Mahakarya Sang Pemenang

Setelah Derby



Setelah Derby

0Para pemain Notts County pasti merasa sangat kecewa karena mereka tidak berhasil menang dalam pertandingan. Tapi, apa yang dikatakan Twain usai pertandingan itu mungkin membuat mereka merasa lebih baik.      

Di dalam konferensi paska-pertandingan, Twain memuji manajer Notts County, Tang En, yang juga dikenal sebagai Dunn, dengan mengatakan bahwa dia telah memberinya banyak kesulitan dan sudah lama dia tidak merasa cemas dalam pertandingan seperti itu...      

Itu adalah pujian untuk Dunn. Sebenarnya, Twain memang bermaksud melakukan itu. Dia ingin membiarkan para fans Forest terbiasa dengan Dunn dan mulai menerima manajer mereka di masa depan. Ada orang-orang yang menganggap Dunn tidak cukup mampu atau cukup terkenal. Itu tidak menjadi masalah; dia mencari penerusnya dan ini bukan kontes kecantikan. Dunn jelas mampu. Bagaimanapun juga, Twain sendiri juga 'diajari' oleh Dunn – dia memulai karir melatihnya dengan membaca catatan-catatan yang ditinggalkan oleh Dunn. Ketenaran? Dia juga sama sekali tidak terkenal ketika pertama kali mengambil alih Forest. Karena Edward sudah melepaskan mimpinya yang tidak realistis untuk menjadi "tim yang kuat", kenapa mereka perlu mendapatkan manajer yang terkenal sebagai penerusnya? Selain itu, manajer kelas-dunia takkan mau hidup di bawah bayang-bayang Twain. Manajer seperti itu akan terlalu angkuh untuk mau menerima dibandingkan-bandingkan dengan Twain sepanjang waktu.      

Selain itu, Dunn berasal dari Nottingham Forest. Dia familiar dengan Forest dan juga punya perasaan yang mendalam untuk tim.      

Memperhitungkan semua faktor ini, Dunn adalah penerus yang paling cocok untuk Twain, dan dia juga seseorang yang bisa diandalkan tim Forest selama beberapa dekade ke depan.      

Sama seperti Moyes, yang juga tidak terkenal, namun memimpin Everton begitu lama sampai-sampai dia menjadi sebuah nama yang takkan pernah terlupakan di sepanjang sejarah tim. Sebenarnya, Twain belum lama memimpin tim Forest. Semua masa kepelatihannya di tim itu hanya mencapai 12 tahun, yang tidak mencapai 20 peringkat teratas untuk durasi manajemen diantara klub-klub sepakbola Inggris.      

Kalau bukan karena fakta bahwa Twain berhasil memenangkan begitu banyak piala, durasi melatihnya selama 12 tahun ini takkan meninggalkan tanda apapun di dunia sepakbola.      

Manajer-manajer Inggris punya rencana yang berbeda tergantung pada durasi melatih mereka. Rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Twain paling-paling hanya bisa membuat rencana jangka menengah, tapi Forest membutuhkan sebuah rencana jangka panjang. Pondasi Nottingham Forest masih belum cukup kuat. Pondasi sebuah tim tidak bisa dibangun dengan hanya memenangkan lima piala Liga Champions UEFA. Berapapun jumlah piala yang diraih takkan cukup untuk membentuk pondasi yang bagus. Membangun pondasi yang kuat akan membutuhkan waktu. Kalau klub bisa menjadi penantang gelar juara setiap musim selama kurun waktu dua puluh tahun, maka akan ada pondasi untuk klub. Setelah seratus tahun, mereka akan menjadi kekuatan yang diperhitungkan dan karenanya bisa berdiri diantara tim-tim yang kuat sejak lama.      

Sayangnya, Twain tidak punya waktu untuk membangun pondasi untuk Forest. Ini adalah tugas untuk Dunn yang masih muda dan sehat. Apa yang berhasil dibangunnya adalah sejarah yang penuh kejayaan untuk Forest, sebuah periode sejarah yang akan menjadi sumber kekuatan mental para pemain di masa depan. Bisa dikatakan bahwa Twain telah menciptakan kekayaan mental bagi tim, sementara Dunn akan terfokus pada level materiil. Kombinasi kekayaan mental dan materiil ini akan menuntun Forest dari satu kekuatan ke kekuatan yang lain. Ini tidak akan sama seperti dinasti Clough yang memudar setelah periode kejayaan Clough berlalu seiring usianya yang bertambah tua. Itu seperti bintang jatuh, yang menghilang setelah bersinar terang di langit malam.      

Twain tidak ingin melihat Forest berkutat di divisi rendah setelah dia bertambah tua.      

