Singgasana Magis Arcana

Si Superkaya



Si Superkaya

0Pada tahun 819 Kalender Saint, akhir Bulan Permulaan.     

Saat siang, langit berwarna abu-abu menampakkan sedikit warna biru cerah. Badai besar akhirnya berhenti.     

Salju menumpuk di depan gedung yang tampak unik dengan kubah, dan saljunya sangat tebal sampai-sampi pintu bangunan itu terhalang. Beberapa warga Schachran keluar rumah lewat jendela. Mereka mulai menyingkirkan salju dengan sekop besar.     

Sebagian besar orang di sini memiliki warna rambut pirang, pirang cerah, atau hitam, dan juga badannya tegap. Sementara para wanita muda tampak cantik dan elegan, para wanita paruh baya kebanyakan jadi gemuk. Kebanyakan malah ukuran tubuhnya dua kali ukuran suami mereka, dan mereka dengan mudah menggelindingkan bola salju besar, yang mana sangat berat diangkat dengan satu tangan, bahkan untuk pemuda sekalipun.     

Di lantai dua sebuah hotel di sepanjang jalanan utama, lewat jendela, dua anak muda melihat pada pemandangan riang di mana orang-orang di bawah sedang sibuk membersihkan salju. Sambil menggenggam tangannya, gadis pirang bermata biru itu tersenyum lebar. "Aku tidak pernah melihat salju sebesar ini di Ural sebelumnya. sekarang sudah akhir bulan, wow!"     

Distrik Ural terletak di Provinsi Kirov, bagian barat daya Schachran. Ural terletak sejauh dua provinsi dari benteng utara Duchy Violet, dan juga dikenal dengan batu mulia serta kemampuan membuat senjata. Makanya, Ural juga bertanggung jawab atas logistik dari lini pertahanan Marinov.     

Gadis muda itu cantik, dan mantel panjang yang terbuat dari bulu rubah yang dia pakai menampakkan sosoknya yang elegan. Pemuda berambut pendek di sebelahnya merasa ragu-ragu, namun dia tetap berkata, "Yielena, kau terlalu banyak menghabiskan waktu dengan ... Tuan Peter?"     

"Ya, Igor?" Yielena berbalik dan merasa agak bingung. "Tuan Peter itu punya pengetahuan luas dan humoris. Aku senang menghabiskan waktu dengannya."     

Sambil berkata demikian, ada senyum kecil di wajahnya.     

Senyum itu membuat Igor kesal. Dia menghentakkan kakinya dan berujar pada Yielena dengan nada tegas, "Yielena, dia adalah bangsawan! Jadi istrinya juga pasti seorang bangsawan!"     

Alis Yielena yang cantik mengernyit, dan dia merasa agak tersinggung. "Lalu kenapa? Kami Cuma teman. Ayolah Igor ... Tidak ada apa-apa di antara kami. Kalau Tuan Peter ada di sini, dia tidak akan membuatku kesal seperti ini. Dia akan mengobrol tentang permainan menyenangkan yang bisa kita mainkan dalam salju tebal seperti ini..."     

"Tuan Peter, Tuan Peter ... Yielena, tak bisakah kau berhenti menyebut namanya sedetik saja? Bangsawan itu hipokrit!" Igor sedikit emosi. "Dia kelihatan elegan, huh? Siapa yang tahu apa yang dia lakukan untuk mencari nafkah? Siapa tau apa yang dia lakukan sebelumnya? Lihat pedang mewahnya. Dia juga memperlakukan para wanita cantik dengan baik ketika kita ada di karavan! Itu artinya dia tidak peduli padamu! Dia adalah playboy! Dia bahkan belum membangkitkan Berkahnya!"     

Itu bukan pertama kalinya mereka ribut seperti sekarang. Tapi Yielena tak pernah mendengarkan Igor, dan Igor tak tahan lagi.     

Melihat Yielena menunduk, Igor melembutkan suaranya. "Aku peduli padamu, Yielena ... Inilah kenapa aku membuatmu kesal. Dia mencoba membawamu ke..." Igor berhenti. Meski dia berkata kotor saat bersama dengan para tentara bayaran, dia tahu kapan harus berhenti di depan Yielena.     

