Mahakarya Sang Pemenang

Takdir



Takdir

0"Juara bertahan Liga Premier, Nottingham Forest, telah mengalami kesulitan belakangan ini. Mereka telah bertanding tanpa meraih kemenangan dalam tiga pertandingan beruntun di liga dan selisih poin antara mereka dan Arsenal di puncak klasemen telah meningkat menjadi tujuh poin. Mereka juga tereliminasi oleh tim Championship dalam EFL Cup. Tapi, ini hanyalah sebagian kecil dari kekhawatiran Twain. Pemain favoritnya, Freddy Eastwood, telah mengalami cedera lutut lagi di pertandingan sebelumnya dan ini membuat Twain berada dalam suasana hati yang buruk belakangan ini. Para reporter yang seringkali muncul di Wilford telah memilih untuk menjauh dan tidak memintanya berkomentar tentang hal ini."     

Pada tanggal 1 November, putaran liga ke-11, Nottingham Forest menghadapi Tottenham Hotspur dalam sebuah pertandingan tandang.      

Eastwood terjatuh ke tanah saat Michael Dawson berusaha merebut bola di menit kelima puluh empat dalam pertandingan, dan dia tidak bisa bangkit berdiri setelah benturan itu.      

Dawson memang berhasil merebut bola dari Eastwood, tapi dia segera menendang bolanya keluar batas setelah menyadari apa yang terjadi sehingga membuat staf medis Forest bisa memasuki lapangan.      

Dawson berniat mengucapkan beberapa patah kata untuk menghibur Eastwood, tapi dia didorong menjauh oleh staf medis Forest yang bergegas ke sisi Eastwood sebelum dia bisa mengucapkan apa-apa. Dia mungkin pernah menjadi kapten Nottingham Forest di masa lalu, tapi sekarang dia dianggap musuh di mata para pemain Forest.      

Fleming dan dua orang asistennya melakukan pemeriksaan medis terhadap Eastwood saat dia tergeletak di tanah sambil mengerang kesakitan.      

"Baiklah, baiklah. Kau akan baik-baik saja! Kau akan baik-baik saja!" Hal pertama yang dilakukan Fleming bukanlah mengecek lutut Eastwood, melainkan melihat ekspresi Eastwood. Wajah pria Romani itu membuatnya terkejut. Air mata menggenang di kedua matanya.      

Sebagai dokter tim, Fleming sering melihat ekspresi para pemain dari dekat ketika mereka tergeletak cedera di lapangan. Ekspresi di wajah para pemain itu adalah semua yang dia butuhkan untuk mengetahui secara kasar tentang seberapa serius cedera mereka, karena dikatakan bahwa kita adalah yang paling tahu tentang kondisi tubuh kita sendiri.      

Fleming hanya tahu ada satu contoh lain dimana seorang pemain menangis setelah menderita cedera. Itu adalah saat Ronaldo roboh di lapangan untuk yang kedua kalinya dalam pertandingan melawan Nottingham Forest beberapa tahun yang lalu.      

Eastwood membuka mulutnya lebar-lebar dan kelihatannya dia ingin berteriak kesakitan. Tapi, dia tidak mengeluarkan suara apapun. Dia mirip seekor ikan yang keluar dari air.      

"Tandu. Tandu." Fleming meminta tandu. Staf medis dengan hati-hati menempatkan Eastwood ke atasnya.      

"Kau akan baik-baik saja. Percayalah padaku. Kau akan baik-baik saja..." Fleming membungkuk untuk berbisik di telinga Eastwood sambil mengikutinya keluar lapangan dari samping tandu. Dia terus mengulang kata-kata itu seolah dia sedang membaca mantra.      

Setelah mereka keluar dari lapangan, Fleming mengangkat kepalanya dan menemukan tatapan penuh tanya dari Twain ke arahnya. Dia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi serius dan melihat Twain memaki.      

Keesokan harinya, Twain menerima kabar buruk. Eastwood cedera serius dan harus beristirahat selama empat bulan. Selain itu, dia juga harus menjalani operasi lagi.      

"... Ini sangat disayangkan. Ini adalah ketiga kalinya Eastwood harus menjalani operasi besar untuk cederanya. Operasi pertamanya terjadi ketika dia mewakili tim pemuda West Ham dalam sebuah pertandingan melawan tim pemuda Nottingham Forest, dan dia mendapatkan cedera serius setelah ditekel oleh George Wood. Dia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ketiga puluh dua hari yang lalu. Siapa yang mengira dia akan menerima cedera ini sebagai kado ulang tahunnya..."     