Mudah untuk menyerang sebuah negara, tapi lebih sulit untuk mempertahankannya. Serangan dan pertahanan membutuhkan jenis kualitas yang berbeda. Twain tahu bahwa dia bukanlah sesorang yang bisa mempertahankan sebuah dinasti; sifat alaminya lebih cocok untuk menyerang. Sementara untuk bertahan, seseorang yang lebih stabil dan tenang akan lebih cocok untuk mengisi posisi itu, dan Dunn adalah pilihan yang cocok.      

Itulah sebabnya kenapa dia mendatangi Dunn.      

Pertandingan derby ini membuat banyak orang yang tidak mengenal Dunn bisa melihat langsung kemampuannya dalam memimpin tim. Bahkan tim seperti Notts County bisa bersinar dibawah kepemimpinannya. Tim Nottingham Forest yang lebih berkualitas pasti akan bisa menjadi lebih baik.      

Twain masih belum memberitahu Edward tentang rencananya ini karena dia tahu Edward masih berpikir untuk membujuknya tetap tinggal selama beberapa tahun lagi. Meski dia mulai membicarakan tentang seorang penerus, Edward takkan terlalu memikirkannya. Twain tidak khawatir sarannya takkan dipertimbangkan oleh Edward. Dia tahu seberapa besar pengaruh yang dimilikinya di dalam klub, dan pengaruhnya semakin besar setelah dia kembali untuk menyelamatkan klub dari kesulitan. Dia selalu menikmati dukungan yang luar biasa dari para fans; karenanya, selama dia mendukung keputusan itu, takkan ada yang merasa keberatan.      

Bagaimana dengan mereka yang menganggap Dunn tidak cukup mendominasi? Kalau semua orang seperti Twain, maka kiamat sudah dekat...     

Karena 'motif egois'nya inilah Twain hampir tidak menyinggung-nyinggung kemenangannya ini. Selain memuji tim atas penampilan mereka, dia terus memuji Dunn. Media Cina merasa senang dengan ini karena mereka bisa membesar-besarkan hal ini di negara asal mereka. Kali ini, mereka takkan dilabeli "click bait", karena kata-kata Twain terdengar lebih antusias daripada tajuk berita mereka!     

Dunn hampir merasa malu dengan apa yang diucapkan Twain dan dia melakukan yang terbaik untuk tetap bersikap rendah hati. Tapi, kerendahan hatinya menjadi alasan lain untuk memujinya.      

Dengan begini, derby yang terjadi setelah 14 tahun pun berakhir dalam suasana harmonis bagi semua orang.      

※※※     

Setelah pertandingan derby, Twain tidak menghubungi Dunn. Mereka berdua sama-sama orang dewasa dan mereka tahu apa yang perlu mereka lakukan. Dunn masih memimpin Notts County, tapi Twain sudah mulai bersiap untuk memandu penerusnya. Twain bersikap seolah dia tidak melakukan apa-apa untuk saat ini, seolah dia tidak memikirkan tentang penerusnya.      

Januari adalah bursa transfer pemain. Sudah saatnya bagi klub-klub besar untuk mendapatkan sejumlah bala bantuan. Ini adalah waktunya untuk memperkuat area-area yang terabaikan selama bursa transfer musim panas atau untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat saat itu. Tapi, Nottingham Forest tidak berniat untuk mencari tambahan pemain. Twain tahu dia hanya akan tinggal di tim selama setengah musim dan Dunn akan mengambil alih tim sebelum awal musim depan. Kalau dia memikirkan tentang jangka panjang dan kebaikan tim, mempertahankan tim seperti ini selama bursa transfer pemain adalah langkah terbaik.      

Kalau tidak, para pemain yang disukai Twain mungkin takkan cocok dengan taktik Dunn. Membeli mereka sekarang tidak hanya menghambat kemajuan si pemain, tapi juga takkan bisa membantu Dunn dalam menyusun ulang timnya.      

Chen Jian adalah satu-satunya pemain yang dibeli Twain karena dia menganggap Chen Jian takkan mengganggu taktik yang akan digunakan Dunn.      

Tapi, tidak membeli pemain bukan berarti dia takkan menjual pemain.      

Dengan kedatangan Chen Jian, ada empat pemain di lini tengah. Tim tidak berencana untuk bertanding di beragam turnamen jadi sebenarnya mereka tidak membutuhkan banyak orang untuk posisi yang sama. Gago semakin tua. Meski dia merasa sangat senang dengan kembalinya Twain, derby Nottingham itu menunjukkan kenyataan padanya. Dampaknya di dalam tim semakin kecil. Kalau boss benar-benar tidak berniat tinggal di klub sampai musim depan, maka tidak ada gunanya dia tetap tinggal disini. Manajer baru jelas takkan menganggapnya penting dan karena itu, dia sebaiknya kembali ke Argentina dan menemukan sebuah tim untuk mengakhiri karirnya.     

