Mahakarya Sang Pemenang

Halo, Gadisku yang Cantik Bagian 1



Halo, Gadisku yang Cantik Bagian 1

0

Sehari setelah pertandingan, halaman sembilan bagian olahraga surat kabar Nottingham Evening Post memuat sebuah gambar besar, yang mengisi separuh halaman surat kabar itu. Gambar itu memperlihatkan Twain yang sedang menggerakkan lengannya dan berteriak ke arah lautan merah di tribun yang berhadapan dengan area teknis. Ini adalah adegan ketika dia merayakan gol ketiga.

Tang En berulang kali mengamati gambar itu sambil menghabiskan sarapan sederhananya. Dia harus mengakui bahwa gambar itu diambil dengan baik, sudut dan waktu yang dipilih juga tepat. Tentu saja, hal terbaik adalah bahwa subjek utama gambar itu adalah Manajer Tony Twain.

Tulisan di bawah gambar itu berbunyi: "Ketika David Johnson mencetak gol kemenangan, Tony Twain merayakannya dengan lengan terangkat tinggi di tengah-tengah penggemar yang bersorak-sorai."

Semakin dia melihatnya, semakin dia menyukainya. Tang En memutuskan untuk menelepon surat kabar itu, mencari fotografernya, dan kemudian membeli cetakan besar foto itu untuk dibingkai dan digantungnya di rumah. Ini adalah momen gemilangnya, dan dia ingin menghargainya selamanya.

Jadi, dia menghubungi nomor kantor Evening Post yang ditemukannya di koran.

Sehari setelah hari pertandingan selalu menjadi hari tersibuk bagi surat kabar Inggris. Orang-orang bergegas keluar masuk, sibuk menulis berita dari informasi yang sudah dikumpulkan, atau mengirim lay out berita yang sudah selesai ke bagian percetakan.

Selalu terdengar bunyi dering telepon di gedung surat kabar.

"Halo, Nottingham Evening Post." Resepsionis berkata dengan sopan di telepon. Dua detik kemudian, senyum profesional hilang dari wajahnya.

Tang En, yang berada di ujung telepon yang lain, menganggapnya aneh. Dia hanya ingin mencari tahu kontak si fotografer dan memintanya untuk mengirimkan cetakan foto yang diperbesar kepadanya. Kenapa panggilan teleponnya dialihkan ke kantor presiden perusahaan?

Dia mendengar suara batuk yang samar melalui telepon, diikuti oleh suara seorang lelaki tua.

"Tuan Twain, halo, saya Larry Lawrence, presiden Nottingham Evening Post. Anda bisa memanggil saya Larry."

"Kau bisa memanggilku Tony, Larry."

Tang En berbicara kepada Larry Lawrence tentang permintaannya. Lawrence langsung setuju tanpa ragu. Foto itu diambil oleh jurnalis foto surat kabar mereka. Membuatkan cetakan foto yang diperbesar tidak akan jadi masalah. Dia bahkan bisa meminta 10 cetakan kalau dia mau. Tapi Lawrence mengusulkan satu syarat.

"Mewawancarai aku?" Tang En sedikit terkejut. Dia tidak menyangka media akan datang mencarinya begitu cepat. Tapi dia tidak berpikir untuk menolaknya. Ini adalah peluang publisitas yang baik baginya. Tang En tidak takut menjadi terkenal. Kalau dia ingin dikenal, pengaruh media tidak boleh diabaikan. Tapi waktunya sedang tidak tepat. Tim baru memenangkan satu pertandingan. Ini bukan berarti situasi mereka telah stabil. Dia masih punya banyak masalah untuk diselesaikan. Bagaimana mungkin dia bisa meluangkan waktu untuk melakukan wawancara?

"Larry, aku khawatir sekarang belum saatnya."

"Apa ada masalah, Tony?"

Dari percakapan antara kedua pria itu, orang akan berpikir bahwa mereka sudah saling kenal lebih dari lima menit.

"Aku masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan sekarang. Kurasa aku tidak bisa menerima tawaran wawancaramu saat ini. Meskipun, aku harap aku bisa melakukannya..."

"Aku mengerti."

"Kalau kau mau menunggu beberapa waktu, dengan senang hati aku bersedia diwawancara di masa depan."

