Ranger Malam

Penjahat Dari Jalan Merah



Penjahat Dari Jalan Merah

0

Mendengar perkataan pemuda itu, Marvin tetap terdiam.

Setelah beberapa saat, dia meletakkan belati lengkungnya dan mengatakan dengan sabar, "Kamu ingin mengikutiku?"

"Tidak semua akan terkualifikasi untuk melakukan itu."

"Lihatlah ke belakangmu..."

Pemuda peri tidak mengerti jadi dia berbalik. Dia tidak dapat membayangkan bahwa Marvin akan memukul belakang kepalanya.

"Bug!"

'Aku tahu pemuda manusia adalah yang paling menjengkelkan.'

'Aku hanya tidak berharap pemuda peri juga akan melakukan hal yang demikian.'

'Dunia memang besar, tapi juga kacau. Apa kamu memiliki uang untuk berpetualang? Biaya perjalanan, senjata untuk pertahanan diri. Apa, kamu tidak punya persenjataan satupun dan ingin berpetualang? Bepergian sendirian, apakah orang-tuamu tidak akan khawatir?'

Ia menggendong pemuda peri dan berjalan kembali ke desa peri.

Pemuda itu pasti menyelinap untuk kabur.

Bahkan, peri kayu sangatlah teritorial, dan mereka selalu memperhatikan anak-anak mereka. Jika seseorang secara diam-diam mengambil peri sebelum dewasa, mereka pasti adalah pedagang budak!

Marvin tidak ingin menjadi bagian dari ini.

Ia mengembalikan pemuda itu yang tersesat kembali pulang ke desanya.

Marvin juga telah memeriksa dan melihat bakatnya yang sangatlah biasa, artinya ia tidak akan diangkat sebagai Penjaga Besi Peri. Ini artinya ia akan tinggal di desa terpencil itu.

Ini juga tidak terlalu buruk. Sehat dan sejahtera untuk selamanya.

Sang pemuda bangun saat perjalanan mereka sudah dua per tiga menuju ke sana. Ia ingin bepergian, tetapi sudah takut terlebih dahulu oleh beberapa kata mengerikan dan belati lengkung Marvin. Ia tidak berani untuk mengeluh.

Marvin menggunakan tali harapannya untuk mengikatnya dan menuntunnya berjalan.

Sang pemuda enggan untuk mengikuti Marvin dari belakang menuju kembali ke desa itu.

Ia mencoba untuk menggunakan celotehan untuk membujuk Marvin, memohon dengan sangat, dan mencoba untuk meminta tolong.

Sayangnya, Marvin tidak menggubrisnya dari awal.

...

Setelah beberapa waktu desa pun terlihat di depan mata. Tiba-tiba Marvin mencium bau aneh.

Ia mendadak berhenti. Sang pemuda tidak paham apa yang terjadi dan menyangka Marvin berubah pikiran. "Tuan?"

"Diam!"

Raut Marvin berubah pucat.

Bau ini… campuran bau darah dan mayat terbakar!

'Celaka!'

Marvin segera berlari dan memasuki desa itu, menelantarkan sang pemuda.

Tetapi kondisi desa sekarang telah terlihat berbeda dari setengah hari lalu, ketika Marvin datang!

Para peri telah tewas mengenaskan!

Darah berceceran dimana-mana, api membakar dari kejauhan. Kesunyian yang mencekam meliputi daratan itu.

Bau darah yang sangat amis menyelimuti hidung Marvin!

Mereka semua tewas!

Tidak ada yang tersisa!

'Sangat keji. Siapa yang tega melakukan semua ini?'

Marvin benar-benar terkejut.

Desa kecil ini berada di dalam Hutan Ribuan Daun, benar-benar terpencil. Mengapa seseorang mempedulikan keberadaanya?

Siapa yang memiliki hati untuk melakukan ini terhadap desa peri kayu?

Marvin berdiri, terdiam. Tubuhnya berdiri di dekat gadis kecil.

Kepalanya terputus. Tetapi ia masih memegang gula yang diberi Marvin dari Kota Tepi Sungai.

Gadis kecil itu sangat imut. Setengah hari lalu ia masih melompat riang kesana-kemari, meminta permen dari Marvin.

Tetapi sekarang, tidak hanya kepalanya, tetapi matanya masih terbuka dengan raut kesakitan!

"Aaah!" Sebuah teriakan terdengar dari belakang.

Ternyata pemuda peri itu.

Ia terkejut dan marah dengan apa yang telah ia lihat, betul-betul tidak menerima apa yang ia lihat.

"Diam!" Marvin berkata dengan dingin.

Pemuda itu tertegun.

Ia telah berubah menjadi gila.

Ia tidak mengerti. Mengapa semua ini bisa terjadi?

Ia hanya mengendap-endap meninggalkan desa itu sesaat. Tetapi seluruh keluarga dan teman-temannya telah bersimbah darah.

"Ikuti aku, jangan gegabah," Marvin berkata dengan serius. "Pembunuhnya masih berada di desa ini."

Ia melihat api dari kejauhan. Bara api merah perlahan naik ke langit sebelum perlahan berubah menjadi belati lengkung yang bertetesan darah.

Membantai satu desa… Kembang api merah...

Melihat pemandangan ini, Marvin jelas menyadari apa yang terjadi!

Ekspresinya berubah serius, dan berbisik:

"Penjahat Jalanan Merah..."

...

Marvin tidak dapat mengendalikan pemuda peri ini, jadi ia mengikatnya di antara rumah kecil dan menutupi mulutnya dengan kapas, untuk mencegah ia berkeliaran.

