Singgasana Magis Arcana

Orang Aneh



Orang Aneh

0Hujan masih turun, tapi kilat dan petir semakin jarang. Jadi malam semakin gelap daripada biasanya.     

Di ruangan bawah tanah sebuah manor di pinggiran kota, Fernando duduk di pojokan dengan ekspresi murka, sementara Lauren berjalan mondar-mandir dengan cemas, melihat keluar sesekali untuk memeriksa keadaan.     

Sebenarnya, bahkan pemilik manor tidak tahu kalau penyihir jahat sudah mengubah ruangan bawah tanah menjadi markas.     

"Para penjaga malam tertipu oleh rencana kita dan mengejar ke arah lain." Setelah beberapa saat, Luren masuk kembali ke ruang bawah tanah. Sambil menghindari beberapa jebakan, dia memberitahu Fernando apa yang dia dapatkan. "Seperti apa yang sudah kita latih sebelumnya, orang lain pergi ke markas lain dalam kelompok yang berbeda. Sementara untuk penyihir dan murid yang jadi korban, kita tak bisa menghitungnya sampai semua ini selesai."     

Fernando tak mengangguk maupun menggeleng. "Apa yang ingin kutahu adalah kenapa anjing bercakar hitam bisa menemukan tempat itu."     

Sebuah badai mengerikan seolah berputar di matanya. Bahkan Lauren, sebagai teman yang paling mengenalnya, mau tak mau melangkah mundur tanpa sadar.     

Lauren menjawab muram, "Itu juga yang jadi pertanyaanku. Markas itu sangat tak bisa dicurigai. Kita tak pernah menggunakannya sebelum ini. Apalagi kita tak menemukan pertanda diikuti oleh anjing bercakar hitam. Kurasa beberapa dari kita mungkin bergabung dengan anjing bercakar hitam."     

Dia tak terdengar kaget. Pengkhianatan, pembantaian, dan melarikan diri adalah tema di akhir Perang Fajar.     

"Selidiki diam-diam, tapi jangan buat keributan. Seorang pengkhianat yang baik mungkin bahkan bisa 'membantu' kita. Apalagi semua orang sudah berpencar untuk menghindari musuh saat ini. Tak ada yang tahu lokasi kelompok lain kecuali kita. Pengkhianat itu tak bisa memakan banyak korban lagi." Fernando ternyata cukup tenang. Lauren pikir dia akan murka dan menyiksa pengkhianat untuk membalaskan dendam Ingrid.     

Lauren mengangguk. "Aku tahu apa yang harus kulakukan. Sejujurnya, Fernando, kupikir kau akan hilang ketenangan."     

Tak ada senyum di wajah Fernando. "Amarahku menunggu pecah disaat yang tepat."     

Dia diam-diam menghela napas. Meski Lauren dan dia saling mengenal selama bertahun-tahun, orang itu tak benar-benar mengenalnya. Memang benar kalau Fernando pemilih, tak sabaran, dan suka berteriak, tapi dia bisa mengendalikan diri dan memahami situasi. Meski dia nyaris tak pernah mengakuinya, dia tak pernah bersikap keras kepala di depan fakta dan alasan yang tak bisa dipertanyakan. Dia tahu apa yang harus dilakukan disaat seperti ini. Kemarahannya akan terkumpul perlahan sampai tiba hari dia melepaskannya.     

"Menilai dari pertanda saat serangan terjadi, 'Vulture' yang memerintahkan kelompok penjaga malam kali ini." Lauren mengalihkan topik pada penyergap mereka. "Dia sudah mengejar kita sejak lama."     

Vulture adalah panggilan hinaan bagi penjaga malam tingkat senior. Orang itu adalah kesatria cahaya level 8, berada di peringkat 30 besar di antara para penjaga malam. Nama sandinya adalah 'Predator'.     

"Ya. Di akhir evakuasi kita, dia terkena Shadow Arrow-ku tapi juga menghancurkan pertahananku. Kalau bukan karena Spell Trigger, mungkin aku harus menemukan cara lain berubah menjadi lich." Fernando mengonfirmasi spekulasi Lauren sebelum dia berkata dengan kemarahan tak tertahankan, "Kita harus membuat rencana untuk diam-diam membunuhnya, jadi para penjaga malam, pendeta, dan kesatria yang mengejar kita akan ketakutan dan bekerja lebih keras!"     

