Mahakarya Sang Pemenang

Toa



Toa

0Ketika Guardiola menerima daftar starting lineup Nottingham Forest sebelum pertandingan dimulai, dia melihat nama pemain lini depan. Dia berpikir sejenak, lalu bertanya pada asisten yang ada disampingnya, "Apa Ibisevic cedera juga?"     

Vilanova menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mendengar kabar semacam itu. Yang kita tahu adalah Eastwood pasti absen dari pertandingan ini karena cedera."     

Guardiola memikirkannya saat dia mendengar kata-kata asisten yang paling dipercayanya itu.      

Dia benar-benar tidak tahu kenapa Tony Twain menggunakan striker yang sama sekali tidak familiar ini padahal Ibisevic tidak cedera. Dia bahkan tidak punya informasi apapun tentang pemain muda itu, kecuali bahwa namanya adalah "Aaron Mitchell". Itupun karena namanya tertulis dalam daftar starting lineup. Dia tidak tahu seberapa jangkung Mitchell sampai dia melihatnya sendiri. Belum lagi karakteristik teknis pemain ini dan levelnya yang sesungguhnya...     

Dia mengerutkan kening. Latihan pertahanan Barcelona menarget Ibisevic tapi sekarang Ibisevic duduk di bangku cadangan. Bek Barcelona sama sekali tidak tahu tentang pemain yang akan mereka hadapi. Bagaimana mereka bisa bertahan terhadapnya? Haruskah mereka mengamati lebih dulu dan kemudian baru memutuskan? Kalau begitu, dia berharap Nottingham Forest tidak akan mengambil keuntungan dari situasi ini untuk mencetak gol lebih dulu...      

Kelihatannya mereka hanya bisa melakukannya seperti ini. Tidak ada seorangpun dalam unit pelatih yang familiar dengan "Aaron Mitchell", jadi para pemain Barcelona juga cenderung tidak akan familiar dengan pemain yang tidak pernah mereka dengar namanya.      

Inilah adegan yang terjadi sebelum pertandingan dimulai. Saat ini, Guardiola sedang duduk di area teknis tim tamu dan menonton pertandingan dari pinggir lapangan. Di area teknis tim tuan rumah, kursi manajer tampak kosong. Asisten manajer Cina itu terlihat seperti seorang manajer, tapi dia sedikit terlalu gugup.      

Guardiola masih memandang ke arah tribun dan terlihat seolah dia bisa menemukan Tony Twain diantara begitu banyak orang disana. Tapi sebenarnya, dia tidak menemukannya.      

※※※     

Pada saat ini, Twain sedang menikmati pertandingan sepakbola dikelilingi sekelompok fans-nya yang paling setia.      

"Kau jarang menonton pertandingan dari sini kan, Tony?" Big John berkata sambil tersenyum, duduk di sisi kiri. Pertandingan baru saja dimulai dan perhatiannya masih terarah pada orang-orang di sekelilingnya.      

"Aku sudah dihukum dan dikirim ke tribun berulang kali. Tapi ini pertama kalinya aku duduk di tribun dimana para fans setia berkumpul. Yah... pemandangan disini jauh lebih baik daripada di area teknis."     

"Kenapa kita tidak tukar tempat duduk? Di masa depan nanti, kau bisa duduk disini dan aku akan duduk disana." John menunjuk ke area teknis tim Forest dibawah sana.      

Twain hanya nyengir lebar dan tidak mengatakan apa-apa.      

Disisi lain, Bill memadamkan semangat temannya dan berkata, "Aku berani bertaruh kau takkan bisa duduk diam selama empat puluh lima menit."     

"Jangan gunakan levelmu sendiri sebagai standar untuk orang lain, Skinny!"     

Memanfaatkan pertengkaran kecil antara kedua pria itu, Twain menoleh ke belakang dan mengarahkan pandangannya ke atas. Nottingham Forest memperlakukan dua inspektur UEFA itu dengan sangat baik dan memberi mereka kursi di boks VIP. Tapi sebenarnya semua itu sudah diatur oleh Twain, termasuk duduk di tribun juga merupakan gagasan Twain. Karena kami adalah tim tuan rumah dengan keunggulan bermain di kandang, maka kami harus memanfaatkannya dengan baik. Kalau tidak, itu hanya akan menyia-nyiakan sumberdaya kami.      