Yielena sekarang terlihat sangat kesal. Ada air mata di kedua mata birunya. Dia berkata pada Igor dengan suara bergetar, "Igor, kenapa kau selalu berpikir Tuan Peter adalah orang jahat? Dia menolak dua wanita cantik yang lajang di karavan kita! Aku juga bukan orang bodoh!"     

Kemudian, dia berbalik dan berjalan kembali ke kamarnya, kemudian membanting pintu itu keras-keras. Igor mulai meminta maaf dari balik pintu.     

Di ujung koridor, dua pria juga sedang melihat keluar lewat jendela.     

"Tuan Peter, saya harus mengatakan bahwa keluarga Vladimir itu sangat sopan. Anda adalah bangsawan paling jujur di depan wanita yang pernah saya lihat." Pria tua dengan hidung besar tersenyum. Dia adalah Berdychiv, ayah Yielena, anggota karavan.     

Lucien, atau katakanlah, Peter Joseph Vladimir, meletakkan tangannya yang memakai sarung tangan putih di rel jendela dan tersenyum. "Sebenarnya banyak bangsawan yang setia. Coba ingat-ingat cerita romantis yang ada."     

Untuk memainkan perannya dengan baik, Lucien mengecat rambutnya jadi pirang menggunakan getah pohon, dan dia juga mengubah warna matanya jadi biru. Kini dia tampak lebih segar.     

"Kita berdua tahu kalau cerita itu diperuntukkan untuk gadis muda yang polos, untuk mendorong mereka menjadi kekasih bangsawan." Berdychiv tertawa. "Tuan Peter, Anda mau makan siang bersama? Saya masih punya wine yang enak."     

Lucien menarik tangan kanannya dan menggeleng. "Terima kasih, Tuan Berdychiv, tapi saya tidak bisa minum. Saya sedikit melukai diri saya sendiri saat saya berkeliaran."     

"Haha, Tuan Peter ... Itu adalah satu-satunya hal dari diri Anda yang tidak menyenangkan!" Berdychiv telah mengenal Lucien selama sebulan. Dia kini bisa bercanda dengan Tuan Peter dengan santai.     

Kerajaan Schachran juga dikenal sebagai Kerajaan Kesatria, karena mereka punya lebih banyak kesatria dibanding Violet dan Holm. Itu juga alasan mengapa kerajaan ini telah berdiri selama ratusan tahun melawan Gereja Selatan.     

Hal ini membuat banyak petualang percaya kalau lingkungan yang keras itu baik untuk memupuk kekuatan tekad seseorang, jadi mereka bisa membangkitkan Berkah lebih cepat.     

Di ruang makan, Lucien duduk di meja di pojokan. Leo, yang kini jadi butler-nya, berdiri di sebelahnya.     

Setelah beberapa saat, ketika Lucien sedang makan sup Borscht, seorang pria paruh baya yang mengenakan jaket hitam dan mantel sepinggang menghampirinya, diikuti dengan pelayannya. Rambut pirangnya disisir ke belakang, dan rokok besar ada di mulutnya. Di sepuluh jarinya, setidaknya ada tujuh atau delapan cincin yang berkilauan.     

"Halo, Tuan Peter, boleh saya duduk di sini?" tanya pria paruh baya kekar itu dengan semangat.     

Lucien melihat ke sekitar dan melihat tidak ada tempat duduk kosong lagi, jadi dia mengangguk. "Silakan, Tuan Sergey." Badai salju membuat banyak turis terperangkap di sini, jadi restorannya lebih ramai dari biasanya.     

Sergey bergabung dengan karavan sekitar lima atau enam hari lalu, dan dia menuju Kota Ural. Dia adalah orang yang jujur, murah hati, dan banyak bicara, jadi dia sudah kenal dengan sebagian besar orang di karavan.     

