Mahakarya Sang Pemenang

Wasit dengan Peran Utama Bagian 1



Wasit dengan Peran Utama Bagian 1

0

"Kami punya seluruh dunia di tangan kami!" Lagu itu masih menggema di seluruh stadion City Ground, dan para pemain Forest merasa tengah berjuang di kandang mereka lagi. Mereka dikelilingi orang-orang yang mendukung mereka, dan setiap gerakan mereka bisa menyebabkan fans bersorak. Ya, ini adalah perasaan yang sudah lama tidak lagi mereka rasakan.

Ayo, Ayo! Sedikit lagi! Kita tidak akan pernah merasa bosan!

Diantara sorakan para fans, tim Forest meluncurkan serangkaian serangan beruntun ke bibir gawang West Ham United dan untuk sesaat situasi di area gawang yang dijaga oleh James tampak berbahaya. Kelihatannya tim Forest bisa mencetak satu gol lagi kapanpun itu hanya dengan menendang bola ke bibir gawang.

Glenn Roeder kembali melihat ke arah bangku cadangan. Dia melihat bek tengah pengganti Gary Breen masih duduk di atas bangku.

"Apa-apaan! Breen, kenapa kau masih disini? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk pemanasan?"

Gary Breen tercengang, kapan manajer memintanya untuk melakukan pemanasan? Tapi dia tahu bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk berdebat dengan Roeder yang sedang kesal. Dia segera melepaskan jaketnya dan melompat berdiri dari bangku pemain cadangan.

Perubahan yang terjadi di bangku pemain cadangan West Ham United juga telah menarik perhatian Tang En. Pemain yang sedang melakukan pemanasan itu kelihatannya tidak familiar, jadi dia menoleh untuk bertanya pada Walker, "Des, siapa pemain yang sedang melakukan pemanasan itu?"

Walker melihat sejenak dan kemudian mengatakan pada Twain, "Gary Breen, pemain timnas Irlandia, bek tengah dengan kemampuan sundulan kepala yang sangat bagus."

"Kelihatannya lawan kita sudah menyerah di pertandingan ini." Tang En tertawa.

"Mengganti bek tengah... lima pemain bertahan untuk berusaha menghentikan kita melakukan serangan? Panggil Jess, kurasa dia sudah cukup melakukan pemanasan."

Walker berdiri dan berjalan menuju area pemanasan untuk tim Forest, berseru memanggil Eoin Jess untuk datang.

West Ham United ingin bertahan. Ini tepat seperti apa yang diinginkan oleh Tang En. Kalau Roeder memiliki keberanian membiarkan timnya menyerang, maka Tang En mungkin menemukan rencananya akan sulit dilakukan. Tapi jika lawan ingin bertahan, maka pertandingan ini menjadi sederhana. Bukankah itu hanya pertahanan yang intensif? Dia percaya bahwa sejalan dengan berlangsungnya pertandingan, mentalitas para pemain West Ham akan berubah dari yang semula meremehkan menjadi tidak sabaran, secara bertahap permainan kaki juga akan semakin meningkat, dan jumlah pelanggaran juga akan bertambah. Jumlah tendangan bebas untuk tim Forest bisa jadi akan cukup banyak.

Mantan pemain timnas Skotlandia yang berusia 31 tahun, Eoin Jess, memiliki skill yang unik untuk melakukan tendangan bebas yang indah. Dia dipertandingkan 18 kali oleh Skotlandia, mencetak dua gol. Pada hari sebelum pertandingan, selama latihan tendangan bebas, Tang En menyaksikan level tendangan bebas pria itu dari tepi lapangan – enam dari sepuluh bola bisa masuk ke gawang!

Dia tidak membutuhkan lebih daripada itu. Sudah cukup untuk menggunakan tendangan bebas dalam mengancam West Ham di pertandingan ini dan memperjelas pesan yang disampaikan bahwa tidak ada gunanya bertahan sampai mati.

