Mahakarya Sang Pemenang

Atas Nama Kemenangan



Atas Nama Kemenangan

0

 Atmosfir di ruang ganti pemain saat itu sangatlah bagus sehingga Walker tidak sampai hati untuk mengingatkan semua orang bahwa mereka harus segera bersiap untuk kembali bertanding. Sejak tim ini turun level ke Liga Satu, moral tim telah mengalami penurunan secara bertahap, dan banyak orang bahkan percaya bahwa mereka seharusnya berada di level liga yang lebih rendah lagi dan karenanya mereka tidak memiliki kepercayaan diri untuk masa depan. David Platt tidak mengubah moral yang sudah putus asa ini, Paul Hart juga sama. Siapa yang mengira bahwa manajer pengganti yang tadinya suram dan pendiam bisa membalikkan keadaan?

Melihat ke arah wajah para pemain yang gemetar karena bersemangat dan api di mata mereka, Des Walker menyadari bahwa Twain yang tempo hari terluka di belakang kepalanya mungkin bukan merupakan hal buruk, setidaknya Tuhan telah memberikan mereka seorang manajer yang layak.

"Oke! Kita main sekarang!" Tang En berdiri di pintu dan menepukkan tangannya, mendorong para pemain untuk keluar dari ruang ganti. Yang pertama kali lewat disampingnya adalah Jack Lester yang memiliki performa buruk di babak pertama. Dia mungkin masih merasa kesal dengan performanya sendiri di babak pertama dan telah berniat untuk keluar dengan kepala tertunduk, tapi dia terkejut karena menerima pukulan ringan di punggungnya.

"Tegakkan kepala kalian, kalian semua juga tegakkan kepala kalian!" Suaranya kembali terdengar keras di ruang locker itu. "Kita masih belum kalah, kenapa kalian harus menundukkan kepala? Jangan biarkan orang-orang London Timur itu menganggap bahwa kita takut pada mereka!"

Dengan raungan keras, semua pemain tanpa sadar mengangkat kepala mereka dan berjalan keluar dari ruang ganti dengan dada membusung.

Setelah pemain terakhir meninggalkan ruang ganti, Tang En menoleh untuk melihat Walker masih berdiri di belakangnya, wajah Tang En yang tegang menunjukkan senyum samar.

Walker melihat keringat di kening Tony dan balas tersenyum. "Tony, kau benar-benar memberikan pertunjukkan yang bagus."

Tang En meringis, "Ayo kita pergi, Des. Apapun hasilnya nanti, kita masih harus menyelesaikan pertandingan."

Ketika mereka kembali ke area teknis, para pemain kedua tim sudah berada di lapangan, menunggu kickoff. Tang En melihat ke arah tribun. Hal yang membuatnya kecewa adalah bahwa babak kedua baru akan dimulai, dan tribun sudah banyak yang kosong, dia tidak tahu apakah para penonton itu belum kembali ke kursi mereka, ataukah mereka terlalu kecewa dengan tim Forest dan karenanya tidak ingin menonton pertandingan lebih lama lagi. Jika kalian semua pulang lebih awal, aku yakin kalian akan menyesalinya!

Dan kemudian dari belakangnya kembali muncul suara-suara ejekan seperti yang terjadi di babak pertama. Tang En bahkan tidak menolehkan kepalanya, dia tidak ingin mengakui keberadaan mereka saat ini. Tidak hingga pertandingan telah dimulai, maka dia akan melihat mereka lagi. Walker tampaknya ingin beradu argumen dengan mereka dan ditahan oleh Tang En ke bangku mereka.

"Abaikan mereka, lihat saja bolanya. Pertandingan akan segera dimulai."

Daftar pemain yang turun dalam pertandingan ini diatur oleh Des Walker, pada dasarnya mereka adalah kekuatan utama tim, tidak ada cedera dan tidak ada yang sakit. Daftar pemain ini tidak dianggap lemah di Liga Satu, tapi mereka tidak bermain dengan bagus dalam beberapa pertandingan terakhir dan sebagian besar ada kaitannya dengan semangat mereka yang rendah. Dengan adanya rumor penggantian manajer mereka, masa depan para pemain yang tidak jelas, dan krisis finansial yang membayangi, bagaimana para pemain bisa diharapkan berada dalam kondisi pikiran yang tepat untuk bisa bertanding dengan baik, dan bagaimana mungkin manajer sepakbola akan bisa menanamkan taktik ke dalam benak mereka yang seperti itu?

