Mahakarya Sang Pemenang

Barang Antik Tua



Barang Antik Tua

0Mourinho jelas tidak meremehkan Nottingham Forest dan Tony Twain, jadi dia tidak terkejut ketika Nottingham Forest meluncurkan serangan yang agresif di stadion kandang mereka sendiri.      

Tapi, meski demikian, kesulitan dalam pertandingan ini masih memberinya sakit kepala.      

Nottingham Forest sudah bertekad untuk mengalahkan Manchester United di stadion kandang mereka dan menggunakan kemenangan itu sebagai hadiah perpisahan bagi boss mereka. Dilihat dari ekspresi mereka selama pertandingan, seseorang bisa saja mengatakan bahwa mereka berusaha keras untuk mendapatkan gelar juara liga.      

Manchester United jelas tidak ingin menyerah semudah itu. Kalau mereka kalah dari Nottingham Forest, itu artinya mereka menyia-nyiakan seluruh jerih payah mereka sepanjang musim. Siapa yang mau terjatuh ketika mereka sudah berada tepat di depan garis finish?     

Pertandingan memasuki kebuntuan sejak awal. Lini tengah kedua kubu sangatlah intens. Dalam pertandingan ini, George Wood dan Chen Jian seharusnya memimpin serangan tim, tapi tekanan berat Manchester United memaksa mereka untuk tetap bertahan. Sama halnya dengan ini, karena Wood dan Chen Jian terus bertahan di jalur tengah, Manchester United tidak bisa menyerang dan mengancam gawang Nottingham Forest.      

Para gelandang tidak bisa menyusun serangan yang efektif tapi Nottingham Forest tidak panik. Mereka masih punya cara lain, seperti misalnya operan-operan panjang.      

Wood dan Chen Jian menggeser posisi mereka ke belakang, menjadi bek belakang dan pada dasarnya tetap tinggal di lini pertahanan dan bukannya berlari ke depan untuk menyerang. Sambil menyusun serangan dan menguasai bola, mereka akan melihat siapa yang punya peluang lebih baik di lini depan sebelum mengirimkan operan panjang. Tinggi badan Mitchell mencapai 2,1 meter dan sangat mencolok seperti layaknya mercusuar di lini depan, memberikan umpan panjang padanya akan membuatnya bisa memutuskan untuk mengoper bola atau mempertahankannya. Selain tinggi badannya yang diatas rata-rata, dia juga memiliki teknik menggiring bola yang mengesankan dan bisa mengendalikan bola di bawah kakinya tanpa banyak kesulitan.      

Balotelli, disisi lain, berlarian di sekitar Mitchell, mencari peluang untuk menembakkan bola ke dalam gawang.      

Sebagai perbandingan, serangan Manchester United hanya satu tingkat lebih rendah tanpa adanya Rooney, tapi umpan-umpan panjang mustahil dilakukan meski mereka ingin melakukannya. Striker mereka, di depan gelandang bertahan Nottingham Forest, terlihat sangat kurus dan lemah...      

Untuk menghadapi Manchester United, Twain membutuhkan waktu dua minggu untuk memperkuat timnya. Gaya bermain mereka kini jadi lebih stabil dan sama halnya dengan aksi mereka. Tapi, sejak awal, prioritas kedua tim bukanlah untuk menyerang melainkan menghentikan serangan lawan dengan aksi-aksi kecil yang tak terlihat oleh wasit.      

Ini adalah pertandingan terakhir Twain sebagai manajer, tapi babak pertama pertandingan sama sekali tidak menarik. Serangan berkualitas tinggi dari kedua tim sangatlah terbatas. Meski begitu, para fans di tribun masih menikmati pertandingan dan menganggapnya cukup layak untuk ditonton. Para penggemar Manchester United merasa khawatir apakah tim kesayangan mereka bisa meraih gelar juara. Karena itu, mereka tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di lapangan; mereka tidak seperti fans Real Madrid atau Barcelona yang memprioritaskan jalannya pertandingan daripada hasil. Fans Nottingham Forest juga bukan jenis penonton yang hanya menyukai pertandingan yang indah. Mereka akan senang selama tim yang mereka dukung bisa menang.      

