Singgasana Magis Arcana

Aula Murid



Aula Murid

0Melihat gerbang yang terbuka lebar, Lucien, Charlie, dan Sandra sedikit lega, karena itu artinya lingkaran sihir di dalam kastel itu belum diaktifkan. Entah bagian pusat kastel itu telah rusak saat pemanggilannya gagal, atau iblis tingkat rendah tersebut hanya tidak tahu bagaimana caranya mengontrol lingkaran sihir.     

Mau yang manapun, itu merupakan berita baik untuk mereka. Karena kastel penyihir dengan lingkaran sihir pelindung yang kuat bisa satu atau dua tingkat lebih kuat daripada pemiliknya sendiri. Kastel itu dirancang dan dibangun oleh penyihir tingkat lingkaran ketiga, bisa jadi punya kekuatan setara penyihir tingkat lingkaran keempat atau kelima. Jika lingkaran sihir kastel itu diaktifkan, itu akan memakan banyak waktu Lucien, Charlie, dan Sandra untuk masuk ke dalam.     

Namun, Lucien selalu berhati-hati. Dia tidak langsung masuk ke dalam, tapi dia berhenti di udara. Dia melihat kastel itu dari atas.     

Mata kirinya yang tertutup monocle mulai menggunakan cahaya inframerah untuk memeriksa seluruh tempat dari kegelapan di gerbang yang terbuka. Lucien bisa melihat cahaya merah di dalam—datang langsung dari neraka. Para iblis itu dibesarkan dengan api dan sulfur, jadi memiliki banyak inframerah keluar dari tubuh mereka, dan bahkan tidak bisa disembunyikan dengan dinding tebal kastel.     

Charlie dan Sandra juga menggunakan mantra mereka sendiri untuk memeriksa seluruh kastel. Setelah diskusi singkat, Lucien memiliki peta kasar tata letak kastel serta aktivitas para iblis di dalam kepalanya. Lucien berujar pada Charlie dan Sandra dengan tenang, "Kita harus menghancurkan lingkaran sihir di ruangan pemanggilan dulu untuk mencegah lebih banyak iblis yang keluar, lalu kita menyapu sisanya di bawah sana. Jadi ... menurutku lebih baik ... masuk ke dalam kastel lewat gerbang dan menuju lantai dua adalah rute terbaik."     

"Setuju." Kedua penyihir itu mengangguk.     

Kali ini, petir mulai berkumpul di tangan Sandra, kemudian membentuk tombak listrik panjang. Dia langsung melemparkannya ke sumur energi sihir di halaman, dan tombak itu mengenai targetnya. Sesuatu yang ada di dalam sumur energi sihir menyebabkan ledakan kecil, namun suaranya tidak terlalu keras. Sumurnya, bersama dengan sumur-sumur lain di kastel, mengumpulkan kekuatan yang mereka serap dari matahari dan gelombang pasang surut untuk memberikan kekuatan pada lingkaran sihir pertahanan kastel.     

Mereka harus meledakkan beberapa sumur lagi untuk mencegah lingkaran sihirnya diaktifkan setelah masuk ke dalam kastel.     

Sumur hitam itu kini ditutupi oleh simbol sihir yang begitu banyak, seolah menahan kekuatan dari tombak listrik.     

Saat Sandra akan memunculkan tombak listrik lagi, dia melihat Lucien mengulurkan tangan kanannya, dan bola api seukuran kepala muncul di atas telapak tangannya. Dia langsung merasakan kekuatan yang terkandung dalam bola api.     

Lucien menghentakkan tangannya ke depan, dan bola api itu langsung melesat menuju sumur energi. Begitu bola api mengenainya, seluruh sumur energi itu meledak. Dari sana muncul asap berbentuk jamur kecil dan asap tebal.     

Ketika asapnya menghilang, Sandra melihat sumurnya hilang. Dia membuka mulut sedikit tapi tidak bisa mengatakan apapun. Dia tahu kalau perguruan Elemen punya mantra ledakan paling kuat. Tapi yang dirapal Tuan Evans barusan sangat luar biasa, nyaris seperti mantra tingkat lingkaran kelima, Great Flame Explosion.     