Ia kemudian bergegas ke pusat desa, dimana api tersebut terbakar.

Matanya penuh dengan amarah!

Bukit hijau berubah menjadi kolam penuh darah. Mata Marvin berubah merah akibat darah orang tidak bersalah berceceran dimana-mana.

Ini merupakan sebuah upacara, upacara naik tingkat!

Penjahat Jalanan Merah merupakan tingkat kelas 3, jadi prasyarat untuk melanjutkan kelasnya harus paling tidak 10 level!

Biasanya, tingkat kelas 2 yang baru saja melakukan kenaikan tingkat memiliki kemungkinan kecil untuk menang melawan Penjahat Jalanan Merah.

Tetapi Marvin berbeda! Ia percaya pada dirinya sendiri.

Ia juga ingin melihat orang kejam itu, untuk melihat siapa pelaku sesungguhnya.

...

Di alun-alun desa, tubuh peri-peri dewasa menumpuk. Di samping tumpukan itu, ada sebuah tiang kayu yang terbakar tertancap ke tanah.

Api itu melahap mayat-mayat yang berserakan. Disamping tumpukan mayat yang terbakar, berdiri dua orang yang mencurigakan berbaju hitam.

Kembang api telah dinyalakan oleh salah satu dari mereka.

Ini merupakan sebuah provokasi, tetapi juga sebuah bukti.

Bukti bahwa ia telah berhasil menjalankan misi kenaikan tingkat Penjahat Jalanan Merah, yakni membantai satu desa.

Iya benar, misi kenaikan tingkat dari mereka adalah yang paling sering berulang dan juga yang paling keji!

Mereka harus setidaknya membantai tiga desa dan dengan ras yang berbeda!

Dan tidak boleh ada yang hidup.

Ini adalah sekumpulan orang-orang yang menyeramkan. Mereka telah memisahkan diri dari masyarakat beradab, dan bahkan dewa kejahatan tidak mau menerima keyakinan mereka!

"Kembang api telah diluncurkan, dan desa kedua telah mereka atasi." Seseorang yang menyalakannya dengan santai berkata, "Para Peri Pelindung Besi tidak akan mengejarku di dalam hutan."

"Maka, misi kenaikan tingkatku sudah diamankan."

"Untuk Raja Peri itu, dengan [Kompas Pengetahuan]-mu mengganggu [Kesadaran Mahatahu], dia tidak akan mampu untuk menemukan siapa yang melakukan ini."

"Ia akan menuangkan amarahnya kepada para petualang manusia. Mungkin beberapa desa manusia di selatan juga akan dibantai. Haha, ini akan terasa lebih menarik lagi!"

Setelah mengatakan ini, ia sebenarnya mulai untuk tertawa dengan gelisah.

"Persatuan Laba-laba Bayangan, kelompok penuh pecundang itu berani-beraninya mengancam diriku dan berpikir aku akan takut bila mereka memburuku!"

"Aku, ayahmu, sekarang telah mendalami jejak Penjahat Jalanan Merah! Ketika aku naik menjadi Legenda, aku akan membunuhmu sampai tak bersisa!" ia menjelaskan dengan raut muka tersenyum.

Orang yang lainnya terlihat memegang kompas hitam dan menunjukkan ekspresi setuju pada raut mukanya.

"Aku suka sikap arogan yang kamu miliki, sama seperti ketika aku muda dulu."

"Waktu dan sumberdaya berharga yang digunakan untuk latihan dan meningkatkan level untuk pendalaman dan menjadi anggota kami tidaklah akan sia-sia."

"Tetapi tahap kedua dari tugasmu belum juga selesai!" Orang itu dengan tajam melihat bayangan seorang pemuda yang berlari di seberang jalan.

"Siapa pemuda itu?"

"Cepat, cepat bunuh dia! Selagi ia disini, ia harus mati!"

"Lekaslah. Aku akan menunggumu di tempat biasa!"

Ia kemudian melompat dan berlari di atas atap rumah warga sebelum akhirnya hilang di dalam luasnya hutan.

...

Api semakin merambat di alun-alun desa.

Marvin memegang dua belati, dengan tenang melihat pembunuh di hadapannya.

Orang itu memiliki tampang yang aneh. Ia perlahan memperhatikan gerakan Marvin sebelum ia bereaksi.

"Ternyata kamu!"

"Hehe, aku hampir tidak mengenalmu tanpa topengmu!"

"Sang Belati Kembar Bertopeng sebenarnya adalah anak-anak?!"

Marvin dengan tajam melihatnya sesaat, kemudian mengeluarkan dua kata.

"Black Jack!"

Musuh bebuyutan benar-benar bertemu di jalan kecil!

Belum lama sejak Marvin bertransmigrasi tetapi ia telah bertemu pembunuh Laba-laba Bayangan empat kali!

Pada saat di Bukit Sunyi, diluar rumah Miller, di ruang bawah tanah ketika utusan tulah menyerang.

Dan sekarang, di sebuah desa peri di Hutan Ribuan Daun.

Mereka sudah bertemu sebanyak empat kali!

Ia dengan erat memegang belatinya.

"Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu lolos." Kata Marvin.

Black Jack tiba-tiba tertegun melihat Marvin, tetapi kemudian ia tidak menunggu dan segera menyerang dengan agresif!

Kali ini, ia tidak akan tertipu, ia tidak akan ragu.

Karena dendam sudah memenuhi dadanya.

Persetan dengan taktik!

Hanya ada dua kata, BUNUH DIA!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.