"Membunuh penjaga malam dengan peringkat akan menaikkan perlawanan Gereja. Ada kemungkinan tingkat legendaris dikirim untuk mengejar kita. Apa kau mau membuang segalanya di sini?" Lauren tak terlalu setuju dengan ide Fernando. Union of Sorcerer terlalu lemah. Ia harus menghindari perhatian dan berkembang dalam diam.     

"Kita harus melakukan sesuatu yang besar karena kita lemah, jadi para penyihir tahu kalau ada harapan dengan mengikuti kiya. Biar bagaimanapun, sekarang pengkhianat sudah muncul, kita harus membuang sebagian besar County Paphos. Apalagi target kita selanjutnya sangat jelas, yaitu menarik bangsawan yang tidak puas dengan Gereja dan bersembunyi di belakang mereka," kata Fernando, seolah dia tahu apa yang ada dalam pikiran temannya. Rambutnya berantakan, menandakan pertarungan sebelum ini dengan Predator tak mudah.     

Lauren merasa ragu. "Biar kupikirkan. Kita harus membahasnya lagi setelah menjemput Douglas."     

"Baiklah," balas Fernando singkat.     

Saat dia melihat Fernando terdiam, Lauren seolah melihat badai berbentuk manusia.     

…     

Matahari terik, langit cerah, dan aroma laut yang diantarkan angin memenuhi Pelabuhan Patray dengan pesona yang berbeda dengan tempat lain.     

Fernando dan Lauren, berpura-pura menjadi pedagang yang datang untuk mengambil barang, berjalan mondar-mandir di area di pelabuhan, menatap ke arah kapal yang bersandar. Menurut perjanjian Gallos dan Douglas, tempat itu adalah tempat pertemuan, dan sarung tangan putih serta saputangan merah menandakan identitas mereka.     

Sebuah kapal biasa muncul. Baik Fernando dan Lauren sangat penasaran. Itu adalah kapal yang dinaiki Douglas, tapi terlambat satu hari. Namun mereka tak terlalu kaget, karena cuaca di Selat Storm sangat buruk dan sangat normal jika kapal terlambat.     

"Anjing bercakar hitam!" Mendadak ekspresi Fernando berubah. Dia melihat beberapa orang memakai cape berjalan menuju kapal yang bersandar menuju puluhan kesatria serta pengawal kesatria. Sarung tangan hitam mereka menunjukkan identitasnya.     

Lauren terlihat geram. "Itu adalah pemeriksaan rutin, atau memang ditujukan melawan Douglas?"     

Sejak jatuhnya Antiffler, semakin banyak penyihir datang ke Holm, sementara Gereja sangat memperhatikan pemeriksaan di kapal. Tapi sejak personil dan perhatiannya tak cukup, kebanyakan penyihir tetap berhasil menyembunyikan identitas. Selama tidak spesifik, seorang archmage tak akan takut dengan pemeriksaan semacam itu.     

"Mana kutahu?" teriak Fernando pelan. "Kita harus melihat sekuat apa penjaga malam itu."     

Kali ini, seorang pedagang dengan pakaian bersih berjalan masuk dari luar pelabuhan. Mereka berdua langsung berhenti bicara, pura-pura menunggu barang.     

"Halo, Tuan. Apa barangmu sudah tiba?" Pedagang itu tinggi dan kuat, mungkin berumur tiga puluhan. Hidungnya mancung, rambut hitamnya tebal, lalu wajahnya kotak tapi tak terlalu tampan. Namun mata birunya memberinya aura unik yang cukup dikenal Fernando.     

Lauren terkekeh. "Belum. Kargo kami pasti terhalang badai. Bagaimana denganmu?"     

Dia berkata antusias seperti pedagang sungguhan.     

"Barangku sudah datang. Ada di sini." Pedagang itu berkata sambil tersenyum. Suaranya menenangkan seperti angin musim semi.     

"Apa?" Lauren kaget.     

Namun Fernando langsung sadar. Dia bertanya pelan, "Douglas?"     

Lauren menatap pria itu dan tercengang. Dia akhirnya menyadari kalau pedagang muda tersebut juga memakai sarung tangan putih dengan saputangan merah di saku.     

"Ya. Apa kalian teman Gallos?" Pedagang mudah itu mengakui identitasnya cukup blak-blakan dan bertanya ramah, tak takut kalau mereka mungkin adalah penjaga malam.     

"Ya. Kenapa … Kenapa kau datang dari luar?" Lauren bingung.     

Douglas terkekeh. "Aku turun dari kapal duluan dan datang dari dasar laut. Aku menunggu kalian di pelabuhan selama satu hari."     

Senyumnya seperti anak polos.     

