Mahakarya Sang Pemenang

Manajer Berbakat Alami Bagian 1



Manajer Berbakat Alami Bagian 1

0

Ketika Sophia membuka pintu, dia terkejut mendapati bahwa orang yang membunyikan bel adalah Manajer Tony Twain.

"Sebuah hadiah untukmu." Tang En meletakkan hadiah ke pelukan wanita itu, dan kemudian melangkah masuk tanpa menunggu diundang.

"Tuan Manajer ..."

"Tony, panggil aku Tony."

Sophia memandang Twain yang tampak sangat gembira, tidak tahu apa yang telah terjadi. "Tuan Tony ..."

"Sophia, baru-baru ini aku terpesona oleh budaya timur yang misterius — budaya Cina! Apa kau tahu hari ini hari apa?"

Sophia menggelengkan kepalanya.

"Festival Musim Semi!" Tang En meninggikan volume suaranya dan menaiki tangga seolah-olah dia adalah pemilik rumah. "Tahun lalu sudah berlalu, Tahun Baru sudah tiba, tak peduli berapa banyak hal tak menyenangkan yang terjadi, mereka harus dikesampingkan dulu di pikiran kita. Sekarang adalah hari perayaan! Jadi, aku membawakan beberapa hadiah untukmu."

Sophia membuka kotak hadiah, dan sebuah gaun violet yang tampak lembut ada di dalam kotak. Dia menarik napas tertahan.

.

"Kuharap kau menyukainya. Aku tidak pandai memilih pakaian wanita." Tang En melihat ke atas. "Di mana putramu?"

Tim remaja bertanding kemarin, dan hari ini seharusnya adalah hari libur, tapi Tang En tidak melihat Wood sejak dia datang.

"George sedang keluar."

Tang En kembali menatap Sophia, yang masih berdiri di lantai bawah. "Nyonya, apa kau keberatan kalau aku makan siang di sini?"

Sophia tertawa. "Tentu saja tidak. Apa Anda suka kari daging domba, Tuan? Itu hidangan lezat dari kota asalku."

"Itu fantastis! Aku suka makanan enak." Sebenarnya, Tang En bukan seorang pecinta makanan, karena kalau dia adalah pecinta makanan, maka ia akan mati kelaparan setelah berpindah tubuh ke Inggris. "Apa kau punya pasta di sini?"

Sophia mengangguk.

"Untuk mengucapkan terima kasih atas sambutanmu yang hangat, aku memutuskan untuk membuatkanmu hidangan Cina yang baru saja kupelajari. Ayo, tunggu apa lagi?" Dia melambai ke Sophia.

Saat makan siang, ketika George Wood pulang, dia menemukan manajernya duduk di meja bersama ibunya, mengobrol dan tertawa.

"Kenapa kau ada disini?" mata Wood tampak tidak ramah.

Tang En kembali menatap pemuda itu, wajahnya sedikit kotor dan pakaiannya sobek.

"Kenapa? Apa aku tidak boleh kemari?"

"George, apa yang terjadi pada wajahmu? Cuci muka sana dan bersiaplah untuk makan siang." Sophia bangkit berdiri untuk meredakan ketegangan. "Tuan Tony datang khusus untuk menemui ibumu dan dia juga membawa hadiah." Dia pergi ke kamar tidur untuk mengeluarkan gaun itu, memegangnya di depan tubuhnya dan bertanya kepada putranya, "Apa ini terlihat bagus?"

George meliriknya, dan dengan patuh pergi untuk mandi. "Kau membelinya di Cattle Market?"

Tang En mengangkat bahu dan tidak menjelaskan. Gaun itu harganya £50, dan hampir bisa dipastikan tidak ada gaun seharga £50 di Cattle Market.

Cattle Market dulunya merupakan pasar bagi para petani Nottingham untuk membeli dan menjual hewan ternak. Tentu saja, ada juga jual beli sampingan untuk berbagai benda lain. Tempat itu seperti pasar yang besar, dan sangati ramai. Tapi karena sekarang tidak ada lagi jual beli ternak yang dilakukan disana, pasar itu kini telah menjadi pasar barang bekas, di mana seseorang bisa membeli apapun dari mulai televisi bekas hingga buku-buku dan CD lama. Banyak orang di Nottingham akan pergi ke sana untuk menghemat uang saat mencari barang yang mereka butuhkan.

