Mahakarya Sang Pemenang

Kehilangan Daya Saing



Kehilangan Daya Saing

0Nottingham Forest sama sekali tidak terlibat dengan keramaian di bursa transfer pemain. Tadinya, media masih mengharapkan terjadinya badai besar di bursa transfer berkat kembalinya Twain ke Nottingham Forest. Tapi pada akhirnya, dia membeli Chen Jian dan melepaskan Thiago Silva setelah banyak pertimbangan.      

Hasil yang diperoleh tim di bulan Januari adalah dua kali menang, dua kali imbang dan satu kali kalah. Itu tidak luar biasa, tapi hasil itu juga tidak buruk.      

Inilah situasi terkini Nottingham Forest. Kembalinya Twain mungkin telah menstabilkan semangat tim, tapi hasil yang diperoleh tim tidak langsung melejit ke puncak. Tim Forest masih berkeliaran di area dibawah rata-rata meski mereka telah berhasil menghindari degradasi.      

Media yakin bahwa kembalinya Twain memberikan pengaruh yang sangat besar karena Nottingham Forest bisa segera melepaskan diri dari zona degradasi, tapi ini bukanlah hasil yang ditargetkan oleh Twain. Motif yang sesungguhnya tidak diungkapkannya kepada publik tapi dia tidak peduli meski media mengetahuinya, karena itu tidak akan ada pengaruhnya. Meski begitu, dia harus mencari kesempatan yang pas untuk mengungkapkan tujuan aslinya ini kepada para pemain. Mustahil bisa mencapai tujuannya itu kalau para pemain tidak tahu apa yang dia pikirkan dan tidak berjalan selaras dengannya.      

Kenapa dia harus menemukan kesempatan yang pas? Karena tujuan ini sedikit terlalu ambisius untuk Nottingham Forest saat ini dan Twain kadang takut dia terlalu tidak realistis. Sudah jelas bahwa para pemain di timnya saat ini tidak sama seperti para pemainnya dulu. Twain sendiri tidak yakin apakah mereka masih mungkin mencapai tujuannya itu.      

※※※     

Situasi yang paling membahagiakan bagi Twain adalah Chen Jian telah berintegrasi ke dalam tim dengan sangat cepat.      

Mungkin itu karena Chen Jian sudah pernah berada di Nottingham Forest dan karenanya tidak benar-benar dilihat sebagai pemain asing. Atau mungkin itu karena keahlian tekniknya yang mirip dengan Wood, jadi wajar kalau dia cocok dengan gaya bermain Nottingham Forest. Tim tidak perlu melakukan penyesuaian khusus untuk bisa beroperasi secara normal.      

Di waktu yang sama, Chen Jian bisa berbahasa Inggris dengan fasih karena dulu dia sempat tinggal di Nottingham selama tiga tahun, jadi dia tidak merasa asing dengan lingkungan saat ini. Karenanya, bahasa tidak menjadi hambatan baginya dalam beradaptasi dengan rekan-rekan setim barunya.      

Setelah tinggal selama seminggu di hotel, dia pindah dari sana karena agennya, Xia Yang telah menemukan sebuah tempat tinggal untuknya di kota. Dia membeli apartemen itu atas nama Chen Jian dan si pemain segera pindah ke sana.      

Karena dia masih membenahi semuanya setelah pindah ke rumah baru, Xia Yang menginap sementara disana untuk memasak dan mengurus akomodasi serta makanan untuk Chen Jian. Di waktu yang bersamaan, dia juga menangani prosedur yang dibutuhkan untuk memindahkan orang tua Chen Jian ke Nottingham. Setelah orang tuanya tiba, Xia Yang tidak perlu lagi bertindak seperti pembantu rumah tangga.      