Lawrence langsung menyetujui usulan Twain. "Tidak apa-apa. Kami akan mengirim foto yang kau inginkan dalam dua hari. Sedangkan tentang wawancara, kau hanya perlu menyimpan tawaran ini. Kalau kau merasa saatnya sudah tepat, jangan ragu untuk menghubungi kami, Tony."

Setelah dia menutup telepon, Tang En merasa agak sombong. Dia tidak menduga akan berada di sisi baik media dengan begitu cepat. Itu pertanda baik. Itu berarti selama mereka menang, semuanya akan baik-baik saja. Tujuannya saat ini adalah membuat tim mempertahankan kondisi ini sambil menyelesaikan masalah-masalah yang terungkap selama pertandingan kemarin di waktu latihan.

Tapi, ada satu hal yang cukup jelas: dia harus menjunjung tinggi pemikirannya yang terpusat-pada-kemenangan. Selain itu, dia juga harus membiarkan para pemain merasakannya. Sebuah tim, mulai dari manajer hingga para pemain, yang mengejar kemenangan dengan cara apapun, akan menjadi tak terkalahkan.

Setelah masalah foto diselesaikan, Tang En berada dalam suasana hati yang sangat baik, dan tidak ada latihan tim hari ini. Menurut kebiasaan yang ada, sehari setelah pertandingan adalah waktu libur untuk membiarkan para pemain beristirahat dan bersantai. Tentu saja, kalau mereka kalah dengan selisih skor yang besar, Tang En akan membatalkan hari libur ini dan menggantinya dengan latihan yang berat untuk membuat tim merasa menyesal.

Kemarin adalah waktu yang sibuk dan menegangkan. Sekarang waktunya untuk bersantai. Jadi, dia memutuskan untuk berjalan-jalan.

Nottingham memiliki salah satu universitas top di Inggris, Universitas Nottingham. Universitas ini juga memiliki cabang afiliasi di Ningbo, Cina. Oleh karena itu, banyak mahasiswa Cina datang ke sana setiap tahunnya untuk melanjutkan studi mereka dan meningkatkan level pendidikan mereka. Di jalan-jalan di Nottingham, orang-orang bisa melihat mahasiswa berkulit kuning, berambut hitam, dan berbahasa Cina.

Tapi apakah ada orang Cina di tribun City Ground, Tang En tidak terlalu yakin.

Setiap kali ada waktu untuk beristirahat, meski hanya setengah hari, Tang En tidak pernah tinggal di rumah dan tidur. Pemikirannya adalah seperti ini: dia memiliki kesempatan langka 'bepergian ke luar negeri dengan gratis'. Kalau dia tidak memanfaatkan waktu untuk menjelajah dan menikmati lingkungan asing, dia akan mengecewakan Tuhan yang telah membuatnya pindah ke sana. Tentu saja, bagi Tang En sendiri, merasakan cara hidup orang Inggris yang paling otentik dan terbaik adalah dengan pergi ke semua jenis pub. Dia merasa bahwa penemuan terbesar umat manusia adalah teknik pembuatan bir, profesi terhebat adalah seorang pembuat bir, bangunan terhebat adalah pub, dan produk kaca terhebat adalah botol .. dan seterusnya.

Tapi, beranggapan bahwa Tang En akan menghabiskan sisa hari itu di pub adalah hal yang salah. Saat ini baru jam sembilan pagi. Tidak ada pub di Inggris yang sudah buka, jadi meskipun dia ingin pergi, dia tidak akan bisa pergi kesana.

Dia selalu mendengar bahwa Universitas Nottingham memiliki pemandangan yang indah. Dia memutuskan akan pergi ke kampus universitas untuk berjalan-jalan. Mungkin dia bisa bertemu dengan seorang mahasiswa cantik dari Cina, dan kemudian mengembangkan hubungan cinta yang indah dengan orang asing.

Tang En tidak menghubungi supir taksi Landy James, yang sudah sangat dikenalnya. Dia memutuskan untuk merasakan sendiri sistem transportasi umum di Nottingham.

Kota Nottingham sebenarnya sangat kecil. Ini adalah salah satu fitur umum kota-kota di Inggris. Selain kota metropolitan internasional seperti London, sebagian besar kota disana mungkin hanya seukuran sebuah wilayah di Cina, bahkan mungkin tidak seluas itu.

