Mahakarya Sang Pemenang

Sebuah Era Akan Segera Berakhir



Sebuah Era Akan Segera Berakhir

0Jauh lebih mudah memberitahu Edward Doughty tentang keputusannya ini karena itu takkan melibatkan terlalu banyak emosi. Tapi, masalahnya lain dengan para penggemar. Para penggemar mempercayainya, menyukainya dan mendukungnya, tapi dia masih harus pergi. Bagaimana dia bisa mengatakan ini kepada para penggemar?     

Perdebatan tentang apakah Twain akan tetap tinggal atau pergi telah cukup sering dibicarakan belakangan ini, tapi Twain tidak menyerah dibawah tekanan yang diberikan media padanya.      

Di media, di Internet, dan bahkan di jalanan, diskusi tentang apakah Twain akan tetap tinggal tidak pernah berhenti terdengar. Bahkan bandar taruhan juga memberikan peluang tentang apakah Twain akan tetap tinggal atau pergi jadi semua orang bisa bertaruh tentang ini. Dalam hal taruhan dan peluang, orang-orang cenderung percaya bahwa Twain akan tetap tinggal.      

Tim dibubarkan setelah mereka tiba di Wilford dan Twain berkendara pulang ke rumah. Sebelum pergi, dia memberitahu Edward Doughty bahwa konferensi pers akan diselenggarakan besok sore.      

Setelah berkendara keluar dari kompleks pelatihan Wilford, tidak jauh dari sana, Twain melihat ada kios taruhan di pinggir jalan, yang menunjukkan rasio peluang Twain tetap tinggal atau pergi. Tapi, di larut malam seperti ini, tidak ada yang memasukkan taruhan disana. Manajer kios itu juga terlihat menguap berulang kali saat bersiap-siap untuk menutup kiosnya.      

Tiba-tiba saja Twain punya ide. Dia menepikan mobilnya lalu berhenti.      

Manajer kios itu tampak bersemangat saat dia melihat ada pelanggan yang mampir. Tapi dia tertegun saat dia melihat siapa yang berjalan menghampirinya.      

"Tony?" Dia menyipitkan mata dan memiringkan kepala ke samping. Dia mencoba menilai pria yang menghampirinya itu dengan seksama.      

Mungkin ada banyak pria bernama "Tony" di Inggris. Tapi, di Nottingham, hanya ada satu "Tony" di kalangan tokoh publik – manajer Nottingham Forest, Tony Twain.      

Karena dia sudah dikenali, Twain tidak perlu menyembunyikan identitasnya. Dia bertanya, "Orang-orang yang memasukkan taruhan apakah aku tinggal atau pergi, mana yang lebih banyak?"     

Manajer kios itu sudah pulih dari keterkejutannya dan menjawab, "Lebih banyak orang bertaruh kau akan tetap tinggal."     

"Bagaimana menurutmu, boss?" tanya Twain lagi.      

"Errm..." Manajer kios itu tidak langsung menjawabnya. Dia terjebak dalam konflik internal. Kiosnya ini terletak paling dekat dengan kompleks pelatihan Wilford, jadi dia selalu bisa mendengar banyak gosip dan informasi orang dalam yang tidak didengar orang lain. Dan kalau itu ada hubungannya dengan Tony Twain, dia juga sangat tahu tentang perkara ini. Dari sudut pandang yang logis, dia menganggap peluang Twain tetap tinggal tidak terlalu bagus. Tapi secara emosional, dia tidak bisa menerima fakta bahwa Twain mungkin akan pergi.      

Karenanya, dia bimbang dan tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Twain.      

Twain mengambil selembar uang dari dompetnya dan menyerahkannya pada manajer kios sambil berkata, "Sepuluh pounds untuk kepergianku."     

Komentar itu mengirimkan gelombang kejut pada diri manajer toko. Sepertinya, dia bisa memahami makna dibalik ucapannya, jadi dia tidak buru-buru mengambil uang itu. Sebaliknya, dia hanya menatap Twain.      