Oleh karenanya, Gago berbicara dengan Twain secara pribadi, berharap dia bisa mengkonfirmasi bahwa boss hanya tinggal selama setengah musim.      

Twain memberitahunya bahwa dia memang berencana tinggal selama setengah musim, dan dia akan meninggalkan tim di akhir musim ini. Dia tidak berusaha membujuk Gago untuk tetap tinggal, karena dia tahu kepergian Gago akan menjadi hal yang bagus bagi tim. Dunn tidak perlu berurusan dengan ini ketika membersihkan timnya.      

Meski ini terdengar tidak berperasaan, ini adalah hal yang harus dilakukan kalau seseorang memikirkannya secara obyektif.      

Gago juga memikirkan masalah ini, yang mana dia tidak menunjukkan rasa tidak senang apapun. Sebaliknya, dia mengambil inisiatif untuk menyarankan agar dirinya transfer ke klub lain di akhir musim nanti.      

Wajah familiar lainnya akan meninggalkan wilayahnya, tapi Twain tidak lagi menganggapnya sulit untuk dihadapi seperti sebelumnya. Mungkin itu karena dia sudah melihat terlalu banyak kepergian pemain dan sudah mulai kebas karenanya. Di sisi lain, mungkin itu karena Gago bukanlah pemain yang tinggal cukup lama bersamanya.      

Twain tidak membujuk Gago untuk tetap tinggal ketika dia ingin pergi. Tapi, saat pemain lain ingin pergi, Twain ingin memintanya tetap tinggal.      

Jake Livermore sebenarnya berkompetisi dengan Gago untuk posisi gelandang serang, meski biasanya dia bukan tandingan Gago yang lebih berpengalaman. Dia berpikir bahwa Gago sudah semakin tua jadi perlahan dia pasti akan menjadi pemain inti. Dia sama sekali tidak tahu bahwa Twain akan membeli pemain baru yang memainkan posisi sama sepertinya. Pria baru itu bahkan diturunkan untuk bermain dalam pertandingan derby Nottingham dan tampil cukup bagus.      

Ini membuatnya paham bahwa statusnya di tim telah menjadi lebih rendah dibandingkan sebelumnya.      

Livermore adalah pria cerdas. Dia tahu alasan mengapa statusnya termasuk rendah adalah karena Twain tidak menyukainya. Kalau tidak begitu, dia takkan mengumpulkan empat pemain untuk posisi gelandang serang. Seorang pria cerdas takkan menggunakan telur untuk menghancurkan sebuah batu. Bagi Livermore, dialah telurnya dan Twain-lah batunya.      

Seseorang yang cerdas akan meninggalkan tim dengan kesadaran sendiri. Dengan begini, semua orang akan terlihat bagus dan reputasinya juga tak tercederai.      

Oleh karena itu, Livermore berbicara secara pribadi dengan Twain. Dia ingin tahu apakah dia merupakan pilihan terakhir diantara empat gelandang serang yang ada.      

Tentu saja, Twain tidak akan berkata, "Itu benar, menurut pendapatku, kaulah yang terburuk diantara mereka semua." Kecuali dia adalah orang bodoh atau sengaja berusaha memprovokasinya.      

Dalam pandangan Twain, Livermore bukan pemain yang tidak berguna. Dia adalah seorang pemain cadangan yang sangat cocok.      

Tapi...      

"Boss, aku tidak bisa lagi menjadi pemain cadangan," Livermore sangat jujur dan terus terang. Twain menyukai sikapnya ini. Sangatlah menyenangkan kalau orang-orang mengungkapkan pikiran mereka secara terbuka dan tidak diam-diam melakukan trik di belakangnya.      

"Kuharap kau mau mempertimbangkannya lagi, Jake. Kita juga membutuhkan pemain cadangan yang bagus," Twain tidak memberinya informasi palsu, dan memberitahunya secara langsung bahwa posisinya di benaknya adalah sebagai pemain cadangan.      

"Maaf, Boss. Ketika Fernando dan George menjadi bintang besar, aku adalah pengganti mereka. Sekarang Fernando sudah semakin tua, pemain lain dari Cina muncul... Aku sudah berusia 29 tahun, boss. Aku tidak mau mengakhiri karirku sebagai pemain cadangan."     

Livermore memandang Twain dengan ekspresi serius.      

