Mahakarya Sang Pemenang

Fans George Bagian 2



Fans George Bagian 2

0

Dalam perjalanan kembali ke tim pertama, Tang En memilih untuk melewati area penggemar, karena itu adalah satu-satunya cara dia bisa melewati lapangan kedua. Dia masih mengkhawatirkan Wood dan memutuskan untuk memeriksa bagaimana keadaan anak itu.

Ternyata ketika Tang En tiba di lapangan kedua, dia melihat seorang anak kecil menempel di kawat, menatap ke arah lapangan dengan penuh perhatian. Dia begitu fokus sampai-sampai tak melihat Tang En dan Morgan berjalan mendekat, dan dia baru menyadarinya ketika disekitarnya tiba-tiba menjadi gelap.

Dia mengangkat kepalanya dan menatap dengan bingung. Langit masih biru dan awan berwarna putih. Cuacanya masih bagus.

Tang En terhibur oleh anak imut itu, tapi dia sengaja membuat wajah tegas dan berbicara dengan suara yang dalam dan kasar. "Hei, Nak! Siapa yang membiarkanmu masuk? Apa kau tidak tahu kalau ini adalah area terlarang? Kalau kau masuk tanpa izin, aku akan membiarkan petugas keamanan menangkapmu!"

Siapa yang mengira anak kecil itu sama sekali tidak gentar? Dia bahkan tidak melihat ke arah Tang En dan terus menatap ke arah lapangan latihan. Dia juga menjawab dengan suara berat, "Manajer Tony Twain, apa kau berniat jadi berita utama di The Sun karena mengancam anak kecil?"

Morgan, yang berdiri di belakang mereka berdua, tak bisa lagi menahannya dan tertawa terbahak-bahak. Bahkan, tawanya terdengar semakin lama semakin keras. Tang En berbalik dan menatapnya. Kesan pertamanya terhadap pemuda kulit hitam itu membuatnya berasumsi bahwa Morgan sama sekali tidak tahu bagaimana harus tertawa. Melihat Tony Twain menatapnya, Morgan dengan panik menutupi mulutnya. "Maaf, Pak."

Tang En mengerutkan bibirnya, menunjukkan bahwa dia tidak keberatan. Setelah itu, dia menoleh dan meneruskan menggoda anak itu. "Ehem. Baiklah, Nak. Katakan padaku siapa ayahmu. Saat ini, kau seharusnya masih di sekolah. Bolos sekolah itu tidak baik. Aku akan membuat ayahmu memukul pantatmu di rumah."

Anak kecil itu tampaknya tidak peduli sama sekali. Morgan melihat ekspresi anak itu tetap acuh tak acuh. Anak kecil itu menjawab, "Kau mau membodohi siapa? Aku sudah pulang dari sekolah sejak tadi!"

Tang En tidak menduga anak itu sangat pintar, sampai membuatnya tak bisa berkata-kata. Tepat pada saat itu, suara seorang pria yang familiar terdengar. "Sepertinya aku mendengar seseorang mengancam putraku. Apa dia sudah bosan hidup?"

"Benar-benar sial sekali! Michael, kau ternyata punya putra yang cerdas dan imut. Aku terlalu kaget!" Tang En berdiri dan menatap pria di depannya. Itu memang si penggemar berat tim, Michael Bernard, yang berkelahi dengan Tang En di Forest Bar, sebuah contoh kasus "tak ada perselisihan, tak ada perdamaian."

Tangan Bernard memegang kaleng cola. Tampak jelas bahwa dia baru saja kembali dari membelikan minum untuk putranya.

"Apa aku harus menganggapnya sebagai pujian untuk putraku, atau kau sedang menghinaku?"

"Yang manapun terserah padamu." Tang En mengerjapkan matanya. "Kau membawa putramu kesini?"

Bernard mengangguk, sebelum menyerahkan minuman cola itu pada putranya. "Aku menjemputnya dari sekolah, dan dia bilang kalau dia ingin datang ke sini dan melihat-lihat, jadi aku membawanya ke sini."

"Tapi anggota tim pemuda lainnya sedang latihan di lapangan pertama." Tang En berpikir itu aneh, karena anak-anak kecil cenderung menyukai bintang-bintang sepakbola terkenal. Datang ke sini dan bukannya ke tim utama. Selain itu, dia tidak melihat ke lapangan pertama. Apa sebenarnya yang dilihatnya?

Bernard menunjuk ke lapangan latihan. "Dua minggu yang lalu, saat makan malam, anakku bilang kalau dia jadi penggemar pemuda itu."