Tang En baru saja membangkitkan kembali semangat juang dan kepercayaan diri yang selama ini terbenam di dalam hati mereka semua. Lawan mereka adalah sebuah tim Liga Utama? Well, bahkan lebih menggembirakan lagi untuk bertanding melawan mereka, dan kami bisa lebih membuktikan kemampuan kami dengan mengalahkan sebuah tim Liga Utama! Tak peduli ada pemain yang ribut tentang transfer, atau seseorang yang memang berencana berada di liga level-bawah ini, semua orang memiliki semangat juang yang membara saat ini – untuk mengalahkan West Ham United demi diri mereka sendiri! Tidak masalah apa tujuan atau perbedaan kami, tujuan kami kali ini adalah sama, dan itu adalah untuk memenangkan pertandingan ini, untuk mencapai kemenangan!

Michael Dawson mengamati para pemain West Ham United dari baris pertahanan dan menemukan bahwa manajernya memang memiliki mata yang luar biasa jeli. Lawan mereka sama sekali tidak memperhatikan, mata mereka tidak fokus, dan posisi mereka juga tidak rapi dan bercelah. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa lawan mereka kini sudah menjadi hewan buas yang haus kemenangan.

Dia tahu bahwa dia akan memenangkan pertandingan hari ini!

Wasit meniup peluit dan babak kedua dimulai. Di dalam kotak pers, John Motson sedang meminum air, berdehem untuk membersihkan tenggorokannya, menyalakan mikrofon dan memulai komentarnya.

"Ini adalah pertandingan pertama babak ketiga Piala FA Inggris musim tahun 02-03, dengan tim tandang West Ham United memimpin 3:0 atas tim kandang Nottingham Forest di babak pertama. Apa yang akan kita lihat di babak kedua pertandingan ini... Oh, pelanggaran!" Dia masih belum menyelesaikan kalimat-kalimat yang sudah dipersiapkannya sebelum kemudian dia harus mengubahnya di tengah siaran.

Wasit utama baru saja meniup peluit untuk memulai pertandingan, dan kini dia harus meniup peluitnya lagi. Kali ini karena pemain tim Forest melakukan foul. Andy Reid telah mendorong kapten tim West Ham United, Joe Cole saat merebut bola.

Tang En tahu tentang gaya bermain dan masa depan bintang Joe Cole. Pemain Inggris paling intuitif dengan kelincahan kaki yang luar biasa dalam beberapa tahun belakangan ini tidak akan mencapai posisi seperti yang diharapkan oleh semua orang. Selain itu gaya bermainnya tidak sejalan dengan tradisi sepakbola Inggris. Dia yang mudah cedera juga merupakan alasan penting lain yang menghambatnya untuk maju.

Sepakbola modern memiliki persyaratan kebugaran fisik yang sangat tinggi. Sepakbola mensyaratkan seorang pemain dengan kombinasi skill Maradona dan Pele. Jika seorang pemain memiliki tubuh seperti-kaca, maka dia tidak memiliki peluang untuk mencapai sukses dan prestasi gemilang. Jujur saja, itulah yang terjadi pada Joe Cole. Kelincahan kakinya memang luar biasa, tapi dia mudah terkena cedera.

Anak Ajaib, aku bisa mengajarimu dengan membuatmu menghadapi pertahanan yang brutal disini. Tang En berkata dalam hati. Kalau kau berhasil melewati babak ini, kau akan menjadi bintang dunia, tapi kalau kau gagal... maka kau sebaiknya menjalani takdirmu!

West Ham United diberi hadiah tendangan bebas. Pelanggaran yang dilakukan oleh Andy Reid masih tidak memunculkan peringatan bagi mereka. Bagaimanapun mereka melihatnya, itu hanyalah kesalahan yang umum dibuat oleh siapapun. Sebenarnya, untuk seorang pemain muda terkenal seperti Joe Cole, dilanggar di lapangan sebenarnya merupakan hal yang biasa, tidak ada yang aneh dari hal itu. Bagaimanapun juga, mereka masih tiga gol lebih unggul.