Tang En menyadari hal ini ketika dia membawa tim ke pertandingan mereka di Coventry. Kota Coventry yang dulunya adalah salah satu dari empat kota besar di Inggris, ukurannya hampir sama dengan sebuah wilayah di Cina. Hal yang sama juga berlaku untuk Nottingham. Setelah mengalami perjalanan penuh guncangan selama lebih dari 20 menit di dalam bus, Tang En tiba di gerbang kampus Universitas Nottingham. Universitas Nottingham memiliki banyak kampus, tapi Tang En hanya tahu tentang kampus besar yang terletak di sebelah barat pusat kota.

Kampus Universitas Nottingham sangat luas dan indah. Orang-orang yang tidak tahu bahwa mereka berada di kampus akan berpikir bahwa mereka sedang berada di taman. Dari kejauhan, terlihat menara persegi putih yang sebagian tersembunyi di balik deretan pepohonan. Saat dia berjalan lebih dekat, dia menemukan bahwa itu bukan satu menara saja, melainkan sebuah bangunan yang seluruhnya berwarna putih, menara persegi itu hanyalah bagian paling tinggi di tengah bangunan.

Tang En berdiri di tengah jalan dan sedikit bingung. Kampus ini begitu besar sampai-sampai dia tidak tahu harus ke mana. Akan lucu kalau dia sampai tersesat.

Tepat ketika dia merasa ragu-ragu, sebuah suara yang sangat menyenangkan tiba-tiba muncul disampingnya, dan berkata dalam bahasa Inggris, "Ini adalah gedung sekolah utama Universitas Nottingham."

Tang En menoleh dan melihat seorang gadis berambut gelap berdiri di sampingnya, tersenyum sambil menatap bangunan putih. "Bukankah itu indah? Benar-benar putih. Kalau menara persegi itu diubah menjadi kubah, itu akan menjadi versi Gedung Putih yang diperbesar."

Tapi manajer tim Nottingham Forest itu sama sekali tidak mendengar kata-kata gadis itu selanjutnya. Seolah-olah dia telah disambar petir, menatap kosong ke tempat yang sama. Siapa yang dilihatnya?

Rambut hitamnya yang indah diikat menjadi kuncir sederhana. Jaketnya yang besar tidak menutupi tubuhnya yang masih muda ataupun wajah cantik yang terlihat familiar itu.

Gadis itu adalah teman sekelas di SMA-nya, gadis tercantik di kelas yang ditaksirnya selama tiga tahun penuh ⎯ Yang Yan!

Dunia ini sangat kecil ...

"Tuan? Tuan!" Saat dia tahu bahwa pria asing ini menatapnya tanpa berkedip, Yang Yan sedikit kesal. Tapi dia masih mempertahankan sopan santun dan tidak menampar orang asing yang mesum ini. Sebagai gantinya, dia berbalik untuk melangkah pergi.

Tang En kembali tersadar, dia juga menyadari bahwa tidak pantas baginya untuk menatap seorang gadis seperti itu. Dengan cepat dia meminta maaf. "Aku benar-benar minta maaf, tiba-tiba aku teringat sesuatu dan melamun. Aku benar-benar minta maaf." Dia sedikit membungkuk. Dulu, Tang En memiliki tinggi badan hanya 1,7 meter, tinggi badan khas pria Sichuan. Yang Yan sudah setinggi 1,65 meter di sekolah menengah, tinggi yang ideal untuk seorang gadis. Saat ini, Yang Yan tingginya masih sama. Tang En, di sisi lain, telah menjadi pria Kaukasia setinggi lebih dari 1,8 meter. Semua hal tidak lagi sama seperti dulu. Mereka tidak lagi familiar terhadap satu sama lain. Disaat Tang En melihat Yang Yan, dia benar-benar memiliki dorongan untuk memanggil namanya, tapi logika dalam hatinya menghentikannya. Sekarang ini mereka adalah orang asing yang bertemu untuk pertama kalinya.

Ketika Yang Yan menemukan bahwa pria itu sebenarnya berkelakuan cukup baik dan sopan dengan kata-katanya, saat-saat tak menyenangkan yang dirasakannya sebelum ini disingkirkan oleh Yang Yan. Dia tersenyum dan berkata, "Tuan, apa Anda seorang turis?"

"Hah?"

"Aku melihat Anda berdiri di sini, kelihatan agak bingung."