"Karir sepakbola profesional Eastwood yang berusia tiga puluh tahun bisa dikatakan legendaris. Dia dulu dipandang sebagai pemain muda dengan prospek cerah di tim pemuda West Ham, tapi akhirnya dibuang oleh West Ham setelah dia mengalami cedera serius dalam pertandingan melawan tim pemuda Nottingham Forest. Lalu dia bermain sepakbola di liga semi-profesional, dan bekerja sebagai salesman yang menjual mobil bekas..." komentator TV berbicara seolah-olah dia sedang membacakan pidato di pemakaman Eastwood.      

"Lalu dia dibawa ke Stadion City Ground oleh Tony Twain, dan disaat itulah dia diberi kesempatan kedua untuk bermain sepakbola profesional. Dia mencetak gol kemenangan di final Liga Champions dua kali, dan sejak saat itu dia menjadi striker legendaris untuk Forest. Dia adalah pencetak gol ketiga terbanyak di liga dalam musim dimana Tony Twain kembali memimpin tim setelah rehat sejenak karena serangan jantung. Dia telah menderita banyak cedera setelah itu, tapi dia masih berhasil mencetak lebih dari sepuluh gol di setiap musimnya.. cedera kali ini mungkin yang paling serius baginya. Ini bahkan bisa membuatnya mengakhiri karirnya lebih awal... Menurut dokter Amerika yang mengoperasinya, Richard Steadman, lutut kanan Eastwood seperti segumpal kapas sobek-sobek yang dijejalkan tak beraturan. Ada kemungkinan dia akan kembali cedera setelah operasi ini..."     

"Keparat!" Twain memukulkan tangannya ke atas meja. Kerslake, yang berdiri disampingnya, sama sekali tidak berani menarik nafas.      

Twain bukan sedang menyumpahi Kerslake, dan dia juga tidak menyumpahi orang lain. Dia sedang menyumpahi nasibnya yang buruk.      

Dia tidak pernah mendapatkan striker yang sehat di timnya sejak dia membawa pulang pemain Romani itu dari lapangan sepakbola di London Timur.      

Eastwood adalah seorang pemain yang cemerlang saat dia tidak cedera. Twain yakin bahwa Eastwood memiliki kapasitas untuk menjadi salah satu striker papan atas di seluruh Eropa, tapi sayangnya cederanya telah menjadi belenggu di kakinya, dan belenggu itu membatasi kemampuannya untuk berlari dengan bebas.      

Twain merasa iba pada Eastwood melihat bagaimana hidup telah mempermainkanya. Ada satu hal yang juga membuat Twain sangat geram.      

Eastwood menghubunginya sejam yang lalu dan memberitahunya secara pribadi bahwa dia telah memutuskan untuk pensiun sebagai seorang pesepakbola profesional setelah operasi ini.      

Keduanya berdebat sengit, atau mungkin, berargumen, di telepon tentang keputusannya ini.      

Twain menolak menerima keputusan Eastwood untuk pensiun. Dia bahkan tidak ingin mendengar kata 'pensiun'. Tapi, Eastwood sudah menetapkan hatinya. Dia akan terus mengikuti keputusannya dan bahkan menentang sang Raja dengan jalan berdebat dengannya melalui telepon.      

"Dengar, Freddy! Aku tidak akan mengijinkanmu mengatakan 'pensiun'! Aku tidak setuju dengan keputusanmu untuk pensiun! Kau masih berusia tiga puluh tahun. Kenapa kau mau pensiun di usia ini? Apa yang kuinginkan sekarang adalah kau menjalani operasi itu, beristirahat selama empat bulan lalu kembali ke lapangan dan bermain bola! Apa yang membuatmu sangat depresi?"     

"Boss, akulah yang paling mengenal tubuhku! Aku tidak bisa terus melakukan ini... Sembilan tahun yang lalu, kau memberitahuku untuk bertahan dan memilih jalan yang ingin kulalui. Aku mendengarkanmu, dan aku sudah melalui jalan yang sangat kusukai selama sembilan tahun... Sudah sembilan tahun, boss. Sudah lama. Aku benar-benar tidak bisa berjalan lebih jauh lagi..."     

Twain mendengar isak tangis di ujung telepon yang lain. Dia terdiam dan tidak tahu harus mengatakan apa untuk menghiburnya.      