"Kau takkan bisa menemukan agen lain sepertiku di dunia ini, Jian!" Sambil memasak makan malam untuk Chen Jian, Xia Yang menekankan betapa penting dirinya bagi pria muda itu, yang sedang duduk di meja makan dan bermain dengan ponselnya. "Membantumu mendapatkan uang, mengurus pembelian rumahmu, mobilmu, perabotanmu... dan aku bahkan membuatkan sop untukmu. Pada dasarnya, aku adalah pengasuhmu. Paman Xia-mu ini seharusnya seorang agen hebat yang mengelola ratusan pemain sepakbola Cina!"     

Chen Jian sedang mengirim teks penuh bujuk rayu pada seorang gadis yang ditemuinya dalam perjalanan kembali ke Cina tahun lalu. Setelah dia mendengar apa yang dikatakan Xia Yang, dia mengangkat kepalanya dan menjawab, "Manajer kan memang seharusnya menjadi pengasuh, bukankah kau pernah mendengar lagu ini, Paman Xia?"     

"Lagu apa?"     

"Menjadi pelayannya, kurirnya, dan ATM-nya," senandung Chen Jian.      

"Hey!" Xia Yang memutar matanya. "Gadis itu yang membuatmu melakukan ini, kan?"     

Chen Jian menggelengkan kepalanya. "Cui Cui adalah gadis yang sangat cerdas, baik hati dan berpikiran sehat."     

"Wow," Xia Yang tersenyum. "Ini jelas kasus dibutakan oleh cinta. Semuanya terlihat indah jika dilihat dari lensa cinta yang berbunga-bunga."     

Chen Jian tahu Xia Yang hanya menggodanya dan tidak benar-benar kesal pada Cui Cui. Karenanya, dia tidak lagi mengganggu Paman Xia dan terus mengobrol tentang segala hal dengan pacarnya itu.      

Aroma masakan yang harum tercium di ruang makan.      

Chen Jian tiba-tiba saja angkat bicara tanpa mengangkat kepalanya, "Kurangi garamnya, Paman Xia."     

"Aku membuat bagianku sendiri!" suara Xia Yang terdengar dari arah dapur.      

Chen Jian selalu bersikeras untuk makan seperti seorang atlit karena itu membantunya mempertahankan fisik dan kebugarannya. Tapi, manusia normal takkan bisa mengkonsumsi makanannya. Xia Yang pernah mencoba makanan yang sama seperti yang dimakan Chen Jian karena penasaran dan berkomentar kalau makanan itu benar-benar hambar seperti lilin. Oleh karena itu, kapanpun Xia Yang tinggal dengan Chen Jian, dia akan selalu membuat dua porsi masakan – satu porsi masakan atlit untuk Chen Jian dan satu lagi porsi masakan biasa untuk dirinya sendiri.      

Xia Yang akan menggunakan beragam jenis masakan untuk menggoda Chen Jian yang makan di meja yang sama dengannya, tapi Chen Jian tetap tak tergoda. Dia terus mengkonsumsi makanan atlitnya. Xia Yang merasa kalah dan hanya bisa mengeluh pada Chen Jian tentang bagaimana dia tidak tahu bagaimana dia bisa menikmati hidup. Dia bahkan tidak mau membeli rumah besar setelah mendapatkan banyak uang. Selain membelikan rumah besar untuk ditinggal kedua orang tuanya di kota asalnya, dia sendiri tidak punya ekspektasi ataupun keinginan apapun untuk akomodasinya sendiri. Selain itu, dia juga tidak membeli mobil mewah atau mengejar bintang terkenal.. eskarang, dia bahkan tidak mau menikmati makanan enak. Apa gunanya menghasilkan begitu banyak uang?     

Chen Jian mengabaikan keluhannya dan terus melakukan hal itu.      

Tapi, Xia Yang juga sangat bangga dengannya, karena semua ini adalah rahasia dibalik kesuksesan Chen Jian di Eropa. Dia rendah hati, pekerja keras dan tidak emosional. Xia Yang tidak pernah memuji Chen Jian secara langsung tapi dia selalu menggunakannya sebagai contoh teladan untuk pemain lain yang diwakilinya, memberitahu mereka bahwa mencontoh Chen Jian adalah rute tercepat menuju sukses.      