Saat dia mengatur dirinya untuk duduk di tribun, ini bukan agar dia bisa menikmati pertandingan dengan teman-teman lamanya disini. Twain punya tujuan lain.      

Dia melirik lagi ke boks dan tidak melihat dua inspektur pertandingan yang berpakaian hitam. Tapi, dia yakin keduanya pasti ada diatas sana, minum sambil menonton pertandingan.      

Jadi, dia menyela pertengkaran John dan Bill tentang siapa yang lebih mampu untuk duduk di kursi manajer Nottingham Forest.      

"Hey, guys. Ada yang ingin kubicarakan dengan kalian..."     

John dan Bill memandang ke arahnya di waktu yang bersamaan dan berhenti berdebat. "Apapun yang kaubutuhkan, kau tinggal menyebutkannya, Tony!" Kali ini mereka sama-sama sepakat.      

"Yah, jadi begini... orang-orang UEFA menggunakan berbagai cara supaya mereka bisa menghentikanku menghubungi unit pelatih dan para pemain dibawah, jadi aku tidak punya alat komunikasi apapun saat ini..."     

"Aku bisa meminjamkannya padamu!" Bill mengeluarkan ponselnya, tapi segera dihalangi oleh Twain.      

"Jangan keluarkan. Aku bahkan tidak boleh meminjam ponsel orang lain. Apa menurutmu mereka tidak tahu apa yang kulakukan disini saat mereka duduk diatas sana?" Twain menunjuk ke atas tanpa menoleh. "Mereka punya sepasang teropong yang sangat kuat."     

"Wow, jadi begitu!" Bill tampak kagum. Mereka hanya melakukan inspeksi. Kenapa mereka harus bertindak seperti tukang intip...?     

"Aku yang mempersiapkannya untuk mereka." Twain tertawa.      

"Hah?" Keduanya tampak sangat terkejut.      

"Aku ingin menunjukkan bahwa aku sangat kooperatif dengan mereka dan tidak memainkan trik apapun. Mempersiapkan teropong untuk mereka membuktikan bahwa aku tidak punya trik di benakku. Tapi sebenarnya..." Twain tersenyum licik, menunjukkan wajah yang membuat John ingin memukulnya.      

"Aku tidak bisa berhubungan dengan mereka yang ada dibawah sana dengan alat komunikasi apapun, tapi UEFA tidak bisa melarang para fans untuk berteriak, kan?" Dia kembali tersenyum, dan matanya menyipit.      

"Hey, Tony! Jangan bicara berputar-putar, katakan saja! Apa yang kau inginkan dan bisa kami lakukan?" Bill sedikit tidak sabaran. Dia bukan orang yang sabar.      

"Kadang-kadang aku mungkin perlu memberikan instruksi terakhir berdasarkan situasi di lapangan, tapi aku tidak bisa memberitahu para pelatihku dan para pemainku tentang gagasanku itu. Tapi kurasa aku bisa meminjam mulut kalian untuk mengatakannya. Kalau aku punya informasi yang ingin kuberitahukan pada orang-orang dibawah sana, aku ingin kalian membantuku meneriakkannya, tapi jangan sampai terlihat disengaja. Itu hanya akan seperti menyoraki tim dari tribun... dengan begitu, saat UEFA bertanya padaku tentang ini, aku akan punya alasan. Mereka bisa membungkam mulutku, tapi mereka takkan bisa membungkam mulut kalian. Ha!"     

John tertawa bersama Twain. Sekarang dia yakin bahwa benak pikiran Tony Twain pasti berbeda dari semua orang lain. Kalau tidak begitu bagaimana mungkin dia bisa memikirkan begitu banyak trik yang cerdik seperti ini?     

Reaksi Bill sedikit lebih lambat, tapi akhirnya dia mengerti.      