Tendangan bebas itu dilakukan dan bola dengan segera menjadi milik pemain Forest. Defoe dengan ceroboh menghentikan bola dengan kakinya dan secara langsung mengoperkannya ke pemain lawan. Dengan kecerobohan ini, baik Glenn Roeder si manajer di tepi lapangan ataupun para pemain West Ham United di lapangan sudah benar-benar merasa yakin. Mereka mengira mereka telah menang. Roeder juga sudah lebih dulu mengucapkan selamat atas kemenangan mereka ketika istirahat babak pertama tadi. Setelah melihat ke arah pemain Forest yang mengambil bola, pemain gelandang yang masih seperti anak remaja, Roeder menolehkan kembali kepalanya ke area teknis, siap membahas tentang 11 hari sebelum pertandingan Liga Utama bersama asistennya. Mereka akan bertanding melawan Newcastle di kandang dan Newcastle adalah tim yang sulit. Newcastle menduduki posisi keempat di liga, sementara mereka berada di posisi terakhir.

Ketika Tang En melihat Dawson mendapat bola, dia tahu ada peluang sekarang. Karena serangan barusan, sebagian besar pemain West Ham masih belum kembali ke sisi lapangan mereka, dan mereka hanya berjalan dengan santai di lapangan. Mereka perlu diberi pelajaran.

Dia berdiri dari area teknis dan berjalan mendekati lapangan.

Motson di dalam kotak pers juga melihat adegan itu, "Manajer Tony Twain baru saja berdiri dan berjalan ke sisi lapangan. Ini adalah pertama kalinya dia tampil di sisi lapangan untuk pertandingan ini, tapi apa ada yang layak untuk dilihat bagi tim Forest di babak kedua ini? Aku masih berharap dia berhati-hati dengan pemainnya sendiri dan agar tidak dijatuhkan lagi oleh mereka! Ha ha!"

Dawson juga menyadari bahwa Twain telah berdiri di sisi lapangan. Dia memandang sekilas dan melihat Twain telah menggambar lengkungan di depan dadanya dengan telunjuk kanannya. Umpan lambung?

Sebenarnya, dia sudah melihat bahwa formasi West Ham United sungguh berantakan. Banyak sekali celah dalam baris pertahanan mereka. Jack Lester adalah forward yang berada paling depan. Tapi dia seperti sedang tidur sambil berjalan di babak pertama. Apa Jack bisa dipercaya?

Dawson menggertakkan giginya dan menendang bola ke depan.

Tang En melihat bolanya melayang, bersinar terang dibawah matahari sore, langsung ke belakang baris pertahanan West Ham.

Pria yang muncul dibelakang disana adalah – Jack Lester!

Tang En mengepalkan tangannya. "Tembak! Sialan!" teriaknya. Tapi Lester masih berada diluar area penalti... Tang En melihat penjaga gawang lawan, David James, berdiri sedikit maju ke depan, mungkin dia tidak menduga serangan tim Forest akan memasuki garis area penalti dengan begitu cepat.

Tang En melihatnya, apa Lester juga melihatnya?

Forward berusia 26 tahun dari Sheffield ini hanya melihat bola di matanya. Dia melihat melihat pemain bertahan West Ham dari Republik Ceko, Tomas Repka, melompat tinggi, tapi dia tidak menyundul bola yang ditendang Dawson. Dia luput melakukannya!

Bola itu terbang ke arah Lester, dia membusungkan dadanya dan menerima bola itu dengan indah. Diantara seruan para fans Forest, Lester seolah mendengar satu suara yang berteriak, "Tembak!"

Dia tidak punya waktu untuk melihat posisi si penjaga gawang, dan dia hanya menendang bola sekerasnya ke arah gawang, meluncur lurus di udara di dalam area penalti!

Penerima keuntungan terbesar dari serangan beruntun West Ham di babak pertama adalah penjaga gawang mereka James, yang bahkan tidak berkeringat sama sekali. Hal itu bahkan membuatnya bisa memamerkannya di ruang ganti. Kini dia menyadari bahwa dia adalah pria yang paling tidak beruntung karena babak pertama...