"Hasilnya akan jadi milikmu kalau aku menang. Aku yang rugi kalau aku kalah." Twain tidak meminta bukti pembayaran. Dia meletakkan selembar uang sepuluh pounds di atas meja kios taruhan itu dan berbalik untuk pergi.      

Setelah kembali ke mobil, Twain melambai ke arah manajer kios taruhan yang berdiri terpaku di pintu sebelum kemudian menyalakan mesin mobilnya dan melaju pergi.      

※※※     

Keesokan harinya, edisi paling awal surat kabar lokal Nottingham mempublikasikan sebuah berita, yang segera menarik perhatian banyak orang.      

"... pemilik kios taruhan ini, Tn. John Farrell, mengungkapkan bahwa sekitar pukul 11.30 malam kemarin, Tony Twain tiba-tiba saja datang ke kiosnya dan mengobrol dengannya. Lalu dia membayar sepuluh pounds untuk bertaruh pada kepergiannya..."     

"Kau membaca surat kabar saat sarapan lagi, Tony," Shania mengulurkan tangannya yang seputih bunga lily di hadapan Twain, yang hanya bisa mendesah dan melipat surat kabar itu sebelum menyerahkannya pada istrinya.      

"Apa kau sudah memikirkan bagaimana kau akan menghadapi para fans dan media sore nanti?" tanya Shania setelah dia menyingkirkan surat kabar itu.      

"Masih belum," Twain menggelengkan kepalanya. "Aku akan memikirkannya ketika saatnya tiba."     

Dia sama sekali tidak bisa memikirkan gagasan bagus apapun. Dia hanya bisa berjalan kesana, duduk di atas panggung, dan kemudian baru memikirkan caranya. Bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan para reporter dan perwakilan fans? Tidak ada gunanya mempertimbangkan masalah itu dan mempersiapkan naskah untuk itu. Dia akan menanganinya sesuai situasi yang ada. Bagaimanapun juga, dia memang bagus dalam mengarahkan langsung di lokasi dan paling terbiasa dalam menghadapi kejadian tiba-tiba.      

Tapi, apa yang dilaporkan di surat kabar itu seharusnya sudah memberikan semacam pendahuluan bagi para fans, jadi mereka takkan terlalu terkejut dan kecewa ketika kabar itu benar-benar diumumkan olehnya.      

"Ini bukan apa-apa. Bukankah aku, Tony Twain, tidak dikenal sebagai orang yang menolak untuk bermain sesuai aturan?"     

Twain menyeka mulutnya untuk mengindikasikan bahwa dia sudah selesai makan.      

Shania bangkit berdiri dan membereskan meja, sementara ponsel Twain berdering.      

Sekali pandang ke ID penelepon membuatnya tahu bahwa itu adalah Pierce Brosnan.      

"Halo, Tn. 007." Ketika Twain sedang dalam mood yang bagus, dia akan melontarkan lelucon kecil seperti ini. Brosnan sudah sangat mengenalnya, jadi dia terkejut. Dia berkata, "Hanya dengan mendengar suaramu bisa memberitahuku kalau kau sedang dalam mood yang bagus, Tony."     

"Tentu saja. Apa yang bisa membuatku merasa buruk?"     

"Konferensi pers sore ini..."     

"Ha. Aku sudah mengambil keputusan. Tidak ada yang perlu dicemaskan."     

"Aku membaca berita di koran pagi ini. Apa itu benar?"     

Ternyata Brosnan memang menghubunginya untuk mengkonfirmasikan hal ini.      

"Apanya yang benar?" Twain sengaja berpura-pura bingung.      

"Apa benar manajer kios taruhan itu mengatakan kau mendatanginya kemarin malam untuk bertaruh pada kepergianmu sendiri, Tony?"     

Tidak ada gunanya berusaha menyangkal, jadi Twain mengakuinya secara terbuka dan berkata, "Ya. Aku pergi kesana untuk bertaruh, tapi manajer kios itu akan mendapatkan uang kemenangannya kalau aku menang dan kalau aku kalah, akulah yang rugi."     

