Singgasana Magis Arcana

Lucien, Musisi yang Dihormati



Lucien, Musisi yang Dihormati

0Aula Asosiasi Musisi tetap sama, megah tapi sunyi. Tak peduli di mana, Asosiasi Musisi tetap menjadi tempat paling sunyi di antara semua asosiasi profesional manapun, karena kebanyakan musisi dan instrumentalis sibuk dengan macam-macam kegiatan—termasuk melatih band, gladi bersih, mencari partitur di perpustakaan, dan macam-macam. Makanya, hanya sedikit dari mereka yang datang ke asosiasi pagi-pagi begini.     

Selain itu, Asosiasi Musisi memang harusnya menjadi tempat yang sunyi, agar pada musisi bisa tetap fokus dalam kegiatan musiknya.     

Dua gadis muda di belakang meja resepsionis tampak manis. Saat ini, mereka bicara pada Tuan Hank dengan gugup, yang merupakan penanggung jawab rutinitas harian asosiasi. Tuan Hank mengenalkan wanita muda yang cantik pada mereka.     

Wanita muda itu berumur sekitar dua puluhan. Dia memiliki rambut panjang hitam yang lembut dan wajah yang cantik. Namun, yang lebih menarik perhatian orang adalah serigala besar berwarna putih yang duduk di sebelahnya, yang tampak diam dan patuh.     

"Nona Louise, kami akan menanyakan musisi lain apakah mereka tertarik pada musik alam, dan kalau kami menemukannya, kami akan segera memberitahu pada Anda," ujar salah satu gadis bernama Polly dengan hormat pada musisi baru tersebut.     

Nona Louise didambakan oleh banyak orang yang memiliki mimpi dalam bidang musik, termasuk para gadis resepsionis. Dia lahir dalam keluarga bangsawan dan dia menunjukkan bakat musiknya di usia yang sangat muda. Dengan warisan yang dia miliki dan uang yang dia dapatkan dengan bermain musik, dia membeli ramuan sihir dan membangkitkan Berkahnya, yang mana menariknya lebih dekat pada hewan dan alam. Berkah aneh itu juga membuat skill permainannya lebih baik dan unik. Sehingga dia menjadi terkenal dalam festival musik.     

Tapi bagi Polly, orang yang benar-benar dia kagumi adalah Nona Elena. Nona Elena mulai sebagai seorang resepsionis seperti mereka. Tapi dia menjadi instrumentalis dengan bekerja keras, dan kini dia bisa mendapatkan uang banyak.     

Louise tersenyum dan membalas sopan, "Terima kasih. Tema musik yang terinspirasi oleh alam tidak umum di Aalto. Bahkan Tuan Hank tidak tahu apakah kita punya musisi yang tertarik. Semuanya tergantung pada kalian berdua. tolong tanyakan pada para musisi dengan cermat. Terima kasih banyak."     

Kali ini, pemuda tampan yang mengenakan setelan hitam dan dasi kupu-kupu memasuki aula lewat pintu kaca warna-warni, diikuti oleh beberapa musisi muda dan instrumentalis.     

Polly telah bekerja di sana selama setahun, tapi dia tidak pernah bertemu dengan pemuda tampan yang berjalan di depan. Sementara itu, dia tahu beberapa musisi dan instrumentalis yang mengikutinya. Entah kenapa, Polly merasa kalau wajah pemuda itu cukup familiar.     

Hank berbalik. Dia awalnya tampak bingung, kemudian senyum lebar muncul di wajahnya. "Selamat datang kembali, Tuan Evans!"     

"Tuan Evans?!" Polly dan gadis lainnya tiba-tiba sadar siapa pemuda itu. Mereka melihat skill konduktor Tuan Evans yang baru dan skill permainan piano saat festival musik di Aalto tiga tahun lalu. Dua gadis resepsionis itu masih sangat muda, tapi mereka masih mengingat bakat Tuan Evans dan perawakannya yang elegan.     

"Selamat pagi, Tuan Hank." Lucien tersenyum dan mengangguk. Setelah tiga tahun, Tuan Hank tampak lebih sopan dan lebih antusias padanya.     

Ketika Lucien berjalan ke meja resepsionis, Polly dan gadis lain membungkuk dengan semangat dan sopan padanya. "Selamat pagi, Tuan Evans."     

"Selamat pagi, Tuan Evans," sapa Louise yang juga agak bersemangat.     

Gadis muda seumur mereka menghabiskan masa remaja dengan ditemani oleh musik Lucien. Makanya, rasa semangat mereka bisa dibayangkan.     

Lucien, yang menjaga senyum sopan di wajahnya, melihat ke arah serigala putih yang telinganya naik, lalu berkata, "Kau pasti Nona Louise. Aku mendengar orang-orang bicara tentang musikmu, dan aku juga sudah mendengar karyamu. Sangat bagus..."     

Lucien meminta band di hotel memainkan karya musik populer saat makan malam kemarin. Tentu saja, hanya orang-orang yang tidak butuh seluruh band simfoni untuk tampil.     

"Terima kasih, Tuan Evans. Saya masih harus terus belajar." Wajah Louise merona. Bagi musisi muda, satu kalimat pujian dari musisi hebat seperti Lucien berarti banyak untuknya. Jelas itu merupakan penyemangat yang luar biasa, dan juga bisa menjadi kontribusi perkembangan karirnya.     

Setelah menyapa sekitarnya, Lucien bertanya sopan pada Polly dan gadis lainnya, "Senang bertemu kalian. Boleh kutahu apakah guruku, Tuan Victor, dan Tuan Christopher datang hari ini?"     

Setelah menyelesaikan konser terakhirnya, Christopher telah menjadi ketua asosiasi yang terhormat.     