Dia bertanya-tanya apakah itu merupakan sihir eksklusif dari Will of Elements atau milik Tuan Evans sendiri, karena Sandra dan Charlie tahu jelas Lucien tidak menggunakan item sihir untuk merapalnya. Selain itu, yang ada di sebelahnya adalah penyihir tingkat lingkaran ketiga.     

Setelah melihat yang barusan, mereka langsung percaya dengan kekuatan sihir Lucien.     

"Sebelum para iblis berkumpul karena suaranya, kita harus masuk sekarang," ujar Lucien cepat.     

Lucien's Great Fireball, mantra tingkat lingkaran ketiga, adalah sihir serangan yang mengombinasikan kekuatan ledakan, yang merupakan kekuatan utama, dan kekuatan pembakaran. Ditambah dengan sihir buff di cincin Element Lucien yang menambahkan kekuatan mantra 30 sampai 40 persen, mantra itu terlihat hampir seperti mantra tingkat lingkaran kelima.     

Lucien bisa merapal mantra lebih dari 20 kali secara terus-menerus. Tapi karena dia juga harus menggunakan mantra pengukir untuk membantu, angka itu berkurang 7 sampai 8 kali. Untungnya, cincin Element mempercepat kecepatan pemulihan kekuatan spiritual Lucien seperti penyihir tingkat lingkaran kelima. Kalau dia terus merapal tanpa jeda, dia tidak perlu khawatir kehabisan kekuatan spiritual dalam pertarungan yang berlangsung selama kurang dari 30 menit.     

Cincin Element jelas merupakan item sihir yang luar biasa, khususnya untuk level Lucien.     

Lucien, Charlie, Sandra, dan Susan mendarat di halaman kastel di depan gerbang besi. Mereka merapal Speed dan Endurance pada Susan untuk memastikan dia bisa mengikuti mereka.     

Begitu mereka mendarat, mereka membentuk formasi bertarung standar. Charlie dan Sandra ada di depan, sementara Lucien di belakang. Susan ada di depan Lucien, di belakang Sandra.     

Ada jejak darah di tanah di halaman. Mereka bisa mendengar raungan iblis dari dalam kastel. Jelas bahwa para iblis telah menyadari kedatangan mereka.     

Sambil melewati halaman dengan kecepatan tinggi, Charlie langsung meledakkan gerbang besi bersama sebuah bola api, kemudian mereka bergegas ke dalam kastel.     

Di aula besar, potongan tubuh manusia berceceran, dan di wajah mereka yang tercabik masih tampak rasa takut yang luar biasa. Potongan tubuh, isi perut, dan darah menutupi lantai. Bau darah sangat kuat, sampai-sampai mereka hampir muntah.     

Setelah memastikan mereka menuju arah yang benar, mereka mulai berlari menaiki tangga, menginjak isi perut yang terburai dan potongan tubuh manusia.     

Keseluruhan tempat itu ditutupi oleh asap tipis. Saat Susan melihat tangga hitam, dia sedikit memberanikan diri. Namun, begitu mereka akan mendekati tangga, suara mendengung terdengar di telinga mereka. Dari koridor di sekitar aula, sekelompok lebah besar terbang ke arah mereka, dan setiap lebah besar itu ukurannya dua kali ukuran manusia.     

Selain besar, setiap lebah besar itu memiliki wajah perempuan dengan pupil putih di kepalanya. Wajah perempuan itu tampak mengerikan, seolah mereka amat kesakitan. Di atasnya ada tentakel pendek, dan bagian dagunya seperti mulut arthropoda. Di bagian bawah tubuh lebah itu terdapat sengat hitam yang bersinar.     

Melihat wajah perempuan itu, Susan mulai berteriak, seolah dia mengalami mimpi buruk. Sementara ketiga penyihir tingkat menengah itu tetap tenang.     

