Mahakarya Sang Pemenang

Pergi ke London Bagian 1



Pergi ke London Bagian 1

0

Selasa, 7 Januari, adalah hari yang sibuk bagi manajer pengganti Nottingham Forest, Tony Twain.

Setelah libur dua hari, para pemain mengalami sedikit penurunan kondisi fisik saat mereka kembali ke tempat pelatihan. Tang En berdiri di tepi lapangan untuk menonton sebentar, dan performa para pemain membuatnya cemberut. Dia berteriak agar mereka berhenti, setelah itu dia memanggil Ade Stovell, pelatih kebugaran, dan asisten manajer untuk merevisi program latihan tim hari ini ke latihan kebugaran. Mereka tidak akan melakukan apa-apa, kecuali memulihkan stamina mereka.

Tang En hanya tahu sedikit sekali tentang pelatihan. Pada dasarnya dia menyerahkan pengaturan latihan ini kepada dua asisten manajer, Des Walker dan Ian Bowyer. Latihan bagi penjaga gawang memiliki pelatih penjaga gawang, latihan kebugaran memiliki pelatih kebugaran, dll. Semua pembagian kerja di tim pelatih pada dasarnya sudah jelas. Dia tidak perlu khawatir tentang itu. Dia hanya perlu memverifikasi rencana latihan yang diajukan Walker.

Hal itu menyelamatkan dirinya, seorang manajer yang masih belum matang, dari mengalami kekalahan di pertandingan.

Setelah melakukan penyesuaian ini, dua dokter yang di"pesan"nya dari Profesor Constantine juga sudah datang. Tang En membawa mereka ke ruang fisioterapi dan memperkenalkan mereka ke dua dokter tim lainnya: pria Irlandia berusia 35 tahun, Gary Fleming, dan pria Inggris berusia 58 tahun, John Haselden.

Dua dokter baru itu berusia di atas 55 tahun, baru saja pensiun dari Royal Hospital of Nottingham University, dan mereka adalah penggemar berat Forest. Ini membuat Tang En tenang, karena kesetiaan penggemar akan memastikan mereka tidak melakukan sesuatu yang berbahaya bagi klub.

"Dua pria ini adalah Steve Devin dan Roger Langley. Mereka adalah kolega barumu. Gary, kau bisa memberi tahu mereka tentang tim. Aku harus kembali." Tang En memperkenalkan kedua dokter itu, menjabat tangan mereka sebelum pergi, mendoakan semoga sukses, dan kemudian berbalik untuk pergi.

Saat dia kembali ke lapangan latihan, ponselnya berdering lagi.

"Ini Twain."

"Tony, disini ada anak yang mencarimu. Katanya kau memintanya datang," terdengar suara penjaga Ian MacDonald di telepon.

Tang En melihat arlojinya, jam 9:30, tidak semenit terlambat, tidak semenit lebih awal. Pemuda itu tepat waktu. "Itu benar, aku memintanya datang, bawalah dia masuk."

Sepuluh menit kemudian, Ian tua berjalan masuk dengan seorang pemuda tinggi ke tempat latihan, membawanya langsung ke Twain, dan kemudian kembali ke pos jaganya.

Tang En memandang George Wood. Wajahnya jauh lebih bersih daripada kemarin. Dia mengenakan pakaian baru dan sepasang sepatu kets Nike yang sudah aus di kakinya, tapi setidaknya belum sangat aus hingga jari-jari kakinya kelihatan.

"Apa kau sudah sarapan?" Itu adalah sapaan yang sangat Cina. Tang En masih memiliki beberapa kebiasaannya.

Wood sedikit terkejut, lalu dia mengangguk. "Aku sudah makan."

"Bagaimana kau bisa sampai di sini?" Tang En, menyadari bahwa ia mungkin telah mengajukan pertanyaan yang salah, mengubah topik pembicaraan.

"Naik, bus, lalu aku lari."