Kalau Freddy ada di hadapannya saat ini, dia akan memeluknya tanpa ragu. Tapi, mereka terpisah oleh telepon yang dingin dan gelombang elektromagnetik tak berwujud saat itu. Tidak ada yang bisa dia lakukan.      

Eastwood mendapatkan kembali ketenangannya setelah terisak selama beberapa waktu. Suaranya serak saat dia kembali bicara. "Sebenarnya, aku tidak terlalu banyak berlari dalam pertandingan belakangan ini. Aku takkan bisa memberikan kontribusi yang banyak kepada tim meski aku kembali ke lapangan setelah operasi ini... Aku benar-benar lelah, boss. Apa kau tahu impian terbesarku sekarang? Itu adalah mengurus kuda-kudaku dan anak-anakku dan menemani Sabina... Itulah yang kuinginkan. Ini bukan perjalanan yang mudah bagiku sejauh ini. Aku benar-benar lelah setelah bertahan sekian lama. Aku ingin beristirahat sekarang..."     

"Freddy..."     

"Jangan berusaha membujukku lagi, boss. Aku sudah memutuskannya. Aku..."     

Twain meninggikan suaranya dan memotong ucapan Eastwood dengan tegas, "Apa kau ingat janji kita? Aku akan menjadi manajer legendaris dan kau akan menjadi striker legendaris! Apa kau ingat itu, Freddy?"     

"Maaf, boss. Maafkan aku..." Suara Eastwood terdengar pelan dan dia berusaha keras menahan tangis.      

Twain segera mengangkat kepalanya setelah mendengar kata-kata itu dari Eastwood. Dia menjauhkan telepon itu dari telinganya dan mengerucutkan bibirnya, berusaha keras untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.      

Untungnya, tidak ada siapapun di kantor itu selain dirinya. Tidak akan ada orang lain yang bisa melihat Raja Nottingham Forest dalam kondisi seperti ini.      

Twain berhasil menahan air matanya. Lalu dia kembali meletakkan ponsel ke telinganya. Panggilan itu masih belum berakhir. Eastwood masih ada di ujung telepon yang lain.      

"Freddy."     

"Boss?"     

"Mampirlah ke Wilford setelah kau selesai dioperasi. Ucapkan selamat tinggal pada semua orang. Aku tidak akan memberitahu mereka apa-apa untuk saat ini."     

"Oke."     

"Hubungi aku kalau kau akan datang."     

"Iya."     

"Beristirahatlah untuk sekarang, Freddy..." Twain menutup telponnya dengan cepat. Dia khawatir dia akan menangis kalau dia meneruskan panggilan telepon itu. Suaranya sudah mulai bergetar di akhir pembicaraan mereka.      

Kau akan pensiun sekarang?! Sekarang?! Setidaknya, aku ingin mengatur pertandingan perpisahan untukmu! Freddy! Kau... Kenapa kau memilih untuk pensiun sekarang?     

Twain berjalan mondar mandir di dalam kantornya tanpa tujuan. Dadanya naik turun dengan marah dan dia masih belum bisa menenangkan diri untuk waktu yang lama.      

Twain menganggap setiap pemain yang bekerja bersamanya selama bertahun-tahun sebagai temannya, dan dia akan merasa hancur setiap kali ada salah satu dari mereka yang pergi. Mulai dari Fernando Hierro sampai Demetrio Albertini sampai David Beckham sampai Ruud van Nistelrooy dan sekarang Eastwood...      

Hal yang paling tidak ingin dilihatnya adalah seorang pemain yang pensiun di hadapannya. Dia akan merasa lebih baik kalau pemain itu pindah ke klub lain, karena itu artinya dia masih bisa melihat wajah si pemain yang familiar itu di tempat lain.      

Tapi pensiun itu berbeda.      

Twain akan sedikit tertegun setiap kali Albertini muncul di hadapannya berpakaian formal sebagai pejabat tinggi untuk FA Italia.      

Waktu seolah terbang...      

Tidak ada seorangpun selain Twain dan Eastwood yang tahu tentang keputusan Eastwood untuk pensiun dari sepakbola. Tapi, media masih berhasil memperolehnya dari beragam rumor yang beredar.      

Sebuah konferensi paska-pertandingan diselenggarakan setelah pertandingan penyisihan Liga Champions melawan Lyon. Di dalam konferensi ini, seorang reporter menanyakan tentang cedera Eastwod. "... Berdasarkan berbagai rumor yang beredar, apakah terdapat kemungkinan bahwa Eastwood akan pensiun?"     

