Singgasana Magis Arcana

Permintaan Rhine



Permintaan Rhine

"Tuan ... Tuan Rhine?! Kenapa kau di sini?!" Lucien sangat terkejut. meski dia masih waspada, tapi dia lega orang itu adalah Rhine.     

Orang yang duduk di atas singgasana adalah Rhine. Dia mengangkat gelasnya untuk menyapa Lucien. Seperti saat ada di Aalto, Rhine masih kelihatan sangat santai dan kasual, seolah dia ada di sana untuk menunggu Lucien.     

Singgasana emas mewah di kastel megah yang dibangun oleh Count Witte sendiri untuk menghargai pencapaian luar biasanya dalam banyak pertarungan kini tampak membosankan dalam dunia hitam putih. Saat menghadapi kematian, semua benda berharga termasuk perasaan, kejayaan, kesetiaan, harta, dan makanan kehilangan arti. Di dunia kematian, segalanya tak ada artinya.     

Namun, Rhine adalah satu-satunya sosok yang memiliki warna dalam dunia ini. Perak, merah, dan hitam … Dia sangat mencolok di sini—seorang pria hidup di dunia kematian. Dia membuat dimensi itu berwarna, tapi juga membuat tempat tersebut sedikit aneh dan tidak nyata.     

"Kenapa aku di sini?" Rhine menggoyangkan winenya perlahan dan menyeringai. "Aku kemari untukmu, Lucien."     

"Ayolah, Tuan Rhine..." Sudut bibir Lucien berkedut singkat. Rhine masih senang bercanda, yang membuatnya jadi lebih rileks.     

Lucien tidak percaya dengan candaan Rhine. Biar bagaimanapun, mereka sudah lama tidak bertemu. Bahkan ramalan tidak bisa seakurat ini.     

Rhine menggeleng dan menaruh gelasnya. Ketika dia perlahan berdiri, Lucien melihat sepasang sayap kelelawar besar di belakang punggung Rhine. Sayapnya sangat besar, hingga seluruh kastel dipenuhi dengan sayap tersebut, dan cahaya redup di sayapnya beriak seperti air.     

"Vampir ... Legendaris?" Setelah melihat hal itu, Lucien akhirnya yakin kalau Rhine bukan manusia. Meski dia sudah pernah berpikir demikian ketika bertemu cucunya, Viscount Carendia, kini tebakannya telah terbukti.     

Rhine berjalan menuruni tangga perlahan dan tersenyum. "Aku tidak bercanda. Lucien, aku menunggumu. Aku bahkan merapal proyeksiku ke dalam mimpi Count Witte."     

Meski Rhine yang ada di depannya bertingkah santai, Lucien tiba-tiba mendapatkan firasat aneh jika Rhine menggunakan seluruh kekuatannya untuk menjaga keberadaan dirinya. Mungkin Rhine yang itu tidak nyata. Bisa saja dia hanya proyeksi!     

"Begitu, ya. Ada yang bisa kubantu, Tuan Rhine? Kau juga tahu Dunia Arwah?" Lucien menjadi lebih serius.     

Rhine mengangguk. "Aku dikirim oleh Dewan Kegelapan ke Aalto untuk menjalankan tugas, tapi kemudian aku menemukan segel Tuan Argent yang sebenarnya. Karena segel itu merupakan bagian dari cerita terpenting yang menciptakan keributan besar sebelum Kalender Saint dan juga rahasia Dunia Arwah, aku mengubah rencana dan memilih bekerja dengan musuhku."     

"Sard ... Kardinal agung?" Lucien bergumam serius. Di seberang Aalto, kardinal agung tampaknya satu-satunya orang yang cocok jadi musuh Rhine dan juga bekerja dengannya. Dua orang level legendaris lainnya ada di benteng utara—mereka adalah God's Glory, Bellia, pemimpin Sword Brother dan merupakan guru Natasha; sementara satu lagi adalah Snake the Chaos, Milton, yang punya hubungan dekat dengan keluarga Violet. Bagi Lucien, rasanya tidak jelas dan mengerikan jika memikirkan fakta bahwa Kardinal Santo akan bekerja sama dengan leluhur vampir...     

Senyum Rhine memikat seperti biasanya. "Luar biasa. Kemudian, tujuan kami sebenarnya sudah tercapai. Tapi ketika aku menjelajahi Dunia Arwah, aku menemui sedikit ... sedikit masalah, dan aku terjebak di sini, seperti Maskelyne, yang memberimu kalung jimat itu."     

