Mahakarya Sang Pemenang

Coventry City Bagian 2



Coventry City Bagian 2

0

Bus merah tim Forest berhenti di tempat yang sudah dipersiapkan. Ketika Tang En memimpin para pemain turun dari bis, ia menemukan bahwa para fans di sekitar mereka semua adalah penggemar Forest yang mengenakan jersey merah. Mereka datang secara khusus untuk mendukung tim mereka, meskipun mereka hanya diberi sekitar dua ribu tiket untuk pertandingan ini.

Tang En segera melihat Michael. Dia belum melihat pria itu lagi sejak pertandingan Piala FA. Dia meletakkan tangan ke mulutnya dan membuat suara boo pada Michael. Michael pura-pura tidak melihatnya, dan Tang En tertawa sambil mengikuti para pemainnya melewati gerbang samping. Para penggemar berteriak di belakang mereka, "Forest! Forest! Nottingham Forest!!"

Di tengah teriakan dan nyanyian yang saling bersaing antara penggemar kedua tim, pemain tim memasuki ruang ganti untuk berganti pakaian dan bersiap untuk pemanasan. Karena Twain masih diskors, dia tidak boleh berada di lapangan, jadi dia hanya bisa tinggal di ruang ganti selama tim melakukan pemanasan.

"Kalian hanya punya waktu 20 menit!" Walker menggiring para pemain keluar dari ruang ganti seperti seorang penggembala. Dia melihat kembali ke arah Twain yang sedang berpikir keras, duduk di depan papan taktis dan kemudian menutup pintu saat keluar.

Ketika mendengar pintu tertutup, Tang En kembali ke realitas. Walker pasti mengira dia sedang memikirkan strategi barusan itu. Sebenarnya, apa yang sedang dipikirkan olehnya sama sekali tak ada hubungannya dengan pertandingan saat ini. Terlalu banyak hal telah terjadi dalam setengah bulan terakhir, silih berganti, seperti kereta api yang melaju cepat ke arahnya. Dia tidak memiliki waktu yang tenang untuk memilah-milah pikirannya. Sekarang adalah saat yang tepat. Karena tidak ada seorang pun di ruang ganti, dia bisa memikirkan tentang situasi yang sedang dihadapinya saat ini, dan juga masa depannya.

Tapi saat itu pintu kembali terbuka. Dan Ian Bowyer masuk. Tang En cukup terkejut melihatnya di ruang ganti. Jelas dia tidak kembali untuk mencari sesuatu.

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, Tony."

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, Ian."

Kedua pria itu segera menyadari bahwa mereka berdua berbicara bersamaan. Tang En tersenyum dan memberi isyarat agar Bowyer bicara lebih dulu.

"Yah begini. Aku sudah memutuskan untuk meninggalkan tim di akhir musim." Bowyer mengejutkan Tang En dengan komentar pertamanya.

"Apa?"

"Hereford United memintaku menjadi pelatih mereka, dan aku sudah janji pada mereka."

Dengan mulut ternganga, Tang En memandang Bowyer yang berdiri di depannya dengan ekspresi shock. "Kapan ini terjadi?"

"Seminggu yang lalu."

Mendengar ini, Tang En bangkit dari kursinya. "Ian, kau tidak bisa melakukan ini. Tim ini membutuhkanmu!" Dia ingin orang tua itu membantunya. Dia tidak menduga akan mendengar kabar buruk. "Pengalamanmu bisa membuat mereka lebih maju."

Bowyer menggelengkan kepalanya, "Salah, orang yang bisa memimpin mereka adalah kau, bukan aku."

"Eh, apa kau masih marah tentang itu?" Tang En bertanya hati-hati.

Pria itu tersenyum, "Tony, kepalamu benar-benar sudah rusak."

"Hah?"

"Apa kau tahu dengan siapa aku memiliki hubungan terbaik di tim ini?"

"Siapa?"

"Paul, Paul Hart."

Tang En memandang Bowyer seolah dia makhluk asing.

"Paul sering menyebut namamu di depanku. Dia benar-benar terkesan denganmu. Tapi aku sama sekali tidak setuju dengan keputusannya untuk membiarkanmu mengambil alih pekerjaan manajer Tim Pertama setelah tahun baru." Bowyer terus melanjutkan. Tang En merasa seperti sedang mendengarkan sebuah cerita. "Kuakui aku benar-benar ingin menjadi manajer tim ini, dan kupikir aku mampu melakukannya. Tetapi alasan yang paling penting adalah kupikir kau belum siap untuk ini. Aku mengenalmu dengan sangat baik. Bahkan Des tidak tahu tentang ini. Jujur saja, aku dengan tegas menentangnya jika kau yang ditunjuk sebelum Tahun Baru. Kupikir kau masih kurang berkualifikasi untuk menjadi manajer tim ini. Penampilanmu di pertandingan pertama sama sekali tak bisa dipercaya."