Tang En melihat ke arah yang ditunjuk tangan Bernard. George Wood sedang melakukan beberapa latihan sundulan di lapangan latihan yang kosong. Wood secara khusus memiliki seorang manajer untuk melatihnya. Si manajer melempar bola ke arah Wood, dan Wood melompat untuk menyundul bola. Setelah melihatnya sekitar setengah menit, ia hanya mengulang tindakan yang sama, yang sangat membosankan.

Kelihatannya David juga menilai tinggi anak itu, karena dia memberinya seorang manajer khusus untuk berlatih... Tang En menyentuh dagunya. Dia hampir tertipu oleh David.

Tapi, Tang En masih tak mengerti kenapa anak kecil seperti itu ingin menjadi penggemar Wood. Wood tidak memiliki teknik yang indah, juga tidak tenar. Bahkan, dia tidak terlalu sering diturunkan dalam pertandingan, dan setiap hari selalu mengulangi latihan dasar sepakbola, yang dianggap membosankan oleh para penonton. Karenanya, Tang En bertanya, "Apa yang kausukai darinya?"

"Dia sangat kuat!" Anak kecil itu berpose sambil memperlihatkan lengannya sendiri.

Kuat? Tang En menoleh dan menatap Morgan. Setelah itu, dia berkata pada anak kecil itu. "Pemuda ini juga sangat kuat."

Anak kecil itu mengangkat kepalanya dan memandang Morgan. Morgan membungkuk sedikit, berniat meninggalkan kesan baik di mata anak kecil itu. Tanpa diduga, bocah itu cemberut dan berkata, "Tapi dia kurang tampan."

Kali ini, giliran Tang En yang meledak tertawa. Wajah suram pemuda itu benar-benar terlalu lucu.

Tanpa mempedulikan Tang En yang nyaris berguling-guling di tanah karena tertawa, bocah itu melanjutkan, "Aku sudah mengamatinya berlatih untuk waktu yang sangat lama, aku datang ke sini setiap hari setelah sekolah. Lalu, aku melihat kalau dia," bocah itu menunjuk ke arah Wood dan berkata, "selalu melakukan hal yang sama. Pada awalnya, aku merasa itu sangat membosankan dan sama sekali tidak menyenangkan. Lalu, kupikir aku ingin melihat apa dia juga akan merasa bosan dan berhenti berlatih. Jadi diam-diam aku bertaruh dengan diriku sendiri, dan aku bertaruh kalau dia jelas akan menyerah. Dan aku datang kesini setiap hari. Lalu aku sadar kalau dia seperti robot, tidak pernah lelah, tidak pernah beristirahat, bahkan saat orang itu..." dia menunjuk ke staf pelatih. "Bahkan saat orang itu pergi untuk istirahat, dia masih saja berlatih. Aku benar-benar menghormatinya, karena dia mengalahkanku! Aku memutuskan akan jadi fans-nya!"

Setelah mendengar kata-kata anak kecil itu, Tang En memandang ke arah Bernard dan berkata, "Michael, kau punya anak yang jenius. Dia sangat mengesankan. Aku tidak mengatakan ini demi sopan santun. Aku benar-benar bersungguh-sungguh dengan ucapanku ini."

Bernard mengangguk. "Apa kau perlu mengatakan sesuatu yang sudah jelas? Putraku memang yang terbaik!" Meski nada suaranya terdengar tangguh, tatapannya ke arah putranya dipenuhi rasa cinta dan bangga.

Siapa yang mengira bahwa penggemar yang selalu berteriak dan bahkan berkelahi dengannya, akan memiliki sisi lembutnya sendiri? Ini benar-benar membuka mata Tang En. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lapangan latihan, mengamati Wood, yang masih melakukan latihan menyundul bola. Tang En benar-benar telah tersentuh oleh anak itu.

Mungkin karena dia benar-benar mendengarkan kata-kata Tang En di ruang ganti City Ground, dia memutuskan untuk menenggelamkan dirinya ke dalam latihan, menganggap 24 jam sebagai 72 jam. Memang benar bahwa dia tidak tahu sepak bola. Memang benar bahwa dia adalah seorang pemula yang baru mengenal sepakbola selama tiga bulan. Memang benar bahwa keluarganya miskin dan tidak punya cara untuk membuatnya bisa hidup lebih nyaman. Memang benar bahwa dia memikul beban berat yang tak bisa dipikul oleh rekan sebayanya. Tapi dia tidak membohongi siapapun dan melakukan "pekerjaan" ini dengan serius. Dia berlatih keras dan mendedikasikan upaya dan keringat yang bahkan terlalu sulit untuk dibayangkan oleh orang lain. Dia percaya reputasi Tang En "dijamin oleh bank", dan dia percaya bahwa jika dia terus berlatih seperti ini, pada akhirnya dia akan menjadi superstar yang berpenghasilan £ 12.000 seminggu.

