Singgasana Magis Arcana

Identifikasi



Identifikasi

3Pertengahan Bulan Api (Juli), hawa panas sudah menyapu Rentato dan Allyn, membuat banyak orang kesulitan tidur. Mereka hanya bisa menikmati kedamaian singkat karena embusan angin sejuk di pagi hari.     

Namun, di pagi yang sejuk, sekitar 30 orang, anehnya, membuang kesempatan tidur dan menunggu di luar menara sihir Allyn.     

Jenis kelamin dan umur mereka beragam. Beberapa mengenakan setelan double-breasted, beberapa memakai mantel sihir paling umum beserta jubahnya, beberapa memakai gaun panjang dengan belahan cantik, dan beberapa hanya memakai kemeja putih disertai waistcoat biasa. Satu-satunya kesamaan mereka hanyalah kecemasan dan harapan di wajah mereka.     

Setelah menjual mantel murid yang bisa mengurangi hawa panas, Lowi berhasil bertahan dari beberapa hari yang berat. Karena dia juga tidur larut akibat belajar, wajahnya kini pucat, dan dia tak bisa tak terlihat lesu.     

Dia mengamati 'saingan' di sekitarnya dan merasakan tekanan besar. Nyaris 40 orang, hanya 10 di antaranya yang merupakan penyihir murid. Orang lainnya adalah penyihir resmi dan arcanis level satu. Beberapa di antara mereka bahkan penyihir tingkat menengah.     

"Fakta aku lolos ujian dan wawancara sebelum ini menandakan aku punya sisi yang berkilau juga. Aku tak boleh kehilangan kepercayaan diriku." Lowi menyemangati dirinya sendiri. Lalu untuk menghilangkan rasa cemasnya, dia bertanya pada beberapa penyihir serta murid di sekitarnya, "Menurutmu apa yang akan ditanyakan Tuan Evans dalam wawancaranya? Apakah akan melibatkan alkimia baru?"     

Satu penyihir murid laki-laki, yang sedang menggumamkan sesuatu dengan gugup, pura-pura tak mendengar Lowi dan melanjutkan persiapan akhirnya. Dua penyihir menatap Lowi, namun saat melihat lencana murid di dadanya, mereka mengalihkan pandangan, melanjutkan obrolan mereka sendiri.     

Seorang penyihir wanita yang wajah bulatnya seperti apel, kaget selama sesaat. Kemudian dia tersenyum. "Aku tak tahu. Tuan Evans tidak terlibat dalam ujian dan wawancara sebelum ini. pertanyaan yang diberikan kebetulan ada dalam bidang penelitianku. Aku agak gugup sekarang, karena aku belum memahami banyak konsep dalam alkimia baru. apa yang mereka tanyakan padamu saat wawancara?"     

Wanita itu tidak cantik, tapi senyumnya manis, membuat siapapun yang melihat merasa hangat.     

Lowi berpikir sejenak dan mengulang beberapa pertanyaan tentang elemen dan elektromagnetisme yang ditanyakan Jerome padanya. Pada akhirnya, dia bertanya, "Bagaimana denganmu?"     

"Oh ya, aku lupa mengenalkan diri. Namaku Erica." Wanita berwajah bulat itu mengulang pertanyaan dalam wawancaranya dan bertukar pengalaman dengan Lowi, menebak-nebak apa yang akan ditanyakan Tuan Evans hari ini.     

Melihatnya, beberapa penyihir dan murid di sekitar bergabung dalam pembicaraan.     

Tak jauh dari sana, Blake tersenyum pada Alfalia, yang memiliki ciri khas Holm. "Kau mau ke sana dan mendengarkan mereka? Pengalaman mereka bisa berguna."     

Alfalia menjawab dengan senyum santai, "Baiklah, tapi aku merasa aneh karena wawancara akhir yang diadakan oleh Tuan Evans dilakukan pada pukul 9 pagi. Menara sihir Allyn baru dibuka pada pukul 9. Untuk peserta wawancara, kita harus menunggu di luar dulu."     

"Mungkin permintaan aneh ini ditujukan untuk menguji ketepatan waktu dan kepatuhan. Biar bagaimanapun, kita akan menjadi asisten tingkat murid, bukan arcanis dengan program penelitian mandiri." Blake berpikir sejenak dan menganalisis dengan hati-hati.     

Melihat menara sihir yang menjulang ke langit, Alfalia mengangguk pelan. "Kupikir juga begitu. Tuan Evans jelas bukan salah satu dari orang yang menikmati penyiksaan terhadap peserta wawancara. Permintaannya pasti punya arti yang lebih dalam."     

Di lantai 18 menara sihir Allyn, Lucien, bersama Rock, Jerome, dan murid-muridnya berdiri di sebelah jendela dan melihat para peserta wawancara di bawah.     

Mendengar kalimat kerumunan yang disampaikan oleh Sprint, Rock tersenyum pada Lucien. "Kenapa aku merasa kau menikmati menyiksa para peserta wawancara?"     