"Ah, ya! Aku memang turis." Tang En merespons. "Aku pernah mendengar Universitas Nottingham adalah salah satu universitas terindah di Inggris, jadi aku datang untuk melihatnya. Tapi ini terlalu besar, aku tidak tahu harus ke mana ... Selain itu, aku takut tersesat."

Yang Yan menutupi mulutnya dan tersenyum. Pria ini benar-benar jujur dan ​​terus terang.

Tang En melamun lagi. Selama sekolah menengah, Yang Yan adalah murid yang baik di mata para guru, putri yang berperilaku baik di mata orang tuanya, pacar yang ideal di hati semua siswa. Saat itu, hampir semua anak laki-laki di kelas menyukainya, tetapi sangat sedikit yang memiliki keberanian untuk menyatakan perasaan mereka. Para pelopor pemberani yang mengumpulkan keberanian dengan susah payah itu ditolak oleh Yang Yan dengan tersenyum. Kemudian, ada desas-desus bahwa keluarga Yang Yan sedang bersiap untuk beremigrasi, dan bahwa dia adalah seorang gadis yang akan pergi ke luar negeri dan memandang rendah laki-laki Cina. Banyak anak laki-laki yang marah tentang ini untuk waktu yang lama. Tang En bukan anak yang populer di kelas. Dia memiliki temperamen yang aneh, sedikit teman, dan sama sekali tidak memiliki keberuntungan dengan gadis-gadis. Dia hanya bisa menatap gadis-gadis seperti Yang Yan dari jauh.

Setelah lulus dari sekolah menengah, dalam waktu kurang dari dua tahun, dia mendengar bahwa Yang Yan benar-benar telah pergi ke luar negeri. Dan dua tahun kemudian, semua orang di jaringan alumni online melihat fotonya yang diambil di Inggris. Di dalam foto, Yang Yan bahkan tampak lebih cantik dan menyentuh, sosoknya menjadi lebih feminin. Jadi, semua orang sepakat dalam pujian mereka, mengatakan bahwa si gadis sudah dewasa. Seseorang bahkan bercanda bahwa para orang asing memiliki keuntungan yang tidak adil. Terhadap semua ini, tanggapan konsisten Yang Yan adalah "Ha-ha."

Tang En terkejut bahwa dia bisa mengingat semua hal ini dengan sangat jelas. Dia mengira kehidupan sekolah telah meninggalkannya sejak dia lulus dari perguruan tinggi. Meskipun dia terkadang masuk ke jaringan alumni, dia tidak pernah meninggalkan pesan. Bahkan jika dia meninggalkan pesan, orang-orang itu tidak akan tahu siapa dia. Ketika ia pertama kali mendaftar untuk bergabung dengan jaringan alumni, itu bahkan memicu diskusi besar tentang 'siapa dia' di antara teman-teman sekelasnya, tetapi pada akhirnya ia disetujui untuk masuk ke dalam aplikasi tersebut. Siapa yang menyetujui permintaannya untuk bergabung?

Dia hanya tahu bahwa keluarga Yang Yan beremigrasi ke Inggris. Dia tidak tahu itu Nottingham. Apa yang harus dia katakan? Nasib mempertemukan mereka setelah terpisah ribuan mil jauhnya?

"Kalau Anda tidak tahu harus ke mana, aku bisa menjadi pemandu wisata gratis untuk Anda." Yang Yan tidak menyadari apa yang sedang dipikirkan Tang En. Dia melihat ke arah orang-orang yang datang dan pergi di kampus dan berkata, "Aku bersekolah disini. Aku sangat akrab dengan tempat ini."

Ah, dia masih sangat antusias.

Tang En mengangguk. "Oke, kau bisa menjadi pemandu wisataku." Ini adalah pertama kalinya Tang En melakukan kontak "intim" dengan Yang Yan. Bagaimana mungkin dia akan melewatkan kesempatan ini?

Dia memikirkan kembali niat awalnya untuk datang ke Nottingham hari ini: mungkin dia bisa bertemu dengan seorang mahasiswi cantik dari Cina, dan kemudian mengembangkan hubungan cinta yang indah dengan orang asing.

Kelihatannya, dia mungkin punya harapan. Tang En hari ini bukan lagi anak muda pemarah dengan sedikit perasaan rendah diri.

Sekarang ini aku adalah pria dewasa berusia 34 tahun ... Tapi aku penasaran apa tubuh ini masih perawan?


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.