Kalau seorang pemain sepakbola profesional ingin sukses dan memperpanjang karir profesionalnya, maka disiplin dalam hidup dan makan tidak bisa dikompromi. Karena inilah Twain sangat mempercayai Chen Jian, sehingga dia rela membawanya kembali ke Nottingham Forest dan membiarkannya menjadi salah satu pemain kunci di "generasi Twain". Biasanya, periode puncak pemain Asia biasanya lebih pendek dan ini ada kaitannya dengan kondisi fisik mereka. Setelah berusia 30 tahun, kebugaran mereka akan mulai mengalami penurunan dan kalau mereka tidak memperhatikan kesehatan mereka, penurunannya akan cukup cepat.      

Ini tidak akan pernah terjadi pada Chen Jian.      

Xia Yang meletakkan makan malam Chen Jian ke atas meja, lalu kembali lagi ke dapur untuk membawa mangkuk nasinya.      

Setelah mereka mulai makan, Xia Yang bertanya pada Chen Jian, mulutnya penuh, "Apa kau akan mulai bermain sejak awal di pertandingan akhir pekan nanti?"     

Chen Jian meletakkan pisau dan garpunya, berpikir sejenak lalu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu."     

"Hey, apa kau tidak bisa tahu apakah Twain memperhatikanmu?"     

"Kalau dilihat dari penampilan saat latihan, seharusnya aku diturunkan sejak awal, tapi aku tidak bisa menebak apa yang dipikirkan manajer."     

Sebenarnya, selain dua pertandingan pertama dimana Chen Jian diturunkan sebagai pemain cadangan, dia telah bermain sejak awal di semua pertandingan selanjutnya. Dinilai dari hal ini, Chen Jian merasa dia seharusnya diturunkan sejak awal kecuali kalau dia mengalami cedera.      

Tapi, itu seperti yang dikatakan Chen Jian; Xia Yang juga tidak bisa menebak apa yang dipikirkan oleh Twain.      

※※※     

Tidak hanya Xia Yang dan Chen Jian; media juga tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Twain.      

Pertandingan mereka selanjutnya adalah pertandingan Nottingham Forest melawan Arsenal. Ini akan menjadi pertemuan lain antara Arsene Wenger dan Tony Twain. Pertandingan itu menjadi topik spekulasi liar banyak pihak, kalau tidak, Xia Yang tidak akan bertanya pada Chen Jian apakah dia akan diturunkan sejak awal. Pertandingan itu akan disiarkan secara langsung di televisi Cina. Ini akan menjadi sebuah peluang besar untuk menampilkan pemain bintang sepakbola asal Cina ini.      

Sebelum pertandingan, media akhirnya mendapatkan informasi yang menarik – inisiatif Twain untuk memicu perang kata-kata.      

Dalam sebuah wawancara, dia menyatakan bahwa meski Arsenal berada di peringkat ketiga dalam klasemen liga, timnya sangat percaya diri bisa mengalahkan Arsenal dalam pertandingan tandang nanti.      

Dalam situasi saat ini, siapapun tahu bahwa kemampuan dan hasil Nottingham Forest masih cukup buruk. Di paruh pertama musim ini, Nottingham Forest telah dipermalukan oleh Arsenal di stadion kandang mereka dengan kekalahan 1:4, sebesar itulah perbedaan penampilan antara kedua tim.      

"Kita semua tahu bahwa Twain menginginkan pembalasan dendam, tapi ini akan sedikit terlalu sulit untuk dilakukan..." Itulah yang dikatakan media. "Arsenal tidak seperti Middlesbrough, jadi akan terlalu sulit bagi Nottingham Forest untuk muncul sebagai pemenang."     

"Pernyataan itu sudah bisa diduga. Kurasa kita bisa menebak trik apa yang sedang digunakan Twain. Dia sedang berusaha membuat Arsenal merasa gelisah, membuat mereka kehilangan penilaian dingin mereka dan mendapatkan manfaat dari hal itu. Tapi ini tidak akan berhasil hari ini. Wenger sangatlah tenang dan penuh perhitungan; dia tidak akan terpancing dengan provokasi semacam ini."     