Dia melirik ke arah dada Lucien sambil bicara.     

"Kok bisa tahu...?" Lucien tanpa sadar bertanya. Tapi dia langsung sadar Rhine selalu memperhatikannya sebelum Lucien masuk ke dunia ini. Tidak sulit bagi Rhine untuk mengetahui bahwa Lucien menemukan Sun's Corona yang ditinggalkan oleh Maskelyne.     

Ketika mereka kini berdiri berhadapan, merasakan keberadaan Sun's Corona harusnya lebih mudah bagi vampir level legendaris itu. Mungkin Rhine juga tahu di mana Maskelyne berada di Dunia Arwah...     

Memikirkannya, Lucien buru-buru bertanya, "Tuan Rhine, tapi kau tampak berbeda, padahal kau dan Tuan Maskelyne sama-sama terperangkap di sini. Apa rahasia tempat ini?"     

Lucien kepikiran oleh pertanyaan itu siang dan malam, apalagi setelah dia mengetahui Maskelyne mungkin punya hubungan dengan pembentukan Saint Truth. Akhirnya, ada seseorang di depan Lucien yang mungkin bisa menjawab pertanyaan itu!     

Rhine mengedikkan bahu singkat. "Ceritanya panjang. Aku selalu waspada, jadi sebelum aku masuk ke dunia ini, aku punya persiapan yang cukup baik. Selain itu, karena aku bisa meminjam kekuatan seseorang, bahkan saat terperangkap di sini, aku masih bisa menciptakan proyeksiku. Sayangnya, proyeksi ini tak punya banyak kekuatan. Untuk berkomunikasi dengan dunia nyata, aku hanya bisa memilih makhluk hidup yang dekat dengan kematian untuk menciptakan proyeksiku di mimpi mereka. Sebenarnya, apa yang ditemui Count Witte sejauh ini berhubungan dengan sesuatu di dunia ini, jadi aku sudah mengawasinya sejak lama. Dari Mianka, mimpi penyihir transfigurasi, aku tahu kau pergi ke sana."     

Lucien mengangguk serius. Dia tidak tahu betapa rumitnya latar belakang cerita yang sedang terjadi sekarang.     

"Karena kau tahu keberadaan Dunia Arwah; karena kita, haha, teman yang cukup dekat; karena kau orang terlemah di antara kita yang mengetahui dunia ini, makanya jadi orang yang paling aman; karena aku tidak bisa menciptakan proyeksiku dalam mimpimu ... aku memikirkan rencana ini dan memutuskan menggunakan Count Witte untuk memancingmu ke dalam Dunia Arwah demi bicara denganmu." Rhine menyeringai.     

"Tapi Tuan Rhine, apa hubungannya Count Witte dengan Dunia Arwah? Apa tempat ini berhubungan dengan tuhan? Kau ingin aku menolongmu, 'kan? Tapi sebelum aku jadi archmage legendaris, aku khawatir tidak bisa menggali dunia ini lebih dalam..." Lucien bertanya banyak. Dia terkejut dan juga bingung.     

Rhine mengangguk, dan ekspresi serius di wajahnya itu sangat langka. "Aku tidak tahu yakin apa rahasia terbesar dunia ini. Dalam pikiranku, berdasar informasi yang kupunya, tempat ini memang berkaitan dengan tuhan dan makhluk abadi yang sebenarnya. Sayangnya, aku belum bertemu dengan Maskelyne atau teman-temannya, jadi aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, Lucien. Mungkin kau akan menemukan jawabanmu sendiri saat kau menjelajahi dunia ini sendiri."     

Setelah berhenti sejenak, Rhine melanjutkan, "Untuk Count Witte, seseorang yang sangat dekat dengan rahasia tuhan seperti Maskelyne mengirimkan orang-orang untuk mendapatkan harta count. Aku tidak tahu kenapa dia melakukan ini. Biar bagaimanapun, harta count pasti tidak ada artinya untuk dia."     

Lucien mengangguk serius dan membalas, "Kalau begitu, apa yang bisa kubantu, Rhine?"     

