih efektif daripada berteriak pada mereka beribu-ribu kali "Kita akan menang, karena lawan kita tidak ada apa-apanya!"     

Ketakutan yang terlihat adalah ketakutan sejati.      

Tidak ada yang ingin dimarahi di ruang ganti selama lebih dari lima menit dan tidak ada yang ingin diejek setelah mereka kalah dari Eindhoven. Terlebih lagi, tidak ada yang ingin kalah dalam pertandingan ataupun melepaskan gelar juara. Tim Nottingham Forest ini sudah menjadi satu dengan tradisi kemenangan dan gelar juara. Mereka telah terbiasa dengan kemenangan dan kejayaan. Kalah? Mereka benci kegagalan.      

Manajer Eindhoven, Huub Stevens masih berkepala jernih. Dia tidak terhasut oleh media. Dia masih menurunkan lineup serangan balik defensif yang digunakannya di kandang. Dia menduga Twain pasti ingin menyerang dan karena Stevens ingin lolos ke putaran berikutnya, dia hanya membutuhkan serangan balik defensif yang mencetak satu gol dan itu sudah memenuhi targetnya. Dia merasa percaya diri karena timnya berhasil bertahan selama sembilan puluh menit di kandang mereka.      

Seperti yang bisa diduga, Twain menunjukkan serangan ofensif yang agresif di kandang. Dengan adanya Mitchell, Ibisevic, Bentley, Fernandez dan Sahin, formasi 4-4-2 Twain hanya menggunakan satu gelandang bertahan. Gago dan Tiago tidak diturunkan dalam pertandingan ini. Wood akan memimpin lini tengah sendirian dalam menghadapi serangan balik Eindhoven.      

Stevens tersenyum lebar saat dia melihat starting lineup. Tapi senyumannya itu segera terhapus dalam sepuluh menit.      

Nottingham Forest sudah menembak dua kali dan tembakan mereka membentur tiang gawang. Bek Eindhoven, yang bermain unggul di leg pertama, sama sekali tidak bisa menahan serangan para pemain Nottingham Forest.      

Di tengah nyanyian fans tuan rumah yang tak pernah berhenti, Nottingham Forest akhirnya berhasil menjebol gawang Eindhoven di menit ke-27. Pencetak golnya adalah Ibisevic, yang mencetak gol dengan sundulan kuat dan menjatuhkan kiper Swedia, Isaksson.      

Ini seperti momen kecerobohan yang mengarah pada bencana. Setelah itu, Eindhoven terlihat seperti rumah kartu dan dihancurkan oleh gelombang serangan Nottingham Forest.      

Sebenarnya, lineup Nottingham Forest yang digunakan masih sama seperti dalam pertandingan leg pertama – yang tanpa sengaja kalah dari Eindhoven – seolah meledak dengan energi yang melimpah seperti ledakan bom nuklir dan mengubur semua orang lain dengan gelombang kejut. Tidak ada seorangpun dari tim lawan yang berhasil selamat...      

Di menit ke-40, sundulan Mitchell menghasilkan gol. 2:0! Taktik bombardir bola atas tim Forest cukup sukses di pertandingan ini. Bek Eindhoven sama sekali tidak mampu menghadapi Ibisevic, yang tingginya mencapai 1.88 meter dan Mitchell, yang tingginya mencapai 2.02 meter.      

Stevens tampak gelisah dan cemas dari pinggir lapangan. Tertinggal dua gol, tidaklah mudah untuk memainkan pertandingan ini... Eindhoven membutuhkan dua gol.. Tapi melihat momentum tim Forest, kalau mereka bergegas menyerang, mereka masih bisa mencetak gol. Tapi, apa gunanya itu kalau mereka juga kebobolan banyak gol?     

Tim Forest melanjutkan serangan gencar mereka dari sejak babak pertama dan tidak membiarkan Eindhoven bisa mengatur nafas mereka. Kelihatannya Twain telah terprovokasi oleh komentar media sebelum ini. Dia membiarkan semua orang melihat apakah pantat harimaunya ini boleh disentuh.      

Di menit ke-51, Nottingham Forest kembali mencetak gol. Kali ini, gol itu dicetak oleh Bale, yang mengandalkan tendangan bebas langsung untuk mencetak gol.      

Gol itu benar-benar menghancurkan semangat juang Eindhoven.      

Kelihatannya pantat harimau itu benar-benar tidak boleh disentuh...      

Eindhoven benar-benar kehilangan semangat di lapangan. Mereka berusaha untuk melakukan serangan balik, hanya untuk memberikan lebih banyak peluang bagi tim Forest untuk menyerang.      

Di momen terakhir, tim Forest memasuki kotak penalti dengan taktik bola mati dan kesalahan dalam sundulan bek lawan memberikan bolanya ke Mitchell, yang langsung menerima hadiah ini, menjulurkan kakinya dan menendang bola ke dalam gawang untuk mengunci kemenangan dengan skor 4:0.      

"Lihatlah penampilan para pemain Eindhoven. Mungkin hanya ada satu hal di benak pikiran mereka saat ini, yakni keluar dari stadion yang berisik ini secepat mungkin!"     

Meski mereka berhasil menang besar, para fans Forest di stadion City Ground tidak membiarkan para pemain Eindhoven begitu saja. Serangkaian desis cemoohan terdengar setiap kali pemain Eindhoven mendapatkan bola. Mereka akan berhenti melakukannya ketika bola berada di kaki pemain Forest.      

Saat wasit dengan penuh pertimbangan mengakhiri perpanjangan waktu tiga menit setelah baru berjalan satu setengah menit, seluruh tim Eindhoven merasa lega. Setelah pertandingan ini, mungkin kebencian mereka pada Tony Twain dan timnya akan jadi lebih besar lagi...      

Dalam wawancara paska pertandingan, Twain tampak sangat keren. Dia tidak membuang-buang nafasnya. Saat seseorang menanyakan pendapatnya tentang pertandingan ini, dia hanya berkata, "Aku minta maaf karena telah mengecewakan beberapa orang!"     

Siapakah "beberapa orang" itu? Mereka yang merasa bersalah akan tahu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.