Pantas saja dia tak takut pada penjaga malam atau penyergapan. Dia pasti sudah mengamati sekitar dengan hati-hati. Lauren langsung tercerahkan.     

"Barang kami terlambat. Kami harus datang lagi besok. Ayo minum dan mengobrol." Fernando bicara seperti seorang pebisnis, agak jijik dengan Douglas, karena orang itu juga lebih tinggi 30 senti darinya, sementara dia tak sekurus Lauren!     

Saat penjaga malam memeriksa kapal, tiga penyihir itu tak menarik perhatian dan meninggalkan tempat seperti pedagang lain di pelabuhan. Mereka naik kereta kuda dan kembali ke ibukota County Paphos.     

Setelah bertukar beberapa kereta kuda, mereka akhirnya mendapatkan anggota Union of Sorcerers sebagai kusir. Sampai akhirnya Fernando dan Lauren akhirnya mengenalkan diri secara resmi.     

"Aku Fernando Brastar, ketua Union cabang County Paphos. Kau bisa memanggilku Fernando. Aku tak suka nama belakangku." Fernando diam-diam mendengus.     

"Fernando Brastar?" ulang Douglas, sedikit menaikkan suaranya, lalu tersenyum. "Dark Storm, peringkat 296 di Daftar Pembersihan?"     

Lauren mengangguk mewakilkan Fernando, membenarkan.     

"Kau berhasil masuk ke Daftar Pembersihan begitu naik ke tingkat senior dan masuk ke 300 besar setelah naik ke tingkat lingkaran tujuh. Fernando, kau pasti lebih kuat daripada penyihir tingkat senior biasa." Douglas memuji sambil tersenyum.     

Di masa ini, kebanyakan archmage dan penyihir tingkat senior di Kekaisaran Sihir masih hidup. Jumlah orang-orang di Daftar Pembersihan nyaris 800 orang.     

Fernando terkekeh. "Aku hanya memahami dan memodifikasi beberapa mantra dan membunuh seorang jubah merah. Aku jelas tak sehebat dirimu, archmage tingkat lingkaran 9."     

Tak terusik oleh nada perbandingan Fernando, Douglas membalas dengan senyum tenang, "Aku? Aku bahkan tak ada di Daftar Pembersihan."     

"Aku juga cukup penasaran. Kau adalah archmage. Bagaimana mungkin kau tak ada di Daftar Pembersihan?" Lauren mengetahui isi Daftar Pembersihan dari penjaga malam yang mereka bunuh, tapi nama Derrick Douglas tak ada di sana.     

Douglas terkekeh pelan. "Aku selalu dianggap orang aneh yang tak punya prospek dalam sihir saat ada di Antiffler. Aku menjadi archmage karena akumulasi jangka panjang, warisan guruku, latihan di Perang Fajar, insiden keberuntungan, dan beberapa ideku sendiri. Sangat normal jika Gereja tak terlalu memerhatikanku. Biar bagaimanapun, penyihir yang bergabung dalam Gereja akan memberitahu mereka kalau Douglas tak akan pernah menjadi legendaris atau mendapatkan ambisi apapun. Dia hanya akan menanyakan pertanyaan sambil menunggu mati. Tak perlu membuang waktu dan energi padanya."     

Dia mengolok dirinya sendiri, tak kesal karena orang lain tak terlalu memikirkannya.     

"Orang aneh?" Lauren dan Fernando bertanya bersamaan. Dalam percakapan mereka sejauh ini, Douglas tak menunjukkan keanehan sama sekali. Alih-alih, dia menyenangkan, ramah, dan menarik. Dia seolah terlahir sebagai pemimpin.     

Sementara itu, kesan Fernando terhadap Douglas lebih baik setelah dia mengakui menjadi archmage karena akumulasi jangka panjang.     

Douglas tersenyum. "Ya, aku ahli dalam bertanya."     

"Apa yang aneh soal itu?" kata Fernando bingung, sebelum dia melanjutkan perkenalan dirinya.     

Douglas mendadak menyelanya. "Kau pasti ahli dalam mantra badai dan petir di perguruan elemen, 'kan?"     

"Tentu saja, penjaga malam jarang memberikan nama yang tidak cocok." Fernando mengangguk.     

Terperangkap dalam hening, Douglas bergumam, "Kenapa petir bisa membunuh orang … Bagaimana petir tercipta…"     

Fernando dan Lauren menatapnya kaget dan bingung. Bukankah normal jika petir bisa membunuh manusia? Apakah penting bertanya kenapa? Dia benar-benar orang aneh…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.