Sambil bicara, dia mengarahkan pandangan menuju murid melas seperti Annick. Meski disiksa oleh 'Sekolah Pembentukan Arcana' milik Lucien, kemampuan arcana sihir dan mereka selalu menjulang, tapi mereka selalu menggertakkan gigi.     

Heidi cepat-cepat mengangguk. Gurunya adalah 'iblis' yang senang menyiksa mereka dengan tumpukan soal latihan dan pengetahuan luas.     

Lucien terbatuk. "Ini untuk mengamati kepribadian asli dan kemampuan mereka dalam komunikasi harian. Mereka kemari sebagai asisten tingkat murid. Hanya jika mereka baik dalam kedua aspek, mereka baru bisa berbaur dalam institusi lebih cepat dan mengambil alih tugas ringan kalian."     

"Cukup adil. Orang-orang yang terlalu arogan untuk berkomunikasi dengan yang levelnya lebih rendah tidak cocok ada di dalam institusi." Jerome setuju dengan pendapat Lucien. Kemudian dia bertanya penasaran, "Apakah asisten yang kita rekrut juga akan menjadi muridmu di masa depan?"     

Sprint dan yang lain langsung memfokuskan mata mereka pada Lucien, penasaran dengan jawaban gurunya.     

Lucien menggeleng. "Enam murid sudah terlalu banyak. Aku punya penelitian sihirku sendiri, penelitian arcana, dan kehidupan sehari-hari. Aku tak bisa mengambil murid lebih banyak lagi. Kalau kalian menemukan yang menjanjikan, kalian bisa mengajarinya sendiri."     

Itu adalah sikap para arcanis tingkat senior, yang lebih memilih fokus pada beberapa murid saja, kecuali beberapa dari murid mereka meninggal, atau mereka menemukan murid jenius yang jarang muncul. Selain itu, murid-murid arcanis dengan level tinggi menikmati sekeliling mereka, lalu sikap mereka juga mewakilkan gurunya. Jika terlalu banyak, akan muncul insiden yang tak perlu.     

Katrina dan murid lainnya merasa lega. Meski mereka punya sifat baik, mereka tidak ingin menambah teman sekelas baru, karena artinya waktu yang dihabiskan Lucien untuk mereka akan berkurang.     

Pukul 9 pun tiba, lalu Lowi dan peserta wawancara lain memasuki menara sihir dengan rasa takut, lantas menaiki lift menuju Institusi Atom.     

"Kalian bisa masuk bersama-sama. Sebelum wawancara akhir, akan ada kontrak sihir yang harus kalian tanda tangani." Rock menunggu mereka di luar Institusi Atom sembari memasang senyum tulus, karena masalah-masalah ini akan berakhir tak lama lagi. Tidak mungkin dia mau mengambil tugas seperti ini lagi!     

"Kontrak sihir? Apa itu?" tanya penyihir gendut paruh baya dengan nada bingung.     

Lowi menyadari kalau orang itu adalah Tuan Issac yang diajaknya bicara barusan.     

Rock menjawab sambil senyum—yang dia pikir—memikat, "Institusi Atom menjelajahi bidang elemen yang paling canggih. Banyak rahasia tersimpan di sini. Sehingga, saya ingin semuanya menandatangani perjanjian penjagaan rahasia. Selain itu, karena Evans adalah calon arcanis agung dan jadi incaran Gereja serta organisasi lain, arcanis lain di Institusi Atom sayangnya juga ikut diincar. Sehingga, untuk menghindari pembunuh, anggota baru harus menandatangani kontrak sihir yang ketat."     

"Ketat..." Alfalia dan yang lain berubah serius. Meski mereka bisa memahami keputusan Institusi Atom, kata ketat tetap membuat mereka khawatir.     

Issac mengernyit. "Kuharap kontrak sihirnya tak terlalu ketat."     

Rock tersenyum. "Tenang saja. Kau tak akan diperlakukan seperti budak. Hanya orang-orang dengan niat buruk yang akan merasa tidak nyaman."     

Lowi tak terlalu peduli dengan kontraknya. Dia hanya ingin masuk ke Institusi Atom dan belajar di bawah bimbingan Tuan Evans. Baginya, segalanya bisa diterima selama dia tak perlu menjual jiwa atau tubuhnya.     

Di bawah bimbingan Rock, para peserta wawancara memasuki ruangan rapat Institusi Atom.     

Lowi, Blake, Alfalia, murid, serta penyihir lain tak bisa menahan rasa penasarannya. Mereka mengintip sambil menjaga sikap meski tetap bersemangat pada dua penyihir yang sudah duduk.     

Itu adalah Tuan Jerome, yang mereka temui sebelumnya, dan ... dan satunya harusnya Tuan Evans, 'kan?"     

Di mata Lowi, lelaki di sana adalah pemuda dengan rambut hitam pekat dan wajah yang sangat tampan. Namun mata hitamnya tampak mengandung banyak misteri, sementara kepercayaan diri dan senyumnya membuat semua orang mengabaikan wajahnya. Lowi yakin kalau dia adalah penyihir kuat dan arcanis jenius.     