Mengambil keuntungan dari interval ketika Walker memanggil Jess, Tang En melihat ke lapangan sepakbola, berada di dekatnya adalah Andy Reid, sementara pemain West Ham United di sisi ini adalah pemain gelandang lain yang cukup terkenal karena bakatnya, Lee Bowyer. Melihat pemain West Ham yang berwajah panjang dan berambut pendek, dia tiba-tiba menyadari bahwa West Ham masih memiliki kelemahan lain yang bisa dieksploitasi olehnya.

Bowyer membuat debutnya di Charlton, tapi kemudian menjadi sepenuhnya terkenal di Leeds.

Pada musim 01-02, Leeds United disebut Young Guards, dan mereka mengeliminasi AC Milan yang hebat di Liga Champions UEFA untuk melaju ke semifinal. Sebagian besar pemain tim ini adalah para pemain muda: Jonathan Woodgate yang berusia 21-tahun, Harry Kewell yang berusia 22-tahun, Paul Robinson yang berusia 21-tahun, Rio Ferdinand yang berusia 22 tahun, Ian Harte yang berusia 23-tahun, Alan Smith yang berusia 20-tahun, Mark Viduka yang berusia 25-tahun, Danny Mills yang berusia 24-tahun, Robbie Keane yang berusia 21-tahun, Robbie Fowler yang berusia 26-tahun... Semua nama-nama bintang itu masih sangat muda pada saat itu. Kemudian, karena adanya krisis finansial di Leeds, para pemain tersebut berpindah klub. Secara kebetulan, Lennon (Aaron Lennon), yang kemudian menjadi rookie di dalam timnas Inggris, baru berusia 14-tahun ketika dia berada di Tim Remaja Leeds United.

Bowyer baru saja transfer ke West Ham di jeda musim dingin untuk musim laga ini. Ini adalah pertandingan pertamanya dengan tim ini.

Tang En tidak menyangkal bahwa Bowyer adalah seorang jenius, tapi kekurangan karakter jenius ini cukup fatal. Semua orang tahu bahwa dia adalah anak nakal di Inggris, begitu hebatnya sehingga media telah secara publik menyebut Bowyer sebagai "bajingan" sejati. Sebagian besar skandal terkenal di dunia sepakbola Inggris beberapa tahun belakangan ini melibatkan namanya.

Seperti misalnya kasus serangan terhadap seorang remaja Asia bersama dengan Woodgate, kompensasi akhir mencapai £170.000 sebelum kemudian tuntutan tersebut dibatalkan. Selama Piala UEFA, dia melukai wajah pemain lawan, Gerardo. Setelah pertandingan itu, media Spanyol berkomentar bahwa "dia hampir mencungkil mata Gerardo" dan karenanya dilarang bertanding oleh UEFA sebanyak enam pertandingan. Ada pula cercaan verbalnya bahwa kekasihnya adalah seekor kera karena kekasihnya berdarah separuh Indian. Dia berkata, "Aku tidak mau anakku nanti mirip seperti kera." Lalu ada pula kasus tak terpecahkan tentang pemerkosaan seorang gadis dibawah umur, diantara para tersangkanya adalah Bowyer dan Dyer. Dia berkelahi dengan rekan setimnya, Dyer, di dalam pertandingan, dan keduanya diusir keluar karena perkelahian di dalam lapangan oleh wasit. Insiden ini juga dimasukkan ke dalam sejarah Liga Utama...

Terdapat beberapa hal yang terjadi setelah tahun 2003. Semua kejadian itu menunjukkan bahwa inferioritas Bowyer ini telah berurat berakar dan Tang En menyadarinya. Semua ini berasal dari dalam diri Bowyer dan berada jauh di dalam jiwanya, dan sifatnya itu tidaklah impulsif serta tidak bisa dihilangkan. Tang En hanya harus menggunakan hal ini, dan mereka bisa mendorong West Ham ke ambang kegagalan.

Ofisial keempat memegang papan yang mengumumkan pemain pengganti di sisi lapangan, yang pertama kali melakukan penggantian pemain adalah West Ham. Roeder memang memanggil bek tengah Gary Breen untuk menggantikan Di Canio. Hal yang biasa terjadi, sangat jelas sehingga bahkan orang bodoh pun bisa menebak penggantian ini.