Brosnan tertawa getir di ujung telepon yang lain dan berkata, "Kau masih berpikir kau akan kalah?"     

Twain mengangkat bahunya dan berkata, "Siapa tahu?"     

Brosnan memahami Twain. Dia merasa Twain tidak akan tetap tinggal hanya karena ucapannya yang sengaja dibuatnya membingungkan.      

"Sebenarnya aku tidak menghubungimu untuk menanyakan ini. Aku hanya ingin bertanya apa kau ingin aku berkoordinasi denganmu dalam konferensi pers sore nanti."     

Twain dan Brosnan sering melakukan hal semacam ini di masa lalu. Kapanpun dia menghadapi reporter yang menyulitkan, Brosnan akan bangkit berdiri dan membantu Twain mengubah topik pembicaraan. Kalau Brosnan tidak melakukan ini, dia takkan mendapatkan kepercayaan Twain dan tentu saja takkan bisa menjadi penulis biografi Twain.      

"Tidak ada naskah untuk dilatih sebelumnya," Twain dengan bijak menolak tawaran Brosnan.      

"Kalau begitu aku hanya bisa mengucapkan semoga beruntung. Kau tahu para fans sangatlah bersemangat, Tony."     

Setelah menutup teleponnya, Twain hanya mengangkat bahu pada istrinya, yang menatapnya dan Twain kemudian berkata, "Kurasa Tn. 007 terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak perlu."     

Shania tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Sebenarnya, dia sendiri juga sedikit khawatir...      

※※※     

Setelah menghabiskan pagi bersama Shania, Twain berkendara sendirian ke Stadion Crimson untuk berpartisipasi dalam konferensi pers.      

Itu adalah sebuah konferensi pers khusus, karena tidak hanya para reporter yang menghadirinya, tapi juga perwakilan para fans yang dipilih oleh klub. Ketua "kaus merah", yang berdialog langsung dengan Twain diluar lapangan latihan saat itu, juga salah satu diantaranya.      

Twain berada di lantai atas untuk bertemu dengan Edward Doughty lebih dulu.      

"Apa kau gugup, Tony?" tanya Edward.      

Twain mengangkat bahu, "Kenapa aku harus gugup?"     

"Tidak mudah untuk mengatakan 'tidak' pada orang-orang yang menyayangimu..."     

Twain tersenyum lebar dan tertawa kecil.      

Sebenarnya, sejak tadi dia menggumamkan kata-kata yang mungkin tak bisa dipahami Edward Doughty, "Terkutuk kalau aku melakukannya dan terkutuk kalau aku tidak melakukannya..."     

Dia bisa melihat dari lantai atas bagaimana media dan para reporter keluar masuk di lantai bawah, serta beberapa orang yang, bisa dikenalinya secara langsung sebagai perwakilan penggemar. Sepertinya ada cukup banyak orang disana.      

Tidak hanya itu, para fans yang tidak diundang ke dalam konferensi pers itu berdiri di depan stadion, membawa papan tanda yang mengekspresikan keinginan mereka agar Twain tetap tinggal.      

"Kalau aku jadi kau, aku takkan meninggalkan para fans yang penuh semangat itu," Edward setengah bercanda ketika dia berdiri di dekat jendela bersama Twain, memandang ke arah orang-orang dibawah sana.      

Twain tidak menanggapi ucapannya. Sebenarnya, Twain tidak mengatakan apa-apa lagi sampai dia muncul di hadapan para reporter dan memulai konferensi pers itu secara resmi.      

Duduk di hadapan semua orang, Tony Twain menampilkan senyum ceria di wajahnya. Beberapa orang menyebutnya 'senyum lembut' yang tentu saja omong kosong. Kelembutan bukanlah sesuatu yang mengkarakterisasikan Twain. Itu membuat semua orang di depan panggung merasa sedikit lega. Twain tidak terlihat seolah dia akan menyampaikan kabar buruk.      