"Tidak jadi masalah, Tony!" Dia berteriak dengan penuh semangat, "Kami akan senang untuk langsung berhadapan dengan UEFA! Aku selalu menganggap sekelompok pria dengan jas itu tidak menyenangkan!" Dia juga mengacungkan tinjunya.      

John menepuk bahu Twain dan berkata, "Anggap saja kau mengarahkan pertandingan dari tribun. Kami akan menjadi asisten pelatihmu."     

Twain mengangguk pada keduanya dan berkata, "Terima kasih, guys!"     

John tertawa dan melanjutkan, "Selama kau bisa menang atas Barcelona dan mempersulit UEFA, belum lagi kami akan membantumu menyuarakan instruksi, takkan jadi masalah kalau kau juga ingin kami membersihkan semuanya!"     

Setelah selesai mengatakan itu, dia bangkit dari kursinya dan menginformasikan pada para fans di sekeliling mereka. Akan mustahil untuk bertindak kolektif dengan mengandalkan dua atau tiga orang saja. Jadi, tribun utama ini harus terinformasi tentang apa yang akan mereka lakukan dalam beberapa waktu mendatang.      

※※※     

Lima menit memasuki pertandingan, Barcelona tampak agresif dalam serangan mereka karena mereka mendapatkan kesempatan untuk melakukan kick-off dan bisa menggunakan keunggulan teknik mereka untuk mempertahankan bola tetap berada di kaki mereka. Alasan lain terjadinya serangan sengit Barcelona adalah kelihatannya ada sebuah masalah yang muncul di pertahanan lini tengah Nottingham Forest hari ini... George Wood berulang kali memandang ke arah tribun selama pertandingan untuk menemukan pria itu. George merasa ini aneh karena dia selalu menganggap dirinya adalah kapten tim, jadi dia seharusnya bisa memimpin seluruh tim. Tapi saat dia melirik sekilas ke area teknis sebelum pertandingan dimulai dan tidak bisa menemukan sosok yang familiar disana, dia merasa sedikit tidak tenang...      

Sejak kapan dia menganggap pria itu sebagai sosok yang bisa dia andalkan?     

Ini konyol! Aku adalah George Wood. Aku sudah berusaha bertahan hidup di daerah kumuh sejak masih kecil dan merawat ibuku. Aku tidak perlu mengandalkan orang lain!     

Meski berpikir seperti ini, dia masih sering melirik sekilas ke arah tribun...      

Ada begitu banyak orang disana sehingga tidak mungkin dia bisa menemukannya.      

Saat Wood menolehkan kepalanya, Iniesta melewati zona pertahanannya sambil membawa bola dan Wood bahkan tidak bereaksi.     

※※※     

"George sedikit teralihkan perhatiannya..." gumam Twain dan mengerutkan dahi di tribun.      

"Bill, "toa nomer satu" disampingnya, menajamkan telinganya dan bertanya, "Apa kau ingin kami meneriakkan itu?"     

"Ah? Yah, tidak perlu." Twain segera melambaikan tangannya. Efek samping dari membuat para fans sebagai toa untuk membantunya adalah mereka bisa salah tangkap dan menganggap hal yang diucapkannya dengan santai sebagai hal yang perlu mereka teriakkan... kalau siapapun terlalu antusias, adegan aneh seperti ribuan fans yang meneriakkan "malegebi" secara padu akan terlihat. Karena dia sudah terbiasa menggumamkan kata-kata kotor berulang kali saat menonton pertandingan, dan semua kata itu dalam bahasa Mandarin....      

Dia tidak tahu apa yang salah dengan Wood tapi melihat penampilannya dalam beberapa menit terakhir, dia selalu menoleh kesana kemari di lapangan dan tidak fokus pada pertandingan. Ini adalah situasi yang sangat jarang terjadi. George Wood selalu dikenal sebagai pria yang fokus, berkonsentrasi penuh pada pertandingan dan memiliki sikap yang berdedikasi. Situasi seperti hari ini seharusnya tidak terjadi padanya.      

Kalau begitu, apa yang salah?     

