Mahakarya Sang Pemenang

Raja Tanpa Mahkota



Raja Tanpa Mahkota

0Media dipenuhi berita tentang kembalinya Twain yang penuh kemenangan dan tidak ada yang bisa berhenti membicarakannya. Ada orang-orang yang menyukainya dan tidak menyukainya, tapi tidak ada yang bisa mengabaikannya.      

Setiap kata pujian yang pernah diciptakan sejak manusia mulai menggunakan bahasa tertulis ditujukan untuk Twain. Para reporter itu suka memujinya belakangan ini. Sekarang setelah Twain populer, mengatakan hal-hal baik tentangnya bisa menarik perhatian lebih banyak pembaca dan pemirsa.      

Ada hal lain yang menambah kejayaannya. Di bulan Desember, keluarga kerajaan Inggris mengumumkan nama-nama mereka yang akan menerima gelar kehormatan dari Ratu pada tanggal 1 Januari. Nama Tony Twain, secara mengejutkan, ada di dalam daftar itu.      

Inggris memberikan penghargaan kerajaan ini dua kali dalam setahun, yang satu dilakukan di hari pertama bulan Januari sementara yang lainnya diberikan pada ulang tahun Ratu. Ordo Imperium Britania ini diberikan sebagai pengakuan kepada mereka yang telah memberikan kontribusi luar biasa kepada Inggris di berbagai bidang, seperti misalnya budaya, olahraga, dan ekonomi. Banyak orang di dunia olahraga telah menerima penghargaan ini, jadi ini bukan hal yang luar biasa.      

Tapi, kontroversi di sekeliling Twain ketika sampai pada pertanyaan apakah dia seharusnya menerima penghargaan itu sudah ada sejak lama. Bahkan, setelah Twain memimpin Nottingham Forest untuk memenangkan Treble, beberapa orang merekomendasikannya untuk diberi penghargaan atas kontribusinya yang luar biasa. Melihat bagaimana manajer Skotlandia, Ferguson, diberi penghargaan Ordo Imperium Britania oleh Ratu setelah memimpin Manchester United untuk memenangkan Treble, bagaimana mungkin Twain, manajer asli Inggris yang paling sukses, tidak diberi penghargaan yang sama?     

Tapi, banyak orang menentang usulan itu. Argumen mereka saat itu tidaklah masuk akal – mereka menyatakan bahwa kemenangan Treble itu tidak cukup untuk membuat Twain menerima Ordo Imperium Britania. Sebenarnya, itu hanya alasan. Ferguson juga diberi penghargaan Ordo Imperium Britania setelah dia membawa timnya memenangkan Treble. Kalau begitu, apa yang membuat prestasi Twain ini dirasa belum cukup? Sebenarnya, alasan yang sebenarnya bukan karena prestasinya belum cukup untuk menerima penghargaan, melainkan karena karakternya yang meragukan dan mulutnya yang kotor. Banyak orang yang menganggap kalau Ordo Imperium Britania diberikan pada pria seperti ini, itu akan menjadi aib nasional....      

Ini mungkin terdengar sulit untuk dipercaya, tapi penentangan itu menerima dukungan dari banyak orang, termasuk dari menteri olahraga dan Perdana Menteri sendiri. Ini menunjukkan seberapa buruk reputasi Tony Twain di seluruh negeri.      

Untungnya, Twain sendiri tidak tertarik dengan penghargaan itu. Dia tidak pernah menyanyikan lagu kebangsaan ketika dia memimpin tim nasional untuk bertanding. Penghargaan itu tidak berarti apa-apa baginya. Oleh karena itu, meski perdebatan tentang apakah dia memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar 'Sir' terus berlanjut, dia berpura-pura tidak mendengarnya. Mendapatkan penghargaan Ordo Imperium Britania dan menerima gelar 'Sir' tidak akan membuatnya mendapatkan lebih banyak uang dan tidak bisa membuatnya sembuh dari penyakit jantungnya dalam semalam. Dia tidak peduli dengan gelar tanpa arti. Dia akan baik-baik saja terlepas dari memiliki gelar itu atau tidak.      