Wajah Twain langsung muram. "Aku tidak tahu. Aku bukan dokter profesional. Aku tidak bisa memberikan komentar apapun tentang cederanya."     

Reporter lain mengangkat tangan. Sebelum dia bisa membuka mulutnya, Twain menunjuk ke arahnya dan berkata, "Kalau ini tentang Eastwood, maka aku minta maaf. Aku menolak untuk menjawab. Itu tidak ada hubungannya dengan pertandingan ini."     

Reporter itu membuka mulutnya dan terlihat seolah dia ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya dia duduk kembali. Sudah jelas, dia memang bermaksud bertanya tentang Eastwood.      

"Ayo kita bicara tentang pertandingan," Twain mengubah topik pembicaraan. "Kami mengalahkan Lyon dalam pertandingan tandang dan kami sudah mendapatkan satu tempat di babak berikutnya meski masih menyisakan dua pertandingan. Aku merasa sangat senang. Aku ingin berterima kasih kepada tim karena mereka telah bersatu."      

Mana mungkin para reporter tertarik dalam mendengar ini?     

Sayangnya, mereka tidak diberi kesempatan sekalipun untuk bertanya tentang cedera Eastwood dalam konferensi pers itu. Tidak ada yang tahu seperti apa hasil perawatan cedera Eastwood.      

Para reporter memutuskan untuk mengubah target dan meminta komentar dari para pemain, karena mereka tidak berhasil memperoleh informasi apapun yang berharga dari Twain.      

"Freddy? Kami semua berharap dia bisa pulih dengan cepat dan kembali ke tim dengan segera! Ruang ganti tidak terasa ramai tanpa dirinya! Ha!" Pepe tertawa saat mengatakan itu.      

"Kuharap dia bisa pulih dengan cepat, tapi tidak ada gunanya terburu-buru. Sebaiknya dia beristirahat dengan baik sebelum kembali ke tim. Itu jauh lebih aman baginya."     

"Freddy! Kau bisa melakukannya!" Ibisevic mengangkat tinjunya dan berteriak ke arah kamera setelah mencetak gol dalam pertandingan. Selama perayaan gol itu, dia mengangkat jersey-nya untuk menunjukkan sebuah kaos dengan kata-kata "Gol ini untuk Freddy" di bawahnya.      

Mewawancarai George Wood adalah yang paling sulit, khususnya karena para reporter ingin meminta pendapatnya tentang cedera Eastwood. Semua orang tahu bahwa Wood adalah pihak yang disalahkan atas karir sepakbola Eastwood yang penuh halangan. Kapten dan rekan setim Eastwood saat ini, Wood, adalah orang pertama yang mencederai lutut kanan Eastwood, yang sejak saat itu telah menjalani tiga operasi.      

"Aku... kurasa dia akan kembali..." Wood terdengar tidak yakin saat dia mengatakan itu. "Mungkin... dia akan kembali."     

Wood bergegas pergi setelah membuat komentar itu. Kelihatannya dia berusaha melarikan diri dari pertanyaan itu.      

Rekan-rekan setim Eastwood umumnya memiliki pandangan positif tentang pemulihan dan kembalinya Eastwood ke dalam tim.      

Tiga hari kemudian, Freddy Eastwood menjalani operasi ketiganya di lutut kanannya di Amerika. Ketika operasi itu usai, dokter yang mengoperasinya memberitahunya bahwa lututnya tidak terlihat baik. Dia tidak yakin apakah Eastwood bisa kembali ke lapangan setelah operasi ini.      

Eastwood menanggapi ucapan dokter itu sambil tersenyum. Seolah-olah dia tidak memasukkan komentar itu ke dalam hati, meski itu adalah berita buruk.      

Dia kembali ke Inggris ditemani istrinya setelah beristirahat selama seminggu. Lalu dia menghubungi Twain seperti yang dia janjikan.      

"Boss, aku akan mampir dan mengunjungi semua orang."     

Twain mengerti maksud dibalik kata-katanya itu. Sudah saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal.      

Freddy Eastwood muncul di lapangan latihan saat sesi latihan pagi keesokan harinya.      

Sudah cukup lama sejak para pemain Nottingham Forest melihatnya, dan semua orang merasa lega, meski tampak jelas bahwa dia takkan bergabung dengan tim karena dia masih menggunakan kruk.      

