Mahakarya Sang Pemenang

Krisis Dua Pertandingan Seri Berturut-Turut Bagian 1



Krisis Dua Pertandingan Seri Berturut-Turut Bagian 1

0

Semuanya berjalan sesuai rencana Tang En. Serangan Coventry City masih kurang memuaskan. Jadi, mereka mengganti Pipe yang menunjukkan penampilan buruk setelah 17 menit, dan orang yang menggantikannya memang Gary McSheffrey. Pemain muda, yang baru berusia 20 tahun, adalah pencetak gol utama di antara striker tim hingga saat ini, mencetak tiga gol dalam 10 pertandingan. Jika bukan karena cedera yang dialaminya saat latihan tepatnya dua hari sebelum pertandingan ini, McAllister takkan menempatkannya di bangku cadangan.

Rambutnya keemasan, sedikit mirip Rooney. Tentu saja, kalau dia sama terampilnya seperti Rooney, Tang En akan menangis.

Meskipun ia tidak seahli Rooney, kehadiran McSheffrey di lapangan masih mampu membuat banyak masalah bagi lini pertahanan Nottingham Forest. Dia tidak muncul di tengah lapangan, melainkan diposisikan di sayap kiri dan berhadapan dengan bek Prancis Matthieu Louis-Jean.

Ketika Tang En melihat perubahan ini, barulah dia menyadari bahwa dia terlalu meremehkan McAllister. Meski seorang pemain-manajer tidak memiliki pandangan yang luas ke lapangan pertandingan, tidak seperti seorang manajer yang berada di luar lapangan, ia masih memiliki banyak informasi langsung setelah mengamati detil yang ada di lapangan. Bek kanan Nottingham Forest jelas merupakan sumber sakit kepala Tang En. Hanya pemain Prancis itu yang memang benar-benar pemain bek kanan. Meski Scimeca juga bisa menjadi bek kanan, dia jauh lebih mahir bermain sebagai gelandang bertahan. Kandidat lain yang bisa digunakan adalah John Thompson yang berusia 21 tahun. Meski dia juga bisa bermain sebagai bek kanan, posisi yang paling cocok untuknya masih gelandang bertahan dan bek tengah.

Saat Tang En mengamati Coventry City dari tribun penonton, manajer Coventry City mengamati tim Tang En dari dalam lapangan.

McSheffrey bukan ahli dalam menggiring bola, tapi kecepatan terobosannya di daerah sayap membuat Louis-Jean kesulitan. Selain itu, rumput lapangan licin karena hujan, dan karenanya ia berhasil melewati Louis-Jean dengan mudah. Terkadang, Louis-Jean hanya bisa menghentikannya setelah melakukan pelanggaran. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah tembakan McSheffrey jelas jauh lebih bagus daripada dua penyerang Coventry City sebelumnya, karena kedua tembakannya mendarat di dekat tiang gawang. Tang En menggelengkan kepalanya di tribun penonton, dia tidak menduga hal ini akan terjadi, dan karenanya tidak mempersiapkan Walker untuk menghadapi situasi ini saat istirahat tadi. Jika saja mereka memasukkan Thompson, pemain bertahan yang jauh lebih baik, mereka mungkin memiliki peluang yang lebih besar untuk menghentikan McSheffrey yang masih cedera.

Sayang sekali....

Saat inilah, Tang En menemukan masalah yang lebih besar. Meski McAllister berada di lapangan dan karenanya tidak bisa membuat penyesuaian dengan segera ke dalam tim, Tang En, yang menonton pertandingan di tribun penonton, juga tidak bisa memberi tahu asisten manajer yang ada di tepi lapangan bahkan ketika ia melihat adanya masalah dan mengetahui solusi untuk mengatasinya. Hasilnya sama, yakni kedua manajer ini tidak bisa melakukan penyesuaian paling langsung dan paling cepat bagi tim mereka.

Untungnya, 10 menit kemudian, Bowyer dan Walker di tepi lapangan membuat penyesuaian yang diinginkan Tang En. Mereka memasukkan Thompson untuk menggantikan Louis-Jean yang selalu dihalangi McSheffrey. Situasi kembali seimbang.

Waktu berlalu, dan ofisial keempat mengangkat papan yang menunjukkan tiga menit waktu tambahan. Ada lima menit sebelum kemenangan pertama Tang En sebagai manajer tim. Dengan nyanyian tanpa henti dan sorakan di sekelilingnya, para fans Forest dengan penuh semangat mendatangi Tang En dan memberi selamat padanya. Di mata mereka, pertandingan sudah dimenangkan.

Tang En sekali lagi menunjukkan senyum di wajahnya, dan suasana hatinya, yang sebelumnya dirusak oleh dua anggota komite disiplin dan penjaga keamanan Stadion Highfield Road, secara bertahap mulai membaik. Di dunia yang hitam dan putih ini, tak ada yang lebih menarik dan membangkitkan semangat selain kemenangan.

Ada pepatah lama yang seringkali disinggung dalam banyak kesempatan, begitu seringnya hingga mereka yang mendengarnya mungkin menjadi kebal karena telah mendengarnya berulang kali. Namun, pada saat ini, masih perlu untuk menekankan kembali ucapan terkenal dari bapak baptis sepakbola Jerman Josef "Sepp" Herberger: Bola itu bundar. Permainan berlangsung selama 90 menit. Itu adalah fakta. Yang lainnya hanyalah teori.