Kemudian, ketika dia memimpin tim nasional Inggris untuk memenangkan Kejuaraan Eropa UEFA pertama sepanjang sejarah negara ini, media kembali menyinggung tentang penghargaan itu lagi. Para pendukungnya merasa gelar juara yang mengukir sejarah itu seharusnya membuat Twain berhak menerima penghargaan. Kali ini, para penentangnya tidak mengatakan bahwa prestasinya tidak cukup bagus. Mereka hanya mengatakan bahwa kata-kata dan sikap Twain tidak sesuai dengan kode etik seorang Ksatria Inggris. Bukankah Tony Twain membenci otoritas? Kalau begitu, tidak ada alasan untuk memberinya gelar Ordo Imperium Britania...      

Kubu oposisi masih berdiri tegak dan Twain sendiri tidak berusaha membela diri, jadi masalah itu kembali reda dengan sendirinya.      

Tapi, para pendukung Twain merasa kesal. Mereka bahkan membentuk grup yang meminta Twain untuk menerima penghargaan. Grup itu dikenal dengan nama "Twain for Knighthood", yang kadang-kadang muncul di depan publik, dan mengajukan petisi agar Twain menerima penghargaan itu.      

Baru di Piala Dunia 2018 segalanya berubah menjadi lebih baik.      

"Kalau seorang pria telah memimpin sebuah klub untuk memenangkan hampir semua kejuaraan yang bisa dimenangkan klub sepakbola, serta memimpin tim nasional untuk memenangkan kehormatan tertinggi, dan masih belum diberi penghargaan Ordo Imperium Britania, maka pasti ada skandal di Kerajaan Inggris!" Ini bukan pernyataan yang dikeluarkan oleh media tertentu, melainkan sesuatu yang dikatakan oleh seorang anggota Parlemen Inggris.      

Pernyataan itu menyerukan permohonan ketiga agar Twain menerima kehormatan itu.      

Tiga gelar Liga Champions UEFA, tiga piala Liga Premier, satu EFL Cup, satu FA Cup, dua piala Community Shield FA, dua Super Cup UEFA, satu Piala Dunia Klub FIFA, satu piala Kejuaraan Eropa UEFA, satu Piala Konfederasi FIFA, satu Piala Dunia FIFA... Twain sudah mendapatkan semua itu.      

Nottingham Evening Post bahkan menerbitkan edisi khusus yang menampilkan foto-foto semua kehormatan yang telah diraih Twain, dan kemudian bertanya pada kubu oposisi, "Kalau semua kehormatan dan kontribusi ini tidak bisa membuat Tony Twain mendapatkan gelar ksatria, berapa banyak orang yang memenuhi syarat untuk gelar itu di seluruh Inggris?"     

The Times juga mempublikasikan sebuah editorial yang menunjukkan bahwa di kalangan masyarakat Inggris saat ini, gelar bangsawan semakin tidak ada artinya dan nilai intrinsiknya semakin rendah, hanya menyisakan penggunaan gelar itu sebagai insentif. Dengan beragam jenis penganugerahan gelar, bahkan tujuannya yang paling mendasar pun jadi semakin murah. Seseorang yang mendonasikan sejumlah besar uang kepada pemerintah bisa menerima Ordo Imperium Britania. Orang semacam ini menerima gelar ksatria atau Ordo Imperium Britania hanya akan mengurangi wibawa keluarga kerajaan Inggris dan menjadikan gelar itu tidak berharga. Dalam konteks semacam ini, sangatlah ironis bahwa beberapa orang yang benar-benar memberikan kontribusi luar biasa kepada pemerintah dan negara justru tidak diberi gelar kehormatan karena alasan-alasan tersebut.      