"Hey, Freddy! Sudah cukup lama! Bagaimana cuaca di Amerika?"     

"Kudengar operasinya sukses besar. Apa kau masih perlu istirahat selama tiga bulan?"     

"Pulihkan dirimu dengan cepat dan kembalilah ke tim! Semua orang merindukanmu,"     

Rekan-rekan setim Eastwood mengerumuninya. Mereka menepuk bahu dan kepalanya serta bertanya padanya tentang kondisinya dan hidupnya.      

Kerslake merasa senang melihat semua pemain Forest berkerumun di sekeliling Eastwood dan karenanya tidak mengatakan apa-apa untuk menghentikan mereka. Twain, disisi lain, tampak muram saat dia berdiri di pinggir lapangan dengan kacamata hitamnya.      

Bahkan George Wood, yang jarang berbicara pada Eastwood, ikut menghampiri untuk menyapanya. "Kami... erm... kami semua menunggumu kembali."     

Eastwood tidak pernah memperlakukan 'pelaku utama' yang membuatnya berada dalam kondisi seperti ini dengan baik. Tidak jauh berbeda darinya, George Wood juga seorang pria yang sombong, dan dia tidak akan pernah mengakui kesalahannya di hadapan Eastwood. Sebagai akibatnya, hubungan antara keduanya selalu buruk. Media juga telah melaporkan tentang 'perseteruan' mereka sebelum ini.      

Tapi, Eastwood merasa tidak ada artinya untuk terus memikirkan hal-hal seperti itu sekarang karena dia akan pensiun. Dia tersenyum pada Wood untuk yang pertama kalinya, "Terima kasih."     

Beberapa rekan setimnya mulai bersuit-suit saat melihat Eastwood tersenyum. Mereka menggoda keduanya agar saling berjabat tangan dan saling berpelukan.      

Ini akan menjadi berita terbesar yang pernah ada! Siapa yang mengira bahwa kedua pemain itu akan mengubur dendam setelah bertahun-tahun menyimpan kebencian yang mendalam terhadap satu sama lain?     

Meski didesak, keduanya tidak berjabat tangan atau saling berpelukan.      

Twain melangkah maju setelah melihat percakapan yang berlangsung cukup lama. Dia berdehem untuk mengisyaratkan agar semua orang tenang. Setelahnya, dia menunjuk ke arah Eastwood dan berkata, "Freddy datang kemari hari ini karena ada sesuatu yang ingin dia katakan pada semua orang."     

Setelah selesai mengatakan itu, Twain mundur ke samping dan memberi isyarat agar pemain Romani itu bergerak maju.      

Eastwood perlahan bergerak maju dengan bantuan kruknya.      

Semua orang memandangnya dengan bingung. Mereka tidak tahu apa yang akan dikatakan Freddy pada mereka.      

"Err... erm... Aku hampir saja berubah pikiran barusan." Eastwood menjepit kruk dibawah ketiaknya dan menggaruk hidung dengan tangannya. "Aku benar-benar ingin bermain sepakbola dengan kalian semua. Tapi aku tahu tidak mungkin bagiku untuk melakukannya lagi..."     

Keributan pun pecah.      

"Hey, Freddy. Apa yang kaukatakan?"     

"Maaf, Freddy. Pengucapan bahasa Inggrismu buruk dan kau juga bicara dengan sangat cepat. Aku sama sekali tidak dengar apa yang kaukatakan!"     

"Sekarang bukan April Fool, Freddy!"     

Eastwood hanya meneruskan ucapannya setelah semua orang mulai sedikit tenang. "Guys, aku tidak bohong. Dokter memberitahuku setelah operasi ini bahwa lututku mungkin tidak akan bisa mengatasi tekanan yang ditimbulkan oleh sepakbola profesional. Kalau aku tidak ingin terus berjalan seperti ini di masa depan, maka..." Dia menepuk kruknya, "lebih baik aku menyerah."     

"Biarkan aku menyelesaikan kata-kataku dulu." Dia tahu beberapa rekan setimnya terlihat seolah mereka punya sesuatu untuk dikatakan, jadi dia segera mengisyaratkan agar mereka tidak bicara dulu. "Aku sudah memikirkannya sejak lama... dan aku juga sudah membahasnya dengan boss."     

Eastwood menoleh untuk memandang sekilas pada Twain. Twain tampak tanpa emosi dengan kacamata hitamnya. Dia hampir terlihat seolah dia berusaha terlihat keren.      