Setelah berada di sana selama tiga bulan, Tang En telah melihat begitu banyak tipe pemain yang berbeda. Beberapa diantara mereka ingin menjadi superstar, sementara yang lain bermain untuk passion mereka dalam pertandingan. Diantara mereka semua, beberapa diantaranya sangat berbakat, sementara yang lainnya biasa-biasa saja. Ada pula beberapa orang yang tidak memiliki banyak rencana untuk masa depan, sementara ada lagi yang memiliki cita-cita tinggi. Ada terlalu banyak pemain.... Tapi setelah melihat begitu banyak pemain, Tang En menemukan bahwa, mungkin hanya pemuda itu, yang berani mengetuk pintunya dan mengiklankan dirinya sendiri sebagai pemain terbaik Inggris, akan benar-benar menjadi pemain terbaik Inggris.

Tidak, dia harus. Untuk ibunya, dia harus menjadi pemain terbaik Inggris!

Meskipun dia tidak melakukan apa-apa selain latihan berulang yang membosankan, dia berhasil mendapatkan fans pertamanya.

Tang En tiba-tiba merasa bahwa ia harus memberikan semacam reward kepada Wood yang belum sukses itu. Jadi, dia berteriak dari luar pagar kawat, "George!"

Suaranya yang keras bahkan mengejutkan burung-burung di pepohonan yang ada di belakangnya. Tak ada alasan bagi Wood dan staf pelatih untuk tidak mendengarnya. Seperti yang diharapkan, keduanya berhenti berlatih, menolehkan kepala mereka ke arah Tang En.

"Istirahat sebentar!" Tang En melambaikan tangannya pada staf pelatih itu dan berkata, "Biarkan Wood datang sebentar."

Staf pelatih mengenali bahwa orang yang mengganggu latihan mereka adalah manajer tim utama, Tony Twain. Dia mengatakan beberapa kalimat kepada Wood, dan yang terjadi setelahnya adalah Wood berlari, dengan wajah penuh kebingungan. Dia memang sangat kuat, tapi kekuatannya itu berbeda jika dibandingkan dengan kekuatan yang diperlihatkan Morgan. Jenis kekuatan Morgan akan langsung terlihat sejak pandangan pertama, sementara kekuatan Wood hanya bisa dirasakan dan dipahami melalui interaksi yang lebih dekat. Melihat postur lari pemuda ini, Tang En sangat puas dengan program latihan yang dirancang oleh Kerslake untuknya.

"Ada apa? Aku sedang latihan." Meski ada empat orang di pinggir lapangan saat itu, Wood hanya melihat ke arah Tang En. Selain itu, nada suaranya tidak terlalu ramah.

"Aku tahu kau sedang berlatih. Kau takkan mati kalau istirahat sebentar?" nada balasan Tang En juga tidak seperti nada bicara antara seorang manajer dan seorang pemain. Dia melambai ke arah Wood dan berkata, "Sini, mendekatlah."

Wood mendekat dengan patuh, sampai-sampai dia hampir menempel ke pagar kawat. Meski dia tidak tahu kenapa Tang En memanggilnya, dia tidak mengeluh.

Tang En menoleh dan bertanya kepada putra Bernard, "Apa kau punya pulpen?"

Anak kecil itu mengeluarkan pena besar untuk tanda tangan dari dalam tasnya. Itu hampir merupakan kebutuhan utama bagi semua penggemar sepakbola. Tang En mengambil pena itu dan menjejalkannya ke tangan Wood. Kemudian, Tang En membuat si Bernard muda berdiri di dekat pagar kawat, menarik dan meluruskan pakaiannya.

"Beri dia tanda tanganmu."

Wood sedikit tertegun mendengar apa yang dikatakan Tang En. Wood berpikir dia pasti salah dengar dan tidak menggerakkan tangannya, yang menggenggam pena itu.

Tang En mengulangi ucapannya sekali lagi. "Beri dia tanda tanganmu. George, dia ini penggemar pertamamu. Kau tidak boleh memperlakukannya dengan dingin. Berjongkoklah dan berikan tanda tanganmu padanya!"