Pada saat ini pula, Twain menarik Andy Reid hampir ke tepi lapangan. "Andy, bayangi Bowyer." Dia menunjuk ke arah si anak nakal yang tidak jauh dari sana dengan punggung menghadap ke arah mereka.

"Aku sudah membayanginya selama pertandingan ini, boss."

"Bukan, bukan, maksudku dalam cara yang berbeda. Selama Bowyer membawa bola, kau akan datang ke arahnya dan secara konstan melecehkannya dengan kata-kata remeh. Kau bisa melakukan pelanggaran kalau memang diperlukan. Tapi hati-hati. Jangan terlalu berlebihan melakukannya dan jangan sampai kau dikeluarkan. Satu atau dua kata provokasi akan bisa melakukannya. Pendek kata... buatlah dia marah, biarkan dia kehilangan ketenangannya, dan sisanya... Kau tahu apa yang harus kaulakukan?"

Reid melihat ke arah Tang En dengan terkejut, "Manajer Tony Twain sebelumnya tidak pernah membiarkan kami melakukan hal-hal semacam itu!"

"Kau dulu masih anak-anak dan pemain sepak bola remaja. Sekarang kau adalah pemain sepak bola profesional dan seorang pria dewasa!" Tang En beralasan, "Apa kau tahu tujuan tertinggi pemain profesional manapun?"

"Uhm... lebih banyak gol?"

"Kemenangan!" seru Tang En. "Sepakbola yang tidak bisa menang adalah kegagalan! Well, sekarang, atas nama kemenangan, jatuhkan Bowyer, bajingan itu, untukku!" Dia memberikan tepukan keras pada Reid dan mendorongnya kembali ke dalam lapangan.

Masih merasa sedikit ragu, Reid melihat balik ke arah Twain, tapi Twain hanya menunjukkan ke arahnya gerak memotong leher. Tiba-tiba saja, dia merasa ngeri. Apa dia memang benar-benar Tony Twain, manajer yang dikenalnya?

"Jangan terlalu cemas, Andy! Menang, menang!" suara Twain terdengar nyaring dari belakangnya.

"Oke, boss. Aku akan menurutimu..." jawab Reid.

Tang En berbalik kembali ke arah area teknis dan menemukan Jess sudah melepaskan jaketnya.

"Jess, kau memainkan posisi Bopp ketika kau di lapangan, tendangan bebas manapun adalah milikmu. Kau hanya perlu menendang bolanya masuk ke dalam gawang mereka!" Twain memukulkan tinjunya dengan ringan.

Jess yang sudah veteran menganggukkan kepala, "Tidak masalah, boss. Aku tidak akan mengecewakanmu."

"He, he. Aku tahu kau tidak pernah mengecewakan siapapun. Masuklah kesana dan habisi mereka!" Twain menepuk Jess dan mendorongnya ke tepi lapangan, dan ofisial keempat sekali lagi mengangkat papan pergantian pemain. Nomer 16, Eugen Bopp, melangkah keluar dari lapangan, dan nomer 22, Eoin Jess, melangkah masuk.

"Kedua tim mengganti pemain pada waktu yang bersamaan. Roeder mengganti bek tengah, dan Twain mengganti gelandang dan terus meningkatkan serangan. Tampaknya dia hanya memiliki satu persyaratan untuk pertandingan ini – kemenangan! Eoin Jess, pemain timnas Skotlandia, bertanding 18 kali dengan skor dua gol, sangat luar biasa dalam tendangan bebas, adalah ahli tendangan bebas tim Skotlandia. Aku percaya tendangan bebas yang diperoleh tim Forest sejak saat ini akan dieksekusi olehnya!"

"Tony, apa yang barusan kaukatakan pada Reid? Dia kelihatan sedikit bingung menurutku."

Walker sangatlah perhatian, dia bisa mengamati detil-detil itu. Tang En merasa bahwa dia akan menjadi seorang asisten manajer yang sangat bagus.

"Bukan apa-apa. Aku memintanya berusaha yang terbaik untuk mengganggu Bowyer."