Hanya ada sebagian fans netral yang menganggap pertandingan yang disiarkan langsung secara global ini sedikit tidak menarik, tapi bentrokan yang intens masih cukup menyenangkan untuk ditonton. Ini adalah sebuah pertandingan sepakbola jadi bukan berarti akan selalu ada gol, tembakan yang mendebarkan, atau penyelamatan yang luar biasa di setiap menitnya. Tapi, seorang penggemar sepakbola sejati tidak akan melepaskan detil kecil apapun yang terjadi selama pertandingan.      

Dan ada banyak sekali detil di pertandingan ini...      

Ketika Balotelli melakukan tendangan bebas bersudut tinggi, layar televisi tidak menunjukkan Balotelli. Melainkan, justru menyorot Twain, yang berada di kursinya. Twain, di dalam siaran itu, menggelengkan kepalanya dengan gusar, penyesalan terlihat jelas di wajahnya. Lalu kamera menyorot Mourinho. Pria Portugis itu tanpa ekspresi; seolah-olah dia sama sekali tidak khawatir timnya akan gagal dalam bertahan.      

Selanjutnya, George Wood melakukan tekel terhadap gelandang Manchester United, Adrien. Sebagai akibatnya, Adrien, yang tiga tahun lebih muda daripada Wood, kalah dalam pertarungan itu dan kehilangan bola di depan kotak penalti Manchester United. Setelah melihat adegan ini, wajah Mourinho langsung berubah dan dia berulang kali mengeluh kepada asistennya, yang berada di sampingnya.      

Nottingham Forest, di sisi lain, mengambil peluang ini untuk meluncurkan serangan. Itu adalah serangan mereka yang paling mengancam di babak pertama. Wood mengoper bola ke Chen Jian, yang berpura-pura akan mengirimkan umpan panjang tapi justru mempertahankan bola dan mengopernya melalui jalur tengah saat dia melihat Gareth Bale berlari maju. Mitchell memunggungi bek tengah Manchester United, Evans, untuk mengendalikan bola ketika Balotelli berlari melewatinya, menarik perhatian bek belakang Manchester United. Ketika semua orang mengira Mitchell akan mengoper bolanya ke Balotelli, yang berlari maju ke depan, Mitchell menggunakan tumitnya dan menendang bolanya ke belakang tubuhnya. Gareth Bale sudah berlari memasuki kotak penalti, dimana dia tidak offside dan juga tidak dijaga lawan.      

Bale tidak ragu lagi ketika ada peluang bagus diberikan padanya seperti ini dan dia langsung menembak ke gawang.      

Bola itu melesat langsung ke sudut gawang, tapi untungnya, kiper Manchester United, Ruffier, masih fokus dan dengan cepat menyelamatkan gawang lalu membuang bola itu keluar dari area gawang.      

Serangan itu menuai sorakan keras dan tepuk tangan meriah dari tribun; itu dianggap sebagai salah satu highlight yang langka di babak pertama. Twain tidak menyesal ketika dia melihat gagalnya tembakan itu, tapi Mourinho segera bangkit berdiri dari kursinya. Dalam menghadapi aliran serangan Nottingham Forest yang mengalir lancar, dia tidak bisa duduk diam.      

Sebenarnya, Manchester United hanya membutuhkan hasil imbang melawan Nottingham Forest untuk bisa memenangkan juara liga. Tapi, Mourinho tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan itu. Dia tahu kemampuan Twain tidak terbatas, jadi kalau rencananya hanya ditempatkan pada level 'hasil imbang demi mendapatkan kemenangan' maka bisa jadi hasil akhirnya adalah mereka kalah. Kalau dia bertekad untuk menang, kemungkinan besar timnya akan mendapatkan hasil yang mereka inginkan.      