Meski editorial itu tidak menyinggung nama Twain, orang bodoh manapun bisa melihat bahwa mereka juga memihak Twain. Tahun ini, Twain termasuk diantara mereka yang memberikan kontribusi luar biasa. Setelah dia memimpin timnya memenangkan Piala Dunia di Australia, dia tidak hanya berhasil meningkatkan kepercayaan diri orang-orang Inggris, tapi juga meningkatkan reputasi Inggris. Pencapaiannya itu juga menstimulasi perekonomian Inggris. Dengan prestasi seperti itu, sangatlah aneh jika masih ada kontroversi tentang prospek untuk memberinya gelar kehormatan itu.      

Orang-orang bahkan menulis surat untuk Ratu, memohon padanya untuk memberikan gelar kehormatan bagi Twain.      

Melalui upaya orang-orang inilah nama Twain akhirnya muncul dalam daftar penerima gelar kehormatan, dan konon sang Ratu sendirilah yang memutuskan hal ini.      

Meski demikian, Twain tidak berniat untuk menerimanya...      

※※※      

Lama setelah rekomendasi pertama untuk menerima gelar kehormatan itu ditolak, Twain tahu bahwa banyak pejabat tinggi di negara ini yang tidak menyukainya. Tapi, dia juga tidak menyukai negara itu. Sebagai seorang pria Cina tradisional yang 'hidup' di tubuh seorang kebangsaan Inggris, dia tidak tertarik dengan hal-hal seperti pemberian gelar kehormatan. Dia tidak pernah berpikir untuk memperjuangkan haknya.      

Kali kedua rekomendasi itu ditolak semakin memperkuat rasa jijik Twain kepada keluarga kerajaan dan juga kebenciannya terhadap apa yang disebut sebagai gelar kebangsawanan. Seratus tahun yang lalu, mungkin gelar kebangsawanan semacam ini masih memiliki daya tariknya. Sekarang setelah Tom, Dick dan Harry manapun bisa diberi gelar kehormatan, dia tidak perlu meminta hal yang sama. Twain bukan pria yang suka terlibat dengan hal ini.     

Sementara untuk yang ketiga kalinya... Para pendukungnya akhirnya berhasil memasukkan namanya ke dalam daftar penerima gelar kehormatan, tapi dia sendiri sudah kehilangan minat dengan hal tidak penting itu.      

"Apa aku harus memanggilmu Paman Sir di masa depan?" Shania melihat daftar nama itu di surat kabar dan menggoda suaminya.      

Twain hanya mengangkat bahu dan memberinya jawaban yang tak terduga, "Kau takkan punya kesempatan untuk itu, sayangku."     

"Hah?" Shania tidak mengerti apa yang dimaksud olehnya.      

"Aku bermaksud menolak gelar kehormatan itu."     

"Apa..." Mulut Shania ternganga. Dia benar-benar terkejut.      

"Tidak semengejutkan itu, kan?" Twain merasa terhibur melihat reaksi Shania. "Lebih dari tiga ratus orang di sepanjang sejarah telah menolak pemberian gelar kehormatan dari Ratu. Aku hanya akan menjadi salah satu dari mereka."     

"Aku tidak mengerti kenapa," Shania cemberut.      

"Kalau aku diberi penghargaan Ordo Imperium Britania di rekomendasi pertama, mungkin aku akan merasa sangat senang menerimanya sebagai sebuah kehormatan di hadapan Ratu layaknya sebuah piala kejuaraan. Tapi sekarang pola pikirku berubah. Saat ini, medali itu bukan sebuah kehormatan bagiku, melainkan sebuah bentuk amal. Aku tidak menginginkannya," Twain menunjuk daftar nama di tangan Shania dan mencibir.      

Shania tersenyum sambil menatap Twain. Dia sendiri bukan orang Inggris dan karenanya tidak melihatnya dari sudut pandang kehormatan nasional Inggris. Tapi, itu hanya sebuah gelar. Karena suaminya berkata dia tidak menginginkannya, maka urusan itu sudah beres.      

"Yah, itu medali untukmu, jadi kau bisa melakukan sesukamu," Shania menyingkirkan surat kabar itu dan mengalungkan tangannya ke sekeliling leher Twain. Dia menatapnya dengan sayang dan kemudian mendekatkan tubuhnya sambil membelai lembut dada Twain.      