Walker tergelak, "Ide yang fantastik! Tony Twain yang lama tidak akan bisa memikirkan itu."

Tang En menyadari bahwa untuk sesaat akan ada waktunya ketika dia harus menghadapi situasi-situasi dimana orang-orang masih terkejut dengan Tony yang lain ini. Dia menggosok kembali belakang kepalanya, "Terima kasih Tuhan, aku menjadi lebih bijak... Berapa lama sampai akhir pertandingan, Des?"

"Tanpa menghitung jeda cedera, masih tersisa 24 menit."

"Kita baru separuh jalan di babak kedua, dua gol. Oh... Des, tidakkah menurutmu sekarang jauh lebih tenang di belakang kita?" Tang En tiba-tiba saja bertanya.

Walker menoleh sekilas ke belakang, kemudian tertawa. Memang, duduk di area teknis, tidak ada bedanya antara tenang dan ramai. Dikelilingi jeritan dan seruan para fans, keduanya harus mendekatkan kepala mereka untuk bisa mendengar apa yang dikatakan oleh satu sama lain. Yang dimaksud "tenang" oleh Twain adalah bahwa semua suara-suara ejekan tadi sudah hilang. Walker melihat sosok yang tadinya memimpin pelecehan itu, Michael, kini ikut berseru, bersama dengan rekan-rekannya, menyemangati tim Forest. Mereka kelihatan jauh lebih baik dengan lengan melambai dan meneriakkan "Forest" daripada ketika mereka memberikan jari tengah kepada Twain.

Kembali melihat ke arah Twain, Walker berkata, "Tony, kurasa bahkan jika dia harus membelikan minuman untuk semua orang di pub malam ini, dia masih akan bersedia melakukannya."

Kedua tim telah membuat pergantian pemain dan hal ini akan segera terlihat di dalam pertandingan. Tapi hal yang paling mengejutkan bukanlah kedua pergantian pemain itu. Melainkan konfrontasi antara Andy Reid dan Lee Bowyer. Twain beranggapan akan lebih akurat untuk mengganti kata konfrontasi dengan perselisihan.

Reid dengan patuh menjalankan instruksi yang diberikan padanya. Tang En ingat bahwa, ketika dia masih berada di tim remaja, Reid mendengarkan Twain karena dia adalah orang yang merekrutnya. Tim Remaja Forest memiliki banyak sekali orang. Untuk bisa tampil menonjol dan bermain untuk tim Forest yang diidolakan tidaklah mudah. Reid, tahun ini baru akan berusia 20 tahun. Meski dia adalah seorang Irlandia yang lahir di Dublin, dia terlatih sebagai seorang pemain bola di tim Forest sejak masa kanak-kanak.

Barusan saja ketika Bowyer mendapatkan bola, Andy bergegas mendatangi, dan terdapat aksi tarik dan dorong. Meski wasit sudah meniup peluit dan memutuskan aksinya sebagai pelanggaran, dia masih membuat Bowyer gusar. 

Tang En dengan seksama mengamati perubahan ekspresi Bowyer. Letakkan anak muda itu di jalanan dengan sedikit minuman keras, dia akan menjadi tipikal hooligan sepakbola. Reid tidak melakukan banyak hal, dan Bowyer jelas sudah menahan amarahnya.

Bowyer pernah bermain untuk Leeds selama enam setengah musim, pada awalnya merupakan pemuda yang luar biasa, dianggap memiliki masa depan yang sangat cerah dengan kemungkinan yang tak terbatas, dan kemudian dia banyak terlibat dalam skandal. Bersama dengan cedera yang dialaminya, karirnya pun langsung turun drastis. Dalam kemunculannya kembali bersama Leeds di musim lalu, dia membantu timnya mengalahkan AC Milan dan masuk ke semifinal Liga Champions. Musim ini, dia memilih untuk transfer ke West Ham United, berharap untuk memulai kembali dalam lingkungan yang baru dan membuktikan kepada dunia bahwa si jenius Bowyer masih belum mati.

Tapi sayangnya....

Kalau kau tidak mati, aku akan mati. Twain berkata dalam hati.