Karena ketika dia berusaha menyelamatkan gawang, dia menemukan dirinya tidak bisa meregangkan badan karena kurang pemanasan.

Bola itu melayang melewati tangannya, dan masuk ke dalam gawang di belakangnya!

"Jack Lester... Gol yang bagus sekali!!" Motson berdiri dari kursinya. Ketika Dawson mengoperkan bola dengan tendangannya, dia sama sekali tidak menduga akan bisa melihat gol yang seindah itu.

Stadion City Ground dengan seolah menyala dengan gol yang dicetak Lester, dan semua fans berbaju merah berdiri dari kursi mereka. Melambaikan tangan mereka, kali ini benar-benar seperti hutan Sherwood, yang lebih spektakuler daripada 27,000 jari tengah yang teracung!

Setelah mencetak gol, Lester melihat bola berada di dalam gawang, kemudian dia menoleh dan berlari ke arah area teknis. Dia ingin berterima kasih pada seseorang atas gol itu. Orang itu adalah... Tony Twain yang melambaikan tangan dan berteriak dari tepi lapangan! Dialah yang telah membangkitkan semangat juang dan kepercayaan dirinya. Dia pulalah yang mengatakan padanya untuk mengangkat kepala, menegakkan badan dan menghadapi semuanya dengan berani. Dia yakin suara yang menyuruhnya untuk 'menembak' tadi jelas diteriakkan oleh Twain.

Pada saat itu, suara ejekan di belakang area teknis menghilang. Para pemain dan manajer hanya bisa mendengar satu suara, "Forest! Forest! Nottingham Forest!" Stadion City Ground, yang bisa menampung hingga 32,000 orang penonton, telah kembali mendapatkan statusnya sebagai stadion kandang tim Forest.

Tang En meraih peluang ini untuk mengajari pemain tim Forest yang telah berkumpul di sekelilingnya untuk merayakan gol, "Lihatlah stadion ini! Inilah rumah kita! Apa kalian melihatnya? Ini semua fans kita! Bermainlah dengan baik! Sekarang kembali ke lapangan untuk mengajari para orang London itu!"

Setelah mengirim kembali para pemain yang termotivasi, dia kembali ke area teknis, Des Walker berdiri dan melakukan tos dengannya untuk merayakan gol yang baru saja terjadi. "Dilakukan dengan indah, Tony!"

"Itu bukan aku. Itu Lester dan Dawson yang melakukannya dengan indah." Tang En tiba-tiba saja merendah.

"Kalian semua melakukannya dengan indah!" kata Walker sambil tertawa.

Setelah merayakan ini dengan Walker, Tang En memandang ke atas dan melihat Michael dan yang lainnya diatas area teknis. Dia merasa senang melihat mereka tampak malu. Mereka ingin merayakan gol tapi tidak ingin terlihat terlalu senang. Melihat sekelompok orang-orang yang sepertinya bingung sendiri itu, Tang En tertawa.

Wajah Michael dengan cepat berubah keruh dan dia berteriak ke arah Tang En, "Jangan terlalu senang dulu. Kita masih ketinggalan dua gol! Kalau kau bisa mengubah ketinggalan ini menjadi kemenangan, aku akan membelikanmu minum malam ini!"

Tang En menunjuk ke arahnya dan berteriak balik, "Apa itu benar? Kau akan membelikanku minum?"

"Itulah yang kukatakan!"

"Kalau begitu, bersiaplah untuk membayarnya!"

Tang En duduk lagi dan berkata pada Walker di sebelahnya, "Des, kita akan pergi ke bar Burns untuk minum malam ini, seseorang akan membayarkannya untuk kita."

Walker mengangguk sambil tersenyum.