Kali ini, Wood melakukan apa yang diperintahkan dengan patuh. Tangan yang memegang pena itu gemetar, dan dia tidak langsung memberikan tanda tangan itu bahkan setelah dia meletakkan pena di baju anak itu.

"Kau tidak tahu bagaimana menulis namamu sendiri?" Tang En tersenyum saat melihat adegan ini.

"Aku .... tentu saja ... aku tahu!" Wood menggerakkan tangannya dan menandatangani namanya sendiri di baju merah anak muda itu: George Wood. Kata-kata itu bengkok dan miring.

Tang En mengambil kesempatan itu dan mengejeknya. "Sangat jelek! Siapa tahu, itu mungkin lebih jelek dari tulisan tangan penggemar ini. Haha!"

Wood tidak mempedulikan ejekan Tang En dan mengembalikan pena itu. Setelah itu, dia bertanya, "Bolehkah aku kembali ke latihanku?"

Anak ini sangat tidak sensitif. Bukankah seharusnya dia menepuk-nepuk kepala fans muda itu, mengucapkan beberapa basa-basi, dan menikmati momen itu? Untuk mengatakan sesuatu seperti "Bolehkah aku kembali ke latihanku," benar-benar merusak suasana. Tang En melambaikan tangannya dan berkata cepat, "Kau boleh kembali latihan!"

Wood berbalik dan berlari kembali, tanpa merasa sayang. Melihat bagian belakang anak itu, Tang En mengeluh pelan, "Dia benar-benar tidak punya potensi untuk jadi bintang yang hebat."

Si anak kecil itu tampaknya tidak peduli dengan sikap Wood. Dia menunduk dan melihat nama di bajunya, sebelum memutar kepalanya dan berkata pada ayahnya sendiri, "George Wood! Ayah, lihat ini!"

Michael Bernard menyentuh kepala putranya dengan sayang dan berkata, "Kalau kau sangat menyukainya, kau harus merawatnya dengan baik."

Tang En menimpali dan berkata, "Itu benar! Rawatlah dengan baik, itu adalah tanda tangan pertama Wood. Saat dia menjadi bintang besar di masa depan, kau bisa menjualnya dengan harga mahal."

Bernard Muda mencibir ke arah Tang En dan berkata, "Aku takkan pernah menjual jersey ini, bahkan kalau aku tidak punya uang untuk beli kaos jersey baru Forest!"

Melihat nada seriusnya, Tang En tersenyum. Hei, George, apa kau lihat itu? Penggemar setiamu yang pertama. Sekarang, kau punya satu alasan lagi untuk menjadi seorang bintang besar.

Bahkan setelah menerima tanda tangan idola-nya, Bernard muda masih terus tinggal dan menonton latihan Wood. Tang En jelas tidak bisa terus tinggal di sini. Tang En dan Morgan pergi setelah mengucapkan selamat tinggal pada si ayah dan putranya.

"Wes, apa seorang fans pernah meminta tanda tanganmu?" Tang En, yang sedang berjalan di depan, bertanya.

"Tidak, Pak."

"Baiklah, jangan khawatir. Kau akan mendapatkan kesempatanmu sendiri nanti."

Ketika Tang En dan Morgan mencapai tempat latihan tim utama, seekor anjing gembala berwarna emas berlari ke arah mereka, membuat Tang En takut.Sejak kapan kompleks latihan ini mengijinkan anjing untuk masuk ke dalam?

Anjing itu berputar di sekelilingnya dan mengibas-ngibaskan ekornya dengan gembira.

Morgan melihat bahwa anjing itu tampak sangat senang, jadi dia berjongkok dan mengulurkan tangannya. Anjing itu menjulurkan lidah dan menjilat, menyebabkan Morgan tertawa tak terkendali.

Tang En menatap Morgan dan berkata, "Kau benar-benar suka anjing, ya?"

"Jangan-jangan Anda tidak menyukai mereka?" Morgan terus bermain dengan si anjing yang muncul entah dari mana, bahkan dia tidak ingat untuk melihat ekspresi wajah manajernya.