※※※     

Pierce Brosnan terkejut ketika dia menerima sebuah surat elektronik dari Twain yang disebutnya sebagai 'surat terbuka'. Lalu dia segera menghubungi Twain.      

"Tony, apa yang kaupikirkan?"     

"Hah?" Twain masih belum benar-benar bangun dan terdengar bingung.      

"Aku merujuk pada penolakanmu terhadap gelar kehormatan itu... Apa yang kau pikirkan?" Brosnan memegang "surat terbuka" yang baru saja dicetaknya. Suara kertas itu menimbulkan bunyi gemerisik keras ketika dia gemetar saat berbicara.      

"Apa yang kupikirkan? Aku tidak tertarik dengan gelar ksatria yang sudah umum dan norak. Sesederhana itu, Pierce." Twain meregangkan tubuhnya dan bangkit dari tempat tidur. Dia menoleh untuk melihat istrinya, yang masih tidur nyenyak. Dia menyelimuti istrinya dan melangkah keluar masih memakai piyama.      

Itu adalah pagi yang sangat dingin di awal bulan Desember. Dia melangkah ke teras, dimana angin dingin yang meniup wajahnya benar-benar membuatnya terjaga.      

"Umum dan norak? Tony, apa kau tidak tahu pentingnya gelar kehormatan itu?" Brosnan mengira itu pasti karena Twain masih belum bangun dan karenanya berbicara omong kosong.      

"Mungkin itu akan sangat bermakna bertahun-tahun yang lalu, Pierce. Sekarang itu tidak ada artinya. Bahkan pemilik waralaba makanan cepat saji juga bisa diberi gelar Ordo Imperium Britania. Beberapa tahun lagi, bahkan orang tua bayi yang baru lahir juga bisa memesan tempat untuk itu. Dengan dua ribu nama dalam setahun, berapa banyak orang di Inggris yang masih belum mendapatkan kehormatan itu? Lagipula... aku menghargai semua upayamu untuk membuatku mendapatkan gelar kehormatan itu. Tapi, aku tidak ingin tipe kehormatan yang berbau amal. Apa aku seorang pria yang tidak bisa hidup tanpa Ordo Imperium Britania dan gelar 'Sir'? Apa menurutmu aku peduli dengan hal-hal yang tidak signifikan seperti gelar ksatria setelah berhasil memenangkan begitu banyak kejuaraan?"     

"Errr...." Brosnan benar-benar terdiam mendengar kata-kata Twain. Dia tahu Twain adalah pria yang susah diatur. Itu tetap tidak berubah sejalan dengan bertambahnya usianya. Tapi, dia sama sekali tidak mengira Twain akan bersikap seperti ini di hadapan keluarga kerajaan Inggris...      

"Apa kau tidak merasa itu sangat disayangkan, Tony?" tanya Brosnan takut-takut.      

"Bagaimana mungkin itu sangat disayangkan? Paling-paling, aku hanya akan dipanggil 'Sir Anthony'. Kurasa mereka yang tidak menghormatiku sebelum ini takkan menghormatiku hanya karena aku punya gelar. Kurasa mereka yang selalu menyukaiku takkan berhenti menyukai kalau aku tidak menjadi seorang Sir. Aku masih diriku sendiri, aku adalah Tony Twain." Twain menatap ke kejauhan di timur. Matahari sudah terbit dan sinar matahari menerangi cakrawala dan langit timur sementara kabut putih di hutan mulai naik dan bergulung, membuatnya terlihat seperti sebuah negeri dongeng.      

Apa lagi yang bisa dikatakan Brosnan ketika Twain sudah mengatakan itu? Twain memang benar. Dia adalah dirinya sendiri. Dia adalah Tony Twain, jadi tidak ada orang lain yang bisa mengubah keputusan yang telah diambilnya. Meski dia membuat dirinya menentang seluruh dunia, yang bisa dilakukan orang-orang adalah memilih untuk berdiri bersamanya atau menentangnya.      

"Kau akan membuat keluarga kerajaan merasa terhina," gumam Brosnan.      