Ketika ofisial keempat menurunkan papan tanda elektronik, dan ketika dia membalikkan badan, Coventry City mendapat tendangan bebas di sisi seberang lapangan, berada sekitar 25 meter di depan area penalti. Coventry City mendapatkan total lima tendangan bebas seperti ini sepanjang pertandingan, dan empat peluang sebelumnya disia-siakan oleh McAllister. Dia mungkin memiliki keluhan yang sama seperti Eoin Jess: Lapangannya terlalu licin, tanahnya terlalu longgar, dan kaki yang digunakan untuk menopang saat menendang tidak bisa menahan dengan baik.

Tapi kali ini ...

Ketika McAllister berdiri di depan bola, para fan Forest di sekitar Tang En masih bernyanyi dan melompat. Tapi, Tang En berdiri di sana tanpa berkomentar, hanya terfokus pada lapangan. Momen seperti inilah yang membuat Tang En semakin gugup. Selama mereka bisa menahan tembakan ini, sisa pertandingan akan jauh lebih mudah. Nottingham Forest bisa mengendalikan bola di bawah kaki mereka dan mengulurnya sampai akhir pertandingan.

McAllister membelakangi para fan Forest yang bersorak-sorai, dan tidak ada tayangan close-up di layar lebar. Tang En tidak bisa melihat ekspresi pemain-manajer ini pada saat itu. Dalam pertandingan diantara mereka berdua, Tang En hampir muncul sebagai pemenang.

Wasit kepala meniup peluit. McSheffrey membuat gerakan tipuan, sementara McAllister mengikuti dan melakukan tembakan!

Bola melayang menembus hujan, melewati dinding manusia. Bola itu berputar dan mengelak dari tangan Darren Ward, sebelum kemudian mengenai jaring gawang. Butiran air terciprat ke segala arah, bahkan mengaburkan pandangan Tang En.

Tang En mengedipkan matanya beberapa kali, untuk memastikan sekali lagi. Dia segera mendengar teriakan memekik bergema di seluruh stadion. Tapi, suara-suara itu bukan dari sisi fans Nottingham Forest, melainkan dari sisi berwarna biru langit....

McAllister tertindih di bawah rekan-rekan setimnya yang bersemangat, sementara komentator mengumumkan, "Menit delapan puluh delapan! Coventry City, Gary McAllister! Gol tendangan bebas langsung, indah sekali! Imbang 1: 1! Mereka sudah di pertandingan kedelapan dan masih belum terkalahkan!" Respon atas pernyataannya itu adalah raungan keras dari tribun penonton, yang mirip seperti suara guntur yang menggelegar.

"Sialan!" Tang En dengan meninju kursi duduk disampingnya dengan keras, dan para penggemar di sekitarnya juga terdiam. Ini adalah hasil yang tak diduga oleh siapapun. Coventry City, yang tidak memiliki banyak peluang untuk mencetak gol sepanjang pertandingan, telah berhasil membuat skor menjadi imbang dengan tendangan bebas langsung. Tidak ada yang lebih menyebalkan dari hampir memperoleh tiga poin lalu hanya memperoleh satu poin. Hal yang lebih menyebalkan lagi adalah bahwa Tang En tidak tahu di mana masalahnya. Performa timnya hampir sempurna, tapi hanya dengan satu tembakan beruntung dari tim lawan, usaha mereka selama delapan puluh delapan menit sia-sia belaka.

Para pemain Coventry City masih merayakan gol mereka, sementara para pemain Nottingham Forest hanya berdiri di lapangan, tanpa tahu harus berbuat apa.

Hujan masih turun, tapi Tang En sudah tak lagi peduli tentang pengaruh cuaca terhadap pertandingan. Di matanya, itu adalah akhir pertandingan, 1: 1, dengan pertandingan antara dirinya dan McAllister berakhir imbang. Meskipun pemain-manajer itu tidak bisa menggunakan penyesuaian taktiknya untuk menyelamatkan tim, ia berhasil melakukannya dengan jalan mencetak gol sendiri.

Dia membalikkan badan dan menatap para penggemar yang kecewa, dan mulai menyesali keputusannya memilih duduk di sana. Berdiri di samping mereka dan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, saat kegembiraan para fans berubah menjadi kekecewaan, adalah perasaan yang tak tertahankan.

"Ketika kita kembali ke stadion kita, aku akan membawakan kemenangan bagi kalian semua..." gumamnya nyaris tak terdengar.

Pertandingan berakhir dengan Coventry City yang ulet berhasil membuat skor menjadi imbang tepat sebelum pertandingan berakhir, dan membuat tim tandang, Nottingham Forest hanya bisa mengantongi satu poin. Tapi, tim Forest tampak lebih menyesal dan sedih daripada tim tuan rumah.

Di akhir pertandingan ke-29 musim ini, Nottingham Forest, yang masih belum bertanding satu kali, turun ke posisi keempat belas, dengan akumulasi hanya 39 poin. Satu-satunya hal yang dapat menghibur Tang En adalah bahwa posisi keempat belas dan keenam hanya memiliki perbedaan empat poin. Itu hanya selisih dua pertandingan, dan mereka masih punya satu pertandingan yang belum dimainkan.

Mentornya telah meninggalkan kekacauan bagi Twain, dan tidak mudah bagi Tang En untuk menyalakan semangat juang tim. Untuk melangkah ke depan, dia jelas takkan membiarkan mereka merasa sedih. Tidak ada banyak masalah di dalam tim, jadi Tang En hanya memiliki satu misi, dan itu adalah untuk memimpin tim dan mendapatkan hasil yang baik.

Hasil bagus membutuhkan pemain bagus, tetapi situasi Tang En saat ini sangat canggung.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.