Kemudian Manchester United melakukan penyesuaian. Nottingham Forest terlalu percaya diri, sementara Manchester United bersembunyi di belakang. Mourinho ingin timnya menekan lawan ke depan, menggunakan satu atau dua serangan berkualitas-tinggi yang bisa menurunkan semangat Nottingham Forest.      

10 menit setelah penyesuaian itu, peluit ditiup dan mengakhiri babak pertama.      

※※※     

"0:0! Mourinho seharusnya cukup puas dengan skor ini. Timnya hanya membutuhkan hasil imbang di pertandingan liga terakhir ini untuk bisa memenangkan kejuaraan liga dengan selisih gol atas rival mereka," Komentator John Motson mendeskripsikannya seperti ini, tapi Mourinho jelas tidak berpikir seperti itu.      

Di dalam ruang ganti, Mourinho mengkritik penampilan timnya habis-habisan.      

"Apa kalian tahu ini pertandingan apa? Ini adalah pertandingan untuk menentukan apakah kita akan pulang sebagai pahlawan atau bahan tertawaan!"     

Mourinho memarahi para pemainnya, sebagian karena dia teringat dengan persaingan antara dirinya dan Twain. Para pemainnya tidak sekompetitif pemain Twain dan itu membuatnya malu.      

Sebaliknya, Twain memuji penampilan para pemainnya di babak pertama.      

Jujur saja, Nottingham Forest sebenarnya lebih unggul di babak pertama ini meski tidak ada banyak serangan yang berkualitas tinggi. Gaya permainan keras yang digunakan Twain di timnya membuat Manchester United merasa sangat tidak nyaman.      

Twain tidak mengatakan hal lain kecuali pujian yang tadi dilontarkannya, seolah-olah ini adalah pertandingan liga biasa. Semua orang yang ada disini adalah pemain sepakbola profesional yang telah memainkan pertandingan liga yang tak terhitung banyaknya. Mereka telah berlatih untuk ini sejak masih muda, jadi seharusnya mereka bisa menangani ini meski lawan mereka sedikit lebih kuat dan taruhannya lebih besar. Sayang sekali dia tidak bisa terus memimpin mereka.      

Dia memberikan sisa waktu kepada para pemain. Mendorong pintunya terbuka, dia melangkah keluar dari ruang ganti.      

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin dikatakan Twain, tapi dia tidak bisa melakukannya. Dia khawatir dia akan mengganggu emosi dan suasana hati para pemainnya; dia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya kalau para pemain itu kalah gara-gara dirinya.      

Twain pergi ke terowongan pemain sendirian. Para staff disana melihatnya dan dia juga melihat mereka. Dia melambaikan tangan ke arah mereka, mengisyaratkan bahwa tidak ada hal penting yang terjadi dan mereka bisa terus melakukan pekerjaan mereka. Dia hanya ingin menghirup udara segar.      

Twain memiliki reputasi di bidang ini; tidak ada orang yang berani mendekatinya tanpa persetujuannya.      

Karenanya, di tengah suasana pertandingan sepakbola yang hiruk pikuk, dia masih bisa mendapatkan ketenangan.      

Pada saat ini, Twain tiba-tiba saja ingin merokok. Dia tidak pernah merokok sejak mendapat serangan jantung, dan sudah sepuluh tahun berlalu sejak dia berhenti merokok. Seharusnya, dia tidak pernah merokok atau berpikir untuk melakukannya tapi tiba-tiba saja dia ingin menyulut satu batang rokok terakhirnya hari ini. Dia ingin menyalakan rokok.      

Dia menepuk sakunya – tentu saja, sakunya kosong.      

Twain menggigit bibirnya.      