"Itulah hasil yang kuinginkan, haha!" Twain meletakkan tangan di pinggang dan tertawa terbahak-bahak. "Beberapa orang melakukan segala yang mereka bisa untuk memastikan aku tidak mendapatkan gelar kehormatan itu. Sekarang mereka melihat ini sebagai salah satu bentuk amal dan persembahan damai untukku. Aku akan memberitahu mereka: peduli setan dengan kemunafikan mereka!"     

Meletakkan ponselnya, Brosnan membuka surat terbuka di tangannya dan mendesah panjang. Dia mengingat sebuah peristiwa masa lalu.      

Sebelum Twain, manajer Nottingham Forest yang juga kontroversial, Brian Clough, yang memimpin tim Forest mendapatkan dua gelar Liga Champions dan mengukir prestasi yang mengesankan, juga tidak diberi gelar kehormatan. Terdapat rumor bahwa Clough sendirilah yang menolak pemberian gelar kehormatan kerajaan itu, dan beberapa orang mengatakan bahwa pria tua yang susah diatur itu berselisih paham dengan pemerintah saat itu. Bagaimanapun juga, ketika orang-orang kembali mengusulkan pemberian gelar kehormatan setelah kematian Clough, masalah itu dibatalkan karena Ordo Imperium Britania dan gelar kebangsawanan tidak boleh diberikan secara anumerta. Dengan begini, Clough dan kehormatan tertinggi yang bisa diraih oleh populasi sipil Inggris tidak pernah bersinggungan.      

Lima belas tahun kemudian, manajer Nottingham Forest yang lain, Tony Twain, juga menolak gelar kehormatan kerajaan. Apa ini takdir?     

Berpikir lebih jauh lagi, hampir lima ratus tahun yang lalu, seorang penjahat yang susah diatur dan membenci otoritas juga muncul di tanah ini. Dia memimpin anak buahnya untuk melawan tuan-tuan bangsawan di masa itu, mencuri dari mereka yang kaya untuk membantu mereka yang miskin, berkeliaran dalam hutan di gunung dengan bebas.      

Mungkin negeri ini memiliki kecenderungan untuk menghasilkan karakter-karakter seperti ini...      

Entah itu Robin Hood, Clough atau sekarang Twain, mereka semua adalah penjahat yang susah diatur, berani menentang otoritas, dan mendukung kebebasan.      

Tak peduli apa yang dipikirkan oleh dunia luar tentang mereka, kisah legendaris mereka akan selalu tersebar di seluruh Hutan Sherwood yang rimbun. Mereka adalah pahlawan disini.      

※※※     

Sehari kemudian, surat terbuka yang ditulis oleh Twain sendiri dikirimkan ke Nottingham Evening Post dan segera menimbulkan kegemparan.      

Di dalam surat itu, Twain berterima kasih kepada keluarga kerajaan Inggris dan teman-teman pendukungnya yang berkampanya untuk membuatnya mendapatkan gelar kehormatan itu. Tapi, dia menjelaskan bahwa dia akan menolak gelar tersebut. Sementara untuk alasan penolakannya, dia tidak mengatakan bahwa nilai intrinsik dan otoritas dari gelar kebangsawanan telah semakin rendah, meski semua orang juga mengetahuinya. Alasan yang diberikannya jauh lebih kuat daripada itu.      