Tang En mengingat hari di mana dia ditabrak jatuh oleh Johnson, dan setelah itu dia merasa malu pada dirinya sendiri kapanpun dia memikirkannya.

"Tapi apa yang kaulakukan setelah itu membuka mataku." Tang En tahu Bowyer merujuk pada babak pertama dan babak kedua pertandingan Piala FA. "Mungkin sudah kehendak Tuhan untuk membuatmu jatuh. Dia memberi kami Tony Twain yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Di saat istirahat babak pertama itu, aku melihat kualitasmu sebagai manajer yang baik. Kau tahu, penilaian Paul terhadap orang-orang selalu cukup akurat, baik itu tentang seorang pemain ataupun kolega. Dia berpikir kau akan bisa menjadi manajer yang hebat, dan aku selalu meremehkan hal itu. Sekarang aku yakin kau akan benar-benar bisa melakukannya."

"Tapi, Ian ...," Tak peduli seberapa tinggi Bowyer memujinya, Tang En masih enggan membiarkannya pergi. Memiliki lebih banyak tangan kanan yang mampu akan selalu lebih baik daripada menjadi pemimpin tanpa mereka. Walker baru saja pensiun sebagai pemain. Menjadikannya pelatih masih belum saatnya. Untuk menjadi pelatih yang berkualitas, ia masih harus belajar banyak. Penampilannya tak terlalu bagus di babak pertama saat bertanding melawan West Ham.

Tang En baru saja tiba di tempat yang asing, dan pengalaman seperti itu membuatnya merasa tidak aman. Bowyer kebetulan memberinya rasa aman ini. Dia membutuhkan seseorang di sisinya, untuk mengingatkannya, untuk membimbingnya, atau bahkan untuk mengkritiknya. Jika dia ingin menjadi manajer profesional yang sesungguhnya dan bukan manajer pengganti, dia membutuhkan seseorang seperti Bowyer.

Bowyer adalah pria yang sangat pandai. "Aku tahu apa yang kaukhawatirkan, Tony. Kau boleh tenang kalau aku akan menunggu sampai akhir musim sebelum meninggalkan tim. Sampai saat itu, kita masih punya setengah musim. Selain itu, Des juga punya banyak pengalaman, dia bisa membantumu memediasi suasana ruang ganti dengan efektif, meski kupikir kau sendiri adalah ahlinya dalam melunakkan suasana."

Tang En menatap Bowyer dan tidak berkata apa-apa.

"Meski aku sudah lama melayani tim ini, meski mereka menghormatiku... saat ini aku mungkin tidak lagi cocok bagi tim Forest yang sekarang. Des lebih dekat dengan mereka, dan hubungan diantara mereka akan lebih harmonis. "Aku sedikit ketinggalan jaman, dan kau bersama Des adalah orang yang bisa memimpin mereka. Terlebih lagi, Hereford United memberiku kesempatan untuk menjadi manajer, dan aku selalu ingin kembali ke Stadion Edgar Street."

Tang En tetap diam.

"Well, apa kau ingin mengatakan sesuatu padaku?"

Tang En menghela nafas. "Awalnya, aku ingin kau tetap di sini. Sekarang aku tidak perlu mengatakannya."

"Tidak akan terlalu buruk. Kita masih memiliki setidaknya setengah musim." Bowyer menepuk bahu Twain dan kemudian beranjak pergi.

Melihat sosok Bowyer menjauh pergi, Tang En bergumam, "Dasar b*jingan! Hanya Tuhan yang tahu apa aku masih akan ada disini setelah setengah musim."

Dua puluh menit kemudian, tim kembali dan bersiap untuk pertandingan yang akan dimulai. Pengaturan taktis sebelum pertandingan masih diarahkan oleh Walker, dibantu oleh Bowyer disisinya, sementara Twain tetap diam. Bowyer melirik Twain beberapa kali dan beranggapan bahwa Twain mungkin masih tidak senang dengan kabar kepergiannya.

Apa yang tidak diketahuinya adalah Tang En sedang mengambil kesempatan untuk belajar dengan tenang. Dia sudah memberi tahu Walker tentang apa yang harus disebutkan, dan Walker akan menyampaikan hal-hal ini kepada tim. Suatu hari ketika Tang En merasa bahwa dia mampu, dia akan menggantikan Walker dan menjadi manajer sejati. Tapi sekarang masih bukan saatnya.

Setelah mempelajari lawan mereka, tim pelatih memutuskan untuk tidak membuat pengaturan khusus dalam pertandingan ini dan untuk menggunakan lineup taktis yang biasa. Setelah Tang En mendengar pengaturan itu, dia tidak mengatakan apa-apa dan diam-diam setuju dengan tim pelatih. Bahkan, dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Anggota tim pelatih adalah para pelatih profesional. Siapa dia untuk bisa mengatakan sesuatu tentang hal ini?