"Ada dua tahap," jawab Rhine. "Pertama, ketika kau menjadi penyihir tingkat senior, pergilah ke beberapa tempat yang ... berbahaya, harus kuakui, dan aktifkan benda-benda yang kutaruh di sana. Selain itu, carikan seseorang untukku. Kalau segalanya berjalan lancar, aku akan bisa meninggalkan tempat ini tanpa harus melewati tahap kedua. Kalau tahap pertama gagal, maka kami akan menunggu sampai kau jadi archmage legendaris atau arcanis agung, yang mana akan jadi cara terbaik untuk menyelamatkanku, seperti yang dikatakan Maskelyne."     

Lucien sedikit terkejut dengan betapa Rhine sudah mempersiapkan banyak hal. Kemudian, dia berkata pada Rhine dengan serius, "Tuan Rhine, kau sudah menolongku berkali-kali, dan aku selalu mengingat kebaikanmu. Kalau aku bisa menjadi penyihir tingkat senior, tentu saja aku akan berusaha keras menolongmu. Tapi untuk mencapai level legendaris ... aku tidak yakin bisa melakukannya sekarang..."     

"Aku suka kepribadianmu, Lucien." Rhine tersenyum. "Kita berdua tahu kalau hal ini berbahaya, dan aku hanya minta tolong padamu, tidak memaksamu melakukannya dengan membuatmu bersumpah atau berjanji. Semua tetap terserah padamu. Selain itu, aku juga tidak memintamu menolongku secara cuma-cuma. Ketika kau menjadi penyihir tingkat senior, pergilah ke tempat di mana aku menyimpan hartaku dan pilih salah satu dari benda paling berharga dari koleksiku. Jangan menolak, Lucien. Semakin kuat dirimu, semakin besar kesempatanku diselamatkan dari sini."     

Lucien mengangguk singkat. "Aku akan melakukannya untukmu dan juga untuk diriku sendiri. Sebagai seorang arcanis, setelah mengetahui rahasia sebesar itu, aku tidak mungkin berhenti menjelajah."     

Apa yang tidak Lucien katakan adalah rasa takutnya terhadap menjadi tua juga merupakan salah satu alasan.     

Selain itu, karena Rhine adalah orang yang sulit dipahami, Lucien tidak percaya kalau dirinya adalah harapan satu-satunya Rhine.     

"Lucien, sebelum kau mencapai level legendaris, jangan katakan ini pada orang lain dan minta pertolongan mereka, tak peduli apakah orang itu merupakan kesatria legendaris dari Holm atau arcanis agung, atau bahkan archmage legendaris. Kemungkinan besar, kalau kau memberitahu rahasia besar ini pada orang kuat seperti mereka, mereka akan membunuhmu untuk menjaga rahasia ini."     

Lucien mengangguk serius. Ini mungkin rahasia terbesar dunia. Sekali rahasianya terkuak, dunia akan menghadapi badai yang mengerikan.     

Setelah terdiam beberapa detik, Lucien bertanya, "Tuan Rhine, bisakah kau memberitahu padaku lebih banyak tentang dunia ini?"     

"Tahu terlalu banyak dalam waktu singkat bisa jadi bukan hal baik, Lucien. Saat kau sudah layak untuk tahu lebih banyak, aku akan memasukkan proyeksiku dalam mimpimu untuk menceritakannya." Rhine memasang senyum memesona lagi.     

Ketika Lucien menyadari kalau apa yang Rhine katakan itu sedikit bertentangan dengan kalimat sebelumnya, Rhine berujar, "Saat ini, biar kubayar kau di awal."     

Dia melangkah mendekat ke arah Lucien, kemudian kekuatan besar keluar dari tubuhnya. Lucien tidak bisa bergerak. Empat taring tajam tumbuh dari gigi Rhine yang rapi.     

Sosoknya tidak terlihat mengerikan atau menakutkan, tapi tampak cantik yang unik.     

"Tuan Rhine?" Lucien tidak panik, karena dia tahu Rhine tidak punya alasan untuk membunuhnya setelah percakapan panjang barusan.     

Suara Rhine lembut. "Tenang. Ini bukan Embrace." Kemudian, dia menunduk dan menggigit leher Lucien.     

Leher Lucien merasa sakit seperti ditusuk, kemudian dia pusing. Darahnya lantas mulai mendidih, dan panasnya menjadi semacam kekuatan yang mengalir menuju jiwa Lucien.     

Tubuhnya menjadi lemah dengan cepat, sementara jiwanya diperkuat dalam kecepatan tinggi!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.