Meski semua orang memikirkan tentang tujuan pribadi mereka sendiri, Twain tidak membencinya kalau seseorang mengatakannya dengan terus terang. Ingin maju dalam karir bukanlah hal yang buruk.      

Rencana Twain untuk Livermore sebagai pemain cadangan cukup sederhana. Di dalam rencananya itu, Wood dan Chen Jian akan menjadi pemain inti selama separuh musim ke depan. Mereka mungkin masih tetap menjadi pemain inti di musim berikutnya. Setelah kepergian Gago, tim hanya akan punya tiga gelandang serang, dan itu sangat tidak stabil. Meski dia tidak tahu taktik seperti apa yang akan digunakan Dunn, dia tetap harus punya pemain cadangan untuk posisi itu.      

Di benak Twain, Livermore adalah pilihan terbaik untuk dijadikan pemain cadangan. Dia cukup bagus untuk dijadikan pemain starter, meski memiliki sejumlah kekurangan dan kemampuannya juga masih kurang. Sayang sekali kalau membiarkannya pergi, jadi yang paling baik adalah membuatnya senang menjadi pemain cadangan.      

Sayangnya, para pemain bukanlah NPC di dalam game. Mereka memiliki pemikiran mereka sendiri dan tidak ada yang mau menjadi cadangan. Semua orang ingin menjadi pemain inti, menjadi prajurit. Tapi, hanya sebelas pemain yang bisa diturunkan dalam tim sepakbola dan seseorang harus menjadi pemain cadangan. Tipe pemain seperti ini adalah pemain pendukung. Mereka tidak semencolok pemain bintang, tapi mereka juga tipe pemain yang penting bagi tim.      

Tapi, Livermore jelas bukan tipe pemain seperti ini.      

Dia menolak upaya Twain yang membujuknya untuk tetap tinggal.      

Twain tidak bisa melakukan apa-apa saat berhadapan dengan Livermore yang bersikap seperti ini. Tapi, tidak sulit untuk menemukan pemain cadangan lain. Kalau dia tidak punya pilihan, dia selalu bisa mengambil pemain dari tim pemuda. Dia bukan orang yang harus memikirkan tentang masalah ini, melainkan Dunn. Twain sebaiknya membantu Livermore dan menyetujui permintaan transfernya. Tapi dia berharap Livermore tidak pergi selama bursa transfer musim dingin dan tetap tinggal hingga akhir musim. Untuk membalas Twain yang telah menyetujui permintaannya, Livermore juga menyetujui permintaan Twain.      

Dengan begini, Twain berhasil mempertahankan inti yang stabil untuk tim. Setelah melepaskan FA Cup dan fokus pada turnamen liga, mereka tidak perlu khawatir tentang masalah cedera ataupun panggilan timnas yang bisa menimbulkan masalah bagi lineup mereka.      

Dibawah kondisi ini, Twain memimpin timnya menghindari degradasi. Tapi, jauh di lubuk hatinya, dia memiliki target yang lebih besar – untuk bisa berpartisipasi dalam turnamen Eropa.      

Twain tiba-tiba saja teringat musim pertamanya memimpin tim Forest, lebih tepatnya lagi setengah musim pertamanya. Dia mengambil alih tim setelah Tahun Baru dan kondisi tim juga tidak bagus, sama seperti sekarang. Perbedaannya adalah, dulu, keuangan klub sedang berada dalam kesulitan dan mereka tidak punya anggaran transfer yang mencukupi. Dia hanya bisa mencari-cari di dalam tim dan memanfaatkan sumberdaya yang sudah ada. Pada akhirnya, timnya hanya selangkah lagi dari memenangkan gelar juara.      

Dari sejak saat itulah Twain merasakan sakitnya kekalahan dan dia membenci kekalahan dari lubuk hatinya yang paling dalam. Sejak saat inilah dia bertekad melakukan segala cara untuk menang.      

Situasinya sekarang cukup mirip dengan situasi saat itu. Perbedaannya adalah dia tidak terlibat dalam bursa transfer bukan karena uang, melainkan karena dia sengaja tidak ingin berpartisipasi.      

Keinginannya untuk menang takkan pernah berubah. Twain harus mengakui bahwa temperamennya sudah lebih baik daripada sebelumnya, tapi sifat kompetitifnya tidak pernah hilang. Kalau orang-orang mengira dia telah menjadi seorang 'Pria Baik'... Twain sebenarnya berharap mereka menganggapnya begitu. Maka dia bisa berpura-pura lemah dan mengalahkan tim yang kuat... Tapi, apakah orang-orang akan benar-benar berpikir begitu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.