Setelah memesan Bulin, yang mana semacam roti naan, caviar, daging sapi muda, dan domba, Sergey menyeringai. "Tuan Peter, harus saya katakan kalau Anda benar-benar mengingatkan saya pada Count Kutuzov yang juga berasal dari keluarga Vladimir. Kalian berdua sangat elegan dan sopan. Maksud saya ... saat saya sedang berbisnis di Volck, saya pernah bertemu dengannya beberapa kali."     

Lucien memotong ayamnya menjadi beberapa potong, lalu tersenyum. "Paman Kutuzov? Apa dia masih sakit radang sendi saat hujan?"     

Kutuzov adalah orang penting di keluarga. Makanya Valentine pernah menyebutkan beberapa detail tentang dia, seperti penyakit yang dia derita akibat gagal naik ke level kesatria agung.     

"Tetap sama, sama.." Sergey tersenyum dan mengganti topik. Dia mulai bicara tentang bangsawan lain yang dia kenal.     

Setelah berbagi cerita dengan semua bangsawan, Sergey membentuk imej dirinya—misterius dan superkaya. Kemudian, dia menghela singkat. "Sayang sekali saya harus berpisah dengan Anda secepat ini, karena kita sudah sangat dekat dengan Ural. Saya mengenal Count Witte lewat koneksi pribadi Baroness Carleena dan saya membeli tambang permata yang baru ditemukan di Ural. Meski proyeknya akan berat, nilai dari tambang itu di luar bayangan. Banyak orang menginginkannya. Jadi saya khawatir akan tinggal di Ural dalam waktu lama."     

Wilayah Count Witte ukurannya separuh Distrik Ural, dan dialah penguasa sebenarnya dari tempat itu.     

Lucien mengunyah ayamnya. Setelah beberapa saat, dia menanyakan pertanyaan yang ditunggu oleh Sergey, "Di luar bayangan?"     

"Ya! para ahli telah membuktikan kalau nilai dari tambang itu setara dengan harga satu negara! Berkat fakta bahwa Count Witte tidak ingin repot dan lebih memilih mencari uang dari pajak, saya jadi punya kesempatan mendapatkannya!" Sergey mengambil semua dokumen dari kopernya dan menunjukkan isinya pada Lucien.     

Banyak mantra membutuhkan permata sebagai material perapalan, dan banyak item sihir dibuat dari permata murni.     

"Selamat." Lucien tersenyum sopan.     

"Terima kasih, Tuan Peter. Tapi Anda tahu ini bukan penjualan yang mudah. Saya hampir bangkrut hanya untuk membuat count senang. Sekarang saya tidak punya uang untuk menyewa orang dan membeli seluruh perlengkapannya. Saya sudah bepergian kemana-mana akhir-akhir ini untuk mengumpulkan uang dari teman-teman, dan saya akan mengembalikan hutangnya dua kali lipat! Tapi saya masih ingin dapat lebih..." Sergey tampak khawatir. "Saya benar-benar berharap kerajaan punya bank yang memberikan pinjaman seperti yang ada di Sturk dan Holm ... Sekarang saya bahkan berpikir untuk menjual beberapa bagian milik saya..."     

Setelah selesai bicara, Sergey berhenti dan menunggu jawaban Lucien dengan sabar.     

Namun Lucien tidak mengatakan apapun cukup lama.     

"Yah ... Tuan Peter, apa Anda tidak ingin mengatakan sesuatu?" Sergey mengangkat gelas winenya.     

"Tentu." Lucien mengusap mulutnya dengan saputangan. "Saya sudah selesai makan siang. Tuan Sergey, silakan nikmati makanannya."     

Kemudian, Lucien berdiri dengan elegan. Setelah membenarkan letak dua pedangnya sejenak, dia meninggalkan ruang makan bersama Leo.     

Untuk sesaat, senyum Sergey membeku di wajahnya. Kemudian dia tersenyum dan menyesap winenya.     

...     

Saat siang, ketika salju sudah sedikit dibersihkan, sebuah undangan datang di hotel. Orang yang diundang adalah Lucien, dan pengirim undangan adalah Baroness Carleena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.