"Pertandingan terakhir antara Nottingham Forest dan West Ham di stadion kandang terjadi pada tanggal 19 September, 1998. Itu adalah musim terakhir Liga Utama bagi tim Forest, dimana tim kandang dan tandang sama-sama imbang 0:0." Motson mulai menjelaskan sejarah antara kedua tim, yang merupakan sebuah penjelasan yang sangat tipikal di Inggris. Tapi setelahnya, Motson kembali mengubah jalur dan mulai mengoceh tentang gol yang baru saja dicetak oleh Jack Lester. "Performa Jack Lester di babak pertama adalah lelucon besar, tapi golnya di babak kedua bisa dipilih sebagai tiga teratas gol terbaik di Piala FA! Aku tidak tahu apa yang terjadi di ruang ganti pemain tim Forest usai babak pertama tadi, tapi tampak jelas bahwa tim Forest kini benar-benar berbeda dari babak pertama. West Ham United tidak dapat dihentikan! Mungkin Tony Twain mengatakan sesuatu yang seperti itu di ruang ganti mereka. Semangat tim Forest sedang tinggi sementara tim West Ham jelas kelihatan mabuk!"

Komentator yang terkenal ini memang benar. West Ham memang kelihatan mabuk. Mereka tidak menduga akan kebobolan hanya dua menit setelah babak kedua dimulai. Dan gol lawan sangatlah bagus, sehingga bisa membuat fans yang paling lesu sekalipun melompat bangun dari kursi mereka. Juga, gol itu mampu membuat mereka memegang kepala mereka karena frustasi.

Pertandingan sepakbola sangatlah bagus. Sebuah gol bisa memecahkan keseimbangan di lapangan dan mengubah peluang kemenangan ke satu sisi.

Gol yang dibuat oleh Lester memicu semangat fans Forest, gol itu juga memicu antusiasme tim Forest. Mereka menjadi lebih berani dalam melakukan pelanggaran, lebih keras dalam merebut bola lawan dan lebih cepat dalam menyerang. 

Tang En memahami kuatnya para pemain gelandang West Ham. Carrick dan Edouard Cisse sangatlah berhasil dalam mempertahankan baris tengah. Jika tim Forest bermain melawan West Ham di lapangan tengah, mereka hanya akan bisa mengembalikan tempo pertandingan ke lawan mereka. Sejauh berkenaan dengan tim Forest, mereka jelas tidak sebagus West Ham dalam hal teknik. Tidak ada alasan untuk memainkan kelemahan mereka melawan kelebihan tim lawan. Sederhananya, pertandingan sepakbola modern adalah kontes yang sama-sama saling membatasi. Bagaimana caranya agar bisa menghancurkan sistem teknis dan taktis satu sama lain adalah prioritas utama. Bagaimanapun juga, mereka tidak bisa membiarkan lawan bermain bagus. Hal ini khususnya penting ketika tim yang lebih lemah bertanding melawan tim yang lebih kuat.

Karena kontrol timku atas lapangan tengah di pertandingan ini tidak bisa dibandingkan dengan West Ham, aku tidak akan mencoba melalui lapangan tengah. Dalam tujuh puluh persen waktu pertandingan, empat pemain gelandang yang berada dalam posisi paralel, digunakan untuk bertahan – untuk memotong serangan Joe Cole dan Lee Bowyer. Jika salah satu dari mereka mendapatkan bola, setidaknya satu atau dua orang pemain Forest akan bergerak maju, mencoba merebutnya, dan itu akan menjadi kekacauan. Hasilnya bisa jadi pelanggaran oleh tim Forest atau pemain kehilangan bola. Tidak mungkin ada cara bagi mereka untuk bisa mengambil bola dari rangkaian pertahanan tim Forest.

Ahli dalam penguasaan bola, serangan tim Forest sangatlah sederhana, cukup sederhana untuk bisa secara kasar disebut sebagai operan jarak jauh. Tang En memutuskan untuk memainkan gaya sepakbola terbaik dan paling tradisional dari Inggris, karena tim Forest memiliki striker yang kuat. Sejauh ini, Marlon Harewood masih belum unjuk gigi. Dengan tinggi badan mencapai 1.86 meter, tubuhnya yang kuat masih memiliki teknik kaki yang sangat bagus. Meski Tang En masih belum puas dengan tekniknya dalam menembak bola, tubuhnya di lapangan masih memiliki kekuatan benturan yang besar. Ini adalah cara terbaik untuk mengatasi baris pertahanan West Ham yang tidak fokus.