Ketika Tang En mendengarnya mengatakan itu, dia kembali mengamati Wood dengan seksama. Wajahnya kemerahan, dengan butiran keringat halus di dahinya, dan dia sedikit terengah-engah, tetapi tidak terlalu jelas. Dia memikirkan tentang bagaimana pemuda itu berlari dan menyelesaikan 45 menit berjalan kaki dalam 15 menit saja. Tidak seperti ibunya yang sakit-sakitan dan mungil, tingginya sekitar 1,8 meter dan sangat kuat. Mungkin Sophia memberikan seluruh esensi hidupnya kepada putranya sehingga dia memiliki keajaiban alam itu.

"Baiklah. Kau ikut denganku. Kita akan memotong jalan di sini. Tempat latihan di sisi utara adalah tempatmu berlatih."

Wood bertanya dengan bingung, "Bukan di sini? Ini bukan tempat latihan?"

"Ini adalah tempat latihan Tim Pertama. Aku akan membawamu ke tempat latihan tim remaja." Tang En memimpin jalan.

Tanpa diduga, Wood berhenti dan berkata, "Tim remaja? Aku tidak mau pergi. Aku ingin berada di sini, bermain di pertandingan profesional, dibayar dengan gaji dan bonus."

Tang En balas menatapnya dan berkata, "Itu tidak mungkin. Kau belum pernah bermain dalam pertandingan. Ini pertandingan untuk tim dewasa dan kau masih belum beradaptasi..."

Wood berdiri diam tak bergerak. "Aku harus bermain."

"Kenapa?"

"Mereka bilang Tim Pertama dibayar lebih banyak untuk bermain."

Kalau dia mendengar Wood mengatakan ini kemarin sore, Tang En akan tertawa kecil. Tapi dia tidak bisa tertawa setelah melihat situasi keluarga mereka. Melihat Wood yang masih keras kepala, Tang En tiba-tiba mendapatkan ide.

"Baiklah. Aku bisa memberimu kesempatan. Tapi, aku bukan satu-satunya yang akan memutuskan jika kau ingin menjadi anggota tim pertama. Kau melihat mereka?" Tang En menunjuk ke arah para pemain tim pertama dan pelatih yang sedang berlatih di lapangan latihan.

Wood mengangguk.

"Kau harus membuktikan bahwa kau memiliki kemampuan untuk bermain bersama mereka, untuk meyakinkan para pelatih profesional itu, yang sangat menuntut, untuk setuju membiarkanmu bergabung dengan tim utama."

"Bagaimana aku bisa membuktikannya?"

Kena kau! Tang En tersenyum samar, tetapi tetap berbicara dengan ekspresi serius. "Sederhana. Kau bisa bertanding melawan mereka dan biarkan semua orang melihat kemampuanmu."

Tang En sangat memahami temperamen Wood. Dia sangat keras kepala dan bersikeras mempertahankan idenya sendiri, tidak akan menyerah sebelum mencoba, dan sudah menetapkan tujuannya dengan pasti. Jadi dia akan membiarkan remaja itu belajar dengan cara yang sulit, kalau tidak begitu, dia tidak akan mendengarkan kata-kata orang lain. Dia benar-benar rookie sejati, yang belum pernah bermain bola, juga belum pernah bertanding dengan pemain profesional. Tang En sangat yakin dengan hasilnya nanti. Ini bukan fiksi fantasi. Tidak ada hasil yang berbeda. Dia akan membuat Wood sedikit menderita, membuatnya mengingat itu, dan tahu bahwa sepak bola profesional tidaklah sesederhana yang dikiranya.

Wood mengangguk. "OK!"

Jadi, Tang En membawanya kembali, berdiri di tepi lapangan, dan berteriak agar latihan dihentikan. Setelah itu, dia memanggil Des Walker.

"Ada apa? Tony?" Walker memandang penasaran pada George Wood, yang berdiri di samping Twain.

"Kita akan melakukan pertandingan sederhana. Dan kemudian," Tang En menunjuk ke arah Wood, "masukkan dia. Liam." Tang En memanggil salah seorang pelatih.

"Bawa dia ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya." Dia menunjuk ke arah Wood sambil memberi instruksi pada Liam O'Kane, yang datang sambil berlari.

Melihat Wood pergi, Walker bertanya, "Tony, siapa dia?"