Meski dia akan kembali lagi ke stadion ini di masa mendatang, mustahil baginya untuk kembali sebagai seorang manajer. Sebelum pergi, mungkinkah dia masih punya perasaan untuk posisi ini? Twain sadar bahwa dia tidak punya perasaan itu. Mungkin itu karena perasaannya untuk stadion ini masih terlalu dangkal sebab stadion ini belum lama berdiri. Kalau itu adalah stadion City Ground, mungkin dia akan merasakannya. Dulu, ketika stadion City Ground akan dihancurkan, dia bahkan rela berkendara kesana dan melihatnya untuk yang terakhir kalinya, sampai-sampai dia bertemu Kenny Burns saat matahari terbenam dan mengobrol sebentar dengannya.      

Sekarang, di stadion yang modern dan indah ini, dia tidak mungkin bisa mengembangkan perasaan yang sama.      

Dia ingat pertama kalinya dia datang kemari. Dia selalu mencibir pada "aroma sejarah". Dia menganggapnya sebagai istilah untuk berbagai hal yang sudah kuno, karenanya dia meremehkan infrastruktur dan artifak lawas di dalam klub. Dia sama sekali tidak tahu bahwa suatu hari nanti dia akan mengenang semua "benda antik kuno" itu.      

Ini pasti karena dia sudah setua seperti benda-benda antik itu.      

Karena semua yang kuno dan terbelakang pasti akan meninggalkan panggung, pensiun di waktu seperti ini bukanlah hal yang memalukan, kan?     

※※※     

Pada saat Twain kembali ke ruang ganti pemain, para pemain sudah bersiap untuk kembali ke lapangan di bawah arahan asisten manajer Kerslake. Twain menunggu di pintu masuk ruang ganti sambil menepuk bahu mereka semua, mengirim mereka ke lapangan.      

Tidak ada banyak perbedaan antara babak pertama dan babak kedua. Meski Mourinho ingin timnya memperkuat serangan mereka, pertahanan Nottingham Forest masih sekuat biasanya. Tapi, Nottingham Forest masih terus menggunakan umpan-umpan panjang seperti yang mereka lakukan di babak pertama untuk mengganggu pertahanan Manchester United, sehingga membuat mereka tidak bisa bergerak maju dengan mudah.      

Sejalan berlalunya waktu, serangan Manchester United mulai melemah karena mereka merasa bahwa meski mereka mendapatkan hasil imbang, gelar juara liga masih menjadi milik mereka.      

Sebenarnya, hasil imbang adalah sesuatu yang ingin diperoleh Manchester United – apalah artinya kemenangan atas Nottingham Forest jika dibandingkan dengan gelar juara liga? Tapi, dari sisi Mourinho, itu adalah hasil yang tidak bisa diterimanya. Mengesampingkan pikiran berbahaya yang hanya menginginkan hasil imbang, ini adalah sebuah perseteruan pribadi. Mourinho takkan mengijinkan timnya mendapatkan hasil imbang melawan Manchester United.      

Twain akan pensiun usai mengarahkan pertandingan ini. Kalau game ini berakhir imbang, bukankah itu artinya dia tidak pernah bisa mengalahkan Twain?     

Itu takkan terjadi!     

Mourinho bangkit berdiri dari kursi manajer sambil berusaha berteriak lebih keras dibandingkan sorak sorai para fans Nottingham Forest. Dia ingin timnya memperkuat serangan, memerintahkan kedua gelandang untuk menyerang.      

Mourinho tidak senang dengan prospek hasil imbang dan para pemain Nottingham Forest juga tidak senang dengan hasil imbang tanpa gol.      

Mitchell berada dalam posisi yang bagus dan tak terjaga tapi Balotelli tidak melihat ini. Balotelli justru memilih untuk menembakkan bolanya dan tembakannya meleset. Mitchell merasa kesal dengan aksi Balotelli barusan dan mengeluh keras-keras, "Apa yang kaulakukan? Posisiku jauh lebih baik, apa kau tidak lihat?"     

Balotelli mengabaikannya. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan menyesali peluang yang terlewatkan itu.      