Pemain gelandang West Ham sepenuhnya ditekan oleh tim Forest. Defoe, yang mencetak dua gol di babak pertama, kini tampak berlebih-lebihan dan veteran Di Canio juga kurang bergerak. Sebelum pertandingan ini, pria Italia itu memiliki cedera ringan, dan veteran berusia 34 tahun tidak akan menjadi striker tim jika ada striker lain yang tersedia. Meski Kanoute sedang duduk di bangku cadangan, Roeder tidak akan membiarkan orang Mali itu bertanding. Dia ada disini untuk menggenapkan jumlah pemain saja. Melihat bagaimana strikernya tidak melakukan apa-apa di garis depan, dan pemain gelandang dan pemain bertahan mulai ditekan dengan kuat, Roeder mempertimbangkan apakah dia seharusnya mengganti pemain.

Jika dia mengeluarkan Di Canio, siapa yang bisa menjadi penggantinya? Dia menyapukan pandangan ke bangku cadangan. Winger, Trevor Sinclair, gelandang menyerang Don Hutchison, bek tengah Gary Breen, plus striker Kanoute dan kiper pengganti van der Gouw.

Ini memusingkan dan dia menggaruk kepalanya.

Saat itulah dia mendengar sorak sorai bergemuruh dari tribun!

Apa yang terjadi?

Dia segera melihat ke arah lapangan sepakbola.

Dia melihat striker nomer 18 dari tim Forest melesat cepat melewati posisi paralel baris pertahanan timnya, dan tepat sebelum itu bola operan dikirimkan padanya dari Andy Reid. Dengan melakukan itu, mereka dengan mudah menghancurkan jebakan offside...

"B*ngsat mana yang meloloskannya?" Gentleman yang biasanya bersikap elegan tidak bisa menahan diri untuk tidak memaki.

Dia baru saja memunggungi lapangan dan tidak melihat ketika kapten timnya Joe Cole dengan sukses dijegal oleh lawannya Gareth Williams karena dia menggiring bola terlalu dekat. Bola langsung dioper pada Andy Reid di sisi lain lapangan. Sambil membelokkan umpan dengan cepat, Reid berlari secara diagonal dan bergerak selaras dengan Marlon Harewood dan dengan mudah mereka merobek pertahanan tim Liga Utama.

Tang En berdiri dari area teknis dan condong ke depan untuk melihat serangan yang dilakukan di lapangan. Orang-orang di sekeliling mereka juga berdiri dari kursi secara berurutan, bersiap untuk momen merayakan gol.

Harewood... Aku tahu kau tidak begitu bagus dalam menembak bola, tapi kalau kau bahkan tidak bisa memasukkan bola ini, aku akan membuatmu duduk di bangku cadangan besok! Tang En menggertakkan giginya sambil memikirkan hal itu.

Di kompleks lapangan latihan Wilford yang sepi, gerbang besi ukirnya tertutup. Di sisi kanan gerbang, pintu pos disana sedikit terbuka dan terdengar suara yang nyaring dari dalam ruangan.

"Dia melakukannya sendirian! Harewood tidak akan menyia-nyiakan peluang ini! Dia menendang.... dan GOOOLL!!!"

Pintu pos itu terbuka lebar dan seorang pria tua dengan rambut abu-abu, MacDonald, melompat keluar dari dalam pos, berdiri di pintu dengan lengan terentang tinggi, dan kemudian berteriak, "Gol!!" Momentum ini menerbangkan daun-daun di tanah.

Terdapat 27,000 fans Forest yang juga sama gembiranya seperti Macdonald, mereka yang menonton di stadion City Ground, dan mereka juga berteriak, "Gooooooolll!!! Forest Go! Go! Go!"

Suara komentator terus mengudara di radio, "Ini adalah gol kedua tim Forest dalam 13 menit! Mereka benar-benar luar biasa!! West Ham United tidak menduga tim Forest di babak kedua akan memberikan serangan balik yang dahsyat. Keunggulan tiga gol mereka tiba-tiba hanya membuat mereka unggul satu gol, mereka berada dalam bahaya! Lihatlah kekuatan tim Forest! Mereka mungkin bisa mendapatkan hasil imbang!"

MacDonald berseru kembali ke dalam pos, "Bodoh! Kita bisa membalikkan ini menjadi sebuah kemenangan!"

Pria muda itu memang menepati janjinya, berita tentang gol ini datang satu persatu di radio. Kau melakukannya dengan bagus, Tony! Ayo, tim Forest!