"Dia mungkin hanya omong besar tapi sebenarnya tidak berharap bisa menang. Dia hanya berusaha meningkatkan kepercayaan diri para pemainnya."     

※※※     

"Hanya mengatakan beberapa patah kata saja akan bisa meningkatkan kepercayaan diri kalian semua? Itu konyol!"     

Di Wilford, dua hari sebelum pertandingan, Twain sedang memberikan pelajaran taktis terakhir kepada para pemainnya. Besok, pelajaran taktis ini akan dilakukan di hotel di London utara.      

Twain tidak hanya membahas tentang taktik selama pelajaran taktisnya ini.      

"Apa ada diantara kalian yang merasa ragu belakangan ini?" tanya Twain pada para pemainnya, yang sedang duduk.      

Tidak ada yang mengatakan 'ya', tapi sebenarnya, mereka semua punya keraguan, dan tidak hanya sedikit. Sejak Twain mulai melatih tim, mereka belum pernah melihat manajer mereka memprovokasi lawannya.      

Tapi, pemain-pemain yang sudah lama dilatih Twain sama sekali tidak terkejut.      

"Aku akan memperjelasnya sejak awal bahwa aku tidak menggertak atau berusaha meningkatkan percaya diri t*hi itu."     

Tanpa sadar Twain menggunakan sedikit kata-kata kotor.      

"Kalau aku bilang aku ingin menang atas Arsenal, maka aku benar-benar bermaksud ingin menang dari Arsenal."     

Kata-katanya itu menimbulkan kehebohan besar diantara para pemain. Arsenal saat ini berada di peringkat ketiga di klasemen liga. Mereka hanya berjarak satu poin dari peringkat kedua dan berselisih tiga poin dari Manchester United yang berada di puncak. Nottingham Forest, disisi lain, berada di peringkat ke-13, 15 poin tertinggal di belakang Arsenal. Perbedaan peringkat yang sangat besar ini mewakili perbedaan kemampuan antara Nottingham Forest dan Arsenal.      

Mereka telah kalah dari Arsenal di paruh pertama musim ini di kandang sendiri, jadi kelihatannya hanya ada sedikit harapan untuk bisa menang melawan mereka dalam pertandingan tandang.      

Twain melihat keraguan dan kurangnya percaya diri di mata mereka.      

Dia nyengir. "Apa? Sebuah tim seperti Arsenal membuat kalian ketakutan setengah mati? Lihat betapa penakutnya kalian. Sebenarnya, sejak aku mengambil alih tim, aku selalu punya sebuah gagasan, tapi aku ragu apa aku harus memberitahu kalian guys... mungkin akan mustahil untuk membuatnya menjadi kenyataan."     

Kata-katanya itu berhasil memancing rasa penasaran banyak orang – pikiran apa yang membuat manajer mereka tampak ragu?     

"Aku tidak mengadakan konferensi pers setelah aku kembali melatih tim jadi tidak ada yang mengajukan pertanyaan padaku tentang jenis masa depan seperti apa yang ingin kubawa untuk Nottingham Forest." Twain melihat semua orang mulai tertarik dengan apa yang dia katakan, jadi dia tahu waktunya sudah tepat. "Tapi kurasa sebagian besar orang mengira bahwa tujuanku adalah bisa tetap tinggal di liga ini. Kalau begitu kenapa kita masih perlu bekerja keras di paruh kedua musim ini?"     

Begitu dia mengatakannya, semua orang sadar apa yang dia maksud. Kalau mereka hanya ingin mempertahankan posisi mereka di liga, dengan penampilan tim saat ini, itu takkan menjadi masalah.      