Twain duduk di atas panggung dan mengamati situasi di hadapannya. Meski aula konferensi itu tidak penuh sesak, tapi semua kursi disana terisi penuh.      

Melihat Twain sudah keluar, perdebatan di aula mulai mereda dan akhirnya menghilang. Disaat itulah, koordinator pers mengumumkan dimulainya konferensi pers ini secara resmi.      

Menurut prosedur, Twain akan bicara lebih dulu, diikuti dengan waktu bebas untuk mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, media dan fans yang duduk di depan panggung mengarahkan pandangan mereka pada Twain, menunggunya berbicara.      

Twain tidak langsung mengumumkan tentang keputusannya, tapi berkata, "Aku tahu apa yang ingin kalian tanyakan. Tentang insiden semalam, ya, aku melakukannya. Jawabannya sudah cukup jelas, bukan?"     

Segera setelah dia mengatakan itu, semua orang tahu apa jawaban akhir Twain. Para perwakilan penggemar tidak bisa menyembunyikan kekecewaan di wajah mereka, tapi tidak ada yang membuat keributan. Mereka masih menunggu Twain melanjutkan ucapannya.      

Twain memandang para fans di depan panggung. Secara otomatis, dia menyaring para reporter.      

Semua orang ini telah mendukungnya dan dia merasa sangat menyesal karena harus mengecewakan mereka yang menyayanginya.      

"Aku minta maaf," Suaranya menjadi lebih rendah, "karena aku gagal memenuhi harapan para fans. Meski aku mengambil keputusan ini karena alasan pribadi dan demi keluargaku, aku masih ingin meminta maaf kepada para penggemar."     

Sebenarnya, Twain tidak harus meminta maaf, karena dia tidak pernah menipu para fans. Ketika dia kembali melatih, dia sudah menyatakan dengan jelas bahwa dia hanya akan tinggal selama setengah musim. Para fans yang antusias mendorongnya untuk tetap tinggal, dan akhirnya membuatnya harus berdiri disini hari ini untuk berbicara di hadapan mereka semua.      

Tapi, walau Twain selalu bisa menentang media dan kehendak manajemen senior klub, hubungannya dengan para fans selalu baik-baik saja. Oleh karenanya, dia tidak keberatan berdiri di depan para fans untuk menenangkan mereka dan mengucapkan beberapa patah kata dari dalam hatinya.      

"Ada beberapa hal yang ingin kukatakan pada kalian," Twain masih terus memandang perwakilan para fans yang berada di sisi kiri panggung dan mengabaikan media di sisi yang lain.      

"Sebenarnya, er..." Ucapan Twain ini dilakukan secara spontan. Dia tidak pernah menyiapkan ucapan apapun, jadi saat ini dia tidak tahu harus mulai dari mana. Twain menggaruk kepalanya dan berkata, "Bagaimana aku bisa mengatakannya, ya? Aku punya keluarga yang bahagia. Selama sepuluh tahun, aku mencintai istriku dan istriku juga mencintaiku. Umumnya, seharusnya aku sudah merasa puas, tapi tidak seperti itu. istriku dan aku lebih sering terpisah daripada bersama selama sepuluh tahun belakangan ini. Aku punya rumah di Nottingham dan di Los Angeles, tapi istriku hampir selalu sendirian di rumah LA sementara aku sendirian di rumah Nottingham. Aku tidak tahu apakah kalian bisa membayangkan kehidupan seperti itu. Aku sudah lelah. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku dengan istriku, entah itu di Nottingham atau di Los Angeles. Aku harus mengakui bahwa aku memang egois. Tapi, aku sudah memberikan 11 tahun terbaikku untuk Nottingham Forest, meninggalkan begitu banyak kenangan indah. Kurasa itu seharusnya memberiku hak untuk bersikap sedikit egois, bukan?"     

Dia memandang para fans di depan panggung. Tidak ada yang menjawabnya.      