"... Aku tahu banyak orang tidak ingin aku mendapatkan gelar kehormatan. Mereka pikir aku tidak layak mendapatkannya, dan aku tidak ingin berkomentar tentang itu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa sejak awal, aku tidak pernah ingin menerima Ordo Imperium Britania apapun – apa kalian pernah melihatku melangkah maju dan membela diriku sendiri dalam perdebatan terkait hal ini? Tidak, karena memang aku tidak menginginkannya. Apa mereka yang menentangku merasa kecewa sekarang? Tentu saja, aku ingin berterima kasih kepada semua temanku yang mengajukan usulan gelar kehormatan itu atas namaku. Tapi, aku tidak ingin menentang prinsipku sendiri – aku tidak ingin dipanggil sebagai 'Sir Anthony', dan aku tidak ingin membuat diriku terlihat seperti seorang pengemis yang diberi amal untuk memuaskan keinginan orang lain. Aku adalah diriku, aku adalah Tony Twain. Aku punya reward yang lebih baik dibandingkan dengan sebuah Ordo Imperium Britania yang tidak penting – 15 tahun sebagai manajer dan 16 piala kejuaraan. Aku tidak perlu mengandalkan gelar kebangsawanan untuk menunjukkan nilai diriku dan membuat semua orang tahu tentang prestasiku. Di hadapan semua itu, semua orang akan setuju bahwa aku adalah manajer sepakbola terbaik di Inggris... tidak, di seluruh dunia.     

Oleh karena itu, untuk semua alasan yang telah kusebutkan diatas, aku menolak menerima gelar kehormatan ini."     

Meski banyak orang telah menolak gelar kehormatan dari keluarga kerajaan Inggris untuk berbagai alasan, baru kali ini seseorang melakukannya dengan cara searogan Twain. Manifestonya begitu kuat sehingga menimbulkan respon besar di seluruh Inggris.      

Sekali lagi, semua orang merasakan perlawanannya.      

The Sun kemudian berkomentar:     

"... Dia tidak membuka mulutnya untuk menyerang balik suara-suara yang meragukan kemampuannya di media setelah dia kembali ke tim. Dia juga tidak menampar mereka yang menertawakannya setelah kalah di pertandingan pertama. Semua ini membuat kita mengira Tony Twain yang berusia 50 tahun sudah semakin tua, bahwa dia sudah kehilangan cakar dan taringnya yang tajam, dan jadi jinak seperti anak kucing.     

Tapi, kita semua salah. Dia hanya belum bertemu pihak yang layak untuk dilawan.      

Sekarang, terkait keluarga kerajaan Inggris, nama pihak itu cukup mengesankan, dan cukup berkualifikasi untuk menjadi lawannya. Jadi, sekali lagi kita melihat Tony Twain yang familiar, pria yang sudah biasa membuat dirinya melawan seluruh dunia."     

"Seorang jenius selalu berbeda dari orang-orang biasa." Lineker membahas insiden ini bersama Alan Hansen dan Mark Lawrenson di acara televisi dan mengatakan ini, "Aku harus mengakui bahwa daya tarik gelar kebangsawanan bagi publik semakin menurun setiap tahunnya. Tapi, masih ada banyak yang ingin menerima gelar ini setiap tahun. 2000 tempat masih belum cukup. Dibawah situasi ini, tidak bisa dipahami bahwa Twain melepaskan kehormatan itu. Tapi, dia memang tidak bisa dipahami dengan menggunakan pemikiran orang biasa. Komentar yang paling sering kudengar sejak surat itu dimuat adalah 'Kenapa?', 'Kenapa dia mengatakan tidak?', 'Kenapa dia menuliskan surat terbuka yang arogan seperti itu?', 'Kenapa dia menggunakan metode penolakan yang angkuh?'... Banyak sekali 'kenapa'. Sepertinya akan konyol untuk bertanya kenapa pada Twain. Dia tidak pernah membutuhkan alasan untuk melakukan berbagai hal. Kalau kau harus menemukan sebuah alasan, maka aku hanya bisa bilang bahwa mungkin dia sedang bad mood atau justru moodnya sedang terlalu bagus..."     

Nottingham Evening Post bahkan memberikan julukan 'Raja Tanpa Mahkota' untuk Twain dan menulis, "... Meski secara pribadi aku menyayangkan tidak bisa memanggil Twain sebagai 'Sir Anthony', itu memang seperti yang dikatakan Twain: dengan 15 tahun pengalaman melatih dan 16 gelar juara kejuaraan, Twain tidak membutuhkan gelar ksatria untuk menghormatinya atas semua prestasinya itu. Dia, tak diragukan lagi, adalah 'Raja Tanpa Mahkota!'"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.