Kalau dia ada dibawah sana, dia bisa berdiri ke pinggir lapangan dan berteriak, "George!! Apa yang kaulakukan?! Perhatikan pertandingannya!"     

Sekarang, meski dia punya fans yang bertindak sebagai toa, mereka tidak bisa meneriakkan sembarang komentar.      

※※※     

Dunn juga menyadari keanehan Wood. Tapi reaksinya tidak sama seperti Twain. Dia menunduk dan berpikir sebentar. Lalu dia paham dan mengangkat kepala sambil tersenyum. Dia menoleh untuk mencari Kerslake dan suara kerasnya. Dia berkata, "David, bisakah kau membantuku memberitahu George bahwa Tony berada di tengah tribun utara?"     

Kerslake merasa itu sedikit aneh. Dia bertanya, "Bukankah kau sudah mengatakannya di ruang ganti?"     

Dunn tersenyum, "Mungkin seseorang tidak mendengarnya saat itu."     

Kerslake mengangkat bahu dan bangkit dari kursinya. Dia benar-benar merasa bahwa sebagai asisten manajer, dia kadang-kadang seperti seorang pengasuh. Dia harus mengurusi berbagai hal, terlepas dari penting atau tidaknya...      

Setelah menarik nafas dalam, dia berteriak, "Geor---ge!!"     

Wood mendengar suara Kerslake dan menoleh untuk melihat. Dia melihat Kerslake menunjuk ke tribun utara dan berteriak, "Dia disana! Di tengah! Berhentilah mencarinya! Kurasa dia pasti merasa tidak puas dengan penampilanmu!"     

Komentarnya itu efektif. Wood melirik sekilas ke tribun utara dan memfokuskan kembali energinya pada pertandingan.      

Saat Messi hendak menerobosnya, bolanya memantul di lapangan berkat upaya Wood merebutnya, lalu bola itu membentur kaki dan keluar batas lapangan. Itu bahkan dianggap lemparan ke dalam untuk Nottingham Forest.      

"George Wood tidak dalam kondisi bagus dalam lima menit pertama pertandingan dan posisinya membuat para pemain Barcelona bisa menerobosnya beberapa kali. Tapi kelihatannya semua oke sekarang! Messi ingin menggunakan trik yang sama, tapi dia justru terjungkal. Tidak hanya gagal menerobos, dia memberikan lemparan ke dalam untuk Nottingham Forest setelah Wood mengganggunya."     

Messi juga merasa jalannya pertandingan telah berubah. Dia seperti seekor zebra di padang Afrika. Setelah angin berubah arah, dia bisa mencium adanya singa di semak-semak rendah tidak jauh darinya. Dia memandang ke atas dan ke sekeliling dengan telinga ditajamkan dan waspada.      

Entah George mau mengakui perasaannya atau tidak, dia sudah kembali tenang. Tadinya, dia seperti seekor singa yang tertidur di sore hari, dengan malas duduk di bawah semak-semak rendah, membiarkan kelinci dan zebra berkeliaran di depan hidungnya, bahkan terlalu malas untuk membuka kelopak matanya.      

Tapi saat cahaya matahari terakhir menghilang dibalik cakrawala, dan malam mulai turun, singa itu akan bangkit dalam kegelapan, dengan mata dingin menatap mangsanya.      

Dia lapar.      

※※※     

Saat Wood kembali terfokus pada pertandingan, keunggulan Barcelona selama lima menit terakhir pun segera terhapus. Selain itu, ada kabar buruk --- para pemain mereka benar-benar tidak bisa beradaptasi dengan lapangan yang buruk di stadion City Ground.      

Saat Silva berlari ke celah kosong di sayap kiri dan mengangkat tangannya untuk meminta bola, Xavi melihat tidak ada pemain Forest yang menjaganya. Jadi, dia melakukan gerak tipu dan mengoperkan bola ke arahnya.      

Operan semacam ini seharusnya bisa dengan mudah dilakukan oleh playmaker tim nasional Spanyol --- kalau saja dilakukan di lapangan biasa. Di stadion City Ground, operannya akhirnya keluar batas. Silva mengangkat kakinya dan tidak berhasil menghentikan bola. Karena bola di hadapannya tiba-tiba saja melompat ke kiri dan terbang langsung keluar garis batas lapangan!     