Tribun penonton di stadion City Ground telah mencapai puncak keriuhan, bahkan lebih riuh daripada gol terakhir. Harewood berlari ke tepi lapangan dekat tribun utama tim Forest, dimana dia dipuji-puji oleh fans. Di belakangnya, rekan-rekan satu timnya segera melompat dan memeluknya.

Kali ini di tepi lapangan, Tang En tidak bisa menahan kegembiraannya lebih lama lagi. Dia melompat tinggi di udara, kemudian dia dan Des Walker saling berpelukan. Jelas tidak mungkin bisa tetap tenang dalam 15 menit babak kedua ini! Orang-orang ini memang benar-benar melakukannya! Taktik manajer pengganti ini benar-benar bekerja! Kita masih kurang satu gol lagi! Aku ingin membalikkannya menjadi sebuah kemenangan!

"Tony! Tony! Kau benar-benar hebat! Aku mencintaimu!" Walker berseru kencang ke telinganya dan pada saat ini dia benar-benar merasa yakin dengan si manajer pengganti.

"Aku juga mencintaimu..." Tang En tidak peduli bahwa biasanya akan canggung untuk mengatakan hal itu, dia hanya ingin mengeluarkan perasaan gembira yang luar biasa ini. "... Aku mencintai kalian semua!"

Ketika dia melihat stadion mencapai puncak keriuhan dan pelukan erat antara Tony Twain dan asisten manajernya dari kotak pers, John Motson masih menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tak dapat dipercaya, tak dapat dipercaya... Ini benar-benar 15 menit babak kedua yang tak dapat dipercaya! Tim Forest di babak pertama tidak memiliki semangat juang. Mereka tadi sangat kacau, dan sekarang mereka bahkan bisa mencetak dua gol. Tampaknya mereka akan memakan West Ham United untuk sarapan. Keajaiban apa yang dilakukan oleh manajer pengganti kepada para pemain mereka selama masa istirahat tadi? Apa yang membuat mereka bangkit? Kurasa setelah pertandingan ini, akan ada banyak orang yang mencoba mencari tahu! Tapi... sekarang! Mari kita kembali ke babak ketiga Piala FA dan melihat apakah Nottingham Forest bisa membalikkan keadaan! Kita lihat saja apakah keajaiban Forest ini bisa terus terjadi!"

Ketika pemain tim Forest kembali ke lapangan setelah diberitahu oleh wasit, mereka sudah siap untuk bermain. Kegembiraan di tribun telah sedikit mereda, tapi kemudian diikuti dengan nyanyian yang sudah lama tak terdengar dan kini menggema di seluruh stadion City Ground.

Tang En mengenalinya. Itu adalah nyanyian yang didengarnya sebelum pertandingan, tapi biasanya segera dipotong oleh cemoohan dan ejekan.

"Kami punya dunia di tangan kami! Dunia di tangan kami! Kami adalah tim terbaik di Inggris! Kami tak terlihat, selalu berjaya! Kami tak kenal takut! Karena kami adalah tim terbaik! Karena dunia di tangan kami!!"

Lirik yang penuh kebanggaan itu... kini fans bisa menyanyikannya dengan lantang dan penuh percaya diri.

Tang En berdiri di tepi lapangan, melihat ke arah tribun dimana ribuan lengan dan scarf melambai. Suara nyanyian keras fans Nottingham menyerang telinganya dan menggetarkan kepalanya. Di masa lalu dia hanya bisa melihat adegan ini di televisi. Kini dia benar-benar ada disini. Ini bukan mimpi! Bukan mimpi!

Aku menyukai suara ini! Aku suka suara-suara disini! Aku suka adegan yang menggembirakan ini!

Terima kasih Tuhan, kau telah membawaku kemari untuk menjadi seorang manajer. Ya, aku sudah menemukan panggilan hidupku! Aku tidak akan goyah, dan aku tidak akan ragu lagi. Karena ini adalah tempatku!

Dia membuka lengannya, mencondongkan tubuh ke belakang, menengadahkan kepalanya tinggi-tinggi, menutup matanya dan menikmati riuhnya sorak sorai di sekelilingnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.