"Jadi, tujuanku sebenarnya tidak hanya mempertahankan posisi kita di liga. Dari sejak awal, tidak pernah hanya itu. Tujuanku adalah kembali ke Eropa," Twain menyatakan tujuannya dengan tenang, tapi para pemain yang mendengarnya tidak setenang dirinya.      

Langsung terdengar celoteh diskusi yang ramai. Tidak satupun diantara mereka yang mengira bahwa manajer mereka akan memiliki ambisi sebesar itu!     

Sebenarnya, kembali ke Eropa bukan hal yang asing. Di paruh pertama musim ini, mereka telah bermain di Liga Eropa (dulu disebut League Cup). Mereka juga pernah bermain di Liga Champions dan Liga Eropa di musim sebelumnya. Tapi, mendengar ini hari ini, kenapa mereka merasa bahwa mereka telah absen dari Eropa sejak lama?     

Setelah diskusi mereka mereda, Twain melanjutkan, "Jadi, target terendah kita musim ini adalah Liga Eropa. Apa ada yang tidak ingin berpartisipasi dalam turnamen Eropa?"     

"Tidak!" kali ini ada banyak suara yang menjawabnya.      

"Yah, kelihatannya kita punya kesamaan," Twain tersenyum. "Sementara bagiku, aku suka tantangan dan kemenangan. Kalau kita mengakhiri musim ini begitu saja, itu akan sangat membosankan. Tapi sekarang aku ingin mengkonfirmasi sesuatu –" Twain berhenti sejenak.      

"Berapa banyak orang yang memiliki ambisi itu?"     

Sambil berbicara, dia menatap langsung semua orang yang hadir disana.      

Dia ingin mengingat reaksi setiap orang.      

Beberapa orang tampak penuh semangat, beberapa tampak ragu dan beberapa tampak bingung.      

"Apa kalian tahu kenapa aku bilang kita bisa mengalahkan Arsenal?" Twain mengamati reaksi semua orang, lalu melanjutkan ucapannya.      

"Kalau kalian ragu tentang sesuatu seperti ini, maka kalian takkan bisa kembali ke Eropa. Aku ingin kalian menemukan kepercayaan diri kalian yang hilang. Kepercayaan diri ini bukan kepercayaan diri yang kita miliki saat menghadapi Notts County FC! Aku ingin kalian menjadi pemain yang tak kenal takut sehingga kalian takkan goyah saat menghadapi lawan yang kuat!"     

Twain mengangkat tinjunya di depan para pemain.      

"Kalau kalian hanya bisa tampil tak kenal takut di hadapan lawan yang lemah tapi gentar di hadapan lawan yang kuat, maka itu bukan kepercayaan diri, itu rendah diri! Rendah diri yang sesungguhnya!"     

"Setelah aku mengatakan kita akan mengalahkan Arsenal, beberapa orang tampak takut. Kenapa begitu? Kailan ingin pergi ke Eropa di masa depan nanti, jadi kalian pasti akan menghadapi banyak lawan yang lebih kuat. Kalau semua itu menakuti kalian, kenapa tidak sekalian saja berhenti bermain sepakbola?" Twain merentangkan lengannya, menghadapi mereka. "Ini adalah sebuah tragedi. Nottingham Forest empat tahun yang lalu berhasil mencuri piala juara dari Real Madrid di Estadio Santiago Bernabeu di hadapan delapan juta fans, tapi hari ini kalian hanya punya keberanian sebesar ini?"     

Tidak ada yang berani menjawabnya, karena ada terlalu banyak orang diantara mereka yang tidak mengalami sendiri pertandingan itu. Tapi, mereka yang dulu ikut bermain disana tampak memerah karena malu dan menundukkan kepala mereka. Bagaimana mungkin mereka berani membuka mulut mereka dan menjawabnya?     

Kenapa Nottingham Forest jatuh semakin dalam ke jurang kemerosotan sejalan dengan berlalunya waktu?     

Mereka telah kehilangan hati untuk bertarung menjadi juara dan juga kehilangan pria yang telah menjadi inti dalam tim mereka...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.