Komentator Catalan tadinya menganggap ini sebagai kesalahan koordinasi antara kedua pria itu dan menyesalkan hilangnya sebuah peluang yang bagus. Tapi setelahnya, satu persatu bola-bola operan Barcelona selalu salah arah, dia merasa ada sesuatu yang salah --- saat pertama kali melihat lapangan itu, dia hanya mengira bahwa lapangan itu memiliki kualitas rumput yang buruk dan di beberapa area tertentu permukaan tanahnya terlihat jelas. Tapi sekarang dia sadar bahwa ada yang salah dengan permukaan lapangan dibawah rumput itu!     

"Aku tidak tahu bagaimana klub Nottingham Forest memelihara rumput mereka, tapi aku tahu tidak ada klub sepakbola profesional di dunia ini yang akan memelihara lapangan mereka seperti ini. Ini pasti gagasan Tony Twain lagi! Ini... benar-benar tidak sportif!" Dia tidak perlu memikirkan tentang mempertahankan sikap netral. Dia adalah komentator Catalan dan orang-orang yang mendengarnya pastilah fans Barcelona. Dia tidak perlu mempertimbangkan mood para fans Inggris, jadi dia bisa melakukan apa saja untuk merendahkan lawan Barcelona di pertandingan ini. Respon yang diterimanya juga sangat bagus saat itu.      

Setelah Silva luput menerima bola, Bojan mendapatkan peluang bagus yang lain. Dia berhasil melewati Woodgate dan hampir berhadapan satu lawan satu dengan Akinfeev. Tapi saat dia mengangkat kakinya untuk menembak, bola itu mengenai bagian lapangan yang tidak rata! Dia menendang udara kosong dan hampir membuat kaki porosnya terkilir... Untungnya, dia bereaksi dengan cepat dan melepaskan titik keseimbangannya. Meski dia terlihat menyedihkan, tapi dia tidak cedera.      

Bola itu ditangkap dengan mudah oleh Akinfeev yang melompat untuk menerkam bola.      

Akinfeev, yang mendapatkan bola, masih sempat tersenyum pada Bojan, yang tergeletak di tanah.      

"Sepuluh menit sejak pertandingan dimulai, Barcelona mengandalkan penguasaan bolanya setelah kickoff untuk meluncurkan beberapa serangan yang mengancam. Benak George Wood yang berkeliaran kemana-mana telah membentuk banyak celah dalam pertahanan Nottingham Forest. Tapi Barcelona tidak berhasil mencetak gol. Para pemain mereka tiba-tiba terlihat seolah mereka tidak bisa bermain sepakbola. Penampilan mereka di lapangan tampak... konyol. Kurasa ini pasti ada hubungannya dengan lapangan pertandingan. Jujur saja, rumput di stadion City Ground memang buruk sekali! Para pemain Barcelona memakai jersey tandang berwarna kuning untuk pertandingan ini. Tapi kurasa warnanya pasti akan berubah menjadi cokelat saat jeda turun minum..."     

Melihat para pemainnya seperti ini, Guardiola, yang sedang duduk di area teknis, menggelengkan kepalanya. Dia sama sekali tidak punya gagasan lain. Dia bukan Superman dan tidak bisa memindahkan lapangan Camp Nou ke Inggris dalam waktu singkat.      

Dia hanya bisa berharap bahwa gerak Nottingham Forest juga akan dibatasi oleh lapangan ini. Meski skornya adalah 0:0 di akhir pertandingan, Barcelona masih akan lolos ke putaran berikutnya.      

Lapangan yang buruk semacam ini bisa menjadi pedang bermata ganda. Tidak ada yang tahu bagaimana bola akan bergerak. Kadang-kadang bola yang nakal itu akan menyebabkan kesulitan bagi Barcelona. Tapi siapa yang menjamin bahwa di waktu–waktu yang lain bola itu takkan menjadi mimpi buruk Nottingham Forest?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.