Sophia tidak keberatan di mana gaun itu dibeli. Dia sepertinya sering keluar masuk Cattle Market. "Selama gaun ini terlihat bagus." Dia dengan senang hati kembali ke kamar untuk menggantung gaunnya dan keluar untuk menunggu makan siang bersama putranya.

Awalnya, itu hanya makan siang biasa. Tapi meja makan diatur dengan kari daging domba masakan Sophia yang terlihat enak dan bubur jagung manis, serta hidangan mie lezat Cina yang dimasak Tang En dengan saus 'Zhajiangmian', menggunakan mie pasta dan saus daging yang langsung dibuat dari sisa daging domba. Bersama dengan buah-buahan, kentang, dan sayuran lainnya, makan siang itu jadi cukup meriah.Mereka bertiga duduk di sekitar meja makan dan menikmatinya dengan santai.

Saat Tang En bertanya kepada Wood tentang situasinya di tim remaja, Wood tidak banyak bicara. Hanya mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Sejauh mana dia baik-baik saja, Tang En tak bisa mengetahuinya. Dia sangat sibuk akhir-akhir ini dan tidak punya waktu luang untuk memeriksa tim remaja. Dia hanya bisa menunggu periode sibuk ini usai sebelum dia bisa pergi kesana.

Setelah makan siang, Tang En tersenyum saat dia melihat bahwa Wood sebenarnya ingin keluar tapi merasa enggan melakukannya. Bagaimana mungkin dia tidak tahu apa yang dipikirkan pemuda itu? Jadi, dengan bijaksana dia mengambil inisiatif untuk mengucapkan selamat tinggal terlebih dahulu.

Sophia sedikit kecewa. Dia ingin Twain tetap tinggal untuk minum teh sore. Tang En memberi alasan bahwa dia sudah memiliki janji sore itu dan pamit pulang.

Melihat ekspresi Wood yang lega, Tang En diam-diam tertawa. Pemuda itu masih bocah...

Di sore hari, Tang En minum-minum di Forest Bar sambil mengobrol dengan Michael dan yang lainnya. Setelah kemenangan itu, kedua pria itu tampaknya telah menyelesaikan kesalahpahaman mereka. Tang En mengetahui bahwa nama Michael adalah Michael Bernard, yang merupakan pemimpin penggemar Forest di area itu dan sangat dihormati di antara para penggemar. Bahkan banyak pemain Forest mengenalnya.

Tak heran dia mampu mendesak begitu banyak orang di luar lapangan untuk mengejeknya.

Mengetahui latar belakang Michael, Tang En merasa perlu memiliki hubungan yang lebih baik dengan pria itu. Tapi, masih sedikit sulit bagi mereka berdua untuk mengesampingkan ego mereka dan mencari jalan keluar dari situasi yang canggung. Jadi, cara terbaik untuk meningkatkan hubungan mereka adalah dengan menang. Selama tim terus memenangkan pertandingan, hubungan mereka secara alami akan menjadi lebih hangat.

Tang En sangat menyadari hal ini. Tidak hanya ada satu Michael, tapi ada orang lain yang masih memusuhi dan tak percaya padanya sejauh ini. Dia tidak mengatakan apa-apa di depan orang-orang itu. Ancaman atau permintaan apapun akan sia-sia. Satu-satunya cara untuk membuat orang-orang itu mengubah sikap mereka dan menjadi pendukungnya adalah dengan memenangkan pertandingan dan terus menang.

Setelah istirahat sehari, Tang En kembali menenggelamkan dirinya dengan latihan tim.

Jika selama latihan sebelum pertandingan dengan Wimbledon, para pemain masih memiliki keraguan tentang gaya permainan yang diusulkan oleh Twain, maka mereka sekarang telah sepenuhnya menerima dan percaya bahwa ia dapat membawa mereka menuju kemenangan. Dan dari satu kemenangan ke kemenangan lainnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.