Tang En mengerutkan kening. Kesuraman di wajahnya mencerminkan suasana hatinya saat ini. Memang, dia tidak suka anjing. Saat dia masih bekerja di kota Chengdu, seluruh jalan dipenuhi anjing, dan bukan hal yang aneh jika seseorang menginjak kotoran anjing di jalanan. Tapi, masalahnya saat ini adalah, meski anjing bisa muncul di taman dan jalan-jalan, mereka tidak seharusnya muncul di lapangan latihan sepakbola. Dia ingin mencari tahu siapa pemilik anjing itu dan memberinya pelajaran, memastikan bahwa di masa depan, orang itu takkan berani membuat kompleks latihan Nottingham Forest seperti halaman belakang rumahnya yang bisa dipakai untuk mengajak anjingnya jalan-jalan.

"Sudah cukup, berhentilah bermain dengan anjing itu. Aku akan membawamu ke tempat latihan."

Morgan mengucapkan selamat tinggal kepada anjing itu dengan enggan, tapi mendapat kejutan yang menyenangkan saat dia tahu anjing itu mengikuti di belakangnya. "Pak, ada yang mengikuti kita! Dia suka kita!"

"Ya. Dia mengikutimu, dia menyukaimu." Tang En berhenti berjalan dan melihat bahwa Bowyer Tua tidak mengarahkan latihan tim di lapangan latihan, melainkan sedang berbicara diluar dengan pria tua yang lain. Di depan pria tua yang bahkan tidak bisa berdiri dengan mantap, sikap Bowyer yang menundukkan kepalanya membuat Tang En sangat terkejut. Pria tua itu tak segemuk Nigel Doughty, jadi dia jelas bukan Pak Ketua. Lalu siapa dia?

Saat Tang En menyaksikan dengan bingung, percakapan keduanya berakhir. Pria tua tadi mengulurkan tangannya dan menepuk wajah Bowyer dengan ringan, dan Bowyer tampak seolah-olah dia adalah anak kecil. Adegan ini terlalu lucu!

Setelah itu, pria tua itu bersiul dan si anjing gembala, yang sedang melompat-lompat di sekeliling Morgan, berlari ke arah pria tua itu, mengibaskan ekornya dan melompat-lompat di sekelilingnya.

Morgan memandang dengan rasa kehilangan ke arah anjing yang berlari menjauh, sementara Tang En memandang pria tua itu dengan rasa penasaran. Dia baru saja mengobrak abrik ingatannya yang terdalam, tapi tindakannya itu tetap tidak bisa memberinya informasi tentang si pria tua itu. Mungkinkah Tony Twain bahkan tidak mengenalnya? Ataukah... bagian memori itu mengalami kerusakan saat dia terjatuh waktu itu?

Bowyer mengantar kepergian pria tua itu. Tepat setelah dia selesai melakukannya, dia berbalik dan melihat Tang En.

"Ian." Tang En ingin bertanya pada Ian siapa pria tua itu, tapi dia sama sekali tidak menduga bahwa Bowyer akan tampak sangat senang ketika melihatnya.

"Tony! Kau sudah kembali?" Bowyer sangat senang sampai-sampai suaranya juga terdengar satu nada lebih tinggi.

Tang En mengangguk. "Itu tadi..."

"Sayang sekali. Kenapa tiap kali kau pergi ke tim pemuda, seseorang datang untuk mencarimu?" Bowyer tidak memberi Tang En kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya.

"Ah?" Tang En tampak bingung. Pria tua yang tak dikenal itu datang ke sini untuk mencariku?

Bowyer menganggukkan kepala. "Bos awalnya ingin bertemu denganmu, tapi kau sedang tidak ada. Jadi dia mengundang kita ke rumahnya besok sore! Mengundang kita! Kau tahu? Tony, hanya sedikit sekali orang yang diundang ke rumahnya untuk minum teh. Waktu aku masih jadi pemain, aku hanya bisa merasa iri pada Trevor Francis, karena hanya dia yang diundang olehnya. Pria beruntung itu!"

Tang En belum pernah melihat Bowyer berperilaku seperti ini sebelumnya. Dia seperti Bernard muda yang tadi ditemuinya, sangat bersemangat karena mendapatkan tanda tangan idolanya. Saat dia berbicara, dia bahkan berjinjit. Mulutnya terbuka lebar. Tang En seolah sedang melihat alien.

"Siapa bos?"

Kali ini, giliran Bowyer memandangnya seolah dia telah melihat alien.

"Apa kepalamu belum sembuh, Tony? Atau mungkin... kau baru saja mencederai kepalamu lagi?"

Melihat ekspresi serius Bowyer, Tang En menyadari bahwa dia pasti telah mengajukan pertanyaan yang sangat bodoh. Tapi, dia benar-benar tidak tahu siapa "bos" itu!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.