"Baik, baik ... Tuan Evans..." ujar Polly agak gagap. "Tuan Victor sekarang adalah direktur asosiasi. Beliau selalu sibuk, apalagi setelah festival musik. Beliau sedang bekerja di ruangannya. Tuan Christopher juga ada di sini. Akhir-akhir ini tampaknya beliau punya ide musik baru."     

Lucien mengangguk singkat. Tak heran Natasha memintanya datang ke asosiasi duluan. Dia pasti tahu kalau, kemungkinan besar, Tuan Victor dan Tuan Christopher ada di sini.     

Lucien juga memeriksa apakah Felicia dan Elena ada di sini hari ini, tapi ternyata tidak. Jadi Lucien berjalan menuju kantor Tuan Victor di lantai tiga, dipandu oleh Hank.     

Dalam perjalanan, beberapa musisi yang dikenal Lucien sebelumnya, memberi salam dengan hormat pada Lucien.     

Sebelum Lucien meninggalkan Aalto tak peduli seberapa besar pencapaian yang dicapai Lucien, bagi para musisi dan instrumentalis yang melihat kemiskinan yang dideritanya sebelum ini, Lucien selalu menjadi pemuda miskin yang mulai dari memungut sampah dan bekerja di perpustakaan. Tapi kemudian pemuda miskin itu tiba-tiba menjadi 'miliuner' dalam semalam.     

Namun, setelah tiga tahun, bakat Lucien tidak jatuh seperti kebanyakan jenius yang pernah membuat gebrakan dalam semalam. Malah, karya musik barunya, apalagi Moonlight Sonata, yang dikenal sebagai karya piano paling menyentuh, tetap sukses besar.     

Fakta bahwa Lucien meninggalkan Aalto selama tiga tahun membuat orang-orang berimajinasi lebih tentangnya. Sehingga, ketika Lucien kembali, orang-orang menghormatinya sebagai musisi hebat yang sesungguhnya, sosok signifikan dalam dunia musik!     

Polly dan gadis lain melihat Lucien dan Hank pergi dari belakang. Setelah keduanya naik, Polly menutup wajah dengan dua tangannya dan berujar pada gadis lain dengan bersemangat, "Tuan Evans bahkan lebih elegan daripada yang kupikirkan! Aku benar-benar menanti musik apa yang dia bawa kembali kemari!"     

"Syukurlah." Lucien berbincang santai dengan Hank saat mereka sudah dekat dengan lantai tiga. "Tuan Christopher masih menulis musik..."     

Hank mengangguk. "Meski Tuan Christopher menyelesaikan konser terakhirnya, gairahnya untuk menulis musik tak pernah berhenti. Berdasar kalimatnya—harusnya disebut 'Di mana ada hidup, di sana ada musik'. Setelah mendengar chorale di festival musik, Tuan Christopher ingin menulis musik religius. Tapi kau tahu, di antara banyaknya karya musik religius, sangat sulit membuat musikmu unggul. Saat ini Tuan Christopher mengalami kebuntuan."     

Sebelum Lucien membawa tren musik bertema kepada publik, musik religius memainkan peran utama dalam panggung. Musik religius menjadi tema abadi di Aalto, setelah Kardinal Charlie I menetapkan standar chorale. Lucien yakin bahwa status musik religius tidak akan terguncang dalam waktu lama, dan banyaknya musik klasik juga sulit ditantang.     

"Musik religius..." Lucien mengangguk serius.     

Tak lama kemudian, Lucien dan Hank tiba di depan pintu ruangan Victor.     

"Kau mungkin mau mengetuk pintunya sendiri Tuan Evans ... untuk memberikan kejutan pada Tuan Victor," saran Hank.     

Lucien setuju dan mengetuk pintunya perlahan.     

Kemudian, dia menunggu di depan pintu. Dengan pendengarannya yang tajam, Lucien mendengar bahwa Victor perlahan berjalan menuju pintu.     

Sikap Tuan Victor masih tetap sama, tidak berubah setelah dia menjadi direktur. Kebanyakan direktur akan bertanya dulu siapa yang berkunjung, kemudian memutuskan apakah mereka mau membuka pintunya atau tidak.     

Pintu itu terbuka perlahan. Wajah Victor juga tidak banyak berubah selama tiga tahun—kumis tipis, rambut hitam keriting, dan mata biru. Seorang pria di umurnya tidak seperti pemuda yang sering mengubah penampilan, bukan juga pria di atas umur 50 tahun yang menua dengan cepat.     

Victor tampak bersemangat. Ekspresi murung sebelum ini telah berubah menjadi ketenangan, mungkin karena Love Symphony yang sudah selesai menenangkan jiwanya.     

Melihat pemuda yang berdiri di depannya, Victor mulanya tampak agak bingung. Kemudian dia melihat pemuda itu dari atas hingga kaki, seolah sedang meyakinkan kalau pemuda itu nyata.     

Setelahnya, Victor mengulurkan tangan kanannya dan meletakkan di bahu kanan Lucien. setelah terdiam beberapa saat, Victor menepuk bahu Lucien dan berujar dengan suara pelan dan lembut, "Kau kembali ... Syukurlah ... kau kembali."     

Meski suaranya terdengar tenang, Lucien bisa mendengar semangat dan perasaan bahagia dari tangan di bahunya.     

Lucien merasakan emosi yang sebenarnya dari tangan Victor. Tangan pria itu gemetar dan memegang bahunya sedikit kencang. Ketika hatinya dipenuhi dengan nostalgia dan perasaan bahagia, melodi yang dikerjakan Lucien sejak lama menjadi sempurna.     

Musik yang sesungguhnya datang dari perasaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.