Dia memutuskan untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya saat bertanding melawan West Ham, mengamati babak pertama dan kemudian menyesuaikan diri saat turun minum. Dari pertandingan itu, Tang En tidak hanya mendapatkan kepercayaan diri yang besar, tetapi juga menemukan kekuatannya. Dia lebih baik mengarahkan langsung di tempat daripada melakukan pengaturan pra-pertandingan. Dia menyukai perasaan bisa mengejutkan lawan.

Waktu persiapan sebelum pertandingan berlalu dengan cepat. Walker berharap Twain akan menambahkan beberapa kata sebagai manajer di akhir briefing. Itu adalah caranya untuk memberi tahu kepada para pemain siapa pemimpin yang sebenarnya. Tapi ketika Tang En melihat semua mata yang berharap padanya, dia merasa agak bodoh. Apa yang harus dia katakan?

Dia tiba-tiba memikirkan tentang pertandingan tanggal 4 yang lalu, perasaan hangat yang menyebar ke seluruh stadion, dan semangat juang para pemain yang tampak jelas di lapangan.

"Masih ingat pertandingan Piala FA yang lalu?"

Para pemain semuanya tersenyum sambil mengangguk, dan beberapa bahkan mengangkat tinju mereka.

Tang En merentangkan tangannya. "Apa lagi yang harus kukatakan? Tepat seperti itu, tunjukkanlah di pertandingan!"

Tang En adalah yang orang terakhir yang keluar setelah semua pemain berlari keluar dari ruang ganti. Ketika dia melangkah keluar dari pintu, dia melihat dua pria berpakaian necis berdiri di dekat pintu, "Tuan Twain?"

"Ah, itu aku." Tang En merasa sedikit aneh.

"Kami perwakilan dari Komisi Regulasi Independen Football Association Inggris ..."

Ketika dia mendengar orang lain melafalkan serangkaian nama yang panjang, Tang En mendekatkan kepalanya. "Apa memang ada organisasi seperti itu?" Melihat ekspresi para pria yang tidak ramah, dia langsung tertawa. "Hanya bercanda! Tentu saja, aku tahu ada organisasi seperti itu! Kenapa Anda mencariku?"

Orang-orang itu kembali menatap kosong mendengar kata-katanya, Tang En segera tertawa lagi, "Aku hanya bercanda. Aku tahu kenapa Anda mencariku! Aku sama sekali tidak berencana pergi ke lapangan bersama mereka." Tang En menunjuk ke arah pemain yang baru saja berlari keluar dari ruang ganti.

Keduanya mengangguk. "Kami bertugas mengawasi dan melaksanakan skorsing Anda, jadi kami minta maaf, tetapi Anda harus menonton pertandingan ini bersama kami."

Tang En membuat suara aneh. "Apa Komisi Regulasi Independen tidak punya staf yang cantik?" Dia memikirkan tentang Faria Alam, meski dia tidak menganggapnya cantik saat itu. Setidaknya dia lebih baik jika dibandingkan dengan dua orang bertubuh besar ini. "Tentu saja, aku bercanda. Aku akan bersama dengan kalian."

Dia menepuk bahu kedua pria itu untuk menunjukkan keramahannya dan tidak perlu terlalu gugup tentang ini. "Ayo kita pergi."

"Pertama-tama, Tuan. Anda harus mematikan semua alat komunikasi seperti ponsel Anda."

Tang En mengeluarkan ponselnya dari sakunya dan melepas baterainya, lalu menunjukkannya kepada kedua orang itu sampai mereka mengangguk.

"Pager Anda?"

"Tuan-tuan, sekarang ini abad ke-21." Tang En menggelengkan kepalanya dengan tidak sabar.

"Walkie-talkie?"

"Dengar, kawan, aku ini manajer sepakbola, bukan James Bond. Kalau kau bertanya apa aku punya interkom Bluetooth nirkabel, receiver dalam lubang kecil, telepon yang disamarkan sebagai penjepit dasi, sepasang kacamata hitam yang sebenarnya komputer mikro, sepatu kulit atau pena yang sebenarnya senjata ... apa pun itu, jawabanku adalah: Aku tidak punya benda seperti itu!" Tang En sangat marah dengan ekspresi datar dan pertanyaan mereka yang bertubi-tubi hingga akhirnya dia meninggalkan dua orang dari Football Association itu dan berjalan langsung menuju tribun.

Di belakangnya, dua anggota staf Football Association dengan pakaian "Men in Black" mereka, saling memandang dengan terkejut, mengangkat bahu, dan segera mengikutinya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.