"Selamat pagi, Tuan Evans." Dipimpin oleh beberapa penyihir yang pernah bertemu Lucien sebelumnya, Lowi dan peserta lainnya menyapa Lucien.     

Lucien mengangguk dan mengisyaratkan mereka agar duduk. Kemudian, dengan sorot mata yang tampak semakin dalam, dia menunjuk pada kertas perkamen di meja dan berujar, "Ini adalah kontrak sihir yang akan kalian tanda tangani. Semuanya akan dijamin oleh duke neraka tingkat satu, dan yang melanggar akan dihukum olehnya. Lihatlah dulu. Kita akan mulai kalau tidak ada pertanyaan."     

Mendengar kalimat Lucien, semua penyihir dan murid jadi gugup karena beberapa alasan. Mereka lantas mengambil kontraknya dan membaca dalam diam.     

Mendadak, Issac berdiri, wajahnya memerah. "Kontrak macam apa ini? Ini jelas kontrak perbudakan satu sisi!"     

"Siapapun yang membeberkan apapun tentang Institusi Atom atau Lucien Evans baik secara sengaja maupun tidak, dan dalam bentuk apapun, akan ditangkap oleh Agostinho, duke neraka tingkat satu!"     

"... Pikiran mereka akan dikuak. Siapapun yang punya pikiran melukai Lucien Evans atau arcanis lain di Institusi Atom akan langsung dideteksi oleh Agostinho!"     

...     

"Kontrak ini terlalu ketat. Kami tidak dianggap sebagai manusia sama sekali. Saya tidak akan menandatangani atau ikut dalam wawancara!"     

Sambil protes marah, tiga penyihir dan murid mengikutinya dan berdiri, memandang hina kontrak yang disodorkan.     

Issac baru akan pergi, namun menyadari Lowi, Blake, dan yang lain menatapnya dengan tatapan aneh. Dia kecewa. "Kalian tak punya tulang punggung? Apa kau akan menandatangani kontrak semacam itu?"     

Lowi menggaruk belakang kepalanya dan bertanya bingung, "Tuan Issac, bukan itu kontrak yang kami baca."     

"Apa?" Issac tercengang.     

Lucien berkata, "Kontrak sihir itu sudah diberi mantra Implicit Words, sihir tingkat lingkaran 8. Siapapun yang membaca, rasa takutnya akan digandakan hingga 10 kali lipat, sementara isi kontraknya akan berubah menyesuaikan. Apa yang kalian takutkan?"     

"Tidak, tidak!" Issac dan yang lain menggeleng dengan wajah pucat.     

Lucien menatap pintu ruang rapat. "Tidak perlu menjawab pertanyaanku. Jelaskan di Komite Umum. Thompson, terima kasih sudah repot-repot."     

Thompson berjalan masuk dan membawa Issac serta orang-orang lain yang protes.     

Rock bertanya penasaran lewat sambungan telepati, "Kenapa mereka takut? Kontrak yang tak setara tak punya kemampuan mengekang."     

"Isyaratnya sudah mulai saat kau memberitahu mereka saat masih ada di luar. Selain itu, apa yang kukatakan sebelum ini menekankan kalau Agostinho akan menjamin kontraknya tapi mengabaikan konsekuensi spesifik. Sementara itu, aku mengisyaratkan kalau kita akan menandatangani kontrak kalau tidak ada masalah, tidak setelah wawancara. Lewat banyak isyarat dan Image Creation dariku, mereka sudah yakin akan kebenaran kontraknya." Lucien menjelaskan singkat. "Mudah mengidentifikasi penyihir yang percaya pada God of Truth, tapi sulit melawan mata-mata yang menjual rahasia dan rekan untuk uang dan material."     

Sementara Lowi dan peserta wawancara lain menatapnya dengan pandangan terkejut, Lucien tersenyum. "Sekarang, baca kontrak aslinya dulu. Isinya tidak terlalu keras. Kalau kalian bersedia, kita akan mulai wawancaranya."     

Setelah membaca kontrak baru, Lowi dan yang lain setuju menandatanganinya jika mereka lolos wawancara. Kemudian mereka menatap Lucien dengan pandangan penuh harap dan kecemasan, mengira-ngira pertanyaan apa yang akan diberikan.     

'Tuan Evans, tolong jangan tanya alkimia baru pada kami. Saya tidak tahu apa-apa tentang itu.' Lowi dan para peserta lain memohon dalam hati, karena mereka hanya memahami model umum serta konsep dari alkimia baru.     

Lucien tersenyum senang. "Semuanya, katakan kenapa kau ingin bergabung ke dalam Institusi Atom.     

"Lalu ceritakan kelebihan kalian serta kekurangan, begitu pula rencana hidup kalian."     

Huh? Apa itu?     

Alfalia, Blake, dan peserta wawancara lain syok.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.