"Aku sudah memutuskan untuk pensiun dari sepakbola." Akhirnya dia mengucapkan kata-kata yang ingin diucapkannya.      

Kerslake memandang Eastwood dengan tatapan terkejut. Lalu dia menoleh ke arah Twain. Twain sudah menundukkan kepalanya.      

Rekan-rekan setimnya bereaksi keras. Mereka semua mulai berteriak sekuat tenaga dengan gusar, dan beberapa orang bahkan ingin agar Eastwood menarik kembali kata-katanya itu.      

"Eastwood! Kau.. Apa kau tahu yang barusan kaukatakan?"     

"Kami semua menunggumu kembali! Bagaimana mungkin kau memilih untuk melarikan diri?"     

"Hey! Semuanya! Tenangkan diri kalian..."     

"Kenapa kita harus tenang? Dia menjalani tiga operasi di lututnya. Dia sudah berhasil melaluinya dua kali sebelum ini. Kenapa dia tidak bisa melakukannya lagi? Kau masih tiga puluh tahun! Kenapa kau sudah berpikir tentang pensiun?"     

Hiruk pikuk suara-suara marah menyerang telinga Eastwood. Tapi, kelihatannya dia tidak terpengaruh. Dia bersandar di kruknya dan tersenyum melihat rekan-rekan setimnya yang tampak gusar.      

Twain tidak bisa menahan diri kecuali berteriak, "Diam!" saat dia memperhatikan situasinya mulai tak terkendali.      

Semua orang menutup mulut mereka dengan patuh, tapi masih ada kemarahan di mata mereka.      

"Kalau kalian benar-benar menganggap Freddy sebagai teman kalian, maka kalian seharusnya menghormati keputusannya!" wajah Twain tampak muram, dan ekspresi di wajahnya terlihat jelek. "Dialah yang paling tahu tentang tubuhnya. Apa yang kalian inginkan dengan berteriak seperti itu?"     

Setelah dia selesai memarahi para pemainnya, Twain menoleh untuk berbicara pada Eastwood. "Kau bilang mimpimu adalah untuk mengurus kudamu, anak-anakmu dan menemani Sabina. Tapi, aku juga sudah mempersiapkan hadiah lain untukmu. Kuharap kau mau menerimanya..."     

Eastwood tampak terkejut mendengar kata-kata Twain.      

"Tidak ada satupun orang disini..." Twain memandang ke sekeliling dan menunjuk semua pemain dan staf pelatih di belakangnya, "... yang ingin melihatmu pergi."     

Semua orang mengangguk setuju.      

"Oleh karena itu, aku juga tidak berniat untuk membiarkanmu pergi. Aku telah memberimu kontrak baru..."     

Eastwood membelalakkan matanya.      

Kenapa dia tidak diberitahu tentang ini? Bukankah dia akan pensiun? Kenapa ada kontrak baru?     

"Apa kau bersedia menjadi anggota staf pelatih setelah kau pensiun nanti?"     

Para pemain, yang sempat tertegun, mulai bersuit-suit setelah Twain menyelesaikan ucapannya. Mereka semua ingin Eastwood menerima kontrak baru itu.     

"Pelatih!" seseorang mulai menggoda Eastwood dengan memanggilnya 'pelatih', tapi tidak lama kemudian, semua orang lain juga bergabung bersamanya. Staf pelatih tertawa saat mereka melihat para pemain Forest menggoda Eastwood. Apa yang seharusnya menjadi peristiwa sedih berubah menjadi peristiwa yang membahagiakan.      

Eastwood menatap Twain sebelum kembali memandang rekan-rekan setimnya, yang bersorak untuknya. Ekspresi di wajahnya berubah beberapa kali, tapi pada akhirnya dia tersenyum.      

"Aku khawatir aku tidak cocok untuk melakukan pekerjaan itu, boss..." katanya sambil tersenyum.      

"Kau bisa melakukannya pelan-pelan. Bukan berarti kau terlahir untuk menjadi pesepakbola profesional juga, kan?"     

"Aku... baiklah, aku menerimanya."     

Suara sorakan terdengar.      

Semua orang terlalu sibuk bersorak sehingga mereka melewatkan sesuatu dari George Wood. Wood adalah satu-satunya orang disana yang terlihat seolah sedang memikirkan sesuatu dan juga satu-satunya orang yang tidak menunjukkan senyum di wajahnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.