"Hanya anak berbakat yang kutemukan di jalan. Dia mengatakan padaku tentang keinginannya untuk menjadi seorang pemain sepak bola profesional, jadi aku membawanya kemari untuk berlatih. Sebelum pergi ke tim remaja, biarkan dia merasakan atmosfer sepak bola profesional." Tang En sangat selektif dalam apa yang dia katakan. Dia tidak mengatakan semua kebenarannya pada Walker. Lagipula, dia tidak tahu apakah Wood tidak akan keberatan jika orang-orang tahu tentang situasi keluarganya.

"Oh, ya. Des, masukkan Wood di grup yang tidak memakai rompi. Lalu beri tahu mereka yang memakai rompi kuning bahwa jika mereka ingin diturunkan di pertandingan berikutnya, maka pertandingan ini adalah penilaian yang penting dan performa yang buruk akan mempengaruhi peluang mereka untuk diturunkan."

Dalam latih tanding tim Forest, mereka yang tidak memakai rompi mewakili tim pemain cadangan, dan para pemain inti memakai rompi kuning. Walker mengangguk dan berbalik untuk mulai mengatur para pemain.

Tidak lama kemudian Wood sudah mengganti pakaiannya dan kembali ke tepi lapangan. Tang En meliriknya. Wood memang kelihatan seperti seorang pemain kalau memakai pakaian olahraga.

"Yah, dalam hal penampilan, kau kelihatan seperti pemain profesional." Tang En menganggukkan kepala. "Ayo. Kau dan mereka yang tidak memakai rompi kuning adalah satu tim. Des, kau jadi wasit!"

Kemudian, Tang En menyaksikan pertandingan di pinggir lapangan dengan tangan terlipat di dada.

Tampak jelas bahwa Wood belum pernah bermain bola dan tidak tahu bagaimana berkoordinasi dengan rekan-rekannya. Dia diberi posisi sebagai striker, tapi dia hanya tahu bagaimana mengejar bola. Ke mana pun bola pergi, dia mengikuti. Saat dia sudah mendekati bola, pemain lain mengopernya, dan dia berbalik lalu mengejarnya. Setelah sepuluh menit, dia masih belum berhasil menyentuh bola satu kalipun.

Walker, yang menjadi wasit, terus menatap Twain di tepi lapangan. Dia tidak bisa melihat bakat apa yang dimiliki anak itu.

Sejujurnya, Tang En juga tidak melihatnya, kecuali bahwa kekuatan fisiknya relatif lebih baik, dan dia lebih cepat. Tetapi penampilannya menunjukkan bahwa ia lebih cocok menjadi atlet atletik daripada pemain sepak bola. Mulai merasa gusar karena ditatap tajam oleh Walker, Tang En mengambil kacamata hitam dari saku mantel dan memakainya, sehingga bahkan jika dia memejamkan matanya, tidak akan ada yang melihat bahwa dia juga merasa penampilan Wood tak tertahankan untuk ditonton.

Walker bisa menebaknya ketika dia melihat Twain memakai kacamata hitamnya. Sisa pertandingan sama sekali tidak berguna. Anak itu benar-benar seorang pemula sejati.

Rekan satu tim Wood juga bingung. Anak itu sama sekali tidak bisa bermain sepakbola. Kenapa dia berlatih bersama mereka? Tidak ada yang akan mengoper bola padanya. Wood terus saja berlari. Ke mana pun bola pergi, Wood mengikutinya.

Tang En tetap mengawasi selama 10 menit. Dalam 20 menit George tidak berubah sama sekali. Dia bahkan menyimpulkan bahwa bocah ini tidak banyak menonton pertandingan dan sama sekali tidak mengerti sepakbola. Pasti sulit baginya melihat bagaimana dia terengah-engah di lapangan. Dia memberi isyarat pergantian pemain agar Wood bisa keluar.

Wood menundukkan kepala, menarik napas panjang, dan menghampiri Twain.

"George, bagaimana perasaanmu?" Tang En bertanya padanya.

Wood tidak mengatakan apa-apa dengan kepala tertunduk, masih terengah-engah. Tang En tahu dia sekarang memahami intensitas sepakbola profesional.