Sikapnya ini membuat Mitchell semakin kesal. Hubungan Balotelli dengan para pemain lain di dalam tim termasuk biasa-biasa saja. Saat Mitchell akan melangkah maju untuk berdebat dengannya, Wood menariknya mundur.      

"Keparat itu! Apa dia tidak tahu kita harus bergerak maju dan mencetak gol untuk menang?" Mitchell mengeluh pada Wood.      

"Kau tidak perlu menjadi orang yang mengatakan itu padanya," Wood menunjuk ke pinggir lapangan. Mitchell memandang kesana dan langsung terdiam.      

Mereka berdua melihat manajer bangkit berdiri dari kursinya dan melangkah ke pinggir lapangan.      

Detik berikutnya, mereka mendengar teriakan Twain.      

"Mario! Apa yang kaulakukan?! Seharusnya kau mengoper bolanya!" Suaranya masih bisa didengar di tengah suasana yang ramai seperti ini. Ini membuat orang-orang mengira dia punya pengeras suara di dalam tubuhnya. "Oper, oper, oper! Oper bolanya ke rekan setim yang posisinya lebih baik! Kau bukan anak-anak lagi, aku tidak perlu mengajarimu hal-hal semacam ini!"     

Sebenarnya, meski dia berteriak keras, pemain di lapangan tidak bisa mendengarnya dengan jelas, tapi kata-katanya itu mengekspresikan sebuah sikap – boss mereka sangat marah!     

Balotelli tidak terlalu disukai di dalam tim. Dia sama sekali tidak menghormati George Wood tapi dia menghormati Twain. Melihat bagaimana Twain begitu marah, dia langsung tahu bahwa itu karena dia tidak mengoper bolanya dan lebih memilih untuk menembak.      

Karenanya, dia melambaikan tangan ke arah Twain, mengisyaratkan bahwa lain kali dia akan melakukan yang lebih baik...     

Baru setelah itu Twain kembali duduk di kursinya.      

Detil ini menarik perhatian si komentator, Motson.      

"Tony masih seorang raja disini, meski dia tidak bermaksud memamerkannya. Tapi kalau Balotelli yang selalu susah diatur itu tampak jinak dibawah arahannya, tidak akan ada yang menyangkal fakta ini."     

Balotelli, yang baru saja ditegur Twain, bermain dengan lebih rendah hati. Kapanpun dia punya kesempatan lain, dia selalu mengoper bolanya dan tidak berani bermain sendiri.      

※※※     

Tidak banyak yang bisa dibicarakan di pertandingan terakhir ini. Tapi, bagi para fans Manchester United, pertandingan ini sangatlah intens dan menakutkan.      

Memasuki babak kedua pertandingan, terdapat lebih semakin banyak adegan yang menarik. Mungkin ini disebabkan karena suasana hati kedua manajer, kedua tim mulai semakin kompetitif.      

Tembakan-tembakan yang luar biasa mulai bermunculan, dan tentu saja, penyelamatan gawang yang mengesankan juga terjadi dari waktu ke waktu. Ini pasti tontonan yang menyenangkan bagi para fans netral.      

Tapi, meski menyenangkan untuk dilihat, skornya masih 0:0. Tidak ada yang bisa mencetak gol.      

Selama kurun waktu ini, Nottingham Forest hanya berhasil membentur tiang gawang satu kali, sementara tembakan Manchester United hanya berhasil membentur mistar gawang satu kali. Sepertinya, kedua tim sama-sama tidak beruntung.      

Waktu pertandingan berlalu dengan cepat setelah kedua tim saling bertukar serangan.      

Sepertinya pertandingan ini akan berakhir dengan skor 0:0.      

Kalau itu terjadi, orang-orang Manchester United akan merasa sangat senang, karena itu artinya mereka berhasil mempertahankan gelar juara liga. Hanya Mourinho yang akan merasa tidak puas karena dia takkan punya kesempatan lain untuk menang atas Tony Twain...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.