Itu adalah iblis bernama Tiger Hornet. Lucien, Charlie, dan Sandra tahu kalau mereka hanya iblis tingkat rendah karena mereka tidak punya garis kuning atau merah di badan mereka.     

Sambaran petir yang kuat muncul entah dari mana, dan menyambar salah satu lebah iblis yang mencoba meraih Susan, ketika sekresi hitam beracun sudah muncul di ujung sengatnya.     

Lebah iblis itu langsung jatuh di lantai seperti karbon arang yang besar. Petir di tubuhnya menyebar ke lebah di sekitarnya dan membuat mereka tak bisa bergerak. Lebah yang terkena efek kini kejang-kejang di lantai, sementara lebah yang jaraknya cukup jauh dari mereka melemparkan api pada mereka dengan membabi buta.     

Saat ini, angin dingin muncul dan salju mulai berterbangan di aula. Tak lama kemudian, bongkahan es mulai terbentuk dalam angin dingin itu dan menghantam kuat-kuat para lebah.     

Ice Storm, mantra tingkat lingkaran keempat, dari Charlie.     

Sebagian besar iblis kebal dengan api biasa dan racun, tapi mereka sangat lemah pada asam, es, dan salju. Charlie dan Sandra yang berpengalaman tahu apa yang harus mereka lakukan.     

Lucien juga merapal Maskelyne's Acid Arrow. Begitu banyak anak panah berwarna hijau menembus tubuh lebah iblis.     

Setelah perapalan itu, lebih dari 20 lebah iblis terbunuh.     

Dua tahun lalu, Lucien tak pernah menyangka kalau suatu hari dia punya kekuatan seperti ini. Dalam satu detik, pemandangan itu mengingatkan Lucien akan betapa takutnya dia saat dia disuruh ke saluran pembuangan saat itu, sampai saat dia harus membunuh Baron laurent.     

Tubuh lebah itu menghilang tak lama kemudian, yang berarti mereka bukan sosok sebenarnya, melainkan proyeksi. Lucien agak kecewa karena dia berniat mengambil beberapa material dari sana, dan dia juga merasa agak curiga.     

Namun dia tak boleh terlalu memikirkannya sekarang, karena mereka masih harus terus maju dan menjaga formasinya.     

Tak lama kemudian, mereka sampai di lantai dua. Mereka kini ada di aula yang luas, yang dipenuhi dengan rak buku serta meja dengan kertas dan pena bulu.     

Beberapa meja terjatuh di lantai, dan buku-buku di lantai itu basah dengan darah. Beberapa meja di sudut tetap berada di sana seperti biasa, seolah tak terjadi apapun di sana. Seorang murid terbunuh di kursinya sendiri dan iblis membelah tubuhnya. Isi perutnya masih menggantung di sana.     

"Ini adalah Aula Murid. Kami biasanya belajar di sini," ujar Susan memberanikan diri dengan suara bergetar. "Ruangan pemanggilan ada di ujung koridor setelah aula."     

Meski Lucien ingin menyalin semua buku di sini, dia paham kalau ini bukan saat yang tepat. Keempatnya berjalan dengan hati-hati melewati rak buku untuk sampai ke koridor.     

Untuk menunjukkan rasa hormat mereka, mereka tidak ingin langsung menghancurkan seluruh buku itu.     

Saat Lucien melewati sebuah rak buku, dia menyadari ada sebuah cermin tergantung di dinding di sampingnya. Di cermin itu, dia melihat dirinya berjalan di belakang, diikuti oleh Charlie dan Sandra, lalu Susan ada di tengah.     

Saat Lucien menengok untuk menganalisis cermin tersebut, bayangannya juga membuat pergerakan yang sama. Pantulannya juga mengenakan sebuah monocle di mata kiri.     

Ketika Lucien akan mengalihkan pandangan, dia tiba-tiba melihat pantulan dirinya di cermin mulai tersenyum mengerikan. Bola mata penyihir muda di cermin mulai membengkak, dan bisul kehijauan mulai memenuhi wajahnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.