"Tadinya, aku bisa saja benar-benar pensiun. Ketika aku memutuskan untuk kembali, itu karena aku tidak ingin Nottingham Forest jatuh ke dalam jurang. Aku ingin menarik tim Forest untuk bangkit. Tapi, aku tidak bisa terus memegangnya dan tidak melepaskannya. Aku akan menjadi tua suatu hari nanti... Sebenarnya, aku memang sudah tua." Twain memiringkan kepalanya ke satu sisi untuk menunjukkan rambut putih di kepalanya kepada para fans yang berada di depan panggung. Dia tidak mengecat rambutnya sejak ulang tahunnya yang ke-50. Penampilannya saat ini jauh berbeda dari penampilannya di Piala Dunia. Sebagai perbandingan, dia memang tampak tua sekarang.      

"Tidak ada tim di dunia ini yang bisa mengandalkan satu manajer saja. Jangan katakan padaku bahwa kalian tidak bangga dengan Nottingham Forest sebelum jamanku. Sebelum aku, bukankah ada Brian Clough? Apa yang kalian cintai seharusnya adalah Nottingham Forest, bukan Tony Twain. Aku benar-benar merasa terhormat karena bisa menjadi manajer di tim yang begitu hebat selama 11 tahun, tapi aku tidak pernah lupa bahwa nama di depan jersey itu jauh lebih penting daripada nama di belakang jersey," kata Twain.      

"Kurasa kepergianku ini adalah keputusan yang tepat untuk tim Forest. Ini adalah keputusan yang akan membuat tim Forest jadi lebih kuat di masa depan. Aku yakin begitu; karena itulah, aku sudah mengambil keputusan. Sementara untuk hasilnya, aku akan membiarkan waktu yang membuktikannya."     

"Kalau kalian benar-benar mencintai tim Forest, tolong dukunglah keputusanku ini. Masa depan tim Forest tidak membutuhkanku. Tidak mungkin aku bisa memimpin tim Forest terus maju ke depan. Ada kandidat lain yang lebih cocok untuk itu daripada diriku."     

Pada titik ini, Twain bangkit berdiri, yang menjadi indikasi bahwa dia akan pergi.      

"Terima kasih, semuanya, atas dukungan kalian selama 11 tahun. Aku ingin meminta kalian untuk terus mendukung kami. Aku minta maaf sekali lagi, tapi aku ingin menjalani hidupku sendiri dan kuharap kalian mau mengerti."     

Setelah mengatakan ini, Twain berbalik dan melangkah keluar tanpa menoleh lagi, meninggalkan ruangan yang dipenuhi orang-orang yang masih belum pulih dari keterkejutan mereka.      

Baru setelah sosoknya menghilang melewati pintu keluar, orang-orang mulai bereaksi. Para perwakilan penggemar terdiam, sementara reaksi dari para reporter jauh lebih intens.      

"Dengan kata lain, apa benar bahwa Tony Twain akan benar-benar pensiun di akhir musim ini?"     

"Apa kau masih mempertanyakan kebenaran berita itu?"     

"Dia benar-benar dingin. Dia langsung pergi setelah mengatakan apa yang ingin dikatakannya. Dia bahkan tidak memberi waktu bagi kita..."     

"Rasanya seolah dia membaca naskah..."     

"Aku bahkan sudah mempersiapkan banyak pertanyaan... Sekarang bagaimana? Kita tidak punya berita yang berbeda dari media manapun. Tidak ada yang bisa kita lakukan selain merilis rekaman ucapannya barusan!"     

Pierce Brosnan tidak berpartisipasi dalam diskusi tak berguna itu. Perhatiannya sedikit teralihkan.      

Kali ini, ini bukan firasat, melainkan sebuah rencana yang sudah terkonfirmasi – sebuah era akan segera berakhir bagi para fans Nottingham Forest.      

※※※     

Nottingham Forest akan bermain dalam pertandingan tandang di akhir pekan ini. Spanduk yang meminta Twain tetap tinggal sudah tidak ada lagi. Twain melihat spanduk lain terpasang di tribun fans yang berbunyi:     

"Terima kasih, Kapten!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.