"Ini baru level latihan, kalau itu tadi pertandingan resmi... Sekarang, apa menurutmu sepakbola profesional itu gampang? Di levelmu saat ini, kau tidak akan mendapatkan kontrak profesional, bahkan kontrak level terendah sekalipun. Aku tahu kenapa kau ingin berlatih di sini, tapi untuk bisa berlatih disini akan bergantung pada levelmu juga, jujur ​​saja, penampilanmu barusan benar-benar buruk. Apa kau mengira aku akan memberimu kontrak profesional berdasarkan penampilanmu barusan?"

Wood masih tidak berbicara. Dengan kepala tertunduk, mungkin dia masih tidak mau percaya.

"Oke, ikut aku ke tim remaja dan terimalah pelatihan yang tepat. Kau bukan tidak memiliki peluang. Lagipula, kau juga dibayar saat menjadi anggota tim remaja."

Ketika Twain mengatakan itu, Wood mendongak, menatapnya dan bertanya, "Benarkah?"

Tang En tahu bahwa bocah malang itu hanya akan bereaksi ketika ia menyebutkan uang. "Kenapa aku harus membohongimu? Aku adalah manajer profesional. Aku punya kartu kredit, sehingga bank dapat menjamin kredibilitasku."

"Berapa banyak?" Wood bertanya berapa banyak yang akan diperolehnya sebagai pemain tim remaja.

Tang En memikirkan tentang membuat kontrak tim remaja yang lebih baik untuk anak ini. Situasi keluarganya sulit. "Gaji mingguan delapan puluh pound. Kalau kau bermain dalam pertandingan, kau dibayar £ 35 per pertandingan. Kalau kau mencetak gol, £ 7 per gol. Kalau kau memberi assist, maka £ 3 per assist. Ini kontrak terbaik untuk tim remaja. Mereka yang baru pertama kali bergabung dengan tim hanya menerima £ 55 per minggu. Selain itu, klub juga bertanggung jawab menyediakan makan siang.Karena kau orang lokal, maka akomodasi tidak akan disediakan." Tang En tidak berbohong. Ini memang kontrak terbaik untuk tim remaja Forest. Dulu, Michael Dawson dan Andy Reid dengan penampilan mereka yang luar biasa di tim remaja, juga memiliki kontrak ini, kecuali Dawson yang tidak memiliki reward untuk gol dan assist karena dia berposisi sebagai bek.

Sampai sekarang, mereka berdua masih dalam kontrak ini karena mereka baru saja direkrut dari tim remaja. Tapi Tang En sudah mempertimbangkan untuk memberi keduanya kontrak tim pertama dengan gaji yang lebih baik. Lagi pula, untuk mempertahankan bakat semacam ini di dalam tim, kau perlu memberi mereka kompensasi yang besar untuk memastikan mereka bermain bagus bagi tim.

Tanpa diduga Wood tampak agak ragu setelah mendengar apa yang dikatakan Twain. Tang En juga melihatnya. "Ada apa?"

"Apakah kontrak itu benar-benar yang terbaik?" tanya Wood.

Apa dia berpikir itu terlalu rendah? Tang En mengangguk, lalu menunjuk ke arah Dawson di lapangan latihan dan berkata, "Lihat pemuda jangkung itu? Dia baru saja masuk ke Tim Pertama persis sebelum Tahun Baru dan memegang kontrak terbaik untuk tim remaja. Kalau kau tidak mempercayaiku, aku bisa menyuruhnya kemari dan kau bisa bertanya padanya. Kau mau aku memanggilnya?"

Wood menggelengkan kepalanya. Mungkin dia tidak berpikir Twain berbohong.

"Berapa banyak yang kau peroleh selama seminggu di perusahaan pindahan?" tanya Tang En.

Wood berpikir, "Dua ratus pound."

Tang En memutar matanya di balik kacamata hitam. Itu memang lebih banyak daripada bermain untuk tim remaja. Tang En kini mengerti mengapa Wood merasa ragu.

"Bayaran tim remaja memang tidak terlalu tinggi. Tapi kau tahu, bahkan gaji Rooney hanya delapan puluh pound seminggu ketika ia berada di tim remaja, sama seperti gajimu."

"Siapa Rooney?" Wood tampak bingung.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.