Dalam periode sejarah yang familiar bagi Tang En, di tahun 2003 Bowyer hanya bermain separuh musim bersama West Ham, hanya sepuluh pertandingan – bisa dihitung dengan jari seseorang. Kemudian dia bergabung dengan Newcastle dalam transfer bebas dan tidak memiliki karir yang terlalu bagus sejak saat itu. Tidak tahu apakah hal ini terkait dengan pertandingan... pendeknya, dia telah membuat banyak orang meletakkan harapan besar padanya dan mereka telah berulang kali dikecewakan. Si anak nakal yang jenius, Lee Bowyer, sepenuhnya terpuruk, tidak lagi berjaya.

Joe Cole seolah benar-benar membeku, ketika menghadapi pertahanan tim Forest yang mematikan. Dia seolah memilih mundur. Bagaimanapun, ini hanyalah Piala FA. Mereka masih memiliki pertandingan Liga Utama yang lebih penting dalam kurun waktu 11 hari, dan jika mereka cedera di pertandingan ini, hal itu jelas akan memperbesar peluang tim mereka untuk diturunkan dari Liga Utama. Beberapa bola, bisa mereka lepaskan. Jika mereka bisa bersembunyi, mereka akan melakukannya.

Sehingga, ketika menghadapi serangan balik, West Ham mengalihkan fokusnya pada Lee Bowyer yang ada di sisi lain lapangan. Mereka berharap mantan jenius itu bisa membantu tim untuk melepaskan diri dari situasi yang canggung. Tapi mereka memilih lawan dan hari yang salah ketika melakukannya.

Tiga kali berturut-turut! Reid menghambat upaya Bowyer dengan sebuah pelanggaran, tapi harga yang perlu dibayarnya hanyalah peringatan dari wasit. Wajah Bowyer tampak semakin keruh.

Di serangan selanjutnya, Bowyer menerima operan dari Joe Cole dan seharusnya memberikannya pada Defoe yang memiliki posisi lebih baik agar Defoe bisa membuat terobosan. Tapi, setelah mengambil beberapa langkah, dia menendang bola yang melambung tinggi ke langit.

"Sebenarnya, target gol Bowyer ada di atap stadion City Ground!" canda Motson. Ketika tim Forest bertingkah kacau di babak petama, dia mengejek tim Forest. Dan sekarang gilirn tim West Ham United.

Tang En mengayunkan tangannya yang terkepal, "Berhasil!"

Fans tim Forest di tribun mulai membuat lagu yang mengejek tendangan Bowyer, "Lee Bowyer pemain bola Amerika yang bagus! Dia menendang bola langsung ke langit! Oh, yeah!"

Memahami makna lirik itu, Tang En tertawa senang. Fans Inggris pasti adalah fans yang paling berbakat, yang terbaik di dunia! Dia menyukainya disini.

Ketika dia melihat Bowyer menendang bola ke langit, Roeder melambaikan tangannya dengan kesal, dan di lapangan, Defoe tidak merasa senang. Dia bergerak ke arah Bowyer dan berteriak, "Hey! Aku disini! Bukan di langit!"

"Pergi sana!" Bowyer merespon rekan setimnya sambil merengut, kemudian berbalik dan mulai lari.

Dibelakangnya Defoe mengangkat bahu ke arah Joe Cole. Kapten tim yang masih muda itu jelas tidak tahu bagaimana caranya menangkal rekan tim baru yang keras kepala itu. Dia hanya bisa menggelengkan kepala tanpa daya.

Pada awalnya, rencana Tang En adalah agar Reid memicu kemarahan Bowyer, Bowyer akan berusaha membalas, dan kemudian Reid akan berpura-pura terjatuh. Lalu wasit akan memberi kartu kuning bagi Reid, dan kartu merah bagi Bowyer. Itu adalah rencana yang sangat bagus. Biarkan lawan kekurangan satu orang dalam timnya, karena itu berarti berkurang satu titik serangnya, tapi sangat menurunkan moral tim.

Tapi perubahan mendadak di lapangan benar-benar diluar dugaannya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.